Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lingkungan kerja adalah kehidupan sosial, psikologi, dan fisik dalam


perusahaan yang berpengaruh terhadap pekerja dalam melaksanakan tugasnya.
Kehidupan manusia tidak terlepas dari berbagai keadaan lingkungan sekitarnya,
antara manusia dan lingkungan terdapat hubungan yang sangat erat. Dalam hal
ini, manusia akan selalu berusaha untuk beradaptasi dengan berbagai keadaan
lingkungan sekitarnya. Demikian pula halnya ketika melakukan pekerjaan,
karyawan sebagai manusia tidak dapat dipisahkan dari berbagai keadaan disekitar
tempat mereka bekerja, yaitu lingkungan kerja. Selama melakukan pekerjaan,
setiap pegawai akan berinteraksi dengan berbagai kondisi yang terdapat dalam
lingkungan kerja. Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada disekitar para
pekerja dan yang mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang
dibebankan (Nitisemito, 1992:25). Selanjutnya menurut Sedarmayati (2001:1)
lingkungan kerja merupakan kseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi,
lingkungan sekitarnya dimana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta
pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok.

Kondisi lingkungan kerja dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat
melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman, dan nyaman. Kesesuaian
lingkungan kerja dapat dilihat akibatnya dalam jangka waktu yang lama lebih
jauh lagi lingkungan-lingkungan kerja yang kurang baik dapat menuntut tenaga
kerja dan waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung diperolehnya rancangan
sistem kerja yang efisien (Sedarmayanti, 2001:12). Menurut Bambang
(1991:122), lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kinerja seorang pegawai. Seorang pegawai yang bekerja di lingkungan kerja yang
mendukung dia untuk bekerja secara optimal akan menghasilkan kinerja yang

1
baik, sebaliknya jika seorang pegawai bekerja dalam lingkungan kerja yang tidak
memadai dan tidak mendukung untuk bekerja secara optimal akan membuat
pegawai yang bersangkutan menjadi malas, cepat lelah sehingga kinerja pegawai
tersebut akan rendah.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja


merupakan segala sesuatu yang ada disekitar pegawai pada saat bekerja, baik
berbentuk fisik atau non fisik, langsung atau tidak langsung, yang dapat
mempengaruhi dirinya dan pekerjaannya saat bekerja.

Sebagian besar kehidupan perawat dihabiskan dibanyak ragam kelompok, dari


dua hingga organisasi profesional yang besar. Sebagai partisipan kelompok,
perawat mungkin diharuskan menjalani peran yang berbeda baik menjadi anggota
atau pemimpin, pemberi saran atau penerima saran sesuai dengan kapasitasnya.
Tipe kelompok layanan kesehatan yang umum meliputi kelompok kerja,
kelompok penyuluhan, kelompok swabantu, kelompok terapi, dan kelompok
pendukung sosial terkait kerja. Kerja profesional dalam kelompok bergantung
pada gaya kepemimpinan, tanggung jawab anggota, tanggung jawab
kepemimpinan, dan identifikasi tugas dalam fase grup berbeda.

1. Komunikasi dengan Tim kesehatan lain


Perawat menjalankan peran yang membutuhkan interaksi dengan
berbagai anggota tim pelayanan kesehatan. Unsur yang membentuk hubungan
perawat klien juga dapat diterapkan dalam hubungan sejawat, yang berfokus
pada pembentukan lingkungan kerja yang sehat dan mencapai tujuan tatanan
klinis. Komunikasi ini berfokus pada pembentukan tim, fasilitasi proses
kelompok, kolaborasi, konsultasi, delegasi, supervisi, kepemimpinan, dan
manajemen. Dibutuhkan banyak keterampilan komunikasi, termasuk
berbicara dalam presentasi, persuasi, pemecahan masalah kelompok,
pemberian tinjauan performa, dan penulisan laporan. Didalam lingkungan

2
kerja, perawat dan tim kesehatan membutuhkan interaksi sosial dan terapeutik
untuk membangun kepercayaan dan meperkuat hubungan. Semua orang
memilki kebutuhan interpribadi akan penerimaan, keterlibatan, identitas,
privasi, kekuatan dan kontrol, serta perhatian. Perawat membutuhkan
persahabatan, dukungan, bimbingan, dan dorongan dari pihak lain untuk
mengatasi tekanan akibat stress pekerjaan dan harus dapat menerapkan
komunikasi yang baik dengan klien, sejawat dan rekan kerja. (Potter & Perry,
2009).
Agar efektif sebagai profesional keperawatan, itu tidak cukup untuk
sangat berkomitmen untuk klien. Pada akhirnya, iklim perusahaan tempat
kerja akan memiliki efek pada hubungan yang terjadi antara perawat dan klien
pribadi. Kegagalan dalam komunikasi antara penyedia layanan kesehatan
adalah salah satu faktor yang paling umum. Komitmen untuk kolaborasi
dalam hubungan kerja dengan para profesional lain membantu
mempertahankan kualitas tinggi dari perawatan klien. Keberhasilan kelompok
bergantung pada hubungan baik diantara tim, terutama pemimpin tim dengan
anggota tim yang lain. Untuk mendorong terjadinya komunikasi, pemimpin
tim harus selalu mengamati prinsip komunikasi menurut WHO, 1999: Seluruh
anggota tim harus bebas mengemukakan dan menjelaskan pandangan mereka
dan harus didorong untuk bertindak seperti itu.
Sebuah pesan atau komunikasi, baik lisan maupun tertulis harus
dinyatakan dengan jelas dan dalam bahasa atau ungkapan yang dapat
dimengerti. Komunikasi mempunyai 2 unsur yaitu mengirim dan menerima,
bila pesan yang dikirim tidak diterima komunikasi tidak berjalan. Dengan
demikian pemimpin tim harus selalu meggunakan suatu cara untuk memeriksa
apakah efek yang diharapkan terjadi. Perselisihan atau pertentangan adalah
normal dalam hubungan antar manusia, hal ini sudah diatur sedemikian
sehingga dapat mencapai hasil yang konstruktif.

3
Pengaturan ruangan untuk membantu komunikasi cobalah dengan
mengatur ruangan, kantor kelas dan ruangan kelompok, pendidikan lainnya
sehingga komunikasi dapat berjalan dengan efektif. Diagram dibawah
menunjukkan pengaturan komunikasi dengan 1 pemimpin dan 4 anggota.
(WHO, 1999).

2. Konflik dalam berkomunikasi


Tujuan utama dalam menangani konflik di tempat kerja adalah untuk
menemukan kualitas tinggi dan solusi yang dapat diterima bersama. Dalam
banyak contoh, berbagai jenis hubungan dapat berkembang melalui
penggunaan teknik komunikasi manajemen konflik. Pada situasi klinis
sebagai suatu proses kerja sama untuk mencapai tujuan bersama dengan
mengikuti langkah:
a) Memperoleh data faktual: Mendapatkan semua informasi yang relevan
tentang isu-isu spesifik yang terlibat dan sekitar respon perilaku klien
untuk masalah perawatan kesehatan.
b) Pertimbangkan sudut pandang lain: Memiliki beberapa ide tentang apa
masalah mungkin relevan dari sudut pandang orang lain, memberikan
informasi penting tentang pendekatan interpersonal yang terbaik untuk
digunakan.
c) Intervensi awal: Buat forum untuk komunikasi dua arah , sebaiknya
bertemu secara berkala dengan tim kesehatan lain mencakup
permasalahan klien.

3. Komunikasi antara perawat-dokter


Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang
telah cukup lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perawat
bekerja sama dangan dokter dalam berbagai bentuk. Perawat mungkin bekerja
di lingkungan di mana kebanyakan asuhan keperawatan bergantung pada

4
instruksi medis. Perawat diruang perawatan intensif dapat mengikuti standar
prosedur yang telah ditetapkan yang mengizinkan perawat bertindak lebih
mandiri.
Perawat dapat bekerja dalam bentuk kolaborasi dengan dokter. Contoh:
Ketika perawat menyiapkan pasien yang baru saja didiagnosa diabetes pulang
kerumah, perawat dan dokter bersama-sama mengajarkan klien dan keluarga
begaimana perawatan diabetes di rumah. Selain itu komunikasi antara perawat
dengan dokter dapat terbentuk saat visit dokter terhadap pasien, disitu peran
perawat adalah memberikan data pasien meliputi TTV, anamnesa, serta
keluhan-keluhan dari pasien,dan data penunjang seperti hasil laboraturium
sehingga dokter dapat mendiagnosa secara pasti mengenai penyakit pasien.
Pada saat perawat berkomunikasi dengan dokter pastilah menggunakan
istilah-istilah medis, disinilah perawat dituntut untuk belajar istilah-istilah
medis sehingga tidak terjadi kebingungan saat berkomunikasi dan komunikasi
dapat berjalan dengan baik serta mencapai tujuan yang diinginkan.
Komunikasi antara perawat dengan dokter dapat berjalan dengan baik
apabila dari kedua pihak dapat saling berkolaborasi dan bukan hanya
menjalankan tugas secara individu, perawat dan dokter sendiri adalah
kesatuan tenaga medis yang tidak bisa dipisahkan. Dokter membutuhkan
bantuan perawat dalam memberikan data-data asuhan keperawatan, dan
perawat sendiri membutuhkan bantuan dokter untuk mendiagnosa secara pasti
penyakit pasien serta memberikan penanganan lebih lanjut kepada pasien.
Semua itu dapat terwujud dengan baik berawal dari komunikasi yang baik
pula antara perawat dengan dokter. Tips untuk permintaan kejelasan kepada
dokter: Mengidentifikasi semua nama (Sebutkan nama dokter, sebutkan nama
dan posisi, mengidentifikasi klien dan diagnosis klien atau orang-orang lain
yang terlibat dalam masalah dengan nama, meringkas masalah (data faktual
singkat tentang masalah), menyatakan tujuan, menyarankan solusi pemecahan
masalah yang relevan sesuai dengan praktek klinik, menulis kesimpulan

5
(menjelaskan siapa yang akan bertanggung jawab untuk pelaksanaan,
mengklarifikasi informasi terutama jika ini percakapan telepon, menentukan
kerangka waktu pelaksanaan) (Arnold & Boogs, 2007).

4. Komunikasi antara Perawat dengan Perawat


Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien komunikasi
antar tenaga kesehatan terutama sesama perawat sangatlah penting.
Kesinambungan informasi tentang klien dan rencana tindakan yang telah,
sedang dan akan dilakukan perawat dapat tersampaikan apabila hubungan atau
komunikasi antar perawat berjalan dengan baik. Hubungan perawat dengan
perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan dapat diklasifikasikan
menjadi hubungan profesional, hubungan struktural dan hubungan
intrapersonal.
Hubungan profesional antara perawat dengan perawat merupakan
hubungan yang terjadi karena adanya hubungan kerja dan tanggung jawab
yang sama dalam memberikan pelayanan keperawatan. Hubungan sturktural
merupakan hubungan yang terjadi berdasarkan jabatan atau struktur masing-
masing perawat dalam menjalankan tugas berdasarkan wewenang dan
tanggungjawabnya dalam memberikan pelayanan keperawatan.
Laporan perawat pelaksana tentang kondisi klien kepada perawat
primer, laporan perawat primer atau ketua tim kepada kepala ruang tentang
perkembangan kondisi klien, dan supervisi yang dilakukan kepala ruang
kepada perawat pelaksana merupakan contoh hubungan struktural. Hubungan
interpersonal perawat dengan perawat merupakan hubungan yang lazim dan
terjadi secara alamiah. Umumnya, isi komunikasi dalam hubungan ini adalah
hal- hal yang tidak terkait dengan pekerjaan dan tidak membawa pengaruh
dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya.

5. Komunikasi antara Perawat dengan Keluarga Pasien dan Pasiennya

6
B. Rumusan Masalah
Makalah ini memiliki rumusan masalah yaitu bekerjasama dengan rekan
kerja, atasan, dan mempraktikan tentang bekerjasama di di lingkungan tempat
kerja atau di rumah.

C. Tujuan Pembelajaran
Kami mengharapkan dari makalah kami ini dapat memberikan informasi bagi
pembaca atau pun masyarakat pada umumnya. Agar masyarakat dan pembaca
mengetahui bahwa kerjasama antar Perawat dengan rekan kerja, atasan, keluarga
dan pasien itu sendiri sangat diperlukan dalam pelayanan keperawatan yang
berada di Rumah Sakit maupun rumah

7
BAB II
ISI

Pemeran Role Play


1. Pasien : Peggy Hegar Meichella
2. Dokter : Dobby Aldinatha Juce
3. Perawat : Niken Prameswari
4. Ibu Pasien : Vivi Noor Jannah
5. Kepala R. : Cipluk Arumsari

A. Isi Cerita atau Sinopsis


Setelah pulang kerja, Peggy begitu panggilannya ia tidak langsung pulang
ke rumah melainkan ia bergegas pergi ke Mall untuk shopping bersama teman-
temannya untuk memenuhi kebutuhan dirinya. Setelah berbelanja dan
mengunjungi seluruh Mall yang ada di kotanya akhirnya ia izin pulang ke rumah
duluan karena rumahnya yang letaknya cukup jauh dan sepi. Namun dalam
perjalanan menuju rumahnya sesuatu menimpa Peggy, ia mengalami kecelakaan
tunggal akibat efek mengantuk dan tidak focus yang akut sehingga menyebabkan
motor yang ia kendarai menabrak trotoar dan ia pun terlempar menghantam tiang
listrik.

B. Dialog

Tergeletak lah si Peggy di tengah jalan sambil merintih meminta tolong


dengan kondisi fisik tangan kanan patah dan kaki kiri terluka. Rintihannya
terdengar oleh wanita yang sedang berjalan di kawasan tersebut. Segeralah wanita
menghampiri suara tersebut.

Penolong : Mbak mbak sadar, bisa dengarkan saya mbak? Tolong-tolong.

Pasien : Tolong mbak tangan dan kaki saya sakit.

8
Penolong (melihat bagian yang sakit): Wah ini sepertinya tangannya patah
(berbicara dalam hati)

Lalu sang penolong memberikan pertolongan pertama untuk kaki korban


dengan membalut sapu tangan yang ia miliki yang bertujuan menghentikan
pendarahan.

(melakukan tindakan)

Setelah melakukan tindakan segeralah sang wanita tersebut menelpon


ambulance.

Penolong : Halo.... Pak saya ingin memberitahukan telah terjadi kecelakaan lalu
lintas di jalan bukit Suharto km 25, dengan kondisi korban tangan kiri di curigai
patah dan kaki sebelah kiri terluka

Setelah beberapa saat tibalah ambulance di tempat kejadian. Pasien langsung


dilarikan ke ruang UGD dan segera mendapat perawatan medis.

Kepala ruangan : dek tolong ya, itu ada pasien atas nama Nn. Peggy korban
kecelakaan diruang UGD tolong dibawa ke ruang radiologi, kemudian hubungi
keluarga pasien, oke?.

Perawat : siap kak laksanakan

Perawat langsung mengantar pasien keruang radiologi dan menghubungi


keluarga pasien.

Perawat : Maaf sebelumnya mbak, apakah ada keluarga yang bisa dihubungi?

Pasien : Ada Sus, hubungi saja Ibu saya no. nya ada di handphone saya
Perawat : (sambil menelpon Ibu pasien) “ ini benar dengan Ibunya Peggy?”

Ibu Pasien : iya ini benar dengan ibuya Peggy, ini siapa ya?

9
Perawat :Perkenalkan ibu, saya Niken selaku perawat RS Merdeka ingin
memberitahu bahwa anak ibu telah mengalami kecelakaan tunggal. Dan sekarang
anak ibu sedang menjalani perawatan di ruang Unit Gawat Darurat di rumah sakit
kami. Di mohon kehadiran ibu, untuk menjadi wali dari pasien Nn. Peggy

Ibu pasien : Astagfirullah anakku gimana keadaan buah hatiku mbak? ya ampun,
oke otw cuss.

Hasil pemeriksaan pun keluar perawat memberi tahu hasil pemeriksaan ke dokter.

Perawat : ini dok. Ada pasien mengalami kecelakaan, lengan bawah mengalami
close fraktur dan ada pendarahan di kakinya, ini dok hasil scan dari Nn.peggy.

Dokter : Oh kalau begitu siapkan segera ruang operasi. Dan tutup pendarahan
pasien, segera.

Perawat : Siap dok. Laksanakan...!

Perawat : Permisi ya mbak, saya akan melakukan tindakan untuk menghentikan


pendarahan pada kaki mbak, mohon ditahan ya mbak.

Pasien : iya Sus

Tidak lama kemudian Ibu korban datang kerumah sakit, menanyakan


keadaan anaknya (pasien)

Ibu pasien : Bagaimana dengan keadaan anak saya ya Sus?

Perawat : Seperti ini Ibu, anak ibu mengalami patah tulang pada tangan kirinya.
Ini foto scan tangannya dan ia juga mengalami pendarahan di kaki sebelah kiri,
dengan kondisi seperti ini maka Nn. Peggy harus segera melakukan operasi

10
secepatnya agar tidak memperparah keadannya. Jadi apakah ibu setuju bahwa anak
ibu akan dilakukan operasi?

Ibu Pasien : Nah acc tuh, yang penting berikan pengobatan yang terbaik untuk
anak saya.

Perawat : Jika ibu setuju, silahkan mendandatangani surat ini (surat persetujuan
tindakan yang akan di lakukan).

Lalu sang ibu pun menandatangani surat itu, setelah menerima persetujuan
perawat membawa pasien ke ruangan operasi. Setibanya di ruangan operasi pasien
pun diberi tindakan. Operasi berjalan selama 2 jam, setelah selesai pasien di
pindahkan ke ruangan rawat inap.

Keesokan harinya dokter dan perawat mendatangi pasien, untuk memeriksa


keadaan pasien.

Dokter : Permisi mbak, selamat pagi gimana keadaannya?

Pasien : Baik dok. Aduh saya bosan dokter saya mau pulang sekarang.

Dokter : Sebentar ya saya periksa dulu.

Dokter : Gimana bu anaknya minum obatnya teratur saja kan?

Ibu pasien : iya diminum kok dok.

Dokter : Ibu, selain perawat yang merawat mbak Peggy, saya mohon Ibu juga
turut bersama merawat mbak Peggy juga ya karena kasih sayang seorang Ibu
kepada anaknya akan berdampak besar bagi anaknya apalagi pada kondisi seperti
ini sehingga diharapkan penyembuhan akan semakin cepat.

Ibu Pasien : Itu pasti dok, terimakasih sarannya dokter

Pasien : Jadi dok, kapan saya bisa pulang?

11
Dokter : kondisi mbak peggy sudah lebih baik jadi Insyaallah jika tidak ada
halangan rintangan yang membentang mbak besok boleh pulang

Pasien: baik dok, terima kasih.

Kesesokan harinya, dr. Dobby menghampiri pasien bernama Peggy untuk


memeriksa kondisinya seperti biasa.

Dokter : Selamat pagi mbak (senyum), kabar gembira untuk kita semua kini
mbak boleh pulang sekarang.

Pasien : Baik dok, dan terimakasih atas semuanya, begitu juga Suster yang
mau membantu merawat saya.

Ibu Pasien : Ih saya juga begitu loh dok, sus. Apalagi dokternya cucok deh

Dokter : Ah Ibu bisa saja, kami juga berterimakasih atas bantuannya dan
disini kita dapat saling bekerjasama dengan baik demi berlangsungnya pengobatan
mbak Peggy.

Dokter memerintah perawat Niken untuk melepas infus yang masih


terpasang di tangan pasien Peggy setelah semuanya beres maka si pasien boleh
kembali pulang ke rumahnya.

12
BAB III
PELAKSANAAN

A. Topik
Bermain peran atau role play dengan melakukan kegiatan, dan mengambil
judul “cabe- cabean berujung petaka”

B. Tujuan Role Play


Dalam proses belajar mengajar, Role playing merupakan salah satu metode
belajar komunikatif yang berorientasi pada pembelajar. Dari pendapat beberapa
ahli dapat dilihat beberapa manfaat dan tujuan penggunaan metode ini, antara
lain:
1. Memberikan motivasi kepada mahasiwa
a) Aspek kreatif lebih terlihat bermain dari pada bekerja
b) Tekanan atau keharusan untuk memecahkan masalah atau konflik yang
dialami karakter mereka lebih memberikan motivasi daripada tekanan
ketika mereka harus mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian.
Tekanan semacam ini justru akan mereka temui dalam kehidupan nyata.
2. Menambah atau memperkaya sistem pembelajaran tradisional
a) Pengajar tidak hanya mencekoki mahasiswa dengan teori-teori.
b) Bermain peran menunjukkan dunia sebagai tempat yang kompleks dengan
masalah-masalah yang kompleks pula. Masalah-masalah ini tidak dapat
dipecahkan hanya dengan satu jawaban sederhana yang diingat oleh
mahasiswa.
c) Mahasiswa belajar bahwa keterampilan yang dipelajari secara terpisah,
seperti keterampilan berkomunikasi, sering digunakan secara bersama-
sama dalam menyelesaikan berbagai tugas/kegiatan dalam dunia nyata.

13
d) Pembelajaran dengan bermain peran lebih mengutamakan nilai rasa,
kreatifitas dan juga pengetahuan.
e) Latihan untuk mengutamakan pentingnya orang dan sudut pandang
mereka merupakan bekal yang sangat penting bagi mahasiswa di dunia
kerja mereka nantinya.
3. Keterampilan untuk kehidupan nyata.
a) Mahasiswa harus memahami kebutuhan dan perspektif orang-orang yang
ada di sekelilingnya.
b) Bermain peran dapat meningkatkan kemampuan seperti self-awareness,
problem-solving, komunikasi, inisiatif dan kerjasama.
c) Dalam penelitian atau problem-solving, mahasiswa lebih bisa menerima
atau mengingat ilmu yang mereka kembangkan sendiri, daripada ilmu
yang mereka terima dalam perkuliahan.

Menurut Jeremy Harmer yang dikutip Budden, penggunaan Role playing dalam
kegiatan pembelajaran dikarenakan alasan berikut:
1. Menyenangkan dan dapat menimbulkan motivasi bagi pembelajar.
2. Semakin banyak kesempatan pembelajar untuk mengungkapkan diri.
3. Memberikan kesempatan yang lebih luas untuk berbicara.

Dalam bermain peran, mahasiswa diberi peran dan situasi. Karena bermain peran
menyerupai/meniru kehidupan yang sesungguhnya, maka bahasa yang digunakan
akan berkembang, karena mereka harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan
situasi dan karakter yang diperankan. Hubungan peran antar mahasiswa dapat
mengembangkan kompetensi sosiolinguistik mereka.
Bermain peran merupakan satu metode yang sangat baik dalam pembelajaran
bahasa asing kedua. Hal ini diungkapkan oleh Tompkins (1998). Metode ini
memberikan semangat untuk berfikir dan berkreativitas serta memberikan
kesempatan pembelajar untuk mengembangkan dan melatih keterampilan berbahasa

14
dan kemampuan bertingkah laku dalam situasi yang lebih nyata. Bonnet (2000) dalam
laporan hasil penelitiannya menulis, bahwa dengan bermain peran dan berdebat siswa
meningkatkan kepercayaan diri mereka untuk berbicara dan berdebat. Seperti
pendapat Rebaud dan Sauvé yang dikutip Bonnet, permainan-permainan semacam ini
dapat membantu dalam mengungkapkan pendapat, improvisasi, mendengar dan
memahami sudut pandang orang lain.
Selain itu, permainan ini juga membantu siswa untuk mengembangkan sikap
toleransi dan dalam membuat keputusan. Hal ini akan menuntun siswa untuk berfikir
mandiri.

Kekurangan Role playing.


Menurut Blatner, Role playing merupakan teknologi mengintensifkan dan
mengakselerasikan pembelajaran. Selain memiliki banyak manfaat, metode ini juga
memiliki kekurangan.

Kekurangan yang diungkap oleh Blatner antara lain:


1. Bermain peran merupakan satu metode belajar yang memungkinkan adanya
improvisasi dari para pelakunya. Kemampuan untuk melakukan improvisasi ini
menuntut rasa keamanan, sehingga pengajar harus memberikan kesempatan
kepada mahasiswa untuk mempelajari peran yang diberikan lebih dulu (warming-
up process). Warming-up ini sebenarnya sudah merupakan bagian dari bermain
peran itu sendiri, sehingga waktu akan terkurangi.
2. Adanya anggapan bahwa kemampuan interpersonal lebih mudah dari kemampuan
teknis, sehingga mereka cenderung berfikir mampu melakukan Role playing
meski mereka belum pernah memperoleh materi/tema yang akan diperankan.

15
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari role play diatas adalah peran perawat harus sigap
menghadapi berbagai macam latar belakang dan keadaan pasien jangan
membeda-bedakan karena semua yang sakit membutuhkan kita sebagai tim medis
yang mereka percayai untuk proses penyembuhannya. Selalu berhati-hali dalam
berkendara.

B. Saran
Berhati-hatilah dalam melakukan tindakan keperawatan, karena sekecil
apapun tindakan yang kita lakukan kalau tindakan tersebut salah maka akan
membawa dampak yang besar.

16
DAFTAR PUSTAKA

Arnold, E. C, & Boggs. K. U. (2007). Interpersonal Relationship: Professional


Communication skills for Nurses. (5 th ed.). St Louis: Elseiver.
Kozier,Barbara. (2004). Fundamentals Of Nursing: concepts, process, and
practice (7 th ed.). New Jersey : Pearson
Kramer, Marlene. (2008). Reality Shock : why nurses leave nursing. St Louis:
MOSBY
Northouse, Peter Guy. (2010). Leadership: Theory and Practice.(5 th ed.). USA:
SAGE
Potter & Perry. (2009).Fundamental keperawatan (7 th ed.).(vols 2.). dr Adrina
&marina, penerjemah). Jakarta: Salemba Medika.
Stuart.G.W.,&Laraia.,M.T.(2005).Principles and Practice Of psychiatric
nursing.(8 th ed.).St Louis: MOSBY
WHO. (1999). Manajemen Pelayanan Kesehatan Primer. (2 th ed). (dr.Popy
Kumalasari, Penerjemah).Jakarta: EGC
CopperandCo.(Maret, 2013).Komunikasi Perawat Dengan Tenaga Kesehatan.
Bambang, Kusriyanto. (1991). Meningkatkan produktvitas karyawan. Pustaka
Binaman Pressindo: Jakarta.

Sedarmaynti. (2001). Sumber daya manusia dan produktivitas kerja. Mandar Maju:
Bandung.

17

Anda mungkin juga menyukai