Pertemuan 1
Pertemuan 1
17050394081
S1 PEND. TATA BOGA 2017 B
PERTEMUAN 1
INDIKATOR :
BAHAN KAJIAN :
Akuntabilitas adalah suatu peningkatan dari rasa tanggung jawab, suatu yang lebih tinggi
mutunya dari suatu tanggung jawab sehingga memuaskan atasan. Selain itu akuntabilitas adalah
kondisi seseorang yang dinilai orang lain karena kualitas performannya menyelesaikan tujuan yang
menjadi tanggung jawab. Pengertian akuntabilitas ini memberikan suatu petunjuk sasaran pada
hampir semua reformasi sektor publik dan mendorong pada munculnya tekanan untuk pelaku
kunci yang terlibat untuk bertanggungjawab dan untuk menjamin kinerja pelayanan publik yang
baik. Prinsip akuntabilitas adalah merupakan pelaksanaan pertanggungjawaban dimana dalam
kegiatan yang dilakukan oleh pihak yang terkait harus mampu mempertanggungjawabkan
pelaksanaan kewenangan yang diberikan di bidang tugasnya. Prinsip akuntabilitas terutama
berkaitan erat dengan pertanggungjawaban terhadap efektivitas kegiatan dalam pencapaian
sasaran atau target kebijakan atau program yang telah ditetapkan itu.
Pengertian Akuntabilitas menurut Ahli
1. Mardiasmo
Akuntabilitas adalah sebuah kewajiban melaporkan dan bertanggung jawab atas keberhasilan
atau pun kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai hasil yang telah ditetapkan
sebelumnya, melalui media pertanggungjawaban yang dikerjakan secara berkala.
2. Elliot
Akuntabilitas adalah cocok atau sesuai dengan yang diharapkan oleh orang lain dan
menjelaskan dan mempertimbangkan kepada orang lain tentang keputusan dan tindakan yang
diambil . Akuntabilitas menurut Lessinger, adalah kajian hubungan antara apa yang sudah
dilakukan sekolah dengan dana yang digunakan dengan hasil belajar yang diperoleh.
Akuntabilitas adalah sebuah proses dimana seorang atau sekelompok orang yang diperlukan
untuk membuat laporan aktivitas mereka dan dengan cara yang mereka sudah atau belum ketahui
untuk melaksanakan pekerjaan mereka. Akuntabilitas sebagai salah satu prinsip good corporate
governance berkaitan dengan pertanggungjawaban pimpinan atas keputusan dan hasil yang
dicapai, sesuai dengan wewenang yang dilimpahkan dalam pelaksanaan tanggung jawab
mengelola organisasi.
4. Ralph S Polimeni dan James A. Chasin (1985:1)
Accountability yang merupakan suatu segi tanggung-jawab merupakan kewajiban untuk
melaporkan pelaksanaan pekerjaan kepada pihak atasan.
Rumusan tujuan akuntabilitas di atas hendak menegaskan bahwa akuntabilitas bukanlah akhir dari
sistem penyelenggaran manajemen sekolah, tetapi merupakan faktor pendorong munculnya
kepercayaan dan partisipasi yang lebih tinggi lagi. Bahkan, boleh dikatakan bahwa akuntabilitas
baru sebagai titik awal menuju keberlangsungan manajemen sekolah yang berkinerja tinggi.
Oleh karena manajemen sekolah semakin dekat dengan masyarakat, maka penerapan akuntabilitas
dalam pengelolaan merupakan hal yang tidak dapat ditunda-tunda. Isu akuntabilitas akhir-akhir ini
semakin banyak dibicarakan seiring dengan adanya tuntutan masyarakat akan pendidikan yang
bermutu. Bagi lembaga-lembaga pendidikan hal ini mulai disadari dan disikapi dengan melakukan
desain ulang sistem yang mampu menjawab tuntutan masyarakat. Caranya adalah
mengembangkan model manajemen pendidikan yang akuntabel.
Akuntabilitas menyangkut dua dimensi, yakni akuntabilitas vertikal dan akuntabilitas horisontal.
Akuntabilitas vertikal menyangkut hubungan antara pengelola sekolah dengan masyarakat,
sekolah dan orang tua siswa, sekolah dan instansi di atasnya (Dinas pendidikan). Sedangkan
akuntabilitas horisontal menyangkut hubungan antara sesama warga sekolah, antara kepala
sekolah dengan komite, dan antara kepala sekolah dengan guru.
Komponen pertama yang harus melaksanakan akuntabilitas adalah guru. Hal ini karena inti dari
seluruh pelaksanaan manajemen sekolah adalah proses belajar mengajar. Dan pihak pertama di
mana guru harus bertanggung jawab adalah siswa. Guru harus dapat melaksanakan ini dalam
tugasnya sebagai pengajar. Akuntabilitas dalam pengajaran dilihat dari tanggung jawab guru
dalam hal membuat persiapan, melaksanakan pengajaran, dan mengevaluasi siswa. Selain itu
dalam hal keteladan, seperti disiplin, kejujuran, hubungan dengan siswa menjadi penting untuk
diperhatikan. Tanggung jawab guru selain kepada siswa juga kepada orang tua siswa.
Akuntabilitas tidak saja menyangkut proses pembelajaran, tetapi juga menyangkut pengelolaan
keuangan, dan kualitas output. Akuntabilitas keuangan dapat diukur dari semakin kecilnya
penyimpangan dalam pengelolaan keuangan sekolah. Baik sumber-sumber penerimaan, besar
kecilnya penerimaan, maupun peruntukkannya dapat dipertanggungjawabkan oleh pengelola.
Pengelola keuangan yang bertanggung jawab akan mendapat kepercayaan dari warga sekolah dan
masyarakat. Sebaliknya pengelola yang melakukan praktek korupsi tidak akan dipercaya.
Akuntabilitas tidak saja menyangkut sistem tetapi juga menyangkut moral individu. Jadi, moral
individu yang baik dan didukung oleh sistem yang baik akan menjamin pengelolaan keuangan
yang bersih, dan jauh dari praktek korupsi.
Akuntabilitas juga semakin memiliki arti, ketika sekolah mampu mempertanggungjawabkan mutu
outputnya terhadap publik. Sekolah yang mampu mempertanggungjawabkan kualitas outputnya
terhadap publik, mencerminkan sekolah yang memiliki tingkat efektivitas output tinggi. Dan
sekolah yang memiliki tingkat efektivitas outputnya tinggi, akan meningkatkan efisiensi eksternal.
Bagaimana sekolah mampu mempertanggungjawabkan kewenangan yang diberikan kepada
publik, tentu menjadi tantangan tanggung jawab sekolah. Fasli Jalal dan Dedi Supriadi menyatakan
di Indonesia banyak instituasi pendidikan yang lemah dan tidak akuntabel.
Rita Headington berpendapat ada tiga dimensi yang terkandung dalam akuntabilitas, yaitu moral,
hukum, dan keuangan. Ketiganya menuntut tanggung jawab dari sekolah untuk mewujudkannya,
tidak saja bagi publik tetapi pertama-tama harus dimulai bagi warga sekolah itu sendiri, misalnya
akuntabilitas dari guru. Secara moral maupun secara formal (aturan) guru memiliki tanggung
jawab bagi siswa maupun orang tua siswa untuk mewujudkan proses pembelajaran yang baik.
Tidak saja guru tetapi juga badan-badan yang terkait dengan pendidikan.
2.1 MASALAH
Permasalahan tentang akuntabilitas, saat ini semakin gencar disuarakan dengan adanya
tuntutan masyarakat akan pendidikan yang bermutu. Ini membuktikan bahwa kecenderungan
masyarakat pada masa kini berbeda dengan masa lalu. Jalal dan Dedi (2001) menyatakan bahwa
bila di masa lalu masyarakat cenderung menerima apa pun yang diberikan oleh pendidikan, maka
sekarang mereka tidak dengan mudah menerima apa yang diberikan oleh pendidikan. Masyarakat
yang notabene membayar pendidikan merasa berhak untuk memperoleh pendidikan yang lebih
baik bagi dirinya dan anak-anaknya.
Konsepsi tentang akuntabilitas berkembang dari pendapat bahwa siapapun yang diserahi
tugas mendidik harus dapat mempertanggungjawabkan tugasnya itu. Pengertian tanggungjawab
disini masih mengandung ukuran yang kabur. Masih banyak orang yang mengukur tanggungjawab
itu dari segi masukan kealatan semata. dalam hal ini mereka menganggap telah berhasil
melaksanakan tanggungjawabnya bila telah mengajar, memberikan buku,atau secara lebih makro
lagi telah membangun gedung-gedung, serta mencetak jutaan buku pelajaran.
Pelaksanaan konsep akuntabilitas dalam pendidikan di Indonesia saat ini sedang disorot
mengingat banyak sekali masalah yang menghinggapi, mulai dari kinerja pendidik atau guru yang
tidak sesuai dengan kompetensinya, sampai pada lembaga pendidikan itu sendiri yang lebih
mengutamakan bisnis daripada mutu layanan pendidikan yang dijalankannya, sehingga banyak
masyarakat yang mempertanyakan mengapa hal ini bisa terjadi demikian. Untuk itu, memang
tidak mudah menerapkan akuntabilitas pendidikan yang baik, karena dibutuhkan kerjasama yang
baik setidaknya ada enam pihak yang terlibat untuk mewujudkannya, yaitu siswa (peserta didik),
guru (pendidik), administrator pendidikan, lembaga pendidikan, tenaga kependidikan, masyarakat
(termasuk orang tua dan rakyat) dan pemerintah.
Akuntabilitas pendidikan pada dasarnya tidak menghendaki adanya masalah dan
pelanggaran dalam suatu usaha pendidikan, baik yang disengaja maupun tidak. Suatu tindakan
dalam bidang pendidikan dianggap menyimpang atau melanggar jika tindakan itu mengakibatkan
kerugian bagi kepentingan orang lain atau kepentingan umum. Dalam kaitan ini, A. Ridwan Halim
(dalam Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi:1983) mengidentifikasi permasalahan yang terjadi
dalam mencoreng akuntabilitas di dunia pendidikan atau dapat disebut dengan tindak pidana
pendidikan. Permasalahan yang dapat ditemui sampai saat ini antara lain:
1. Penekanan tertentu dari pendidik kepada siswanya agar siswanya itu memenuhi kemauan
pengajar, misalnya agar siswa :
- Mengikuti les/kursus di luar kelas yang diselenggarakan oleh pendidik itu.
- Membeli diktat yang dibuat oleh pendidik itu.
- Memberikan sesuatu kepada pendidik sebagai “upeti”
2. Perlakuan-perlakuan tidak wajar dan tidak beralasan yang dilakukan oleh pendidik
mengajar kepada siswanya, baik secara badaniah (melalui tindakan kasar, pelecehan
seksual) maupun secara rohaniah atau mental (misalnya melalui pengejekan, penghinaan,
penggertakan)
3. Pelaksanaan pengajaran dengan memberi isi dan metode yang bermutu rendah yang
sebenarnya hampir tidak ada manfaatnya bagi siswa, bahkan dapat membahayakannya,
antara lain :
Pengajaran yang dilakukan oleh guru yang:
- Malas, sering tidak menerangkan hal-hal yang penting dan sering tidak mau
menjelaskan kesalahan-kesalahan siswanya hampir tidak ada.
- Picik atau berpandangan sempit, tidak mau mengakui dan tidak mau membenarkan
pendapat lain yang bukan pendapatnya, dan memaksa siswa untuk menerima ajarannya
itu, meskipun dia tahu bahwa ada pendapat lain yang lebih baik dari ajarannya itu.
- Tidak menguasai bahan yang diajarkan sehingga pengajaran dilakukan dengan asal-
asalan tanpa tanggungjawab yang layak
- Penyajian bahan-bahan ajaran yang tidak memenuhi syarat yang layak untuk dipakai
mencapai mutu pelajaran yang memadai, serta tidak adanya prakarsa dan usaha-usaha
lain untuk memperbaikinya.
3.1 ANALISIS
Menurut saya, Akuntabilitas adalah Suatu proses pertanggung jawaban oleh seseorang/
instansi tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Akuntabilitas program
Pendidikan adalah proses pertanggung jawaban pelaksana di institusi Pendidikan untuk
mencapai suatu keberhasilan dalam Pendidikan tersebut.
Dari masalah diatas, memang benar terjadi di dalam Pendidikan saat ini, banyak pendidik
yang memanfaatkan jabatan mereka sebagai pendidik dalam mencari keuntungan. Peserta didik
diharuskan mengikuti pembelajaran diluar kelas yang diadakan oleh pendidik tersebut. Banyak
juga pendidik yang berlaku kasar atau semena-mena kepada peserta didik, dikarenakan peserta
didik mempunyai pendapat yang berbeda dengan pendidi dan memaksa peserta didik menerima
pegajarannya. Dalam hal ini banyak kasus yang dilaporkan ke pihak berwajib oleh orang tua
peserta didik karena telah berlaku semena-mena terhadap peserta didik.