Anda di halaman 1dari 11

Implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

di UPT Puskesmas Kratonan Kota Surakarta


Muhammad Syafii, Novia Dyah Indriyati, Radhitya Sasongkojati, Rahel Permata
Herni Simanjuntak, Risna Annisa Mardiyati, Sihsusetyaningtyas Tiominar Siregar
Sumardiyono*

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas


Maret

*E-mail: Sumardiyono99@yahoo.com

Abstrak

Pendahuluan: Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah unit fungsional pelayanan


kesehatan terdepan sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kota atau kabupaten.
Puskesmas menjadi tempat kerja yang memiliki risiko tinggi bahaya kesehatan. Upaya
pemberian perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja bagi masyarakat pekerja perlu
dilaksanakan. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Ada tiga upaya dasar yang dilakukan di bidang
kesehatan dan keselamatan kerja, yaitu Hazard Identification (Identifikasi Bahaya), Risk
Assessment (Penilaian Risiko), dan Determining Control (Penetapan Pengendalian) atau
sering disebut dengan HIRADC.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Sumber data yang digunakan adalah
data primer. Data primer tersebut diperoleh melalui studi pustaka, studi lapangan, dan
wawancara yang dilaksanakan tanggal 10 Oktober sampai dengan 24 Oktober 2019.

Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan aktivitas kegiatan petugas kesehatan dan pasien
sudah tertata sesuai alur pelayanan pasien. Potensi bahaya di UPT Puskesmas Kratonan
antara lain: 1) Toilet pasien yang tidak di sertai gagang untuk pasien lansia di Puskesmas
Pembantu Joyotakan 2, 2) Ayunan yang tidak terfiksasi, 3) Pintu diganjal dengan batu, 4)
Kaki penyangga pamflet rusak, 5) Peletakan autoclave yang tidak tepat di Puskesmas
Pembantu Joyotakan 2, 6) Tempat permainan anak di Puskesmas Kratonan yang tidak
terfiksasi, 7) Penempatan microtoise yang tidak strategis di Puskesmas Pembantu Joyotakan
2, 8) Pintu masuk IGD yang selalu terkunci di Puskesmas Kratonan.

Simpulan: Implementasi Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) di UPT


Puskesmas Kratonan cukup ideal.

Saran: Perlu dilakukan beberapa tindakan untuk meningkatkan upaya kesehatan dan
keselamtan kerja di Puskesmas, yaitu: membentuk petugas K3L dan SOP khusus untuk
manajemen K3L di lingkungan puskesmas, mengadakan sosialisasi dan pelatihan terhadap
petugas medis mengenai K3L, meningkatkan pelayanan kesehatan pekerja untuk mencegah
PAK dan KAK.

Kata kunci : HIRADC, UPT Puskesmas Kratonan


Implementations of Occupational Health and Safety (OHS) in
Kratonan Public Health Center, Surakarta
Muhammad Syafii, Novia Dyah Indriyati, Radhitya Sasongkojati, Rahel Permata
Herni Simanjuntak, Risna Annisa M, Sihsusetyaningtyas Tiominar Siregar
Sumardiyono*

Public Health Division, Faculty of Medicine, Universitas Sebelas Maret

*E-mail: Sumardiyono99@yahoo.com

Abstract

Introduction: Puskesmas (Public Heatlh Center) is the leading functional health service units
as the technical implementing units of city or district health offices. Therefore, Public Health
Center is one of work place which has risk of health danger. Efforts need to be done to give
protection of occupational health and safety for workers society. The Occupational Safety
and Health (OSH) Program is all activities to guarantee and protect the safety and health of
the workforce through efforts to prevent workplace accidents and occupational diseases.
There are three basic efforts made in the field of occupational health and safety: Hazard
Identification, Risk Assessment, and Determining Control or often referred to HIRADC.

Methods: This study was a descriptive research. This study used primary data. Data was
collected by literature studies, field studies, and interviews held from October 10th to
October 24th 2019.

Results: The results of this study show that activities of health workers and patients have
been arranged as in accordance flow of patient care. Potential hazards at Kratonan Public
Health Center are: 1) Patient’s bathroom without handle at Joyotakan II Assistant Health
Center, 2) Swing is unstable, 3) The door is propped up with stone, 4) The poles of pamphlet
is broken, 5) Improper placement of autoclave at Joyotakan II Assistant Health Center, 6)
Children’s playground is unstable at Kratonan Public Health Center, 7) Non strategic
placement of microtoise at Joyotakan II Assistant Health Center, 8) Emergency Room door
always locked at Kratonan Public Health Center.

Conclusions: There are some Implementations of Occupational Health and Safety (OHS) in
Puskesmas Kratonan that were quite ideal.

Recommendations: Some actions can be taken to improve occupational health and safety in
Kratonan Public Health Center, including forming an OHS team and a specific operational
procedure for OHS; providing training for health care providers related to OHS; and
improving health care to prevent occupational disease and accident.

Keywords : HIRADC, Kratonan Public Health Center


PENDAHULUAN Program kesehatan kerja

Kesehatan merupakan hak asasi merupakan suatu upaya pemberian

manusia dan salah satu unsur perlindungan kesehatan dan keselamatan

kesejahteraan yang harus diwujudkan kerja bagi masyarakat pekerja yang

sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia bertujuan untuk memelihara dan

sebagaimana yang dimaksudkan dalam meningkatkan derajat kesehatan

pancasila dan UUD 45. Tujuan dari masyarakat pekerja, mencegah timbulnya

pembangunan kesehatan adalah untuk gangguan kesehatan, melindungi pekerja

meningkatkan kesadaran, kemauan, dan dari bahaya kesehatan serta menempatkan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang pekerja di lingkungan kerja yang sesuai

agar terwujud derajat kesehatan dengan kemampuan fisik dan psikis

masyarakat yang setinggi-tingginya, pekerja. Upaya kesehatan kerja mencakup

sebagai investasi bagi pembangunan kegiatan pelayanan, pendidikan, pelatihan

sumberdaya manusia yang produktif serta penelitian di bidang kesehatan

secara sosial dan ekonomis. melalui upaya peningkatan kesehatan,

Puskesmas (Pusat Kesehatan pencegahan penyakit termasuk

Masyarakat) adalah unit fungsional pengendalian faktor risiko, penyembuhan

pelayanan kesehatan terdepan sebagai unit penyakit dan pemulihan kesehatan

pelaksana teknis dinas kesehatan kota atau termasuk pemulihan kapasitas kerja

kabupaten. Puskesmas merupakan tempat (DEPKES, 2007).

kerja serta berkumpulnya orang-orang Dalam era globalisasi, tuntutan

sehat (petugas dan pengunjung) dan orang- pengelolaan program Kesehatan dan

orang sakit (pasien), sehingga puskesmas Keselamatan Kerja di Fasilitas pelayanan

merupakan tempat kerja yang mempunyai kesehatan semakin tinggi. Puskesmas

risiko kesehatan. Potensi bahaya yang sebagai slaah satu fasilitas kesehatan

terdapat di Puskesmas antara lain pemerintah merupakan tempat kerja dan

kecelakaan (kebakaran akibat api, listrik, unit kompleks untuk menyediakan

peledakan ditambah banyaknya zat mudah pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

terbakar), paparan bahan kimia berbahaya, Semakin luas pelayanan kesehatan dan

luka sayat akibat benda tajam, dan infeksi. fungsi Puskesmas tersebut, maka semakin

Semua potensi bahaya tersebut dapat kompleks peraatan serta bahan yang

menyebabkan kesakitan, kecacatan, dan dibutuhkan. Kerumitan tersebut

kematian. menyebabkan Puskesmas mempunyai


potensi bahaya yang sangat besar, tidak
hanya bagi pasien dan tenaga medis tetapi kerja, maka diperlukan adanya Upaya
kepada pengunjung Puskesmas. Kesehatan Kerja di wilayah kerja
Puskesmas. Manajemen risiko pada K3L
Dalam Undang-Undang No 23
dapat dilakukan melalui 3 hal, yaitu
tahun 2003 tentang Kesehatan pasal 23
Hazard Identification (Identifikasi
“Upaya keselamatan dan kesehatan kerja
Bahaya), Risk Assessment (Penilaian
(K3) harus diselenggarakan di tempat
risiko), dan Determining Control
kerja, khususnya tempat kerja yang
(Penetapan pengendalian) atau sering
mempunyai risiko bahaya kesehatan,
disebut dengan HIRADC.
mudah terjangkit penyakit atau
Pengambilan data yang digunakan
mempunyai karyawan paling sedikit 10
dalam penelitian ini dilakukan pada
orang. Berdasarkan pasal tersebut jelas
tanggal 9 Oktober sampai dengan 21
bahwa Puskesmas termasuk ke dalam
Oktober 2019. Data yang dikumpulkan
kriteria tempat kerja dengan berbagai
kemudian dianalisis secara deskriptif
ancaman bahaya yang dapat menimbulkan
dengan memperhatikan hasil studi pustaka
dampak kesehatan, tidak hanya terhadap
yang mampu menunjang penentuan bentuk
petugas kesehatan dan staf puskemas saja,
penyelesaian masalah.
tetapi juga terhadap pasien maupun
pengunjung puskesmas, sehingga sudah
METODE PENELITIAN
seharusnya pihak pengelola Puskesmas
menerapkan upaya-upaya K3 di
Penelitian ini merupakan penelitian
Puskesmas (DEPKES, 2006).
deskriptif. Penelitian dilakukan di
International Labour Organization
Puskesmas Kratonan Kota Surakarta.
(ILO) terdapat 2,78 juta orang meninggal
Sumber data yang digunakan adalah data
setiap tahun karena kecelakaan kerja atau
primer yang diperoleh dengan melakukan
penyakit akibat hubungan kerja (PAHK).
observasi langsung mengenai pelaksanaan
Dari dua ratus lima puluh juta kecelakaan,
program keselamatan, kesehatan kerja dan
tiga juta orang meninggal karena PAHK.
lingkungan. Beberapa teknik pengambilan
Diperkirakan ada seratus enam puluh juta
data yang dilakukan yaitu: (1) Studi
PAHK baru setiap tahunnya.
pustaka penelusuran landasan teori yang
Tingginya risiko kesehatan dan
akan digunakan dalam mengambil
keselamatan kerja bagi ekerja dan adanya
keputusan penyelesaian masalah, (2) Studi
amanat dalam undang-undang untuk
lapangan yang terdiri dari pencatatan
menerapkan kesehatan kerja di tempat
secara sistematik kejadian, perilaku, objek-
PASIEN
objek yang dilihat, dan hal-hal lain yang DATANG

berhubungan dengan kegiatan K3L di


Puskesmas Kratonan. Pengambilan data PENDAFTARAN KASIR

dilakukan pada tanggal 10 Oktober 2019


sampai dengan 24 Oktober 2019. Data
RUANG
yang dikumpulkan kemudian dianalisis PELAYANAN
- POLI UMUM
RUJUK INTERNAL
dengan memperhatikan hasil studi pustaka - LABORATORIUM
- POLI GIGI
- KIA
untuk kemudian dilakukan pengambilan - KONSUL GIZI
- KB
- KONSUL
- Imunisasi
keputusan penyelesaian masalah. KESEHATAN
- MTBS
LINGKUNGAN
- TB DOTS
- IMS - VCT
HASIL DAN PEMBAHASAN
TIDAK
Aktivitas Kegiatan. UPT Puskesmas BISA DILAYANI? RUJUK
Kratonan memiliki beberapa pelayanan YA RS

yang meliputi pelayanan poli umum, poli DAPAT RESEP


TIDAK

gigi, poli Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), YA

pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan FARMASI


IVA Test, laboratorium, pelayanan Infeksi
Menular Seksual (IMS – VCT), pelayanan PULANG
kesehatan haji, pelayanan konsultasi, dan
instalasi gawat darurat. Kegiatan
pelayanan rawat jalan yang dilakukan di
Puskesmas Kratonan dapat terlihat pada Gambar 1. Alur pelayanan Puskesmas
bagan alur pelayanan (Gambar 1). Kratonan.
Aktivitas kegiatan sehari-hari di lingkungan. Apabila pelayanan yang
Puskesmas Kratonan yang berhubungan dibutuhkan pasien tidak dapat dipenuhi di
dengan K3 meliputi: Puskesmas, maka pasien akan diberikan
(1) Pasien datang. Pasien datang terdiri surat rujukan ke RS tipe C atau D.
dari dua kondisi: gawat darurat atau tidak (3) Melakukan pemeriksaan laboratorium.
gawat darurat. Jika pasien tidak gawat Apabila diperlukan pemeriksaan
darurat, pasien langsung menuju ke bagian penunjang, maka pasien menuju
loket pendaftaran. Jika pasien baru laboratorium atau bagian gizi. Pada saat
dibuatkan kartu pendaftaran yang baru, pemeriksaan penunjang di
jika pasien lama menunjukkan kartu laboratorium/gizi, pasien membawa surat
berobat kepada petugas pendaftaran. pengantar yang diberikan oleh dokter. Di
Apabila tergolong pasien gawat darurat, ruang laboratorium pasien diambil sampel
maka pendaftaran dapat diwakilkan spesimen yang di butuhkan. Setelah
kepada pengantar. Untuk pasien dengan didapatkan hasil pasien kembali menuju
kondisi gawat darurat akan dilayani di poliklinik untuk diberikan terapi yang
IGD. tepat. Jika hasil pemeriksaan laboratorium
(2) Memasuki ruang pelayanan. Setelah dan/atau gizi menunjukkan indikasi rawat
mendaftarkan diri pada bagian loket, inap, maka pasien akan dirujuk ke RS.
pasien menunggu antrian di tempat duduk (4) Menebus resep di apotek. Bagi pasien
yang sudah disediakan di depan ruang yang mendapatkan resep, maka
pelayanan poliklinik sampai dipanggil oleh dipersilakan menebus resep di apotek
petugas bagian poli. Setelah itu pasien puskesmas.
akan dipanggil oleh petugas poli untuk (5) Pasien pulang.
memasuki salah satu ruang pelayanan.
Adapun pelayanan yang terdapat di UPT Hazard Identification Risk Assessment
Puskesmas Kratonan adalah poli umum, and Determining Controls. Risiko adalah

poli gigi, KIA, KB, imunisasi, manajemen gabungan dari kemungkinan (frekuensi)

terpadu balita sakit (MTBS), TB DOTS, dan akibat atau konsekuensi dari terjadinya

dan IMS - VCT. Pasien akan diperiksa bahaya tersebut. Manajemen risiko adalah

oleh petugas, setelah itu apabila diperlukan suatu budaya, proses dan struktur dalam

akan diberikan surat pengantar rujuk mengelola suatu risiko secara efektif dan

internal untuk pemeriksaan penunjang. terencana dalam suatu sistem manajemen

Pasien dapat dirujuk ke laboratorium, yang baik (Ramli, 2010). Manajemen

konseling gizi, atau konseling kesehatan risiko erat hubungannya dengan


manajemen K3. Keberadaan risiko dalam maka bahaya ini termasuk dalam kriteria
kegiatan suatu instansi kesehatan risiko yang dapat diterima.
mendorong perlunya upaya keselamatan
untuk mengendalikan risiko yang ada.
Dengan demikian manajemen risiko
merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari manajemen K3 seperti dua sisi mata
uang. Manajemen risiko menurut standar
K3L, terdiri dari 3 bagian yaitu Hazard
Identification (Identifikasi Bahaya), Risk
Assessment (Penilaian Risiko) dan
Determining Control (Penetapan
Pengendalian) atau sering disebut dengan
Gambar 1. Toilet pasien yang tidak di
HIRADC (Suma’mur, 1996). Penilaian
sertai gagang untuk pasien lansia di
risiko adalah penilaian menyeluruh untuk
Puskesmas Pembantu Joyotakan 2.
mengidentifikasi bahaya dan menentukan
apakah risiko dapat diterima. Beberapa (2) Ayunan yang tidak terfiksasi.
temuan identifikasi bahaya yang terdapat Dampaknya antara lain ayunan yang tidak
di Puskesmas Kratonan adalah sebagai terfiksasi memungkinkan anak terjatuh
berikut: terutama bila anak tidak diawasi saat
bermain. Penilaian risiko dari bahaya ini
(1) Toilet pasien yang tidak di sertai dengan probability: 2, severity: 4, dan
gagang untuk pasien lansia di Puskesmas tingkat risiko medium. Pengendalian
Pembantu Joyotakan 2. Dampaknya bahaya dilakukan melalui metode teknik,
antara lain pasien lansia mungkin dapat yaitu dengan membaut ayunan sehingga
terpeleset karena tidak adanya pegangan di ayunan terfiksasi dan tidak berisiko
toilet untuk membantu mobilisasi. jatuh/terbalik saat anak bermain. Dengan
Penilaian risiko dari bahaya ini dengan pengendalian bahaya yang telah dilakukan,
probability: 2, severity: 4, dan tingkat maka bahaya ini termasuk dalam kriteria
risiko medium. Pengendalian bahaya risiko yang dapat diterima
dilakukan melalui metode teknik, yaitu
membuat pegangan yang nyaman untuk
digenggam dan setinggi siku. Dengan
pengendalian bahaya yang telah dilakukan,
Gambar 2. Ayunan/mainan anak yang Gambar 3. Pintu diganjal menggunakan
tidak terfiksasi batu.

(3) Pintu diganjal dengan batu. (4) Kaki penyangga pamflet rusak.
Dampaknya risiko pasien terjatuh akibat Dampaknya adalah dapat menimpa
tersandung. Penilaian risiko dari bahaya pengunjung puskesmas, terutama anak-
ini dengan probability: 2, severity: 3, dan anak karena diletakkan didekat area
tingkat risiko medium. Pengendalian bermain anak. Penilaian risiko dari bahaya
bahaya : metode teknik, yaitu dengan ini dengan probability: 3, severity: 2 dan
memperbaiki pintu agar bisa tetap terbuka tingkat risiko medium. Pengendalian
dengan baik atau metode substitusi, yaitu bahaya: metode teknik, dengan
dengan mengganti dengan pintu yang baru. memperbaiki kaki penyangga pamflet.
Dengan pengendalian bahaya yang telah Dengan pengendalian bahaya yang telah
dilakukan, maka bahaya ini termasuk dilakukan, maka bahaya ini termasuk
dalam kriteria risiko yang dapat diterima. dalam kriteria risiko yang dapat diterima.
Gambar 5. Peletakan almari penyimpanan
alat medis yang tidak tepat di Puskesmas
Gambar 4. Kaki penyangga pamflet
Pembantu Joyotakan 2
rusak.

(6) Tempat permainan anak di


(5) Peletakan almari penyimpanan alat
Puskesmas Kratonan yang tidak
medis yang tidak tepat di Puskesmas
terfiksasi. Dampaknya antara lain dapat
Pembantu Joyotakan 2. Dampaknya
menyebabkan kemungkinan anak yang
antara lain almari mudah terjatuh dan bisa
bermain terjatuh atau terjungkal apabila
menimpa tenaga kesehatan puskesmas saat
tidak diawasi atau terlalu banyak anak
hendak mengambil alat medis maupun
yang bermain. Penilaian risiko dari bahaya
pasien yang memasuki poli KIA. Penilaian
ini dengan probability: 3, severity: 3 dan
risiko dari bahaya ini dengan probability:
tingkat risiko medium. Pengendalian
3; severity: 3 dan tingkat risiko medium.
bahaya dilakukan melalui metode teknik,
Pengendalian bahaya dilakukan dengan
dengan cara memfiksasi alat permaian
metode teknik, yaitu memindahkan almari
anak tersebut sehingga tidak mudah
ditempat yang tidak membahayakan dan
terbalik ketika digunakan. Dengan
terfiksasi dengan baik. Dengan
pengendalian bahaya yang telah dilakukan,
pengendalian bahaya yang telah dilakukan,
maka bahaya ini termasuk dalam kriteria
maka bahaya ini termasuk dalam kriteria
risiko yang dapat diterima.
risiko yang dapat diterima.
Gambar 7. Penempatan microtoise yang
tidak strategis di Puskesmas Pembantu
Joyotakan 2

Gambar 6. Permainan anak yang mudah (8) Pintu masuk IGD yang selalu

terbalik atau terjungkal karena tidak terkunci di Puskesmas Kratonan.

difiksasi di Puskesmas Kratonan Dampaknya antara lain dapat mempersulit


pemberian pertolongan pada pasien
emergensi karena harus memutar melalui
(7) Penempatan microtoise yang tidak
pintu utama puskesmas. Penilaian risiko
strategis di Puskesmas Pembantu
dari bahaya ini dengan probability: 3,
Joyotakan 2. Dampaknya antara lain dapat
severity: 3 dan tingkat risiko medium.
menyulitkan tenaga kesehatan puskesmas
Pengendalian bahaya dilakukan melalui
dalam melakukan pengukuran tinggi badan
metode teknik, dengan cara membuka
pasien karena terhalang pintu. Penilaian
kunci pintu masuk IGD sehingga pintu
risiko dari bahaya ini dengan probability:
bisa segera dibuka ketika ada pasien yang
2, severity: 1 dan tingkat risiko low.
membutuhkan pertolongan. Dengan
Pengendalian bahaya dilakukan melalui
pengendalian bahaya yang telah dilakukan,
metode teknik, dengan memindahkan
maka bahaya ini termasuk dalam kriteria
microtoise ke tempat lain yang lebih
risiko yang dapat diterima.
strategis. Dengan pengendalian bahaya
yang telah dilakukan, maka bahaya ini
termasuk dalam kriteria resiko yang dapat
diterima.
membentuk petugas K3L dan SOP khusus
untuk manajemen K3L di lingkungan
puskesmas, mengadakan sosialisasi dan
pelatihan terhadap petugas medis
mengenai K3L, serta meningkatkan
pelayanan kesehatan pekerja untuk
mencegah PAK dan KAK.

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan RI (2007).


Pedoman manajemen K3 di Rumah
Gambar 8. Pintu masuk IGD yang selalu
Sakit. Jakarta: Kemenkes.
terkunci di Puskesmas Kratonan
Depkes RI (2006). Pedoman
penatalaksanaan upaya kesehatan
SIMPULAN DAN SARAN
kerja di puskesmas. Jakarta.
Ramli, Soehatman (2010). Sistem
SIMPULAN
manajemen keselamatan &
Implementasi Keselamatan,
kesehatan kerja OHSAS 18001.
Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) di
Jakarta: Dian Rakyat.
UPT Puskesmas Kratonan cukup ideal.
Suma’mur PK (2001). Keselamatan kerja
dan pencegahan kecelakaan. Jakarta:
SARAN
CV Haji Masagung.
Penulis menyarankan perlu
Undang-Undang No. 23 Tahun 2003
dilakukannya beberapa tindakan untuk
Tentang Kesehatan.
meningkatkan upaya kesehatan dan
keselamtan kerja di Puskesmas, yaitu:

Anda mungkin juga menyukai