Anda di halaman 1dari 6

PENENTUAN VOLUME PROSTAT PADA PENDERITA PROSTAT JINAK DENGAN

MENGGUNAKAN PESAWAT ULTRASONOGRAFI


Noorchalis M Adjaran1,*, Sri Dewi Astuty1

Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Hasanuddin, Makassar, 90245, Indonesia

DETERMINATION OF PROSTATE VOLUME IN PATIENTS WITH BENIGN PROSTATE


ULTRASOUND PLANE

Noorchalis M Adjaran1,*, Sri Dewi Atuty1

Department of Physics, Hasanuddin University, Makassar, 90245, Indonesia

Abstrak, Telah dilakukan penelitian untuk menentukan volume prostat pada penderita prostat jinak
dengan menggunakan. pesawat ultrasonografi. Metode yang dilakukan adalah menentukan hubungan
antara volume prostat dengan gejala klinis yang di rasakan oleh pasien disertai tingkat keparahannya.
Pada hasil pengukuran ini menunjukan bahwa semakin besar ukuran prostat yang terukur maka
semakin parah tingkat gejala klinis yang di rasakan oleh setiap penderita prostat jinak.
Kata kunci: ultrasonografi, prostat

Abstract, Was conducted to determine the volume of the prostate in patients with benign prostate
using ultrasound plane. The method is to determine the relationship between prostate volume with
clinical symptoms felt by the patient is accompanied severity. In this measurement results show that
the larger the size of the prostate which measured the higher the level of clinical symptoms being
experienced by each patient benign prostate.
Keywords: ultrasound, prostate

PENDAHULUAN Dalam 20 tahun terakhir ini


Ultrasonografi (USG) merupakan salah diagnostik ultrasonik berkembang dengan
satu pencitraan diagnostik untuk pemeriksaan pesatnya sehingga saat ini USG mempunyai
organ-organ bagian dalam tubuh manusia. peranan yang penting untuk menentukan
USG dapat digunakan untuk mempelajari kelainan berbagai organ tubuh misalnya
bentuk, ukuran anatomi, gerakan serta kelenjar prostat. Kelenjar prostat adalah
hubungan dengan jaringan sekitarnya. organ tubuh pria yang paling sering
Pemeriksaan ini bersifat non-invasif pada mengalami pembesaran baik jinak maupun
tubuh pasien, data nilai diagnostik yang ganas. Pembesaran prostat jinak atau Benign
tinggi, aman, dan tidak mempunyai kontra Prostatic Hiperplasia yang selanjutnya
indikasi. disingkat BPH. Penyebab terjadinya BPH
Prosedur diagnosis USG dianalisis adalah Kelenjar periuretra mengalami
dari gelombang suara yang dilakukan di atas pembesaran sedangkan jaringan prostat asli
permukaan kulit untuk menghasilkan suatu terdesak ke perifer menjadi kapsul.BPH akan
ultrasound di dalam jaringan. Gelombang timbul selling dengan bertambahnya usia
selalu membawa energi, oleh sebab itu energi sebab BPH berkaitan erat dengan penuaan.
yang berasal dari gelombang ultrasonik akan Salah satu penyebab BPH adalah
diserap oleh jaringan. Oleh karena energi menurunnya kadar hormon terutama
gelombang ultrasonik sangat kecil testosteron. Hormon testosteron dalam
dibandingkan dengan sinar X, maka kelenjar prostat akan diubah menjadi
penyerapan energi gelombang ultrasonik ini dihidrotestosteron. Dihidrotestosteron inilah
hanya akan menyebabkan peningkatan suhu yang kemudian secara kronis merangsang
jaringan. Semakin tinggi frekuensi suara, kelenjar prostat sehingga membesar.
akan semakin besar absorbsi energi oleh Pembentukan nodul pembesaran prostat ini
jaringan, sehingga semakin sedikit suara sudah tampak gejalanya pada pria yang
yang dapat diteruskan maupun dipantulkan berusia 25 tahun sekitar 25 % (Hardjowidjoto
(Boer azwar, 2005). S, 2000).
1
Berdasarkan hal tersebut diatas panjang anterior - posterior (Dl), panjang
dengan menggunakan teknik pemeriksaan longitudinal (D2), dan panjang transversal
USG akan diteliti pengaruh pembesaran (D3). Scaning dengan USG menggunakan
prostat pada pasien yang diindikasikan transduser jenis konveks array dengan
menderita prostat jinak terhadap tingkat frekuensi 3,5 MHz yang kemudian diletakkan
keparahannya berdasarkan grade (derajat) di area abdomen yang telah dilunasi jelly
keparahan yang ada dalam literatur. yang berfungsi sebagai prefarat saat
meletakkan transduser pada perut pasien.
BAHAN DAN METODE
DATA Salah satu gambar hasil pengukuran
Pengukuran volume prostat pada diameter prostat pasien seperti yang di
penderita prostat jinak menggunakan peswat tujukan pada gambar berikut
ultrasonografi pada pengukuran ini di
lakukan pengukuran secara manual yang di
hitung menggunakan rumus tetapan volume
dan pengukuran yang terbaca pada monitor
ultrasonografi di bagian Instalasi Radiologi
Rumah Sakit Daerah Syekh Yusuf Gowa
Makassar, Sulawesi Selatan, pada bulan
februari 2013.

Pemeriksaan Ultrasonografi
Langkah awal Persiapan pasien
sebelum melakukan pemeriksaan yaitu pasien
disuruh minum air terlebih dahulu agar bisa
di peroleh gambar yang lebih jelas di
monitor. Pada saat pemeriksaan berlangsung
Gambar. Hasil scaning prostat dan cara
pasien berbaring dalam keadaan terlentang
pengukuran D1, D2, dan D3
dalam keadaan rileks, kemudian di abdomen
lumasi dengan jeli yang berfungsi sebagai
penghubung antara transduser dengan Tabel. Data hasil pengukuran D1, D2, dan
permukaan kulit. Pemeriksaan ini dilakukan D3 prostat beberapa pasien
pada daerah abdomen untuk melihat dan
mengukur volume dari prostat pada penderita
prostat jinak.

Dilakukan pemeriksaan pada 11


pasien yang di diagnose menderita penyakit
prostat jinak berdasarkan gejala klinis yaitu
tersumbatnya aliran urine yang dapat
mengakibatkan air seni keluar tidak lancar
atau menetes, dan sering buang air kecil pada
malam hari selanjutnya dari rujukan dokter
pasien tersebut di scaning bagian prostatnya
untuk diukur diameter prostat sehingga dapat
ditentukan tingkat keparahan penyakit prostat
jinak terhadap ukuran prostat pasien tersebut.
Berdasarkan teori yang telah
disebutkan dalam tinjauan pustaka
menyebutkan bahwa tingkat keparahan
penyakit prostat diklasifikan atas empat
stadium dengan ukuran volume yang juga
semakin meningkat, pasien yang di pilih
dalam penelitan ini rata - rata berumur di atas
50 tahun. Pengukuran terhadap diameter
prostat dipisahkan atas tiga bagian yaitu
2
tindakan bedah, diberikan pengobatan
konservatif, misalnya menghambat
Pada tabel di atas memperlihatkan adrenoresptor alfa, seperti alfazosin dan
nilai dari hasil pengukuran volume prostat terazosin. Keuntungan obat ini adalah efek
yang dilakukan pada penderita prostat jinak. positif segera terhadap keluhan, tetapi tidak
Hasil dari pengukuran diameter prostat pada mempengaruhi proses hiperplasi prostat
11 pasien penderita prostat jinak dilihat dari Sedikitpun kekurangannya adalah obat ini
tiga variasi pengukuran yaitu Dl, D2, dan D3 tidak dianjurkan untuk pemakaian lama.
menunjukan bahwa nilai pada setiap variasi
pengukuran berbeda. Pada pengukuran yang 2. Stadium II
dilakukan pasien yang di ukur volume Apabila ditemukan posisi prostat
prostatnya berusia di atas 50 tahun dimana lebih menonjol sehingga dapat teraba dan
usia tersebut adalah usia rentan untuk terkena sisa urin lebih dari 50ml sampai 100ml, ada
prostat jinak 40 - 50% resikonya. Pada keluhan retensi urine tetapi kandung kemih
umumnya proses hiperplasia dimulai pada mampu mengeluarkan urine walaupun tidak
usia 30-40 tahun dengan tingkat kejadian sampai habis. Ada rasa tidak enak buang air
hanya 8% belum menimbulkan gejala klinik kecil atau disuria dan menjadi nocturia. Pada
dan ini masih sangat sedikit sedangkan pada stadium II merupakan indikasi untuk
usia 50 tahun terjadi peningkatan yaitu 40- melakukan pembedahan biasanya dianjurkan
50% yang sudah menimbulkan gejala klinik reseksiendoskopi melalui uretra (trans
dan pada usia lebih dari 80 tahun angka uretra).
kejadian bisa lebih dari 80%.
Berdasarkan gambaran klinis pada 3. Stadium III
hiperplasi prostat digolongkan dua tanda Apabila ditemukan batas atas prostat
gejala yaitu obstruksi dan iritasi. Gejala sedikit teraba atau tidak dapat teraba lagi dan
obstruksi disebabkan detrusor gagal sisa urin lebih dari 100 ml. Setiap buang air
berkontraksi dengan cukup lama dan kuat kecil urine tersisa kira-kira 150 cc. Pada
sehingga mengakibatkan: pancaran miksi stadium II reseksi endoskopi dapat
melemah, rasa tidak puas sehabis miksi, dikerjakan dan apabila diperkirakan prostat
kalau mau miksi harus menunggu lama sudah cukup besar, sehingga reseksi tidak
(hesitancy), hams mengejan (straining), akan selesai dalam 1 jam. Sebaiknya
kencing terputus-putus (intermittency), dan dilakukan pembedahan terbuka. Pembedahan
waktu miksi memanjang yang akhirnya terbuka dapat dilakukan melalui trans vesika,
menjadi retensio urin dan inkontinen karena retropubik dan perineal.
overflow.
Gejala iritasi, terjadi karena 4. Stadium IV
pengosongan yang tidak sempurna atau Retensi urine total, buli-buli penuh
pembesaran prostat akan merangsang pasien tampak kesakitan, urine menetes
kandung kemih, sehingga sering berkontraksi secara periodik (over flowin kontinen). Pada
walaupun belum penuh atau dikatakan stadium IV yang harus dilakukan adalah
sebagai hipersenitivitasotot detrusor dengan membebaskan penderita dari retensi urin total
tanda dan gejala antara lain: sering miksi dengan memasang kateter atau sistotomi.
(frekwensi), terbangun untuk miksi pada Manifestasi dari BPH adalah
malam hari (nokturia), perasaan ingin miksi peningkatan frekuensi penuh, nokturia,
yang mendesak (urgensi), dan nyeri pada saat dorongan ingin berkemih, anyang-anyangan,
miksi (disuria) (Hardjowidjoto, 2000). abdomen tegang, volume urine yang turun
Derajat berat gejala BPH di dan harus mengejan saat berkemih, aliran
bedakan menjadi 4 stadium: urine tak lancar, dribbing (urine terns
menerus setelah berkemih), retensi urine
akut.
1. Stadium I
Apabila batas atas prostat mudah
Metode Analisis
teraba dan sisa urin kurang dari 50 ml ada
Data secara langsung didapat dari
obstruktif tapi kandung kemih masih mampu
pemeriksaan pasien yang terbaca langsung
mengeluarkan urine sampai habis. Pada
pada monitor pesawat ultrasonografi .
stadium ini biasanya belum memerlukan
Kemudian data dirata-ratakan dari hasil
3
pengukuran yang terbaca dan dihitung secara 2 dengan ukuran standar volume prostat yaitu
manual, berdasarkan rumus. 28.00 cm3 - 54.00 cm3.
Pasien E berusia 63 tahun, Ukuran
Pembahasan volume yang terukur dengan USG adalah
25.5 cm3 ukuran volume yang di hitung
Pada pengukuran ini menggunakan rumus menggukan rumus adalah 25.7 cm3, dari hasil
pemeriksaan, Untuk pasien E gejala yang di
rasakan pada pasien ini adalah sedikit terasa
Dimana 0.53 adalah nilai tetapan dalam nyeri pada saat buang air kecil tetapi masih
penentuan volume organ (prostat), D1 adalah mampu mengeluarkan urin sampai habis dan
ukuran panjang enterior posterior, D2 adalah selalu terbangun untuk buang air kecil pada
ukuran panjang longitudinal dan D3 adalah malam hari berdasarkan gejalanya pasien E
ukuran panjang transversal masuk dalam kategori stadium 1 dengan
ukuran standar volume prostatnya yaitu 22,00
Di tinjau dari hasil pengukuran setiap cm3 - 27.00 cm3.
pasien untuk pasien A berusia 39 tahun, Pasien F berusia 68 tahun, Ukuran
Ukuran volume yang terukur dengan USG volume yang terukur dengan USG adalah
adalah 20.0 cm3 ukuran volume yang di 27.6 cm3 ukuran volume yang di hitung
hitung menggukana rumus adalah 20.6 cm3, menggukan rumus adalah 27.9 cm3, dari hasil
dari hasil pemeriksaan tidak menunjukan pemeriksaan, Untuk pasien F gejala yang di
tanda gejala sama sekali. rasakan pada pasien ini sama seperti gejala
Pasien B berusia 40 tahun, Ukuran yang di rasakan pada pasien F yaitu terasa
volume yang terukur dengan USG adalah sedikit nyeri pada saat buang air kecil tetapi
20.3 cm3 ukuran volume yang di hitung masih mampu mengeluarkan urin sampai
menggukana rumus adalah 20.4 cm3, dari habis dan selalu terbangun untuk buang air
hasil pemeriksaan juga tidak menunjukan kecil pada malam hari berdasarkan gejalanya
tanda gejala sama sekali. pasien F masuk dalam kategori stadium 1
Pasien C berusia 56 tahun, Ukuran dengan ukuran standar volume prostatnya
volume yang terukur dengan USG adalah yaitu 22.00 cm3 - 27.00 cm3.
28.5 cm3 ukuran volume yang di hitung Pasien G berusia 69 tahun, Ukuran
menggukana rumus adalah 28.9 cm3, dari volume yang terukur dengan USG adalah
hasil pemeriksaan untuk pasien C gejala yang 36.2 cm3 ukuran volume yang di hitung
di rasakan adalah rasa tidak enak pada saat menggukan rumus adalah 36.7 cm3, dari hasil
buang air kecil atau terasa sakit pada saat pemeriksaan, Pada pasien G gejala yang
buang air kecil sehingga urin yang di dirasakan adalah terasa tidak enak pada saat
keluarkan tidak sampai habis dan masih buang air kecil atau terasa sakit pada saat
tersisa di dalam kandung kemih. berdasarkan buang air kecil sehingga urin yang di
gejala yang di temukan pada pasien C di lihat keluarkan tidak sampai habis dan masih
dari tingkat keparahannya masuk dalam tersisa di dalam kandung kemih berdasarkan
kategori stadium 2 dimana ukuran standar gejalanya pasien tersebut masuk dalam
prostat pada kategori stadium 2 adalah 28.00 kategori stadium 2 dengan ukuran standar
cm3 – 54.00 cm3. volume prostat yaitu 28.00 cm3-54.00 cm3.
Pasien D berusia 63 tahun, Ukuran Pasien H berusia 71 tahun, Ukuran
volume yang terukur dengan USG adalah volume yang terukur dengan USG adalah
28.8 cm3 ukuran volume yang di hitung 33.8 cm3 ukuran volume yang di hitung
menggukana rumus adalah 29.1 cm3, dari menggukan rumus adalah 34.2 cm3, dari hasil
hasil pemeriksaan Pada pasien D gejala yang pemeriksaan, Pada pasien H gejala yang
dirasakan pada pasien tersebut adalah rasa dirasakan adalah terasa tidak enak pada saat
tidak enak pada saat buang air kecil atau buang air kecil atau terasa sakit pada saat
terasa sakit pada saat buang air kecil buang air kecil sehingga urin yang di
sehingga urin yang di keluarkan tidak sampai keluarkan tidak sampai habis dan masih
habis dan masih tersisa di dalam kandung tersisa di dalam kandung kemih berdasarkan
kemih gejala ini sama dengan gejala yang di gejalanya pasien tersebut masuk dalam
rasakan pada pasien D dan tingkat kategori stadium 2 dengan ukuran standar
keparahannya masuk dalam kategori stadium volume prostat yaitu 28.00 cm3 - 54.00 cm3.

4
Pasien I berusia 73 tahun, Ukuran pengukuran ini terlihat bahwa untuk stadium
volume yang terukur dengan USG adalah tiga memiliki tingkat gejala klinis yang
71.7 cm3 ukuran volume yang di hitung hampir sama dengan stadium dua yaitu
menggukan rumus adalah 72.5 cm3, dari hasil ditemukan keluhan prostatimus, ada rasa
pemeriksaan, yang di keluarkan lebih sedikit sakit atau perasaan tidak enak pada saat
sehingga yang tertinggal di dalam kandung buang air kecil, urin yang di keluarkan tidak
kemih lebih banyak dan selalu ada perasaan sampai habis dan masih tersisa di dalam
ingin buang air kecil yang mendesak kandung kemih. Tetapi ada sedikit perbedaan
berdasarkan gejala yang terlihat pasien dari kedua stadium tersebut untuk stadium 2
tersebut masuk dalam kategori stadium 3 batas atas prostat masih dapat teraba
dengan ukuran standard volume prostat sedangkan untuk stadium 3 batas atas prostat
adalah 55.00 cm3 - 80.00 cm3 masih dapat teraba tetapi hanya sedikit
Pasien J berusia 74 tahun, Ukuran kadang tidak teraba sama sekali.
volume yang terukur dengan USG adalah
25.0 cm3 ukuran volume yang di hitung Berdasarkan gejala klinis pasien,
menggukan rumus adalah 25.3 cm3, dari hasil hampir semua pasien yang dinyatakan tidak
pemeriksaan, Untuk pasien J gejala yang di normal ditunjukkan oleh ukuran volume
rasakan pada pasien ini adalah sedikit terasa prostat baik yang terbaca dari display
nyeri pada saat buang air kecil tetapi masih (monitor) maupun dari perhitungan rumus.
mampu mengeluarkan urin sampai habis dan Hal ini menunjukan bahwa keterkaitan antara
selalu terbangun untuk buang air kecil pada gejala klinis yang dirasakan setiap pasien dan
malam hari berdasarkan gejalanya pasien J diagnose yang di lakukan dokter menunjukan
masuk dalam kategori stadium 1 dengan keadaan prostat yang tidak normal dengan
ukuran standar volume prostatnya yaitu 22.00 masing- masing kategori tingkat keparahan
cm3- 27.00 cm3. yaitu stadium 1 sampai 4.
Pasien K berusia 76 tahun, Ukuran
volume yang terukur dengan USG adalah
94.9 cm3 ukuran volume yang di hitung KESIMPULAN
menggukan rumus adalah 96.2 cm3, dari hasil Berdasarkan hasil penelitian dari
pemeriksaan, Pada pasien K gejala yang di 11 pasien terdapat dua pasien dengan ukuran
rasakan pada pasien ini adalah sering merasa prostat normal dan sembilan pasien yang di
kesakitan kandung kemih terasa penuh diagnosa menderita prostat jinak. Pada
karena tidak bisa buang air (retensi urin total) pengukuran ini semakin besar ukuran prostat
berdasarkan gejala yang ditemukan pasien yang terukur maka semakin parah tingkat
tersebut masuk dalam kategori stadium 4 gejala klinis yang di rasakan oleh pasien
dengan ukuran standar volumenya 81.00 prostat jinak. Dari hasil pengukuran ini juga
cm3- 108.00 cm3 terdapat dua tingkat gejala klinis yang hampir
Pengukuran volume prostat pada sama yaitu pada pasien stadium dua dan
penderita prostat jinak yang di lakukan pada stadium tiga di mana gejala klinis yang di
penelitian ini berusia mulai dari 39 tahun ke rasakan pada kedua stadium ini yaitu rasa
atas. Pada pengukuran ini dibedakan atas tiga sakit pada saat buang air kecil, di temukan
posisi pengukuran yaitu D1, D2, dan D3 keluhan prostatimus, dan urin masih tersisa
dimana dari kesebelas sampel tersebut di dalam kandung kemih meskipun sudah buang
temukan dua dari hasil pengukuran tersebut air kecil.
yaitu normal dan sisinya yaitu 9 orang yang
abnormal atau menderita prostat jinak. UCAPAN TERIMAKASIH
Dari kesembilan pasien yang Kami berterima kasih kepada Sri Dewi
abnormal terdapat empat gejala klinis untuk Astuty, S.Si, M.Si, dan eko juarlin, S.Si M.Si
membedakan tingkatan keparahan dari dosen Universitas Hasanuddin selaku
masing - masing pasien yaitu stadium 1, pembimbing utama dan pembimbing pertama
stadium 2, stadium 3 dan stadium 4. Dari dalam penyelesaian tugas akhir serta
penelitian ini terdapat dua pasien normal, tiga memberi kami dukungan dan pengetahuan
pasien dengan kategori stadium satu, empat untuk menyelesaikan penelitian ini. Kami
pasien dengan kategori stadium dua, satu juga berterima kasih kepada dr Iskandar
pasien dengan kategori stadium tiga dan satu Sp.Rad, kepala ruangan radiologi, yang
pasien dengan kategori stadium empat. Hasil memberi kami izin untuk melakukan
5
penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah
Syekh Yusuf Gowa, Sulawesi selatan.

DAFTAR PUSTAKA
Boer Azwar. 2005. Ultrasonografi Dalam
Radiolgi Daignostik. Jakarta : FKUI.

Bushberg, Jerrold T. 2002. The Essential


Physics of Medical Imaging.
California: Lippincott Williams &
Wilkins

Hardjowidjoto, S. (2000). Benigna Prostat


Hiperplasia. Airlangga University
Press: Surabaya

Januadi Edjun. 2007. Ultrasonografi Dasar


Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:
FKUI.

Linda J, Heffiier, dan Danny J, Schust. 2005.


At a Glance Sistem Reproduksi Edisi
Kedua, EMS. Jakarta.

Palmer. P.E.S, 2002, panduan pemeriksaan


diagnostic USG, Buku kedokteran
EGC, Jakarta.

Pradip R. Patel. Lecture Notes Radiologi Edisi


Kedua. EMS. Jakarta.

Rusdy Ghazali Maleuka. 2007. Ultrasonografi


prostat dalam Radiologi Diagnostic
Pustaka Cindekia Press,
Yogyakarta

Rustiadji. 1997. Majalah Radiologi Indonesia.


Jakarta : UPF Radiologi.

Sidarta. 2000. Atlas Ultrasonografi Abdomen


dan beberapa organ penting, FK UI,
Jakarta.

Sjamsuhidayat, (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah.


Edisi 2. Jakarta: EGC

Sjariar Rasad. 2005. Radiologi Diagnostik Edisi


Kedua. Jakarta : FK UI

Anda mungkin juga menyukai