MANAJEMEN
RUMAHSAKIT
UNIVERSITAS GADJAH MADA
MODUL 3.0
PERSEPSI, NILAI,
DAN SIKAP
Fasilitator :
Drs. Sito Meiyanto, PhD
Diskripsi
Para manajer harus membuang waktu untuk memahami bagaimana tiap individu
menafsirkan realitas dan dimana terdapat beda yang berarti antara apa yang dilihat
dan apa yang eksis, mencoba menghapuskan distorsi-distorsi. Kegagalan untuk
menangani perbedaan-perbedaan bila individu-individu mempersepsikan pekerjaan
secara negative akan mengakibatkan peningkatan kemangkiran dan keluarnya
karyawan serta mengurangi kepuasan kerja.
TUJUAN PEMBELAJARAN
UMUM
Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan
memahami konsep dan pengertian kontekstual dari persepsi, nilai, dan sikap
KHUSUS
Mahasiswa diharapkan mampu untuk:
- Menjelaskan konsep dan pengertian kontekstual dari persepsi dalam perilaku
organisasi
- Menjelaskan konsep dan pengertian kontekstual dari nilai dalam perilaku
organisasi
- Menjelaskan konsep dan pengertian kontekstual dari sikap dalam perilaku
organisasi
Pendahuluan
Individu-individu berperilaku dalam suatu cara tertentu yang didasarkan tidak pada
cara lingkungan luar yang sebenarnya tetapi lebih pada apa yang mereka lihat atau
yakini. Suatu organisasi dapat membelanjakan milyaran rupiah untuk menciptakan
suatu lingkungan kerja yang menyenangkan bagi karyawannya. Tetapi meskipun
ada pengeluaran ini, jika seorang karyawan meyakini bahwa pekerjaannya tidak
I. PERSEPSI
Apakah Persepsi itu, dan mengapa persepsi itu penting?
Persepsi adalah proses yang digunakan individu untuk mengelola dan menafsirkan
kesan indera mereka dalam rangka memberikan makna kepada lingkungan
mereka. Meski demikian, apa yang dipersepsikan seseorang dapat berbeda dari
kenyataan obyektif. Tidak selalu berbeda, namun sering terdapat
ketidaksepakatan.
Mengapa persepsi itu penting dalam studi OB? Semata-mata karena perilaku
manusia didasarkan pada persepsi mereka mengenai apa realitas yang ada,
bukan mengenai realitas itu sendiri. Dunia seperti yang dipersepsikan adalah
dunia yang penting dari segi perilaku.
Sumber; Stephen.P.Robbins
Tinggi Eksternal
Kekhususan
Internal
Rendah
Tinggi
Eksternal
Pelaku
Individu Konsensus
Rendah Internal
Tinggi Eksternal
Konsisten
Internal
Rendah
Salah satu penemuan lebih menarik dari teori atribusi adalah bahwa
terdapat kekeliruan atau bias yang mendistorsi atribusi. Misalnya
cukup banyak bukti yang mengungkapkan bahwa ketika membuat
pertimbangan atau penilaian mengenai perilaku orang lain, maka kita
mempunyai kecenderungan untuk meremehkan pengaruh faktor
eksternal dan melebih-lebihkan pengaruh faktor internal atau faktor-
faktor pribadi. Ini disebut kekeliruan atribusi mendasar dan dapat
menjelaskan mengapa manajer penjualan cenderung menghubungkan
kinerja buruk agen penjualannya dengan kemalasan bukannya dengan
deretan produk inovatif pesaing. Individu-individu cenderung
menghubungkan sukses mereka sendiri dengan faktor-faktor internal
seperti kemampuan atau upaya, sementara untuk kegagalan, yang
disalahkan adalah faktor-faktor eksternal seperti; nasib kurang mujur.
Ini disebut bias layanan diri.
Apakah kekeliruan dan bias yang mendistorsi atribusi ini bersifat
universal pada kebudayaan-kebudayaan yang berlainan? Kita tidak
II. NILAI
Nilai mencerminkan keyakinan-keyakinan dasar bahwa bentuk khusus perilaku
atau bentuk akhir keberadaan secara pribadi dan social lebih dipilih
dibandingkan bentuk perilaku atau bentuk akhir keberadaan perlawanan atau
kebalikan. Nilai mengandung unsur pertimbangan yang mengemban gagasan-
gagasan seseorang individu mengenai apa yang benar, baik atau diinginkan.
Nilai mempunyai baik atribut isi maupun intensitas. Atribut isi mengatakan bahwa
bentuk perilaku atau bentuk akhir keberadaan adalah penting. Atribut intensitas
menjelaskan seberapa penting hal itu. Ketika kita memperingatkan nilai-nilai
individu berdasarkan intensitasnya, kita peroleh system nilai orang tersebut. Kita
semua mempunyai hierarki nilai yang membentuk system nilai kita. Sistem ini
diidentifikasikan berdasarkan kepentingan relatif yang kita berikan ke nilai-nilai
seperti kebebasan, kesenangan, harga diri, kejujuran, kepatuhan dan
kesetaraan.
Apakah nilai bersifat cair atau lentur? Secara umum dapat dikatakan, Tidak. Nilai
cenderung relatif stabil dan kokoh. Sebagian besar nilai yang kita pegang
dibangun pada tahun-tahun awal kehidupan kita, dari orang tua, guru, teman,
dan lain-lain. Sebagai anak, kita diberitahu bahwa perilaku atau hasil tertentu itu
selalu diinginkan atau selalu tidak diinginkan.
III. SIKAP
Sikap adalah sesuatu yang kompleks, yang bisa didefinisikan sebagai
pernyataan-pernyataan evaluatif, baik yang diinginkan atau yang tidak
diinginkan, tau penilaian-penilaian mengenai obyek, orang, atau peristiwa. Sikap
mencerminkan bagaimana seseorang merasakan sesuatu.
Sikap tidak sama dengan nilai, namun keduanya saling berhubungan. Anda
dapat mengetahui ini dengan melihat pada tiga komponen sikap: kognitif, afektif,
dan perilaku.
Keyakinan bahwa ”diskriminasi adalah salah” merupakan pernyataan nilai.
Pendapat semacam itu merupakan komponen kognitif dari sikap. Komponen
tersebut menentukan tahapan untuk bagian yang lebih kritis dari sikap komponen
A. Tipe-Tipe Sikap
Seseorang dapat mempunyai ribuan sikap, namun perilaku organisasi memfokuskan
perhatian kita pada sejumlah kecil sikap yang berkaitan dengan pekerjaan. Sikap
yang berkaitan dengan pekerjaan ini membuka jalan evaluasi positif atau negatif
yang dipegang para karyawan mengenai aspek-aspek lingkungan kerja mereka.
Sebagian besar penelitian dalam perilaku organisasi telah terfokus pada tiga sikap;
kepuasan kerja, keterlibatan kerja dan komitmen pada organisasi.
1. Kepuasan kerja
Istilah kepuasan kerja merujuk ke sikap umum individu terhadap pekerjaannya.
Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan sikap yang positif
terhadap kerja itu; seseorang yang tidak puas akan pekerjaannya menunjukkan
sikap yang negatif terhadap pekerjaannya itu.
2. Keterlibatan kerja
Keterlibatan kerja merupakan tambahan yang lebih baru dalam literatur perilaku
organisasi. Meski belum terdapat kesepakatan penuh atas apa yang diartikan istilah
tersebut, satu definisi yang dapat digunakan menyatakan bahwa keterlibatan kerja
mengukur derajat sejauh mana seseorang secara psikologis mengaitkan dirinya ke
pekerjaannya dan menganggap tingkat kinerjanya sebagai hal penting bagi harga
diri. Karyawan dengan tingkat keterlibatan kerja yang tinggi dengan kuat mengaitkan
dirinya ke jenis kerja yang dilakukan dan benar-benar peduli dengan jenis kerja itu.
3. Komitmen pada organisasi
D. Mengukur Hubungan A – B
Telah dibahas sebelumnya bahwa sikap mempengaruhi perilaku. Penelitian-
penelitian awal mengenai sikap menganggap bahwa sekap secara kausal terkait
dengan perilaku; artinya, sikap seseorang menentukan apa yang mereka
lakukan. Akal sehatpun menyarankan akan adanya hubungan itu.
Meski demikian, pada akhir dasawarsa 1960-an, hubungan yang diasumsikan
ada antara sikap dan perilaku (A-B, A [attitude]-B [behavior] ) ditantang oleh
kajian ulang terhadap riset tersebut. Berdasar evaluasi terhadap sejumlah studi
yang menyelidiki hubungan antara A dan B, kajian ulang menyimpulkan bahwa
sikap tidak terkait dengan perilaku atau kemungkinan terbaiknya, hanya sedikit
hubungan. Penelitian yang lebih baru memperlihatkan bahwa hubungan A-B
dapat diperbaiki dengan memperhatikan variabel-variabel pelunak yang
mungkin.
1. Variabel-Variabel Pelunak
Pelunak-pelunak paling berpengaruh yang telah ditemukan adalah arti
penting sikap, spesifisitas sikap, aksesibilitas sikap, apakah terdapat tekanan
sosial, dan apakah seseorang mempunyai pengalaman langsung mengenai
sikap.
Sikap-sikap penting adalah sikap-sikap yang mencerminkan nilai-nilai
fundamentalis, kepentingan diri, atau identifikasi dengan individu-individu
atau kelompok yang dihargai seorang pribadi. Sikap-sikap yang dianggap
penting oleh individu cenderung menunjukkan hubungan yang kuat dengan
perilaku.
www.google.com