OLEH:
SINDI IRAWATI
(1906124523)
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
2020
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan laporan akhir praktikum dengan
judul “Alat Perlindungan Diri, Pembersihan Lahan dan Metode Perbanyakan
Tanaman”. Laporan akhir praktikum ini kiranya tak akan selesai tanpa bantuan
dari beberapa pihak yang terus mendorong penulis untuk menyelesaikannya.
Selanjutnya, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pak Deby Kurnia, S.P.,
M.Si dan pak Didi Muwardi, SE., MM telah membimbing dalam penyusunan
laporan akhir praktikum ini. Tanpa adanya bimbingan dari beliau, penulis kiranya
tidak akan mampu menyelesaikan laporan ini. Tak lupa penulis ucapkan terima
kasih kepada seluruh rekan-rekan yang telah banyak membantu dalam penyelesaian
laporan akhir praktikum ini.
Penulis berharap laporan akhir praktikum ini dapat berguna bagi pembaca
dalam menambah wawasan serta pengetahuan untuk masa kini maupun masa yang
akan datang. Penulis menyadari bahwa laporan akhir praktikum ini masih ada
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
agar kedepannya tercipta laporan akhir praktikum yang lebih baik.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
I. PENDAHULUAN
membersihkan semak belukar dan kayu-kayu kecil sedapat mungkin ditebas rata
dengan permukaan tanah, lama pekerjaan ini adalah 2-3 bulan baru kemudian
dilanjutkan dengan tahap tebang.
Dalam kegiatan pembersihan lahan kecelakaan kerja merupakan salah satu
masalah bagi pekerja. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian materi
namun timbulnya korban jiwa. Kehilangan sumber daya manusia ini merupakan
kerugian karena diperlukan waktu untuk mencari atau mendidik sumber daya
manusia yang sesuai. Kerugian yang langsung yang nampak dari timbulnya
kecelakaan kerja adalah biaya pengobatan dan kompensasi kecelakaan. Sedangkan
biaya tak langsung yang tidak nampak ialah kerusakan alat-alat produksi, penataan
manajemen keselamatan yang lebih baik, penghentian alat produksi, dan hilangnya
waktu kerja.
Oleh karena itulah diperlukan alat pelindung diri (APD) untuk mengurangi
resiko kecelakaan dalam pekerjaan terutama di bidang pertanian. Alat Pelindung
Diri (APD) adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk
melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya
potensi bahaya/kecelakaan kerja. APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha
melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif
tidak dapat dilakukan dengan baik.
pertanian yang digunakan oleh FAO dibagi menjadi beberapa jenis yaitu lahan
garapan dan lahan penggembalaan yaitu sebuah wilayah yang digunakan untuk
menjadikan suatu lahan pertanian yang dapat menghasilkan produksi (Wikipedia,
2014).
Pembukaan lahan (land clearing) merupakan kegiatan pembersihan lahan
dari segala macam bentuk tanaman atau akar - akar pertanaman yang mengganggu
tanaman yang di usahakan untuk mangidentifikasi lahan yang akan dibuka dan
pemamfaatannya. Tahapan pekerjaan untuk pembukaan lahan pada areal semak
belukar antara lain, membabat dan mengibas semak belukar, mengumpulkan semak
belukar yang telah di babat, semak belukar yang telah kering, melakukan
penggemburan tanah. Sesuai dengan tahapan pembukaan lahan di atas, bertujuan
untuk memudahkan kita dalam pembukaan lahan (Azwar, 2001).
Pembukaan lahan (land clearing) sebagai tahap awal penyiapan lahan dapat
dilakukan dengan dua cara utama yaitu dengan cara manual membabat dan
membakar (slash and burn). Sebelum melakukan pembukaan lahan terlebih dahulu
dilakukan identifikasi vegetasi yang ada pada lahan tersebut. Dari data yang ada
makan dapat ditentukan apakah pembukaan lahan dilakukan secara manual,
manual-mekanis atau secara mekanis saja (Mustafa, 2000).
Pembukaan lahan dimulai dari pengukuran lahan yang akan di jadikan lahan
budidaya, proses pembabatan segala tanaman yang menggangu tanaman yang akan
di usahakan, perbersihan lahan yang telah di babat, yang tujuannya untuk memudah
kan kita dalam melakukan pengolahan tanah. Tanah yang telah diolah atau telah
gembur akan memudahkan akar tanaman menghisap zat-zat makanan yang ada di
dalam tanah selain itu tanah yang gembur juga akan memudahkan kita dalam proses
penanaman (Khairil).
Pembukaan lahan perkebunan adalah kegiatan atau pekerjaan membersihkan
lahan dari vegetasi lainnya, baik berupa pepohonan, belukar, maupun rerumputan
agar siap diolah untuk persiapan penanaman komoditi tanaman perkebunan.
Metode pembukaan Metode pembukaan lahan tergantung kondisi lahan, khususnya
vegetasi atau peruntukan lahan sebelumnya. Lahan yang sesuai perkebuan dapat
berupa hutan primer dan sekunder, semak belukar, bekas perkebunan komoditas
lain (karet, kelapa, kakao), padang alang alang, atau bahkan bekas kebun tanaman
8
pangan (jagung, singkong, padi gogo), serta kebun kelapa sawit tua (peremajaan).
Teknik pembukaan lahan dapat dilakukan secara manual, mekanis, kimia atau
kombinasi, tergantung keadaan vegetasinya (Kalshoven, L.G.E. 2008).
Pembukaan lahan hutan primer atau sekunder dilakukan penebangan secara
bertahap. Pada prinsipnya, tanaman lapis bawah berupa semak, belukar, dan anakan
pepohonan yang masih kecil ditebas lebih dulu dengan parang, dan kapak.
Tergantung jenis dan kondisi hutannya, jika diperlukan, dapat digunakan gergaji
rantai (Chain saw) untuk pepehonan kecil yang sudah berat ditebang dengan kapak
atau parang. Hasil tebangan ditumpuk dalam jalur dengan jarak 4 – 5 m antar
tumpukan dan lebar tumpukan 4 – 5 m. Setelah bersih baru dilakukan penebangan
pepohonan yang lebih besar. Kayu yang berguna dapat dikumpulkan dan sisanya,
termasuk cabang-cabang dan ranting pepohonan diletakkan pada tumpukan
tebangan lantai hutan sebelumnya. Bagian-bagian cabang besar dan kecil dipotong
pendekpendek untuk memercepat proses pelapukannya. Tidak diperbolehkan
membakar hasil tebangan, tetapi dipotong sependek mungkin lalu dibiarkan sampai
habis melapuk. Di perkebunan-perkebunan besar, terutama jika tenaga kerja sulit,
dapat menggunakan mesin penghancur sehingga mempercepat proses pelapukan
dan mengurangi tebal timbunan hasil tebangan (Hasrun Hafid at al, 2008).
Pembukaan belukar mirip dengan pembukaan lahan vegetasi hutan, dengan
perbedaan pada ukuran pepohonan. Di samping itu di lahan bersemak, biasanya
diselingi padang rumput atau alang-alang. Di bagian yang ditutupi semak belukar
dengan vegetasi berkayu ukuran besar relatif banyak, pembukaan lahan dimulai
dengan menebas vegetasi yang lebih pendek dan kecil seperti rerumputan, anakan
semak baru disusul dengan tumbuhan lebih besar. Rerumputan dan alang-alang
sebaiknya disemprot saja dengan herbisida 2 – 3 kali hingga betul-betul bersih dari
gulma. Semak yang ditebang, langsung dicacah atau dipotong sependek mungkin
dan ditumpuk bersama rerumputan dalam lajur-lajur di antara rencana barisan
tanaman. Tumpukan tersebut tidak boleh dibakar, tetapi dibiarkan melapuk yang
berguna untuk meningkatkan kadar bahan organik dan unsur hara dalam tanah.
Penggunaan formula mikrobia dapat memercepat proses pelapukannya (Pahan,
2010).
9
ialah banyak digunakan untuk produksi bibit yang akan ditanam d kebun benih dan
bermanfaat untuk penyelamatan kandungan genetic tanaman (Sukendro, 2010).
Cara pembiakan vegetatif ada yang secara alami dan secara buatan.
Pembiakan secara buatan dengan stimulasi akar dan tunas adventif ialah layerage,
cuttage atau setek, penyambungan tanaman, dan kultur jaringan. Adapun
perbanyakan secara vegetatif dilakukan menggunakan bagian-bagian tanaman
seperti cabang, ranting, pucuk, daun, umbi, dan akar. Prinsipnya adalah merangsang
tunas adventif yang ada di bagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi
tanaman sempurna yang memiliki akar, batang, dan daun sekaligus (Setyati, 2002).
Mencangkok (airlayerage) merupakan salah satu istilah yang digunakan
untuk memperbanyak tanaman secara vegetatif. Pembiakan vegetatif secara
cangkok ini merupakan sauatu cara perkembangbiakan tanaman yang tertua di
dunia akan tetapi hasilnya sering mengecewakan pencangkoknya karena kegagalan
dalam melakukan pencangkokan. Kegagalan ini dapat dilihat dari bagian tanaman
di atas keratan/luka yang kering atau mati. Perkembangbiakan secara vegetatif ini
biasanya dipilih karena pertimbangan tertentu misalnya untuk menginginkan
tanaman baru yang mempunyai sifat sama seperti induknya, sifat tersebut dapat
berupa seperti ketahanan terhadap hama dan penyakit, rasa buah, keindahan bunga
(Wudianto, 1998).
Cangkok bertujuan untuk mendapatkan tanaman baru yang mempunyai sifat
baik yang sama dengan induknya misalnya rasa buah dan agar tanaman lebih kuat
terhadap hama penyakit. Tumbuhan yang akan dicangkok bisa ditanam di dalam
pot karena tanaman yang dicangkok tersebut sangat mudah dirawat, pohonnya juga
tidak akan terlalu tinggi seperti tanaman yang tidak dicangkok dan pohon yang
tumbuh dengan cara dicangkok tidak akan mempunyai akar tunggang (Hartmann,
2004).
Ada beberapa jenis teknik cangkok, diantaranya yaitu: cangkok biasa,
cangkok susu media tanah, cangkok susu media cocopeat, dan cangkok media air.
Cangkok susu media tanah yaitu mencangkok dengan menggunakan 2,3 atau
lebih akar tanaman muda yang masih sejenia yang ditempelkan pada cabang batang
tanaman yang sudah tumbuh dewasa. Kemudian tempelan tersebut diberi cocopeat,
tanah atau sejenisnya yang kemudian dibalut dengan plastik dan diikat. Kelebiha
12
dari cangkok susu media tanah yaitu: 1) dapat diterapkan pada semua jenis tanaman,
2) mempunyai perakaran yang lebih baik dan lebih kuat, 3) buah yang dihasilkan
akan lebih baik dari induknya, 4) dapat langsung berbuah saat pohon ditanam, dan
5) cocok untuk tabulampot (tanaman buah yang dikembangbiakkan dalam pot)
(Materi kuliah, 2019).
Cangkok susu media cocopeat adalah mencangkok dengan menggunakan tiga
atau lebih akar tanman muda yang masih sejenis dan ditempelkan pada cabang
batang tanaman yang sudah tumbuh dewasa, kemudian tempelan tersebut diberi
cocopeat yang kemudia dibalut menggunakan plastik dan diikat. Bertujuan untuk
memperbanyak dan memperbaiki kualitas mutu tanaman serta dapat mempercepat
pertumbuhan buah pada tanaman (Materi kuliah, 2019).
Mencangkok menggunakan media air pada prinsipnya hampir sama dengan
pencangkokan pada umumnya, hanya saja media yang digunakan berupa air dan
juga metode penerapannya berbeda, jika pencangkokan pada umumnya
menggunakan plastik untuk membungkus media, pada teknik pencangkokan ini
menggunakan gelas plastik transparan yang diikatkan pada batang cangkok sebagai
wadah media cangkok berupa air. Kriteria yang harus dipenuhi sebagai tanaman
indukan yaitu: 1) tanaman unggul yang telah produktif, 2) usia pohon kurang lebih
5 tahunan, 3) pohon indukan tidak sedang terserang hama dan penyakit, 4) sebelum
dicangkok sebaiknya melakukan pemangkasan untuk mengurangi penguapan pada
tanaman, 5) lakukan pemupukan sehingga pertumbuhan tanaman menjadi optimal
dan siap untuk diperbanayak, 6) setelah tanaman indukan siap, selanjutnya pilih
cabang yang ideal (Materi kuliah, 2019).
Okulasi merupakan salah satu teknik perbanyakn secara vegetatif bauatan
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu tanaman melalui penempelan
sepotong kulit pohon dengan mata tunas dari batang atas yang ditempelkan pada
irisan kulit pohon lain dari batang bawah sehingga dapat tumbuh dan bersatu
menjadi individu yang baru. Syarat okulasi yaitu: 1) tanaman tidak sedang tumbuh
daun baru, 2) batang atas dan bawah harus memiliki umur yang sama, 3) kedua
tanaman yang akan diokulasi harus satu genus, 4) bebas hama dan penyakit, 5)
tanaman bersifat unggul, dan 6) mempunyai produksi yang tinggi (Materi kuliah,
2019).
13
III. METODOLOGI
IV. PEMBAHASAN
7. Alat pelindung diri harus memenuhi standard yang telah ada. Alat tersebut
tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya.
8. Suku cadangnya harus mudah didapat guna mempermudah
pemeliharaannya
Sedangkan Menurut Suma’mur (1996), alat pelindung diri harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1. Enak dipakai
2. Tidak mengganggu kerja
3. Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya
3. Topi pengaman (Safety Helmet); Jenis alat ini digunakan untuk melindungi
kepala dari kemungkinan benda‑benda jatuh di lapangan. Misalnya pada
saat memanen buah. Untuk mengetahui topi pengaman yang sesuai standar
APD dapat dilihat pada Gambar 3.
5. Pelindung atau penutup mata. Jenis alat ini dipakai untuk melindungi mata
pada saat bekerja di lapangan, baik dari terik matahari maupun dari
benda‑benda yang berbahaya di lapangan seperti debu, ataupun pada saat
bekerja di laboratorium. Untuk mengetahui penutup mata yang sesuai
standar APD dapat dilihat pada Gambar 5.
6. Alat pelindung mulut (masker). Alat ini berfungsi melindungi mulut dan
hidung dari bahan berbahaya saat bekerja di lapangan yakni menggunakan
pestisida, gas beracun atau debu. Untuk mengetahui alat pelindung mulut
(masker) yang sesuai standar APD dapat dilihat pada Gambar 6.
7. Pelindung tubuh berupa pakaian pelindung yaitu celana panjang dan baju
lengan panjang yang terbuat dari bahan yang cukup tebal. Tujuannya untuk
melindungi tubuh dari tetesan pestisida jika tangkinya bocor. Untuk
mengetahui pakaian pelindung yang sesuai standar APD dapat dilihat pada
Gambar 7.
4.1.6 Tujuan, Manfaat, Jenis dan Kegunaan dari Alat Pelindung Diri
1. Tujuan
Melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan
administratif tidak dapat dilakukan dengan baik, meningkatkan efektivitas dan
produktivitas kerja dan menciptakan lingkungan kerja yang aman.
2. Manfaat
Untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan
adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja mengurangi resiko akibat kecelakaan.
berkalus. Selain itu, pembentukan kalus pada dasar stek berguna untuk
menutup luka dan mencegah pembusukan jaringan bahan stek.
f. Zat pengatur tumbuh
Zat pengatur tumbuh di dalam jaringan bahan stek berfungsi sebagai
pengatur pertumbuhan dan perkembangan stek melalui pengaturan
pembentukan akar. Setiap laju pertumbuhan dan perkembangan stek diatur
oleh perbandingan zat pengatur tumbuh yang bersifat merangsang
(promoting) dan menghambat (inhibiting). Jenis zat pengatur tumbuh yang
umumnya berperan penting dalam proses pengakaran stek adalah auksin.
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan merupakan faktor luar yang ikut berperan dalam menentukan
tingkat keberhasilan stek membentuk akar. Beberapa faktor lingkungan yang
berpengaruh terhadap keberhasilan penyetekan adalah sebagai berikut ini:
a. Media tumbuh
Media tumbuh merupakan tempat stek ditanam dan tempat nantinya akar
stek tumbuh dan berkembang. Media perakaran berfungsi sebagai
pendukung stek selama pembentukan akar, memberi kelembaban pada stek,
dan memudahkan penetrasi udara pada pangkal stek. Media perakaran stek
yang biasa dipergunakan adalah tanah, pasir, campuran gambut dan pasir,
perlite dan vermikulit. Media tumbuh yang memiliki sifat porositas tinggi
dengan kemampuan memegang air yang cukup dan memudahkan
pengatusan merupakan media tumbuh yang baik. Tingkat kemasaman tanah
berpengaruh langsung terhadap jumlah dan mutu perakaran adventif.
b. Kelembaban
Kelembaban merupakan salah satu faktor penting bagi keberhasilan
penyetekan. Cara yang baik untuk mempertahankan kelembaban adalah
dengan penyemprotan air dalam bentuk kabut ke areal pembibitan stek dan
kemudian menyungkupinya. Seiring dengan berjalan waktu (umur bibit
stek) makan penyemprotan dikurangi.
c. Suhu
29
Suhu mengendalikan laju perkembangan akar dan tunas stek. Jika suhu
udara di sekitar stek tertanam terlalu tinggi, akan menyebabkan tunas
terbentuk lebih cepat daripada akar. Oleh karena itu, mengingat
keberhasilan stek ditunjukkan oleh keberhasilan stek membentuk akar,
maka sebaiknya suhu medium tanam lebih hangat atau tinggi daripada suhu
udara.
d. Cahaya
Intensitas cahaya matahari yang tinggi atau cahaya merah dan biru dari
sumber cahaya buatan merupakan cahaya yang baik dan menentukan
pertumbuhan dan perkembangan akar stek. Setelah terbentuk akar, panjang-
pendeknya hari mulai berpengaruh terhadap perkembangan tunas
selanjutnya.
3. Faktor Pelaksanaan
Faktor pelaksanaan merupakan hal-hal yang dilakukan oleh pembibit tanaman
selama mempersiapkan bahan stek seperti perlakuan yang diberikan dan tindakan
perawatan pembibitan stek. Faktor tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut ini:
a. Perlakuan sebelum bahan stek diambil
Perlakuan yang dimaksud adalah perlakuan yang dikenakan kepada bahan
stek semasih berada pada pohon induknya. Beberapa perlakuan yang sering
dilakukan untuk tujuan mempersiapkan bahan stek yang baik meliputi :
• Merangsang pemanjangan (etiolasi) cabang dengan cara penaungan
atau pembungkusan cabang calon bahan stek dengan menggunakan
plastik hitam.
• Membuat keratan melingkar pada batang sebelum bahan stek diambil.
Pengeratan ini dimaksudkan agar fotosintat menumpuk pada bagian atas
keratan atau bagian bawah bahan stek.
• Pemberian cahaya tambahan agar supaya laju fotosintesis meningkat.
• Penyemprotan zat pengatur tumbuh kepada percabangan sumber bahan
stek sebelum dipotong dari tanaman induknya.
30
membentuk akar suatu bahan stek memang telah ada secara alami. Namun
demikian, persentase keberhasilan penyetekan akan semakin meningkat bilamana
pembibit tanaman memberikan beberapa perlakuan seperti mengkondisikan
lingkungan yang baik dan cocok bagi pertumbuhan stek dan mempersiapkan bahan
steknya dengan baik.
Sedangkan faktor yang mempengaruhi daya regenerasi tanaman melalui cangkokan
adalah sebagai berikut :
1. Waktu mencangkok
Waktu terbaik melakukan pencangkokan adalah pada musim penghujan.
Walaupun demikian dapat saja dilakukan pada musim kemarau dengan
syarat tidak kekurangan air. Artinya sering dilakukan penyiraman baik
kepada tanaman induk maupun kepada bagian cangkokan
2. Bahan batang/cabang cangkokan
Bahan cabang cangkokan lebih baik dipilih dari pohon induk yang berumur
tidak terlalu tua. Pemilihan juga didasari atas tingkat kesuburan, kesehatan,
kekuatan, dan sifat-sifat genetik lainnya yang menguntungkan. Beberapa
hal lainnya yang juga penting untuk diperhatikan sebagai dasar pemilihan
bahan cangkokan adalah keindahan dan aspek yang nantinya tidak merusak
pohon induk, serta ukuran maupun bentuk. Dahan yang tidak terlalu tua
(biasanya berwarna coklat muda) merupakan bahan cangkokan yang baik
karena memiliki bahan cadangan makanan (karbohidrat) yang cukup
banyak.
3. Pemeliharaan
Pemeliharaan ditujukan terutama dalam hal menjaga kelembaban.
Kelembaban dapat dipertahankan melalui pengaturan penyiraman. Selain
itu hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah kesehatan pohon
induk.
4. Peralatan yang digunakan
Peralatan yang dipersyaratkan adalah peralatan yang mudah pemakaian dan
mudah diperoleh. Keadaan peralatan tersebut setidaknya berfungsi baik dan
bersih.
32
5. Media cangkok
Media cangkok banyak macamnya yaitu mos, bubuk sabut kelapa, pupuk
kandang, dan kompos. Apapun macam media yang akan digunakan yang
terpenting adalah bahwa media tersebut memilki kemampuan yang baik
dalam menyediakan hara dan baik dalam memegang (mempertahankan
kelembaban) sekaligus melepas air.
6. Pembungkus/pembalut Media
Ada beberapa macam bahan untuk membalut atau membungkus media
cangkok, yaitu sabut kelapa, ijuk, kaleng bekas, pot plastik, bambu, dan
plastik lembaran. Pembungkus plastik merupakan pembungkus cangkok
yang umum digunakan karena mudah diperoleh, harganya cukup murah,
dan sistim perakaran cangkokan dapat dilihat serta dapat mempertahankan
kelembaban. Pemakaian pembungkus berupa sabut kelapa atau ijuk harus
dibarengi dengan penyiraman cangkokan yang teratur dan sering dilakukan
untuk mempertahankan kelembaban. Pembungkus media cangkok berupa
pot sangat praktis. Bilamana perakaran sudah cukup banyak dan sudah
saatnya cabang cangkokan dipotong, maka bahan tanaman atau bibit
cangkokan tersebut sudah siap disemai karena media maupun
pembungkusnya sudah paten.
7. Pemeliharaan pasca cangkok
Pemeliharaan pasca panen ini meliputi tempat penanaman (bila langsung
ditanam setelah pemisahan dari pohon induk) tidak terlalu panas atau
terbuka sehingga memerlukan pengaturan naungan.
4.3.2.1 Keuntungan dan Kelemahan Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif
Keuntungan:
• Lebih cepat berbuah
• Sifat turunan sesuai dengan induk
• Dapat digabung sifat-sifat yang diinginkan.
Kelemahan:
• Perakaran kurang baik
• Lebih sulit dikerjakan karena membutuhkan keahlian tertentu
• Jangka waktu berbuah lebih pendek
33
V. PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan, maka dapat
disimpulkan:
1. Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat yang mempunyai kemampuan untuk
melindungi seseorang dalam pekerjaan yang fungsinya mengisolasi tubuh
tenaga kerja dari bahaya di tempat kerja
2. Pembersihan lahan merupakan salah satu upaya pengolahan lahan yang
bertujuan untuk menggemburkan massa tanah sehingga menyediakan cukup
ruang bagi pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman di dalam tanah dan
membasmi gulma disekitar tanaman.
3. Perbanyakan tanaman dengan 2 cara yaitu secara generatif dan vegetatif.
Perbanyakan tanaman secara generatif terjadi dengan pembelahan biji
tanaman. Sedangkan perbanyakan vegetatif dapat terjadi dengan cara stek,
okulasi, cangkok, sambungan dan penyusuan.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil praktikum dan kesimpulan maka dapat disarankan beberapa
hal yaitu :
1. Praktikan harus memakai alat pelindung diri (APD) pada saat pelaksanaan
praktikum agar tidak terjadi kecelakaan kerja ataupun cidera
2. Pada saat melakukan perbanyakan tanaman dilakukan secara hati-hati agar
memperoleh hasil yang diinginkan
34
DAFTAR PUSTAKA
Astuti. 2011. Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pangan Menjadi
Kelapa Sawit di Bengkulu. Balai Pengkajian Pertanian, Bengkulu.
DOKUMENTASI
Pembersihan lahan
37
DATA DIRI
Riwayat Pendidikan
SD : SDN 004 Bangko Permata
SMP : SMPN 2 Bangko Pusako
SMA : SMAN 3 Bangko Pusako