PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kondisi lingkungan kerja dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat
melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman, dan nyaman. Kesesuaian
lingkungan kerja dapat dilihat akibatnya dalam jangka waktu yang lama lebih
jauh lagi lingkungan-lingkungan kerja yang kurang baik dapat menuntut tenaga
kerja dan waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung diperolehnya rancangan
sistem kerja yang efisien (Sedarmayanti, 2001:12). Menurut Bambang
(1991:122), lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kinerja seorang pegawai. Seorang pegawai yang bekerja di lingkungan kerja yang
mendukung dia untuk bekerja secara optimal akan menghasilkan kinerja yang
1
baik, sebaliknya jika seorang pegawai bekerja dalam lingkungan kerja yang tidak
memadai dan tidak mendukung untuk bekerja secara optimal akan membuat
pegawai yang bersangkutan menjadi malas, cepat lelah sehingga kinerja pegawai
tersebut akan rendah.
2
kerja, perawat dan tim kesehatan membutuhkan interaksi sosial dan terapeutik
untuk membangun kepercayaan dan meperkuat hubungan. Semua orang
memilki kebutuhan interpribadi akan penerimaan, keterlibatan, identitas,
privasi, kekuatan dan kontrol, serta perhatian. Perawat membutuhkan
persahabatan, dukungan, bimbingan, dan dorongan dari pihak lain untuk
mengatasi tekanan akibat stress pekerjaan dan harus dapat menerapkan
komunikasi yang baik dengan klien, sejawat dan rekan kerja. (Potter & Perry,
2009).
Agar efektif sebagai profesional keperawatan, itu tidak cukup untuk
sangat berkomitmen untuk klien. Pada akhirnya, iklim perusahaan tempat
kerja akan memiliki efek pada hubungan yang terjadi antara perawat dan klien
pribadi. Kegagalan dalam komunikasi antara penyedia layanan kesehatan
adalah salah satu faktor yang paling umum. Komitmen untuk kolaborasi
dalam hubungan kerja dengan para profesional lain membantu
mempertahankan kualitas tinggi dari perawatan klien. Keberhasilan kelompok
bergantung pada hubungan baik diantara tim, terutama pemimpin tim dengan
anggota tim yang lain. Untuk mendorong terjadinya komunikasi, pemimpin
tim harus selalu mengamati prinsip komunikasi menurut WHO, 1999: Seluruh
anggota tim harus bebas mengemukakan dan menjelaskan pandangan mereka
dan harus didorong untuk bertindak seperti itu.
Sebuah pesan atau komunikasi, baik lisan maupun tertulis harus
dinyatakan dengan jelas dan dalam bahasa atau ungkapan yang dapat
dimengerti. Komunikasi mempunyai 2 unsur yaitu mengirim dan menerima,
bila pesan yang dikirim tidak diterima komunikasi tidak berjalan. Dengan
demikian pemimpin tim harus selalu meggunakan suatu cara untuk memeriksa
apakah efek yang diharapkan terjadi. Perselisihan atau pertentangan adalah
normal dalam hubungan antar manusia, hal ini sudah diatur sedemikian
sehingga dapat mencapai hasil yang konstruktif.
3
Pengaturan ruangan untuk membantu komunikasi cobalah dengan
mengatur ruangan, kantor kelas dan ruangan kelompok, pendidikan lainnya
sehingga komunikasi dapat berjalan dengan efektif. Diagram dibawah
menunjukkan pengaturan komunikasi dengan 1 pemimpin dan 4 anggota.
(WHO, 1999).
4
instruksi medis. Perawat diruang perawatan intensif dapat mengikuti standar
prosedur yang telah ditetapkan yang mengizinkan perawat bertindak lebih
mandiri.
Perawat dapat bekerja dalam bentuk kolaborasi dengan dokter. Contoh:
Ketika perawat menyiapkan pasien yang baru saja didiagnosa diabetes pulang
kerumah, perawat dan dokter bersama-sama mengajarkan klien dan keluarga
begaimana perawatan diabetes di rumah. Selain itu komunikasi antara perawat
dengan dokter dapat terbentuk saat visit dokter terhadap pasien, disitu peran
perawat adalah memberikan data pasien meliputi TTV, anamnesa, serta
keluhan-keluhan dari pasien,dan data penunjang seperti hasil laboraturium
sehingga dokter dapat mendiagnosa secara pasti mengenai penyakit pasien.
Pada saat perawat berkomunikasi dengan dokter pastilah menggunakan
istilah-istilah medis, disinilah perawat dituntut untuk belajar istilah-istilah
medis sehingga tidak terjadi kebingungan saat berkomunikasi dan komunikasi
dapat berjalan dengan baik serta mencapai tujuan yang diinginkan.
Komunikasi antara perawat dengan dokter dapat berjalan dengan baik
apabila dari kedua pihak dapat saling berkolaborasi dan bukan hanya
menjalankan tugas secara individu, perawat dan dokter sendiri adalah
kesatuan tenaga medis yang tidak bisa dipisahkan. Dokter membutuhkan
bantuan perawat dalam memberikan data-data asuhan keperawatan, dan
perawat sendiri membutuhkan bantuan dokter untuk mendiagnosa secara pasti
penyakit pasien serta memberikan penanganan lebih lanjut kepada pasien.
Semua itu dapat terwujud dengan baik berawal dari komunikasi yang baik
pula antara perawat dengan dokter. Tips untuk permintaan kejelasan kepada
dokter: Mengidentifikasi semua nama (Sebutkan nama dokter, sebutkan nama
dan posisi, mengidentifikasi klien dan diagnosis klien atau orang-orang lain
yang terlibat dalam masalah dengan nama, meringkas masalah (data faktual
singkat tentang masalah), menyatakan tujuan, menyarankan solusi pemecahan
masalah yang relevan sesuai dengan praktek klinik, menulis kesimpulan
5
(menjelaskan siapa yang akan bertanggung jawab untuk pelaksanaan,
mengklarifikasi informasi terutama jika ini percakapan telepon, menentukan
kerangka waktu pelaksanaan) (Arnold & Boogs, 2007).
6
B. Rumusan Masalah
Makalah ini memiliki rumusan masalah yaitu bekerjasama dengan rekan
kerja, atasan, dan mempraktikan tentang bekerjasama di di lingkungan tempat
kerja atau di rumah.
C. Tujuan Pembelajaran
Kami mengharapkan dari makalah kami ini dapat memberikan informasi bagi
pembaca atau pun masyarakat pada umumnya. Agar masyarakat dan pembaca
mengetahui bahwa kerjasama antar Perawat dengan rekan kerja, atasan, keluarga
dan pasien itu sendiri sangat diperlukan dalam pelayanan keperawatan yang
berada di Rumah Sakit maupun rumah
7
BAB II
ISI
B. Dialog
8
Penolong (melihat bagian yang sakit): Wah ini sepertinya tangannya patah
(berbicara dalam hati)
(melakukan tindakan)
Penolong : Halo.... Pak saya ingin memberitahukan telah terjadi kecelakaan lalu
lintas di jalan bukit Suharto km 25, dengan kondisi korban tangan kiri di curigai
patah dan kaki sebelah kiri terluka
Kepala ruangan : dek tolong ya, itu ada pasien atas nama Nn. Peggy korban
kecelakaan diruang UGD tolong dibawa ke ruang radiologi, kemudian hubungi
keluarga pasien, oke?.
Perawat : Maaf sebelumnya mbak, apakah ada keluarga yang bisa dihubungi?
Pasien : Ada Sus, hubungi saja Ibu saya no. nya ada di handphone saya
Perawat : (sambil menelpon Ibu pasien) “ ini benar dengan Ibunya Peggy?”
Ibu Pasien : iya ini benar dengan ibuya Peggy, ini siapa ya?
9
Perawat :Perkenalkan ibu, saya Niken selaku perawat RS Merdeka ingin
memberitahu bahwa anak ibu telah mengalami kecelakaan tunggal. Dan sekarang
anak ibu sedang menjalani perawatan di ruang Unit Gawat Darurat di rumah sakit
kami. Di mohon kehadiran ibu, untuk menjadi wali dari pasien Nn. Peggy
Ibu pasien : Astagfirullah anakku gimana keadaan buah hatiku mbak? ya ampun,
oke otw cuss.
Hasil pemeriksaan pun keluar perawat memberi tahu hasil pemeriksaan ke dokter.
Perawat : ini dok. Ada pasien mengalami kecelakaan, lengan bawah mengalami
close fraktur dan ada pendarahan di kakinya, ini dok hasil scan dari Nn.peggy.
Dokter : Oh kalau begitu siapkan segera ruang operasi. Dan tutup pendarahan
pasien, segera.
Perawat : Seperti ini Ibu, anak ibu mengalami patah tulang pada tangan kirinya.
Ini foto scan tangannya dan ia juga mengalami pendarahan di kaki sebelah kiri,
dengan kondisi seperti ini maka Nn. Peggy harus segera melakukan operasi
10
secepatnya agar tidak memperparah keadannya. Jadi apakah ibu setuju bahwa anak
ibu akan dilakukan operasi?
Ibu Pasien : Nah acc tuh, yang penting berikan pengobatan yang terbaik untuk
anak saya.
Perawat : Jika ibu setuju, silahkan mendandatangani surat ini (surat persetujuan
tindakan yang akan di lakukan).
Lalu sang ibu pun menandatangani surat itu, setelah menerima persetujuan
perawat membawa pasien ke ruangan operasi. Setibanya di ruangan operasi pasien
pun diberi tindakan. Operasi berjalan selama 2 jam, setelah selesai pasien di
pindahkan ke ruangan rawat inap.
Pasien : Baik dok. Aduh saya bosan dokter saya mau pulang sekarang.
Dokter : Ibu, selain perawat yang merawat mbak Peggy, saya mohon Ibu juga
turut bersama merawat mbak Peggy juga ya karena kasih sayang seorang Ibu
kepada anaknya akan berdampak besar bagi anaknya apalagi pada kondisi seperti
ini sehingga diharapkan penyembuhan akan semakin cepat.
11
Dokter : kondisi mbak peggy sudah lebih baik jadi Insyaallah jika tidak ada
halangan rintangan yang membentang mbak besok boleh pulang
Dokter : Selamat pagi mbak (senyum), kabar gembira untuk kita semua kini
mbak boleh pulang sekarang.
Pasien : Baik dok, dan terimakasih atas semuanya, begitu juga Suster yang
mau membantu merawat saya.
Ibu Pasien : Ih saya juga begitu loh dok, sus. Apalagi dokternya cucok deh
Dokter : Ah Ibu bisa saja, kami juga berterimakasih atas bantuannya dan
disini kita dapat saling bekerjasama dengan baik demi berlangsungnya pengobatan
mbak Peggy.
12
BAB III
PELAKSANAAN
A. Topik
Bermain peran atau role play dengan melakukan kegiatan, dan mengambil
judul “cabe- cabean berujung petaka”
13
d) Pembelajaran dengan bermain peran lebih mengutamakan nilai rasa,
kreatifitas dan juga pengetahuan.
e) Latihan untuk mengutamakan pentingnya orang dan sudut pandang
mereka merupakan bekal yang sangat penting bagi mahasiswa di dunia
kerja mereka nantinya.
3. Keterampilan untuk kehidupan nyata.
a) Mahasiswa harus memahami kebutuhan dan perspektif orang-orang yang
ada di sekelilingnya.
b) Bermain peran dapat meningkatkan kemampuan seperti self-awareness,
problem-solving, komunikasi, inisiatif dan kerjasama.
c) Dalam penelitian atau problem-solving, mahasiswa lebih bisa menerima
atau mengingat ilmu yang mereka kembangkan sendiri, daripada ilmu
yang mereka terima dalam perkuliahan.
Menurut Jeremy Harmer yang dikutip Budden, penggunaan Role playing dalam
kegiatan pembelajaran dikarenakan alasan berikut:
1. Menyenangkan dan dapat menimbulkan motivasi bagi pembelajar.
2. Semakin banyak kesempatan pembelajar untuk mengungkapkan diri.
3. Memberikan kesempatan yang lebih luas untuk berbicara.
Dalam bermain peran, mahasiswa diberi peran dan situasi. Karena bermain peran
menyerupai/meniru kehidupan yang sesungguhnya, maka bahasa yang digunakan
akan berkembang, karena mereka harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan
situasi dan karakter yang diperankan. Hubungan peran antar mahasiswa dapat
mengembangkan kompetensi sosiolinguistik mereka.
Bermain peran merupakan satu metode yang sangat baik dalam pembelajaran
bahasa asing kedua. Hal ini diungkapkan oleh Tompkins (1998). Metode ini
memberikan semangat untuk berfikir dan berkreativitas serta memberikan
kesempatan pembelajar untuk mengembangkan dan melatih keterampilan berbahasa
14
dan kemampuan bertingkah laku dalam situasi yang lebih nyata. Bonnet (2000) dalam
laporan hasil penelitiannya menulis, bahwa dengan bermain peran dan berdebat siswa
meningkatkan kepercayaan diri mereka untuk berbicara dan berdebat. Seperti
pendapat Rebaud dan Sauvé yang dikutip Bonnet, permainan-permainan semacam ini
dapat membantu dalam mengungkapkan pendapat, improvisasi, mendengar dan
memahami sudut pandang orang lain.
Selain itu, permainan ini juga membantu siswa untuk mengembangkan sikap
toleransi dan dalam membuat keputusan. Hal ini akan menuntun siswa untuk berfikir
mandiri.
15
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari role play diatas adalah peran perawat harus sigap
menghadapi berbagai macam latar belakang dan keadaan pasien jangan
membeda-bedakan karena semua yang sakit membutuhkan kita sebagai tim medis
yang mereka percayai untuk proses penyembuhannya. Selalu berhati-hali dalam
berkendara.
B. Saran
Berhati-hatilah dalam melakukan tindakan keperawatan, karena sekecil
apapun tindakan yang kita lakukan kalau tindakan tersebut salah maka akan
membawa dampak yang besar.
16
DAFTAR PUSTAKA
Sedarmaynti. (2001). Sumber daya manusia dan produktivitas kerja. Mandar Maju:
Bandung.
17