Jia 2 Refert
Jia 2 Refert
Oleh :
Andika 1110312022
Preseptor :
RSUP DR.M.DJAMILPADANG
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul
”Pendekatan Diagnosis dan Tatalaksana Holistik Juvenil Idiopatik Arthritis”.
Referat ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
kepaniteraan klnik senior di Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada dr. Rusdi, Sp.A(K) selaku
pembimbing referat. Penulisan referat ini jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga referat
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
7
BAB 1
PENDAHULUAN
tidak diketahui yang dimulai sebelum usia 16 tahun dan berlangsung selama
masa kanak-kanak. Satu dari 1.000 anak-anak dipengaruhi oleh berbagai subtipe
Eropa dan Amerika Utara berkisar dari 2 – 20 dan dari 16 - 150 per 100.000 anak
anak pada daerah tersebut.2 Juvenile idiopathic arthritis sering berlanjut sampai
Pada awal Juvenile idiopathic arthritis, bengkak dan nyeri sendi dapat
membatasi gerakan. Kemudian, dapat terjadi kerusakan sendi yang progresif dan
kerukasan sendi permanen. Telah diperkirakan bahwa antara 7% dan 28% dari
8
meningkatkan risiko osteoporosis. sekitar 30-50% anak dengan Juvenile idiopathic
banyak sekali diagnosis banding. Ketika curiga orang anak menderita Juvenile
penyakitnya serta pemeriksaan fisik yang rinci dan cermat. Dalam tatalaksana
membantu perkembangan psikososial dan sosial yang normal dari anak dan untuk
1.3. TujuanPenulisan
9
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami
1.4. MetodePenulisan
berbagai literatur.
10
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
yang belum diketahui, muncul sebelum usia 16 tahun dan berlanjut selama 6
digunakan di Amerika dan Juvenile chronic artritis (JCA) yang digunakan di Eropa.
Perubahan tersebut untuk membedakan artritis pada anak dan rematoid artritis pada
dewasa.4
2.2. Epidemiologi
Insiden JIA diseluruh dunia yakni 7-400 per 100.000 anak-anak (0,007%-
0,4%). Insiden JIA terbanyak pada wilayah Asia Timur (29.484-56.700) diikiuti
Utara dan Selatan, Eropa serta Australia jumlah anak perempuan 2 kali lebih banyak
daripada laki-laki namun di Afrika Selatan, India dan Turki perbandingan anak
2.3. Klasifikasi
JIA terbagi dalam beberapa klasifikasi yang berdasarkan usia saat awitan,
jumlah dan sendi yang terkena, terkait serologi, adanya tanda dan gejala sistemik
11
dengandiikuti satu atau lebih
gejala:
Erythematous rash
Pembesaran KGB
Hepatomegaly dan atau
splenomegaly
Serositis
Oligoartritis Artritis ≤ 4 sendi selama 6 bulan
2.4. Etiologi
Etiologi JIA masih belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa hal
12
a. Faktor genetik
b. Infeksi virus (parvovirus B19 dan Epstein-bar virus/EBV) dan infeksi bakteri
c. Faktor hormonal
d. Riwayat trauma
Namun, tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa trauma merupakan penyebab JIA.
1. Genetik
ada kesamaan dalam genetic dari setiap subtipe dari JIA mengingat semuanya
memiliki klinis berupa inflamasi sendi. Tingkat kesamaan dalam fenotip penyakit
yang kuat dalam patogenesis penyakit JIA.11 Temuan dari beberapa studi
secara luas dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu HLA gen dan non HLA gen.
Non HLA gen diantaranya termasuk sitokin dan gen imun lainnya.8,9
13
Hubungan antara setiap subtipe JIA dan molekul HLA telah dikonfirmasi
dalam beberapa studi, seperti HLA kelas I (HLA A-2, dan HLA B27) dan HLA
kelas II (HLADRB1 dan HLA DP). Terdapat penurunan HLA-DRB1*04 dan HLA-
2. Faktor Lingkungan
Hipotesis bahwa infeksi dapat memicu penyakit ini masih belum dapat
dibuktikan. Terdapat beberapa kesamaan antara JIA dengan artritis yang diinduksi
infeksi seperti Lyme artritis, artritis reaktif, arhritis yang diinduksi parvovirus B19
dan rubela. Onset awal pada oligoartritis mengesankan penyakit dapat merupakan
respon imunologis sekunder dari agen infeksi yang muncul pada awal kehidupan.
Selain itu, juga terdapat kesamaaan genetik alel HLA-DR antara JIA subtype
oligoartritis dengan peptide pada antigen virus seperti pada eipsten barr virus.12
3. Abnormalitas Imun
a. Auto antibody
anak. Antibodi anti siklik sitrulina ditemukan pada anak dengan poliartikular JIA
dengan Rheumatoid Factor (RF) tapi tidak ada pada JIA subtipe lain. ANA juga
b. Synovitis
dan tidak berbeda secara signifikan antara setiap subtipe. Sinovial menunjukkan
hyperplasia pada lapisan dan infiltrasi dari sel mononuclear pada lapisan tersebut,
14
termasuk sel T, sel B, makrofag, sel dendrit, dan sel plasma. Jaringan sinovial yang
hipertrofi banyak ditemukan pada pembuluh darah kecil. Faktor pro angiogenic
sinovial. Proses inflamasi berujung ke formasi panus dengan kartilago dan erosi
c. Sel T regulator
Sel T regulator adalah limfosit T yang menekan aktivitas sel T yang lain.
Terdapat bukti yang nyata antara sel T regulator dengan ekspresi CD4 dan CD25
CD4 dan CD25 yang lebih tinggi dengan kadar foxP3 yang tinggi pada darah tepi.14
Beberapa studi telah meneliti tentang kadar sitokin pada darah dan sinovial
pada berbagai subtipe JIA. Dan selain pada sJIA, hasilnya masih inkonsisten. Kadar
TNF, IL-1, dan IL-6 masih bervariasi pada serum dan cairan sinovial antara
IL-1 dan IL-6 paling berpengaruh pada patogenesis JIA. Pada inflamasi
sistemik, IL-1 menstimulasi penghancuran kartilago dan tulang dengan
menurunkan folisatatin related protein, sebuah produk inflamasi dari matriks sel
sendi dan menjadi biomarker dalam penyakit sJIA. Keterlibatan IL-1 dalam sJIA
juga dibuktikan dengan berhasilnya terapi menggunakan inhibitor IL-1 seperti
anakinra. IL-1 dan IL-18 dalam prosesnya memberikan feedback positif yang
selanjutnya berkontribusi dalam pemanjang respon inflmasi pada sJIA.14
15
Gambar 1. Pengaruh respon imun terhadap manifestasi JIA
16
Gambar 2. Keseimbangan antara toleransi dan inflamasi pada JIA
Gejala klinis utama yang terlihat secara objektif adalah artritis, dimana sendi
yang terkena teraba hangat dan biasanya tidak terlihat eritema. Secara klinis artritis
ditentukan dengan menemukan salah satu dari gejala pembengkakan atau efusi
sendi, atau dengan menemukan paling sedikit 2 gejala inflamasi sendi yaitu gerakan
sendi yang terbatas, nyeri atau sakit pada pergerakan dan panas. Rasa nyeri atau
sakit sendi pada pergerakan biasanya tidak begitu menonjol, namun gerakan aktif
atau pasif tertentu, terutama gerakan yang ekstrim dapat memicu nyeri.pada anak
kecil yang lebih jelas adalah kekakuan sendi terutama pada pagi hari.18
17
Tipe onset poliartritis terdapat pada penderita yang menunjukkan gejala
artritis pada lebih dari 4 sendi, sedangkan tipe onset oligoartritis bila mengenai 4
sendi atau kurang. Pada oligoartritis sendi besar lebih sering terkena dan biasanya
poliartritis. Pada tipe poliartritis lebih sering terdapat pada sendi-sendi jari dan
biasanya simetris, tetapi disamping itu dapat pula ditemukan pada sendi lutut, tetapi
disamping itu dapat ditemukan pula pada sendi lutut, pergelangan kaki dan siku.17
Gejala klinis yang lain dapat berupa tenosinovitis, yang biasanya terjadi
ekstensor dari dorsum pedis, tendon tibia posterior, tendon peroneus longus dan
Pada pemeriksaan darah tepi biasanya terdapat anemia ringan atau sedang
dengan kadar Hb 7-10 gr/dl dan leukositosis dengan predominasi neutrofil. Hitung
trombosit dapat meningkat hebat pada tipe sistemik berat atau poliartritis, dan
LED juga dapat digunakan sebagai monitor keberhasilan terapi. Selain itu aktivitas
Hipergammaglobulin ekstrim terjadi pada anak yang sangat sakit dan kembali
18
Antibodi antinuklear (ANA) sering positif pada ARJ. Kekerapannya lebih
tinggi pada anak wanita yang lebih muda, terutama pada tipe ologoartritis dengan
HLA-B27 berhubungan dengan ARJ tipe oligoartritis yang bisa menjadi spondilitis
2.7.2. Pencitraan
jaringan lunak sekitar sendi, pelebaran ruang sendi, osteoporosis, dan kelainan yang
agak jarang seperti formasi tulang baru periosteal. Pada keaadan lebih dari 2 tahun
dapat terlihat erosi tulang persendian dan penyempitan daerah tulang rawan.16
19
Serum sickness
Dermatomiositis
Progressive systemik sclerosis
Periodic fever syndrom
Psoriasis
Kawasaki disease
Behcet disease
Keganasan Leukemia
Neuroblastoma
Tumor tulang (seprti: osteosarkoma, sarkoma ewing,
rabdosarkoma)
Tumor jinak Osteoid osteoma
tulang Osteoblastoma
Imunodefisiensi
Trauma
2.9. Tatalaksana
OAINS dan obat anti analgetik lainnya dengan pemakaian ekstensif. Saat ini,
2. Oral kortikosteroid
terapi JIA dengan rekomendasi saat ini yaitu pemakaian dalam jumlah yag
efektif dan dapat bertahan lama utuk pasien JIA, sehingga tatalaksana ini
20
dapat mengatasi secara cepat untuk menghilangkan gejala JIA dan berpotensi
oligoartikular artritis persisten. Pada uji coba kontro acak penggunaan IACS
acetonide. Meskipun pengguaaan IACS masih belum banyak saat ini, pada
sudah menggunakan terapi sistemik yag agresif. Tambahan terapi IACS ini
dismorfisme wajah.
4. DMARDs
a. Methotrexate (MTX)
subtipe JIA, menyusul percobaan OAINS dan IACS pada anak dengan JIA
oligoartikular ringan. MTX dapat diberikan secara oral dan subkutan. Sebuah
MTX monoterapi pada rute subkutan dibandingkan rute oral, serta perbaikan
yang tampak saat pengalihan dari oral ke subkutan. Selain itu, dalam analisis
kohort, dosis MTX yang tinggi tidak signifikan memperbaiki jumlah sendi.
21
Namun demikian, MTX efektif dan biasanya pada anak-anak memiliki
b. Sulfasazaline (SSZ)
Sama seperti MTX, SSZ telah lama digunakan sebagai terapi untuk
JIA. Sebuah penelitian uji coba acak antara pemakainan SSZ dan placebo
(ERA).
MTX dan kemungkinan alternatif yang baik untuk pasien yang tidak dapat
mentolerir MTX, tapi teratogenik dan waktu paruh yang panjang merupakan
6. Agen biologik
antibodies
peningkatan kadar TNF telah dilaporkan pada pasien JIA juga. Lima TNFi
22
tersedia secara komersial, diantaranya tiga - adalimumab, etanercept, dan
adalah protein fusi yang terdiri dari domain ekstraseluler dari reseptor p75
b) Interleukin-1 inhibitor
muncul untuk memainkan peran dalam berbagai kondisi inflamasi. Tiga IL-1
yang terjadi secara alamiah; rilonacept adalah protein fusi larut yang terdiri
dari IgG1 manusia terkait dengan reseptor IL-1 dan protein aksesori; dan
Indikasi pertama bahwa blokade IL-1 dapat menjanjikan pada anak dengan
JIA diberikan oleh Verbsky dan Putih, yang berhasil mengobati dua anak
kepada sistemik, bukan artikular saja. Anakinra tidak efektif dalam uji coba
c) Abatacept
23
Abatacept adalah protein fusi larut yang terdiri dari sitotoksik sel T
balik penggunaannya telah dijelaskan. Hanya satu uji coba random acak yang
d) Tocilizumab
antibodi monoklonal yang ditujukan terhadap IL-6 reseptor. Ini adalah satu-
satunya biologis untuk dievaluasi dengan uji coba acak dan ditemukan efektif
untuk kedua pJIA dan sJIA. Pada anak-anak dengan sJIA, tocilizumab efektif
baik di sistemik serta gejala artikular. Selain itu, uji coba acak pada anak-anak
e) Rituximab
terhadap reseptor CD20 manusia, yang hadir hanya pada sel B. Belum banyak
digunakan pada anak-anak dengan JIA, mungkin dari kekhawatiran bahwa hal
itu hanya akan efektif pada penyakit dengan antibodi yang dapat
diidentifikasi.
pengobatan lainnya. Di sisi lain, terapi biologi, seperti anti-TNF-α dan anti-IL-6
24
polyarticluar JIA, yang berkorelasi dengan penurunan aktivitas penyakit. Namun,
hasil yang baik dalam memulihkan pertumbuhan pasien JIA dan harus
(HLH), muncul dari peningkatan yang besar dari sitokin pro inflamasi, yang diduga
merupakan dari hasil terjadinya kecacatana pada sel T CD8 dan/atau kapasitas sel
hati,disfungsi sistem saraf pusat, dan kematian bila terlamabat dikatahui dan diobati
secara cepat. Setelah MAS diketahui, penting untuk segera mulai memperlakukan
Siklosporin, juga digunakan dalam mengobati HLH, adalah intervensi terapi kedua
yang paling sering diresepkan. Efektivitas obat ini di sistemik MAS JIA terkait
dramatis berkhasiat pada pasien yaitu dosis tinggi kortikosteroid intravena. Obat
biologis yang diberikan kepada 15,2% dari pasien, dengan anakinra yang paling
sering dipilih, mungkin karena laporan terbaru dari efektivitas yang baik untuk
MAS. Etoposid, yang merupakan obat utama dalam protokol terapi HLH,
protokol HLH terlalu agresif untuk digunakan sebagai terapi lini pertama pada sJIA
MAS. Apakah atau tidak dosis yang lebih rendah dari etoposid akan bermanfaat
25
untuk mengobati MAS masih belum jelas. Khususnya, pasien yang menerima
etoposid memiliki manifestasi penyakit yang lebih parah dan lebih mungkin dirawat
2. Uveitis
Uveitis kronis tanpa gejala merupakan komplikasi yang sering dari JIA,
terjadi pada 30% anak dengan penyakit ANA +. MTX tampaknya menjadi agen lini
TNFi telah menjadi yang paling banyak digunakan, meskipun antibodi monoklonal
lebih efektif daripada etanercept. Untuk mencegah efek samping steroid terkait
telah gagal terapi dengan baik MTX dan TNFi, ada data minimal untuk memandu
tepat dan terapi yang cepat dengan steroid MTX dan agen biologis, risiko kebutaan
2.10. Komplikasi
perkembangan akibat penutupan epifisis dini seperti yang sering terjadi pada
mandibula, metakarpal, dan metatarsal. Kelainan tulang dan sendi lain dapat pula
terjadi seperti ankilosis, luksasi, atau fraktur. Komplikasi ini biasanya berhubungan
dengan berat dan lamanya sakit, tetapi dapat pula akibat efek pengobatan steroid.
26
hepatotoksik, atau nefrotoksik menandakan perlunya pemeriksaan laboratorium
rutin. Kadang dapat juga terjadi vaskulitis atau ensefalitis pada JIA. Amiloidosis
sekunder jarang terjadi, tetapi dapat memberikan akibat lanjut yang berat sampai
gagal ginjal.16
uveitis yang sering asimptomatik. Komplikasi lainnya yang cukup penting adalah
masalah psikologi anak akibat penyakit ini, seperti depresi, ansietas, dan masalah
di sekolah.16
a) Amiloidosis
Serum amiloid adalah suatu reaktan fase akut yang meningkat melalui
proses inflamasi. Amiloidosis adalah salah satu dari komplikasi terberat artritis
sistemik pada anak. Untuk alasan yang tidak diketahui, amiloidosis cenderung
jarang terjadi di Amerika Utara dan memiliki persentase yang lebih sedikit
pada organ vital seperti ginjal, hati, saluran cerna, dan jantung. Amiloidosis dapat
tidak disadari hingga sindroma nefrotik terjadi. Gejala lainnya adalah hipertensi,
27
menderita amiloidosis. Pada 11 penderita ini, angka untuk kehidupan 5 tahun adalah
sebesar 88% dan angka kehidupan 10 tahun sebesar 75%. Dari 24 pasien dengan
JIA, didapatkan 10 pasien meninggal. Meskipun kematian untuk berbagai jenis JIA
tidak ditentukan, secara keseluruhan, kematian yang lebih tinggi terlihat pada
pasien yang diobati hanya dengan kortikosteroid, sementara mereka yang dirawat
yang mengancam jiwa dari gangguan inflamasi sistemik, yang paling sering terjadi
meningkat terjadinya pada kasus yang juga diikuti dengan kondisi autoimun
lainnya, seperti SLE onset dewasa dan anak, penyakit Kawasaki, dan sindrom
demam periodik. MAS ditandai dengan reaksi inflamasi berlebihan akibat respon
imun yang tidak terkendali yang melibatkan aktivasi terus-menerus dari limfosit T
dan makrofag yang menghasilkan hipersekresi dalam jumlah besar dari sitokin
proinflamasi.22
[sCD25]), dan penurunan kadar fibrinogen. Sementara itu, ciri histopatologis khas
28
MAS adalah akumulasi makrofag yang menunjukkan aktivitas hemophagocytic
dapat terjadi pada 30-40% pasien dengan sistemik JIA. MAS dapat mengakibatkan
kegagalan multi-organ progresif dan dapat menjadi fatal jika tidak dikenal dengan
cepat. Studi terbaru menunjukkan tingkat kematian sebesar 8%. Membuat diagnosis
tepat waktu dan inisiasi pengobatan cepat dan tepat penting untuk dilakukan.22
2.11. Prognosis
berarti, hanya 10% di antaranya yang membawa cacat sampai dewasa. Sebagian
kecil sekali akan kambuh menjadi bentuk artritis reumatoid dewasa. Pada
umumnya, prognosis JIA dapat diperkirakan dari pola klinis tipe onset penyakitnya.
Walaupun pada awal perjalanan penyakit masih sukar diduga, tetapi dari tipe onset
JIA yang kurang baik adalah tipe onset sistemik atau poliartritis, uveitis kronik,
erosi sendi, fase aktif yang berlangsung lama, nodul reumatoid, dan ditemukannya
kemudian pada JIA sedikit rendah (2-4%) dan seringkali dihubungkan dengan gagal
Tabel 3. Hubungan antara tipe onset penyakit, gambaran klinis, dan prognosis
JIA13
Tipe Onset Subtipe Klinis Prognosis
Poliartritis RF + Wanita Buruk
29
Usia lebih tua
Tangan/pergelangan
Erosi sendi
Nodul
Non remisi
ANA + Wanita Baik
Usia muda
Seronegatif Bervariasi
Oligoartritis ANA + Wanita Sangat baik
Usia muda (kecuali mata)
Uveitis kronik
RF + Poliartritis Buruk
Erosi
Non remisi
HLA B27 + Laki-laki Baik
Seronegatif Baik
Sistemik Oligoartritis Baik
Poliartritis Erosi Buruk
penyakit yang berlanjut saat dewasa. Pada pasien-pasien ini akan terdapat kondisi
disabilitas yang sangat signifikan, seperti kekakuan pada sendi, pertumbuhan yang
Amerika Serikat dan Kanada adalah 0,29 per 100 pasien dan kebanyakan kasus
30
DAFTAR PUSTAKA
31
17.Espinosa M, Gottlieb BS. Juvenile Idiopathic Artritis. Article collagen vascular
disorder. Pediatrics in Review 2012; 33(7).
18.Stoll ML, Cron RQ. Treatment of juvenile idiopathic arthritis: a revolution in
care. Pediatric rheumatology. 2014 Apr 23;12(1):13.
19.Alsulami RA, Alsulami AO, Muzaffer MA. Growth pattern in children with
juvenile idiopathic arthritis: a retrospective study. open journal of
rheumatology and autoimmune diseases. 2017 Jan 6 ;7(01):80.
20.Minoia F, Davì S, Horne A, Demirkaya E, Bovis F, Li C, Lehmberg K,
Weitzman S, Insalaco A, Wouters C, Shenoi S. Clinical features, treatment,
and outcome of macrophage activation syndrome complicating systemic
juvenile idiopathic arthritis: a multinational, multicenter study of 362
patients. Arthritis & Rheumatology. 2014 Nov 1;66(11):3160-9.
21.Gurion R, Lehman TJA, dan Moorthy LN. Systemic Arthritis in Children: A
Review of Clinical Presentation and Treatment. International Journal of
Inflammation. Article ID 271569. PP 1-16. 2012.
22.Ravelli A, Minoia F, Davi S, Horne AC, Bovis F, Pistorio A, et al. 2016
Classification Criteria for Macrophage Activation Syndrome Complicating
Systemic Juvenile Idiopathic Arthritis. Arthritis & Rheumatology. pp:
1-11. 2016.
32