Penatalaksanaan Resistensi Insulin Pada Abortus Berulang Edit
Penatalaksanaan Resistensi Insulin Pada Abortus Berulang Edit
miscarriage) adalah kejadian keguguran paling tidak sebanyak 2 kali atau lebih
berturut-turut pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu dan/atau berat janin
kurang dari 500 gram.1 Sementara menurut Jauniaux (2006) dan Maryam (2012),
atau lebih yang terjadi sebelum usia kehamilan mencapai 20 minggu. 2, 3 Menurut
Maryam pada tahun 2012, angka kejadian keguguran berulang telah mencapai 2-4%
pasangan.2
kromosom orang tua (7,7%), kelainan pembekuan darah maternal (28,3%), kelainan
struktur uterus (9%), disfungsi sistem imun maternal (19%), kelainan endokrin
maternal (1-3%) dan idiopatik (30%).3, 4 Kelainan endokrin yang dimaksud adalah
Saat ini kelainan endokrin telah dianggap sebagai salah satu penyebab keguguran
berulang, akan tetapi masih sedikit data yang mendukung pendapat ini.5 Belakangan
ini perhatian mulai tertuju pada kaitan antara Sindrom Ovarium Polikistik (SOPK),
gambaran USG yang umum pada penderita keguguran berulang adalah ovarium
polikistik.1
SOPK merupakan kelainan endokrin yang paling sering ditemukan pada wanita usia
1
tampak sebagai hirsutisme, acne atau alopesia male pattern.6 Salah satu masalah
pada wanita dengan SOPK adalah infertilitas sebagai konsekuensi dari oligo atau
anovulasi kronik. Akan tetapi walaupun ovulasi telah diperbaiki, wanita dengan
Kejadian keguguran pada kehamilan awal pada wanita dengan ovarium polikistik
atau SOPK sebesar 30-50%. Ini adalah 3 kali lebih tinggi daripada wanita normal
Resistensi insulin seringkali ditemukan pada wanita dengan keguguran berulang dan
keguguran.1, 5, 7, 8
Ilmu pengetahuan saat ini memperlihatkan adanya bukti kejadian resistensi insulin
mengalami peningkatan kejadian keguguran, maka para ahli mulai mencari kaitan
berulang yang tidak hamil dan tidak diabetik dibandingkan dengan 74 wanita fertil
yang tidak hamil dan tidak fertil, memiliki anak hidup minimal 1 dan keguguran tidak
lebih dari 1. Umur, ras dan indeks massa tubuh (IMT) semua subyek penelitian
kelompok kontrol.10
2
Maryam pada tahun 2012 mempublikasikan hasil penelitiannya (case control
prospektif) pada 100 orang wanita di Iran tahun 2007 -2008, dimana hasil penelitian
ini mendapatkan angka kejadian resistensi insulin pada wanita dengan keguguran
Suatu pendapat yang senada dengan hal ini, pernah diungkapkan oleh Mills JL dan
Rosenn B kemudian dikutip oleh Rai R (2006) sebagai berikut : “Diabetes yang
Resistensi insulin tampaknya menjadi suatu hal yang sering terjadi dan dapat
yang diproduksi oleh tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik di jaringan perifer. 12
Pada resistensi insulin, sel hepar, otot, dan lemak tidak berespon dengan baik
terhadap insulin. Akibatnya tubuh memerlukan insulin dalam jumlah yang lebih
mengatasi hal ini dengan meningkatkan produksi insulin, akan tetapi pankreas gagal
untuk bertahan lama dalam kondisi ini. Akhirnya terjadi peningkatan kadar glukosa
dalam darah dan terjadilah diabetes. Pada resistensi insulin, biasanya peningkatan
3
Beberapa penelitian prospektif belakangan ini melaporkan peranan TNF-α dalam
memediasi terjadinya resistensi insulin pada kehamilan. TNF-α adalah sitokin yang
plasenta juga memproduksi TNF-α dalam jumlah tertentu.14 Pada hewan percobaan
dan manusia yang obesitas, ditemukan bahwa kadar TNF-α meningkat dengan
dari jaringan adiposa, salah satunya adalah TNF-α. Peningkatan kadar TNF-α akan
sensitivitas insulin. Dalam kondisi normal, adiponektin akan mengaktivasi AMPK (5-
glukosa uptake di otot skelet. Penghambatan adiponektin oleh TNF-α pada akhirnya
4
yang jelek akan menyebabkan gangguan pertumbuhan embrionik, pembentukan
Like Growth Factor 1 dan 2 (IGF 1 dan 2), LH, FSH, dan Growth Factor
1) oleh insulin merupakan faktor kunci pengaruh insulin terhadap sel granulosa,
mencakup uptake glukosa, sintesis glikogen, sintesis piruvat dan laktat (suatu
substrat yang baik untuk perkembangan oosit). Efek mitogenik insulin yang
diferensiasi sel pada sel granulosa, dan maturasi oosit di mediasi oleh stimulasi
terhadap IRS-2.
Defek pada metabolisme glukosa akibat resistensi insulin pada tingkat ovarium
dapat menimbulkan gangguan distribusi glukosa, laktat, piruvat, purin dan cAMP
maturasi oosit. Semua defek tersebut akan berakibat pada gangguan ovulasi,
5
Saat ini telah diketahui bahwa kadar insulin dan atau IGF-1 yang tinggi pada
sel. Gangguan uptake glukosa ini kemudian akan berakibat pada peningkatan
kejadian apoptosis dan kematian sel yang terprogram.6 Telah dilaporkan juga
“caspase”, suatu enzim yang menyerang sel blastokist dan memicu kaskade
Suatu transporter glukosa lainnya yang cukup penting adalah GLUT 4 yang
ditemukan pada sel epitel endometrium, terutama pada fase proliferasi. Insulin
dalam sel. Ternyata ekspresi GLUT 4 ini sangat berkurang pada kondisi
Sebagai kesimpulan, kadar insulin, glukosa, dan IGF-1 yang tinggi akan
ovarium, endometrium dan embrio itu sendiri. Proses implantasi dimediasi oleh
beberapa molekul adhesi sel pada permukaan endometrium. Salah satu molekul
adhesi sel tersebut adalah integrin αvβ3 yang menfasilitasi adhesi embrio pada
6
Hiperinsulinemia dapat menyebabkan peningkatan kadar androgen sehingga
Faktor lain yan memainkan peranan penting pada implantasi dan kelangsungan
kehamilan adalah gen yang disebut “home box genes” atau gen HOXA10.
siklus haid. Ekspresi gen ini penting untuk mempertahankan kemampuan uterus
keguguran spontan.6
SOPK adalah pengaruh insulin dalam menurunkan kadar glycodelin dan IGF-
imun sel natural killer (NK) endometrium terhadap embrio. Sehingga glycodelin
sangat penting untuk melindungi embrio dari respon imun maternal pada saat
7
implantasi. Penelitian memperlihatkan bahwa wanita dengan infertilitas yang
endometrium yang signifikan pada fase luteal dibandingkan dengan wanita fertil
normal.
protein ini bekerja lokal melalui aktivasi integrin α5β1, mempengaruhi invasi
trofoblast pada arteri spiralis terutama pada trimester pertama kehamilan. Hal ini
aliran darah maternal dan perfusi uteroplasenta yang sangat dibutuhkan oleh
janin.6
Gambar 1
Kadar glycodelin dan IGFBP-1 menurun drastis pada wanita dengan SOPK
dibandingkan dengan wanita normal pada 3-5 minggu, 6-8 minggu, dan 9-11
8
F. Resistensi Insulin dan Plasminogen Activator Inhibitor (PAI-Fx)
Pasquali (2003) dan Sangraula dkk (2009) menyatakan adanya kaitan antara
hypofibrinolytic 4G4G dari gen PAI-1 dengan kejadian abortus spontan dan
PAI-1 lebih sering terjadi pada wanita dengan SOPK dibandingkan dengan
Terminologi yang saat ini digunakan untuk menjelaskan resistensi insulin di berbagai
belahan dunia kadang membingungkan dan saling tumpang tindih. Istilah sindrom
resistensi insulin. Sebenarnya semua istilah ini merupakan konsep yang berbeda.
Resistensi insulin merupakan suatu respon subnormal terhadap kadar insulin dalam
tubuh. Hal ini bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih ke kondisi patofisiologi.
sindrom ovarium polikistik, perlemakan hati, beberapa bentuk keganasan dan sleep
apnea. Konsep yang terbaru saat ini adalah sindrom metabolik yang mencakup
lipoprotein (LDL) dan hipertensi. Akan tetapi dalam berbagai literatur, konsep ini
9
masalah utama yang menimbulkan sindrom metabolik, dimana gejala-gejala yang
untuk menjadi suatu evaluasi rutin pada pasien dengan keguguran berulang. 3
penelitiannya pada tahun 2012 dan Craig (2002) sebagai berikut :2, 10
Rasio antara gula darah puasa dan insulin puasa kurang dari 4,5
Menurut Baziad (2011) rasio gula darah puasa dan insulin puasa kurang dari 10,1
Wanita dengan keguguran berulang berada dalam situasi yang sangat kompleks,
memuaskan (sekitar 50% kasus) dan stress psikososial yang ditimbulkan terhadap
anatomi uterus, profil hormonal ibu (TSH, Prolaktin dan glukosa), dan evaluasi
memiliki lebih dari 1 faktor resiko keguguran di atas.3 Sehingga sampai saat ini
10
imunomodulator dan imunosupresan, serta suplementasi multivitamin masih
sayang (Tender Loving Care/ TLC) dapat mengurangi kejadian keguguran pada
yang cukup signifikan dalam penggunaan obat sensitiser insulin untuk mengurangi
Clark (1998) dan Morikawa (2004) sebagaimana yang dikutip oleh Jauniaux (2006)
berulang dijadikan sebagai terapi pertama terutama pada wanita yang kelebihan
modifikasi gaya hidup termasuk penurunan berat badan dan olahraga dalam
banyak dilaporkan, banyak jenis terapi masih kontroversial. Hal ini disebabkan
karena seleksi pasien yang sangat bervariasi dan protokol pengobatan yang tidak
11
Penatalaksanaan Resistensi Insulin
Berbagai strategi telah dibuat untuk mengatasi kelebihan berat badan dan resistensi
wanita dengan obesitas. Terapi dititikberatkan pada usaha mengurangi berat badan
A. Non farmakologis
Kenyataan yang tampak saat ini bahwa mayoritas orang mendapatkan resistensi
insulin sebagai akumulasi dari gaya hidup yang tidak sehat dalam jangka waktu
adalah diet, kebiasaan merokok, olahraga dan stress. Walaupun terdapat faktor
genetik yang mungkin juga berperanan pada kejadian resistensi insulin, tetapi
Manajemen diet dan modifikasi gaya hidup yang sedenter merupakan lini
badan dan modifikasi gaya hidup terbukti tidak berhasil. 22 Manajemen non
1. Diet
Diet yang ideal untuk mengatasi resistensi insulin adalah diet yang
12
penatalaksaan infertil dan keguguran berulang pada wanita yang kelebihan
berat badan.3 Diet yang dianjurkan adalah diet dengan kadar asam lemak
omega-3 yang tinggi, banyak sayuran dan buah, serat (oat), kacang-
Style), tinggi serat, biji-bijian (grain), tinggi protein dan rendah karbohidrat
2. Kebiasaan merokok
3. Olahraga
Olahraga merupakan pola hidup yang paling penting dalam mencegah dan
kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali
13
jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti
4. Stress
B. Farmakologis
1. Metformin
terakhir ini dan merupakan obat pilihan pertama untuk mengatasi resistensi
insulin.17, 22-24 Hampir semua penelitian melaporkan efektivitas obat ini dalam
bahwa metformin (850mg, 2 kali sehari) memiliki efek yang signifikan dan
14
dan endokrin dan terutama terhadap gangguan menstruasi.17, 22, 24 Palomba
keguguran berulang pada pasien dengan SOPK mendapatkan bahwa obat ini
IGFBP-1 sebanyak 3 kali lipat. Peningkatan kadar glycodelin dan IGFBP-1 ini
Gambar 2
kadar insulin oleh metformin dapat mengurangi PAI-Fx dan dengan demikian
15
Jakubowicz dkk dalam penelitiannya tentang pengaruh metformin terhadap
40
30
20 P<0.001 Early pregnancy Loss Rate %
10
0
Control (N=31)
Metformin
(N=65)
Gambar 3
dengan SOPK.6
teratogenik, dan tidak mempengaruhi hasil luaran bayi baik berat lahir,
panjang lahir, maupun perkembangan motorik dan sosial bayi pada usia 3
dan 6 bulan.22
16
Ketertarikan terhadap fungsi terapeutik metformin dimulai ketika
ditemukannya efek obat ini pada beberapa jaringan yang dipengaruhi oleh
organ utama, obat ini juga bekerja pada otot skelet, jaringan lemak, endotel,
dan ovarium.23
Gambar 4
hexokinase dan piruvat kinase. Metformin juga menekan enzim lipogenik dan
17
Gambar 5
baik basal maupun yang distimulasi oleh insulin. Uptake glukosa basal
dimediasi oleh aktivasi AMPK yang kemudian diikuti oleh aktivasi PKC
(protein kinase C) dan aktivasi GLUT-4 (glucose transporter-4). Hal ini akan
18
Gambar 6
jaringan lemak. Aktivitas AMPK juga dapat meningkatkan uptake glukosa oleh
19
Gambar 7
langsung maupun tidak langsung melalui reduksi kadar insulin yang kemudian
Metformin sebaiknya mulai diberikan dengan dosis 500 mg sekali sehari pada
saat makan, kemudian dapat dinaikkan 500 mg setiap minggu jika diperlukan.
Dosis maksimal adalah 2500 – 2550 mg per hari terbagi dalam 3 dosis pada
20
saat makan.23 Pada beberapa literatur dikatakan bahwa dosis efektif
Saat ini metformin dianggap terbukti aman, efektif dan bebas efek teratogenik
untuk digunakan dalam kehamilan dan menyusui.17, 22 Pada wanita yang telah
gestasional.22
misalnya diare, mual, kembung, nyeri perut, flatus, dispepsia, metallic taste
dan anoreksia. Efek ini muncul pada 10-50% pasien dan akan hilang sendiri
setelah beberapa hari sampai beberapa minggu sejak terapi dimulai. Efek ini
dapat dikurangi dengan memulai terapi dengan dosis rendah yang kemudian
2. Thiazolidinedion
ϫ terdapat dalam jumlah besar di jaringan lemak, dimana fungsi PPAR-ϫ ini
dapat memperbaiki kerja insulin di jaringan otot melalui pemecahan lipid dari
21
jaringan adiposa (jaringan lemak) sehingga mengurangi akumulasi lipid di
Golongan obat ini termasuk dalam kategori C untuk kehamilan. Akan tetapi,
samping yang cukup berat pada pemakaian obat ini, mencakup malaise,
gangguan fungsi hati, dan mual muntah. Oleh karena efek samping ini, maka
hati secara berkala pada pemakai troglitazone, dan akhirnya obat ini ditarik
dari pasaran pada tahun 2000.22 Sampai saat ini belum ada data yang akurat
insulin
3. Mengatasi resistensi insulin dimulai dengan mengubah pola hidup dan pola
makan
22
DAFTAR PUSTAKA
23
14. Barbour LA, Mccurdy CE, Hernandez TL, Kirwan JP, Catalano PM, Friedman JE.
Cellular Mechanisms for Insulin Resistance in Normal Pregnancy and Gestational
Diabetes. The American Diabetes Association 2007.
15. Essah PA, Cheang KI, Nestler JE. The Pathophysiology of Miscarriage in Women with
Polycystic Ovary Syndrome. Review and Proposed Hypothesis of Mechanisms
Involved. Hormones 2004;3(4):221-227.
16. Sangraula H, Paudel K, Sharma M. Metformin and Troglitazone in The Treatment of
Female Infertility Associated with Polycystic Ovarian Syndrome. Journal of Nepal
Medical Association 2009;48(176).
17. Pasquali R, Pelusi C, Genghini S, Cacciari M, Gambineri A. Obesity and reproductive
disorders in women. Human Reproduction Update 2003;9 No 4.
18. Barth RJ. Insulin Resistance, Obesity and the Metabolic Syndrome. Obesity in South
Dakota: an Expanding Epidemic 2011.
19. Bashiri A, Gete S, Mazor M, Gete M. Recurrent pregnancy loss--evaluation and
treatment. PubMed 2011;150(11).
20. Morin-Papunen L. Metformin in early pregnancy and abortions. Dept. of Obstetrics
and Gynecology University Hospital of Oulu, Finland 2008.
21. Palomba S, Falbo A, Jr FO, Russo T, Tolino A, Zullo F. Metformin hydrochloride and
recurrent miscarriage in a woman with polycystic ovary syndrome. Fertil-Steril.
PubMed 2006;85(5).
22. M.A.Checa, A.Requena, C.Salvador, R.Tur, J.Callejo, J.J.Espino´s, et al. Insulin-
sensitizing agents: use in pregnancy and as therapy in polycystic ovary syndrome.
Human Reproduction Update 2005;11 No 4.
23. Diamanti-Kandarakis E, Christakou CD, Kandaraki E, Economou FN. Metformin: an
old medication of new fashion: evolving new molecular mechanisms and clinical
implications in polycystic ovary syndrome. European Journal of Endocrinology
2010;162.
24. Jakubowicz DJ, Iuorno MJ, Jakubowicz S, Roberts kA, Nestler JE. Effects of Metformin
on Early Pregnancy Loss in the Polycystic Ovary Syndrome. The Journal of
Endocrinology & Metabolism 2002;87(2).
24