Anda di halaman 1dari 9

Diktat Kimia Koordinasi 40

KESTABILAN ION KOMPLEKS

Sebelum memahami stabilitas dari ion kompleks, harus dipahami terlebih


dahulu pengertian mengenai istilah kestabilan itu sendiri. Dalam mempelajari
suatu sistem reaksi dan senyawa kimia, ada dua pendekatan yang bisa
digunakan, yaitu pendekatan secara termodinamika, dan pendekatan kinetika.
Pada pendekatan termodinamika, maka kita membicarakan mengenai
keadaan awal dan akhir dari sistem tersebut. Pada tinjauan termodinamika
ini, suatu senyawa kimia dapat dikatakan stabil atau tidak stabil. Selain
stabilitas senyawa, beberapa besaran yang dibahas dalam pendekatan
termodinamika adalah konstanta kesetimbangan, energi ikatan, potensial
reduksi, dan besaran lain yang mempengaruhi harga konstanta
kesetimbangan. Untuk senyawa kompleks, Biltz (1927) menggolongkan
senyawa kompleks menjadi kompleks stabil dan kompleks tidak stabil.
Kompleks yang stabil memiliki kemampuan yang besar untuk tetap
mempertahankan keberadaan/identitasnya dalam suatu larutan, sementara
kompleks yang tidak stabil akan terurai dengan mudah dalam larutan.
Pendekatan kinetika lebih menitikberatkan pada mekanisme yang terjadi
dalam reaksi dan kecepatan berlangsungnya reaksi. Selain itu, pendekatan
kinetika juga membahas energi aktivasi dalam reaksi, pembentukan kompleks
intermediate, konstanta laju reaksi dan besaran-besaran yang
mempengaruhinya. Dalam pandangan secara kinetika, maka suatu senyawa
dapat dikatakan sebagai suatu senyawa yang labil, atau senyawa inert.
Terkait dengan senyawa kompleks, Taube (1950) telah mengklasifikasikan
senyawa kompleks menjadi kompleks labil dan kompleks inert berdasarkan
laju pertukaran ligan kompleks tersebut. Kompleks yang labil mengalami
pertukaran ligan dengan cepat. Sebaliknya pada kompleks inert, pertukaran
ligan berlangsung dengan sangat lambat atau bahkan tidak berlangsung
sama sekali.
Karena tinjauan yang digunakan dalam aspek kinetika dan
termodinamika berbeda, maka bukan tidak mungkin suatu kompleks yang
stabil secara termodinamika jika ditinjau secara kinetika merupakan kompleks

Bab IV Kestabilan Senyawa Kompleks


Diktat Kimia Koordinasi 41

yang labil. Sebaliknya, suatu kompleks yang tidak stabil mungkin saja
merupakan kompleks inert.
Stabilitas suatu senyawa bergantung pada energi reaksinya, sedangkan
labilitas senyawa bergantung pada energi aktivasi dari senyawa tersebut.

TETAPAN STABILITAS ION KOMPLEKS


Pembentukan kompleks dalam suatu larutan berlangsung melalui
sejumlah tahapan. Untuk setiap tahapan, tetapan stabilitasnya dapat
dituliskan dalam suatu persamaan. Misalkan pembentukan kompleks ML n,
terbentuk melalui sejumlah n tahapan. Tetapan stabilitas untuk setiap tahapan
tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :
M+L ML, K1 = [ML]
[M][L]
ML + L ML2, K2 = [ML2]
[ML][L]
…. ….. …… ……..

MLn-1 + L MLn Kn = [MLn]


[MLn-1][L]

Tetapan stabilitas K1, K2, …., Kn disebut sebagai tetapan stabilitas


berurutan (stepwise stability constants). Umumnya harga K1 > K2 > K3 > ….>
Kn

Selain dinyatakan secara berturutan seperti di atas, tahapan


pembentukan kompleks dan tetapan stabilitas juga dapat dinyatakan sebagai
berikut :
M+L ML, β1 = [ML]
[M][L]
M + 2L ML2, β2 = [ML2]
[M][L]2
…. ….. …… ……..

Bab IV Kestabilan Senyawa Kompleks


Diktat Kimia Koordinasi 42

M + nL MLn βn = [MLn]
[M][L]n

Harga β1, β2, …, βn disebut sebagai tetapan stabilitas total (overall


stability constants) dari kompleks tersebut dengan β n sebagai tetapan
stabilitas total ke-n.
Harga K dan β dari suatu kompleks saling berhubungan satu sama lain.
Misalkan saja pada suatu kompleks MLn, harga β3nya adalah :
β3 = [ML3]
[M][L]3
Sementara harga K1, K2 dan K3 berturut-turut adalah
K1 = [ML] K2 = [ML2] K3 = [ML3]
[M][L] [ML][L] [ML2][L]
Perhatikan bahwa :
β3 = [ML3] = [ML] x [ML2] x [ML3]
[M][L]3 [M][L] [ML][L] [ML2][L]
β3 = K1 x K2 x K3

Berarti:
βn = K1 x K2 x …. x Kn
log βn = log K1 + log K2 + …….. + log Kn

Harga βn merupakan ukuran dari stabilitas suatu senyawa kompleks.


Makin besar harga βn, makin stabil kompleks tersebut.
Kadang-kadang dinyatakan 1/Kn sebagai konstanta instabilitas dari suatu
kompleks.

Bab IV Kestabilan Senyawa Kompleks


Diktat Kimia Koordinasi 43

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STABILITAS


KOMPLEKS
Stabilitas dari suatu senyawa kompleks dipengaruhi dua faktor, yaitu
pengaruh dari ligan, dan pengaruh dari logam pusat kompleks tersebut.

A. Pengaruh Logam Pusat


Berikut ini beberapa sifat logam pusat yang menentukan stabilitas dari
suatu senyawa kompleks.
1. Ukuran dan Muatan Logam Pusat
Stabilitas kompleks umumnya menurun dengan kenaikan jari-jari ion
logam pusatnya. Perhatikan urutan stabilitas kompleks dengan logam
alkali sebagai ion pusat terhadap jari-jari ionnya sebagai berikut :
Li+ (r = 0,60Ǻ) > Na + (r = 0,95Ǻ) > K+ (r = 1,33 Ǻ) > Rb + (r = 1,48Ǻ) >
Cs+ (r= 1,69Ǻ)
Jika ditinjau dari muatan ion logam pusatnya, maka stabilitas
kompleks menurun seiring dengan penurunan muatan ion logam
pusat tersebut. Misalkan untuk ion Th 4+, Y3+, Ca2+ dan Na+, urutan
stabilitas kompleks dari logam tersebut dengan ligan yang sama
adalah sebagai berikut :
Th4+ (r = 0,95Ǻ) > Y3+ (r = 0,93Ǻ) > Ca2+ (r = 0,99Ǻ) > Na+ (r = 0,95Ǻ)
Jika kedua faktor tersebut (jari-jari ion dan muatan ion pusat)
digabungkan, maka secara umum dapat dilihat bahwa makin besar
perbandingan harga muatan (q) dan jari.jari (r) kation logam,
kompleks yang terbentuk akan semakin stabil. Hal ini dikarenakan
dengan harga q/r yang makin besar medan listrik dari logam pusat
semakin besar pula.

Bab IV Kestabilan Senyawa Kompleks


Diktat Kimia Koordinasi 44

Logam Pusat Jari-jari ion (Ǻ) q/r


+
Li 0,60 1/0,60 = 1,6

Kestabilan meningkat
2+
Ca 0,99 2/0,99 = 2,0

q/r meningkat
2+
Ni 0,72 2/0,72 = 2,97
Y3+ 0,93 3/0,93 = 3,22
4+
Th 0,95 4/0,95 = 4,20
3+
Al 0,50 3/0,50 = 6,0
2+
Be 0,31 2/0,31 = 6,45

2. Faktor CFSE
Pada logam unsur-unsur transisi, adanya pemecahan orbital d yang
memberikan harga CFSE tertentu mempengaruhi stabilitas dari
kompleks yang terbentuk. Adanya CFSE akan meningkatkan
kestabilan kompleks, sehingga harga K maksimum dapat diramalkan
akan diperoleh pada kompleks dengan logam pusat yang memiliki
konfigurasi elektron d3 dan d8, karena konfigurasi ini akan
memberikan harga CFSE yang paling besar.
Secara umum, urutan stabilitas kompleks berdasarkan konfigurasi
elektron pada orbital d mengikuti urutan sebagai berikut :
d0 < d1 < d2 < d3d4 < d5 < d6 < d7 < d8  d9 < d10
Urutan d3 > d4 dan d8 > d9 akan terjadi pada kompleks dimana efek
Jahn-Taller cukup lemah dan kompleks memiliki bilangan koordinasi
6. Sedangkan urutan d3 < d4 dan d8 < d9 akan terjadi pada kompleks
dengan efek Jahn-Taller yang cukup kuat dan memiliki bilangan
koordinasi 4.
Efek dari faktor CFSE tersebut dapat diamati pada urutan stabilitas
kompleks dengan logam berikut :

Ion Mn2+ Fe2+ Co2+ Ni2+ Cu2+ Zn2+

Jari-jari ion (Ǻ) 0,91 0,83 0,82 0,78 0,69 0,74


Konfigurasi
d5 d6 d7 d8 d9 d10
elektron d
Urutan stabilitas Mn2+ < Fe2+ < Co2+ < Ni2+ < Cu2+ < Zn2+

Bab IV Kestabilan Senyawa Kompleks


Diktat Kimia Koordinasi 45

3. Elektronegativitas dan Kemampuan Polarisasi Logam


Kompleks yang terbentuk dari logam dengan elektonegativitas yang
tinggi akan menghasilkan kopmpleks yang lebih stabil, karena
kecenderungan logam untuk menarik pasangan elektron yang
didonasikan oleh ligan akan lebih kuat. Dalam hal yang sama, logam
dengan kemampuan polarisasi yang lebih besar juga akan
menghasilkan kompleks yang lebih stabil.
4. Logam Jenis a dan Jenis b
Logam dapat dikategorikan menjadi 3 golongan :
(a) Logam kelas a : logam-logam yang lebih elektropositif, seperti
logam alkali dan alkali tanah, logam transisi pertama, logam
pada deret Lantanida dan Aktinida
(b) Logam kelas b : logam-logam yang lebih elektronegatif,
seperti Pt, Au, Hg, Pb, logam-logam transisi ringan dengan
bilangan oksidasi yang rendah
(c) Logam “perbatasan” (borderline)
Logam kelas a akan membentuk kompleks yang lebih stabil dengan
ligan dimana atom yang mendonorkan elektron merupakan unsur
pada periode kedua (N, O, F). Sedangkan logam golongan b
membentuk kompleks yang stabil dengan ligan yang donor
elektronnya adalah atom dari periode ketiga (P, S, Cl). Selain itu,
logam golongan a dan b memiliki urutan stabilitas yang berkebalikan
jika membentuk kompleks dengan ligan-ligan berikut :
Urutan Kestabilan
F- > Cl- > Br- > I-
Logam golongan a O >> S > Se> Te
N >> P > As > Sb > Bi
F- < Cl- < Br- < I-
Logam golongan b O << S ≈ Se≈ Te
N << P < As < Sb < Bi

Logam dari golongan b memiliki sejumlah elektron d di luar inti gas


mulianya yang dapat digunakan untuk membentuk ikatan π dengan

Bab IV Kestabilan Senyawa Kompleks


Diktat Kimia Koordinasi 46

atom ligan. Adanya ikatan π ini akan meningkatkan kestabilan


kompleks. Dengan demikian, logam golongan b akan lebih stabil jika
membentuk kompleks dengan ligan yang memiliki orbital d kosong
yang dapat digunakan untuk membentuk ikatan π seperti PMe 3, S2-
dan I-.

B. Pengaruh Ligan
Selain pengaruh dari logam sebagai ion pusat dari kompleks, ligan
yang terikat pada logam tersebut juga menentukan kestabilan dari
kompleks yang terbentuk. Berikut beberapa factor dari ligan yang
mempengaruhi kestabilan kompleks.
1. Ukuran dan Muatan Ligan
Ligan yang berukuran lebih kecil akan lebih mudah mendekat ke
arah logam pusat untuk membentuk ikatan yang lebih kuat. Dengan
demikian ligan yang ukurannya lebih kecil akan membentuk
kompleks yang lebih stabil. Ditinjau dari muatannya, semakin besar
muatan yang dimiliki ligan, gaya tarik menarik antara ligan dengan
logam pusat juga makin kuat, sehingga ikatan yang terbentuk
otomatis juga menjadi lebih kuat. Dari dua hal tersebut, dapat
disimpulkan bahwa kompleks yang stabil akan terbentuk dari ligan
yang berukuran kecil dan memiliki muatan yang besar.
2. Momen Dipol dari Ligan
Analog dengan faktor muatan, makin besar momen dipol dari suatu
ligan, stabilitas kompleks yang terbentuk makin besar. Hal ini dapat
menjelaskan urutan kestabilan dari sejumlah ligan netral berikut :
amina > etilamin > dietilamin > trietilamin

3. Sifat Basa Ligan

Bab IV Kestabilan Senyawa Kompleks


Diktat Kimia Koordinasi 47

Interaksi antara logam dengan ligan dapat ditinjau sebagai interaksi


Asam-Basa Lewis. Oleh karena itu, makin basa suatu ligan,
kompleks yang terbentuk akan semakin stabil. Hal ini dikarenakan
ligan yang sifatnya lebih basa akan lebih mudah mendonorkan
pasangan elektron bebas yang dimilikinya pada logam. Atas dasar
hal ini, maka ligan NH3 dapat membentuk kompleks yang lebih
stabil dibandingkan H2O.
4. Kemampuan Membentuk Ikatan π
Adanya ikatan π dapat memperkuat ikatan logam dengan ligan
dalam kompleks. Oleh karena itu, ligan-ligan yang dapat
membentuk ikatan π dengan logam membentuk kompleks yang
lebih stabil. Misalnya saja ligan CN-, CO, PR3, dan alkena.
5. Efek Sterik
Adanya efek sterik dapat melemahkan ikatan logam dengan ligan
karena adanya gaya tolak menolak antar ligan yang terikat.
6. Efek Khelat
Ligan yang merupakan suatu ligan pengkhelat membentuk
kompleks yang lebih stabil dibandingkan ligan bukan khelat. Hal ini
dikarenakan ligan berikatan dengan logam melalui lebih dari satu
atom donor, sehingga otomatis ikatan yang terbentuk akan lebih
kuat. Kestabilan ligan pengkhelat sendiri dipengaruhi beberapa
faktor sebagai berikut :
- ukuran cincin khelat, umumnya makin besar ukuran cincin
khelat, makin stabil kompleks yang terbentuk
- efek resonansi, adanya resonansi akan meningkatkan
kestabilan

LATIHAN

Bab IV Kestabilan Senyawa Kompleks


Diktat Kimia Koordinasi 48

1. Dari pasangan-pasangan kompleks berikut ini, manakah dari


tiap pasang yang merupakan kompleks yang lebih stabil? Jelaskan
mengapa!
a. K4[Fe(CN)6] dan K3[Fe(CN)6]
b. [Co(H2O)6]2+ dan [Co(NH3)6]2+
c. [Cu(en)2]Cl2 dan [Cu(NH3)4]Cl2
d. [Co(NO2) 6]4- dan [Co(NO2)6]3-
2. Mengapa ion Be2+ memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk
membentuk senyawa kompleks dibandingkan ion Mg 2+?
3. Kompleks yang terbentuk dari logam Cu+ lebih stabil dibandingkan
kompleks dari logam Na+ dengan ligan yang sama. Jelaskan mengapa!
4. Ion Ni2+ membentuk kompleks yang lebih stabil dengan ligan 8-hidroksi
kuinolin dibandingkan dengan ligan 2-metil-8-hidroksi kuinolin. Jelaskan!
5. Suatu logam M dapat membentuk kompleks dengan ligan F -, Cl-, Br- dan
I-. Jelaskan urutan stabilitas dari kompleks yang terbentuk!

Bab IV Kestabilan Senyawa Kompleks

Anda mungkin juga menyukai