UNIVERITAS PATTIMURA
Disusun oleh:
Arwati Kilwow
2017-84-055
Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
maksud dari tulisan dalam referat ini. Namun, apabila terdapat kekurangan di
dalam referat ini, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
yang bersifat membangun agar kedepannya tulisan ini lebih lengkap dan mudah
Penulis
Arwati Kilwow
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN 1
2.1. DEFINISI 2
2.2. KLASIFIKASI 2
2.3. EPIDEMIOLOGI 5
2.4. PATOGENESIS 5
2.6. PENCITRAAN 12
2.7. DIAGNOSIS 13
2.8. PENATALAKSANAAN 14
2.9. KOMPLIKASI 28
2.10. PROGNOSIS 29
3.1. KESIMPULAN 31
DAFTAR PUSTAKA 32
iii
BAB I
PENDAHULUAN
sering ditemukan pada anak-anak. Kelainan ini terjadi pada anak usia di bawah 16
tahun dan berlangsung selama lebih dari enam minggu. 1 Penamaan ARJ
mencakup semua bentuk radang sendi anak kronis yang tidak diketahui asalnya.
Artritis rematoid juvenil adalah penyakit rematik kronis yang paling umum terjadi
pada anak-anak dan dalam jangka pendek atau panjang dapat menyebabkan
lingkunga, dan autoimun. Prevalensi ARJ dilaporkan berkisar 0.07 hingga 4.01
per 1000 anak, dan insiden tahunan di seluruh dunia bervariasi dari 0.008 hingga
0.226 per 1000 anak. Gejala klinis ARJ harus terjadi sebelum usia 16 tahun.
Biasanya penyakit ini paling sering terjadi antara usia 13 tahun, dan lebih banyak
pada anak perempuan daripada laki-laki. Pada pemeriksaan, artritis dapat ditandai
dengan pembengkakan atau kombinasi dengan gerakan yang terbatas dan nyeri
(dipicu oleh gerakan atau palpasi). Sinovitis yang terjadi pada pinggul atau sendi
gerakan yang terbatas dan nyeri. Dasar pengobatan ARJ adalah suportif, bukan
kuratif. Tujuan pengobatan adalah mengontrol nyeri, menjaga kekuatan dan fungsi
1
mencegah deformitas dengan melibatkan dokter anak, ahli fisioterapi, latihan
kerja, pekerja sosial dan bila perlu konsultasi pada ahli bedah dan psikiatri.2
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
dikenal sebagai penyakit jaringan ikat. Kelompok ini terdiri dari berbagai penyakit
yang sangat banyak jumlah dan jenisnya yang ditandai dengan artritis sendi yang
mempunyai penampilan klinis dan penyebab yang berbeda. Penyakit ini juga
2.2. Klasifikasi
Pada tahun 1970, dua set kriteria digunakan untuk mengklasifikasi artritis
kronik pada anak, yaitu Juvenile Rheumatoid Arthritis (JRA) (Tabel 1) yang
Againts Rheumatism (EULAR). Pada tahun 1993, klasifikasi ketiga muncul dari
Idiopathic Arthritis (JIA) (tabel 3). Karakteristik klinis artritis kronik berdasarkan
tipe onset yang sering digunakan adalah oligoartritis, poliartritis dan onset
Pada kriteria ACR digunakan batas usia, durasi penyakit dan onset artritis
yang terdiri dari oligoartritis, poliartritis dan onset sistemik. Penggunaan usia 16
3
tahun sebagai dasar kriteria lebih didasarkan pada pola praktis dibandingkan
variasi biologik pada penyakit. Meskipun artritis persisten selama 6 minggu sudah
cukup untuk diagnosis, namun durasi selama minimal 6 bulan diperlukan untuk
menentukan tipe onset (kecuali karakteristik sistemik muncul). Setiap sendi yang
terlibat dihitung terpisah, kecuali sendi servikal, corpus dan tarsus yang dihitung
2. Artritis (bengkak atau efusi, adanya dua atau lebih tanda: keterbatasan gerak, nyeri saat gerak
dan panas pada sendi) pada satu sendi atau lebih
a. Poliartritis ≥ 5 sendi
c. Sistemik: artritis dengan demam minimal 2 minggu, mungkin terdapat ruam atau
keterlibatan ekstraartikular, seperti limfadenopati, hepatosplenomegali atau perikarditis
dengan artritis kronik pada anak. Tipe onset JCA dan usia onset berdasarkan pada
kriteria ACR. Kelainan harus ada minimal 3 bulan dan kemungkinan penyakit
artritis lain sudah disingkirkan. Perbedaan dengan kriteria ACR adalah adanya tipe
dikaitkan dengan penyakit inflamasi usus. Selain itu, pada kriteria ini juga dibatasi
penggunaan istilah JRA pada anak dengan artritis dan seropositif faktor reumatoid
4
(RF). Pada kriteria ILAR, istilah undifferentiated artritis digunakan untuk kondisi
yang tidak memenuhi kriteria ataupun yang memenuhi lebih dari satu kriteria.2
1. Sistemik
2. Oligoartritis
a. Persisten
b. Extended
5. Artritis psoriatik
7. Undifferentiated arthritis
5
Tabel 4. Karakteristik artritis kronik menurut tipe onset penyakit2
(L:P)
Keterlibatan sistemik Penyakit sistemik Tidak ada penyakit Penyakit sistemik
sedang sistemik, penyebab sering self-limited,
utama morbiditas sebagian mengalami
adalah uveitis kronik artritis
destruktif
2.3. Epidemiologi
Artritis kronik pada anak bukan penyakit yang jarang, namun frekuensi
sebenarnya tidak diketahui. Penyakit ini terdapat pada semua ras dan area
berkisar antar 16 sampai 150 per 100.000. artritis kronik pada anak biasanya
bermula sebelum usia 16 tahun. Namun, usia onset juga dapat lebih awal, dengan
frekuensi tertinggi antara usia 1-3 tahun, meskipun juga tergantung pada tipe
onset. Jenis kelamin perempuan lebih sering terkena daripada laki-laki dan rasio
2.4. Patogenesis
6
Sampai kini penyebab ARJ masih belum diketahui dan diakui pula bahwa
banyak sekali faktor etiologi yang dapat menyebabkan gejala klinis ARJ dengan
berbagai faktor penyebab seperti infeksi, autoimun, trauma, stress, serta faktor
kemampuan toleransi tubuh terhadap antigen diri. Secara imunologis tubuh dapat
membedakan struktur antigen diri (self antigen) dengan struktur antigen yang
berasal dari luar tubuh (non self antigen). Pada berbagai keadaan seperti pada
penyakit autoimun, sistem imun tidak dapat lagi mengenal antigen diri dan akan
antigen diri), dan berbagai penyebab lain seperti virus yang belakangan ini
pertahanan tubuh. Walaupun belum jelas tebukti, terlihat adanya hubungan antara
7
dengan ARJ. Selain infeksi, riwayat trauma fisik juga dapat menjadi faktor
predisposisi lokal terhadap timbulnya artritis pada sendi yang sudah lemah atau
Kelainan tahap awal ARJ tidak jelas diketahui, tetapi terdapat bukti
tentang adanya kerusakan mikrovaskular serta proliferasi sel sinovia. Pada tahap
lebih lanjut terlihat edema sinovium serta proliferasi sel sinovia mengisi rongga
sendi. Sel polimorfonuklear predominan pada tahap awal, namun berikutnya akan
didominasi oleh limfosit, makrofag, dan sel plasma. Pada tahap ini sel plasma
akan banyak memproduksi imunoglobulin terutama IgG dan sedikit IgM yang
sebagian besar merupakan faktor reumatoid (IgM anti IgG). Tetapi kini terbukti
bahwa sebagian besar IgG cairan sinovia penderita artritis reumatoid mempunyai
biologik aktif yang menimbulkan reaksi inflamasi. Selain reaksi inflamasi, terjadi
pula oleh aktivitas berbagai mediator limfokin akibat aktivasi sistem imun selular.
Sering dengan reaksi inflamasi ini terjadi juga proliferasi dan kerusakan jaringan
sinovium.2
8
Gambar 1. Sitokin yang berperan dalam patogenesis ARJ. Interaksi makrofag, sel T, sel
B, dan sel nonhematopoietik termasuk fibroblast dalam patogenesis ARJ. Interaksi dimediasi oleh
aksi sitokin yang diinduksi dari produksi sitokin proinflamasi lainnya1
Pada tahap berikutnya yaitu pada fase kronik, maka mekanisme kerusakan
jaringan yang lebih menonjol disebabkan oleh respons imun selular. Karakteristik
artritis reumatoid kronik adalah adanya kerusakan tulang rawan, ligamen, tendo,
dan kemudian tulang. Kerusakan ini disebabkan oleh produk enzim dan
pembentukan jaringan granulasi akibat aktivasi sistem imun selular. Sel limfosit,
makrofag dan sel sinovia dapat mengeluarkan berbagai sitokin seperti kolagenase,
kerusakan jaringan lebih lanjut seperti yang terlihat pada artritis reumatoid
kronik.2
9
2.5. Manifestasi Klinis
Gejala klinis utama yang terlihat secara obyektif adalah artritis, dimana
sendi yang terkena teraba hangat dan biasanya tidak terlihat eritema. Secara klinis
artritis ditentukan dengan menemukan salah satu dari gejala pembengkakan atau
efusi sendi; atau dengan menemukan paling sedikit 2 gejala inflamasi sendi, yaitu
gerakan sendi yang terbatas, nyeri atau sakit pada pergerakan dan panas.
artikular, atau dari hipertrofi membran sinovial. Rasa nyeri atau sakit sendi pada
pergerakan biasanya tidak begitu menonjol, namun gerakan aktif atau pasif
tertentu, terutama gerakan yang ekstrim, dapat memicu nyeri. Pada anak kecil
yang lebih jelas adalah kekakuan sendi pada pergerakan terutama pada pagi hari.
Gejala konstitusional yang dapat muncul antara lain anoreksia, penurunan berat
badan, gejala gastrointestinal dan gagal tumbuh. Kelelahan (fatigue) dapat muncul
pada tipe poliartritis dan sistemik, ditandai dengan peningkatan kebutuhan tidur,
10
Tipe onset poliartritis terdapat pada penderita yang menunjukkan gejala
artritis pada lebih dari 4 sendi sedangkan tipe onset oligoartritis bila mengenai 4
sendi atau kurang. Pada tipe oligoartritis sendi besar lebih sering terkena dan
perkembangan ke arah poliartritis. Selain itu dapat ditemukan atrofi otot ekstensor
(seperti vastus lateralis dan quadriceps) dan kontraktur otot fleksor. Pada tipe
poiartritis lebih sering terdapat pada sendi-sendi jari dan biasanya simetris, tetapi
di samping itu dapat ditemukan pula pada sendi lutut, pergelangan kaki dan siku.
Tipe onset sistemik ditandai oleh demam intermitten dengan puncak tunggal atau
ganda lebih dari 39oC selama dua minggu atau lebih, artritis, dan biasanya disertai
kelainan sistemik lain berupa ruam reumatoid linier di tubuh atau ektremitas, serta
Gejala klinis yang lain dapat berupa tenosinovitis, yang biasa terjadi pada
11
dari dorsum pedis, tendon tibia posterior, tendon peroneus longus dan brevis di
Oligoartritis / Pausi-artikuler1
Bentuk penykit yang paling sering terjadi pada ARJ, Diartikan “sedikit
sendi”, pauciarticular mengenai 4 sendi atau kurang. Sekitar 50% persen dari
anak-anak dengan ARJ tergolong dalam tipe ini. , lebih sering mengenai satu sisi
sendi dibandingkan kedua sisi sendi pada saat yang bersamaan, tetapi sering pada
dua, tiga, sampai empat sendi dalam 6 bulan berikutnya. Sering ditemukan
mengenai sendi besar, paling banyak mengenai lutut, pergelangan kaki, siku.
Jarang terjadi pada sendi-sendi kecil, jemari tangan, sendi ibu jari. Sebanyak 40 –
70% mempunyai tes ANA positif, lebih sering pada anak perempuan dengan umur
1-3 tahun. Dan sering dengan komplikasi uveitis kronik., unilateral atau bilateral.
spondilitis. Sendi yang sering terserang adalah lutut, pergelangan kaki, siku dan
arthritis yang tidak bertambah meskipun telah lebih 6 bulan. Sedangkan kelompok
uveitis kronis. Sejumlah kecil anak yang menderita penyakit ini (8%) akan
12
Namun sebagian lagi menunjukkan kinerja yang baik dalam kaitanya dengan
fungsi sendi. 1
Dibagi juga menjadi dua tipe , tipe pertama mengenai anak perempuan
dengan umur dibawah 7 tahun. Beberapa anak dengan tipe ini juga disertai
peradangan mata (iridocyclitis kronis atau uveitis kronis). Anak-anak ini harus di
tes ANA (antinuclear antibody). Dari sini dapat diketahui, apakah anak tersebut
memiliki resiko tinggi terkena uveitis. Hasil positif ANA mengindikasikan resiko
tinggi terkena peradangan mata. Yang perlu diperhatikan, mata dalam kondisi
tenang, artinya kerusakan mungkin tidak nampak pada anak. Tipe kedua dari
pauciarticular biasa mengenai anak lelaki diatas 8 tahun. Sendi-sendi yang sering
terkena pada tipe ini adalah: sendi sakroiliaka, lutut, pergelangan kaki, tendon.
Anak-anak yang terdiagnosis dengan pauciarticular ARJ dan memiliki hasil positif
ANA dan usianya dibawah 7 tahun, memiliki resiko besar untuk terkena uveitis
kronis.Mata mereka harus diperiksa setiap 3 bulan, untuk beberapa tahun. Adapun
Poliartritis1
perempuan umur 12-16 tahun, biasanya disertai gejala sistemik yang ringan, RF
bisa positif maupun negatif. Pasien seronegatif cenderung berusia lebih muda dan
13
ARJ poliartikular mungkin memperlihatkan beberapa gambaran sistemik, tetapi
Gejala lainnya lemah, demam, penurunan berat badan, dan anemia, uveitis
sangat jarang pada kelompok ini, artritisnya bersifat simetris, baik pada sendi
kecil maupun besar, tetapi dapat pula diawali dengan arthritis yang hanya pada
kelompok RF positif biasanya pada usia yang lebih muda ditandai dengan erosi
sendi yang hebat, dengan manifestasi ekstraartikuler jarang., 25% didapatkan tes
2.6. Pencitraan
kerusakan yang terjadi pada keadaan klinis tertentu. Kelainan radiologik yang
terlihat pada sendi biasanya adalah pembengkakan jaringan lunak sekitar sendi,
pelebaran ruang sendi, osteoporosis, dan kelainan yang agak jarang seperti
formasi tulang baru periostal. Pada tingkat lebih lanjut (biasanya lebih dari 2
tahun) dapat terlihat erosi tulang persendian dan penyempitan daerah tulang
rawan. Angkilosis dapat ditemukan terutama di daerah sendi karpal dan tarsal.
Gambaran agak khas pada tipe oligoartritis dapat terlihat berupa erosi
tulang pada fase lanjut, pengecilan diameter tulang panjang, serta atrofi jaringan
14
lunak regional sekunder. Kauffman dan Lovell mengajukan beberapa gambaran
radiologik yang menurut mereka khas untuk ARJ sistemik, yaitu a) tulang panjang
fragmentasi iregular epifisis pada masa awal sakit yang kemudian secara bertahap
mendeteksi penyakit tulang atau manifestasi jaringan lunak pada fase awal.
Selain dengan foto Rontgen biasa kelainan tulang dan sendi ARJ dapat
pula dideteksi lebih dini melalui skintigrafi dengan technetium 99m. Pemeriksaan
cairan secara klinis, seperti pinggul dan bahu. Ultrasonografi juga dapat menilai
efusi atau sinovitis dengan menilai penebalan membran sinovial dari sendi yang
15
meradang, bursa dan pembungkus tendon. Pemeriksaan MRI yang dipadu dengan
Sarana MRI dapat digunakan untuk menilai aspek inflamasi dan destruktif dari
dihunakan untuk mendeteksi inflamasi jaringan lunak dan perubahan tulang pada
suspek penyakit inflamasi sendi untuk menentukan ada tau tidaknya sinovitis,
2.7. Diagnosis
kebanyakan dokter tidak begitu akrab dengan penyakit ini. Di lain pihak, gejala
sakit dan nyeri ekstremitas dengan atau tanpa demam cukup sering menjadi
keluhan utama penderita. Karena itu kita harus dapat membedakan kelainan
Kriteria diagnosis
Berbagai kriteria diagnosis dan klasifikasi telah diajukan oleh para penulis
tetapi untuk keperluan praktis maka lebih sering dipergunakan kriteria ARA.
Sesuai dengan kriteria yang dipakai maka gejala klinis ARJ harus terjadi sebelum
16
usia 16 tahun. Biasanya penyakit ini paling sering antara usia 1-3 tahun, dan lebih
banyak pada anak perempuan daripada laki-laki. Pada pemeriksaan, artritis dapat
ditandai dengan pembengkakan atau kombinasi dengan gerakan yang terbatas dan
nyeri (dipicu oleh gerakan atau palpasi. Sinovitis yang erjadi pada pinggul atau
ditemukan beberapa gejala klinis yang menyokong kecurigaan ke arah ARJ, yaitu
kaku sendi pagi hari, ruam reumatoid, demam intermitten, perikarditis, uveitis
2.8. Pengobatan
adalah mengontrol nyeri, menjaga kekuatan dan fungsi otot serta rentang gerakan
dan pertumbuhan yang normal. Karena itu pengobatan dilakukan secara terpadu
dokter anak, ahli fisioterapi, latihan kerja, pekerja sosial dan bila perlu konsultasi
Segera
17
Meredakan gejala
Mengembalikan fungsi
Mencegah deformitas
Mengontrol inflamasi
Jangka panjang
Rehabilitasi
Edukasi
anak dalam terapi inisial. Obat golongan ini mempunyai efek antipiretik, analgetik
dan antiinflamasi serta aman untuk penggunaan jangka panjang pada anak. Obat
mg/kgBB/hari yang diberikan dua kali perhari bersama makanan. Dapat timbul
yang ditandai dengan erupsi bulosa pada wajah, tangan dan meninggalkan
toleransi yang baik pada dosis 35 mg/kgBB/hari, dibagi dalam 3-4 dosis dan
18
diberikan dalam dosis 25-30 mg/kgBB/hari, dibagi dalam 3 dosis. Diklofenak juga
dapat diberikan pada anak yang tidak dapat AINS lain karena adanya efek
aspirin masih mampu menekan demam dan aspek inflamasi lainnya dan terbukti
aman dalam penggunaan jangka panjang. Dosis yang biasa dipakai adalah 7590
untuk mencegah iritasi lambung. Dosis tinggi biasanya untuk anak yang beratnya
kurang dari 25 kg sedangkan untuk anak yang lebih besar diberikan dosis lebih
rendah. Aspirin diberikan terus sampai 1 atau 2 tahun setelah gejala klinis
menghilang.2
2.8.2. Analgesik
pemberian dapat bermanfaat untuk mengontrol nyeri atau demam terutama pada
penyakit sistemik. Obat ini tidak boleh diberikan untuk waktu lama karena dapat
2.8.3. Imunosupresan
19
Imunosupresan hanya diberikan dalam protokol eksperimental untuk
sudah mulai memakainya dalam protokol baku. Obat yang biasa dipergunakan
mempunyai onset kerja cepat, efektif, toksisitas yang masih dapat diterima,
obat ini adalaha efektif dengan dosis relatif rendah, pemberian oral dan dosis satu
kali perminggu.2
sistemik yang tidak membaik dengan AINS, hidroksiklorokuin, atau garam emas.
respons tidak adekuat setelah 8 minggu pemberian (dosis maksimum 30 mg/m 2).
Lama pengobatan yang dianggap adekuat adalah 6 bulan. Asam folat 1 mg/hari
2.8.4. Kortikosteroid
dianjurkan untuk menekan inflamasi sendi, namun dosis rendah dapat digunakan
pada anak dengan poliartritis berat yang tidak berespon dengan terapi lain. Dosis
20
dalam terapi inisial anak yang sakit sedang atau berat yang sebelumnya
menggunakan obat antiinflamsi kerja lambat. Untuk gejala penyakit sistemik berat
(maksimum 40mg) atau dosis terbagi pada keadaan yang lebih berat. Bila terjadi
perbaikan klinis maka dosis diturunkan perlahan dan prednison dihentikan. Efek
samping yang dapat terjadi pada pemakaian jangka panjang antara lain sindrom
defisiensi glukokortikoid.2
berespon dengan AINS atau sebagai bantuan dalam terapi fisik pada sendi yang
dapat diberikan pada poliartritis dimana satu atau beberapa sendi tidak berespon
merupakan obat pilihan dengan dosis 20-40 mg untuk sendi besar. Perlu diingat
mengubah hasil akhir. Jadi lebih baik membatasi pemakaian kortikosteroid untuk
diberikan dapat terdiri dari single pulse dengan jarak 1 bulan dengan pulse
21
berikutnya, atau 3 pulse diberikan berurutan dalam 3 hari dalam 1 bulan, atau 3
pulse diberikan secara berselang hari dalam 1 bulan. Selama pemberian terapi ini,
1 atau kurang sendi aktif 1 atau lebih gambaran 2 atau lebih persendian aktif
aktivitas penyakit rendah dan
Kadar LED dan CRP normal kurang dari 3 gambaran LED dan CRP meningkat dua
aktivitas penyakit tinggi. kali di atas nilai normal
22
Tabel 7. Kriteria artritis 5 atau lebih persendian6
Aktifitas penyakit rendah Aktivitas penyakit sedang (tidak Aktivitas penyakit tinggi
(harus memenuhi semua) harus memenuhi semua kriteria (harus memenuhi minimal 3)
aktivitas rendah atau tinggi
4 atau kurang sendi aktif 1 atau lebih gambaran aktivitas 8 atau lebih persendian aktif
penyakit rendah dan kurang dari
Kadar LED dan CRP 3 gambaran aktivitas penyakit LED dan CRP meningkat dua
normal tinggi. kali di atas nilai normal
23
Penilaian global dokter Penilaian global dokter
terhadap keseluruhan terhadap keseluruhan aktivitas
aktivitas penyakit <4 dari penyakit ≥ 7 dari 10
10
Tabel 8. Gambaran dari prgnosis yang buruk dan aktivitas penyakit untuk artritis sacroiliaka aktif6
Gambaran radiologi dari beberapa persendian (erosi dan penyempitan ruang sendi)
24
Penilaian global dokter Penilaian global dokter
terhadap keseluruhan aktivitas terhadap keseluruhan aktivitas
penyakit <4 dari 10 penyakit ≥ 7 dari 10
Tabel 9. Gambaran dari prognosis yang buruk dan artritis sistemik dengan gambaran sistemik aktif (dan tanpa artritis aktif)6
Durasi 6 bulan dari kelainan sistemik aktif, yaitu: demam, peningkatan petanda inflamasi, atau
Demam aktif dan Penilaian global dokter terhadap keseluruhan aktivitas penyakit <4 dari 10
Demam aktif dan gambaran sistemik dari aktivitas penyakit berat (seperti serositis) Penilaian
global dokter terhadap keseluruhan aktivitas penyakit ≥ 7 dari 10
25
Tabel 10. Gambaran dari prgnosis yang buruk untuk artritis sistemik dengan artritis aktif (dan tanpa gambaran sistemik aktif)6
Artritis panggul
4 atau kurang sendi aktif 1 atau lebih gambaran 8 atau lebih sendi aktif
aktivitas penyakit rendah dan
Kadar LED dan CRP normal kurang dari 2 gambaran LED dan CRP meningkat dua
aktivitas penyakit tinggi. kali di atas nilai normal
26
Penilaian global pasien/ orang Penilaian global pasien/ orang
tua terhadap keseluruhan tua terhadap keseluruhan
kesehatan <2 dari 10 kesehatan ≥ 5 dari 10
yang berfungsi sebagai penghambat Tumor Necrosis Factor (TNF), sehingga akan
27
Entanercept akan terikat pada komponen Fc imunoglobulin dan efektif dalam
perifer, LED, CRP, urinalisis) harus diambil dan uji tuberkulin kulit dengan PPD
untuk anak usia 4-17 tahun yaitu 0.4 mg/kgBB subkutan 2 kali dalam seminggu,
minimal dengan jangka waktu terpisah 72-96 jam (maksimum 25 mg/dosis). Obat
sebelumnya, baik AINS atau metotreksat tetap dilanjutkan. Sedangkan untuk usia
setelah itu setiap 8 minggu untuk pemeliharaan. Pilihan lain adalah pemberian
dosis tunggal etanercept setiap minggu untuk dosis 25 mg atau kurang pada pasien
baru atau usia 4-17 tahun. Apabila dosis mingguan melebihi 25 mg, maka
digunakan dua lokasi suntikan subkutan. Obat ini tidak boleh digunakan pada
poliartritis dan sistemik belum menunjukkan hasil klinis yang konsisten. Pada
sebuah studi, penggunaan IVIG pada onset sistemik tidak memberi banyak
dosis 1.5-2 mg/kgBB, 2x/bulan dalam 2 bulan pertama kemudian 1x/bulan untuk
6 bulan selanjutnya (dosis maksimum 100 gr). Beberapa studi juga melaporkan
siklosporin untuk mengatasi artritis kronik dengan dosis 3-5 mg/kgBB/hari, dibagi
28
2.8.6. Obat antireumatik kerja lambat
emas oral dan suntikan, penisilamin, dan sulfasalazin. Obat golongan ini hanya
anak besar dengan dosis awal 6-7 mg/kgBB/hari, dan setelah 8 minggu diturunkan
pemeriksaan mata, khususnya keadaan retina, lapanag pandang dan warna. Oleh
karena itu, penggunaan obat ini jarang diberikan pada anak di bawah usia 4-7
tahun karena adanya kesulitan tindak lanjut pada pemeriksaan mata. Bila setelah 6
terhadap sulfa atau salisilat dan penurunan fungsi ginjal dan hati. Dosis dimulai
dengan 500 mg/hari diberikan bersama makanan (untuk anak yang lebih kecil
dapat diberikan sebagai langkah sementara sebelum menambah obat kedua selain
antiinflamasi lini kedua pada anak dengan tipe poliartritis atau oligoartritis
persisten.2
29
Nutrisi dan vitamin suplemen (vitamin D dan asam folat) menjadi aspek
dengan artritis aktif dianjurkan untuk beristirahat setelah pulang sekolah dan
meningkatkan waktu tidur saat malam hari. Pasien dengan ARJ harus sedapat
tubuh dan disesuaikan dengan kondisi fungsional saat ini dari sistem lokomotor
anak. Dosis bentuk pengobatan dan pilihan terapi tergantung pada usia, kondisi
mental, kapasitas seorang anak, tingkat kerusakan pada struktur sendi dan
periartikular. Latihan dilakukan sejak awal diagnosis medis, terlepas dari periode
30
Koreksi deformitas yang ada
Terapi yang serring dilakukan yaitu terapi aktif, pasif, terapi air. Metode PNF,
Tabel 1. Fisoterapi pada artritis sistemik, yang melibatkan sensi besar dan kecil 7
31
Tabel 2. Fisoterapi pada enthesitis dan/ atau menyertai rasa sakit dengan mobilitas tulang
belakang lumbar yang terbatas7
32
Tabel 3. Fisioterapi pada artritis juvenil (tulang belakang dan artritis psoriatik juvenil) 7
33
2.9. Komplikasi
perkembangan akibat penutupan epifisis dini seperti yang sering terjadi pada
mandubula, metakarpal dan metatarsal. Kelainan tulang dan sendi lain dapat pula
berhubungan dengan berat dan lamanya sakit, tetapi dapat pula akibat efek
pengobatan steroid. Adanya nyeri abdomen yang berhubungan dengan ulkus atau
laboratorium rutin. Kadang dapat juga terjadi vaskulitis atau ensefalitis pada ARJ.
Amiloidosis sekunder jarang terjadi, tetapi dapat memberikan akibat lanjut yang
penting adalah masalah psikologi anak akibat penyakit ini seperti depresi, anxietas
2.10. Prognosis
34
Sebagian besar penderita ARJ (70-90%) sembuh tanpa kecacatan yang
berarti, hanya 10% diantaranya yang membawa cacat sampai dewasa. Sebagian
kecil sekali akan kambuh menjadi bentuk artritis reumatoid dewasa. Pada
umumnya prognosis ARJ dapat diperkirakan dari pola klinis tipe onset
penyakitnya. Walaupun pada awal perjalanan penyakit masih sukar diduga, tetapi
dari tipe onset penyakit serta perjalanan gambaran klinis, prognosisnya dapat
diperkirakan.2
yang kurang baik adalah tipe onset sistemik atau poliartritis, uveitis kronik, erosi
sendi, fase aktif yang berlangsung lama, nodul reumatoid, dan ditemukannya
kemudian pada JRA sedikit rendah (2-4%) dan seringkali dihubungkan dengan
penyakit reumatik lainnya, seperti lupus eritematosus sitemik dengan kadar ANA
Tabel 6. Hubungan antara tipe onset penyakit, gambaran klinis dan prognosis ARJ2
35
HLA-B27 + Laki-laki Baik
Seronegatif Baik
Sistemik Oligoartritis Baik
Poliartritis Erosi Buruk
BAB III
36
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
sering ditemukan pada anak-anak. Kelainan ini terjadi pada anak usia di bawah 16
tahun dan berlangsung selama lebih dari enam minggu. Penyakit ini juga
Berbagai kriteria diagnosis dan klasifikasi telah diajukan oleh para penulis tetapi
untuk keperluan praktis maka lebih sering dipergunakan kriteria ARA. Sesuai
dengan kriteria yang dipakai maka gejala klinis ARJ harus terjadi sebelum usia 16
tahun. Biasanya penyakit ini paling sering antara usia 1-3 tahun, dan lebih banyak
pada anak perempuan daripada laki-laki. Pada pemeriksaan, artritis dapat ditandai
dengan pembengkakan atau kombinasi dengan gerakan yang terbatas dan nyeri
(dipicu oleh gerakan atau palpasi. Sinovitis yang erjadi pada pinggul atau sendi
adalah mengontrol nyeri, menjaga kekuatan dan fungsi otot serta rentang gerakan
dan pertumbuhan yang normal. Golongan obat yang bisa diberikan adalah obat
latihan fisik.
37
Dasar pengobatan ARJ adalah suportif, bukan kuratif. Tujuan pengobatan
adalah mengontrol nyeri, menjaga kekuatan dan fungsi otot serta rentang gerakan
REFERENSI
38
1. Hahn Youn-Soo, Kim Joong-Gon. Pathogenesis and clinical manifestations of
2. Ikatan dokter anak Indonesia. Buku ajar alergiimunologi anak edisi kedua.
39