Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PRAKTIKUM AGRIBISNIS 1

ALAT PELINDUNG DIRI (APD), PEMBERSIHAN LAHAN, DAN


METODE PERBANYAKAN TANAMAN

OLEH:
SINDI IRAWATI
(1906124523)

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
2020
i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan laporan akhir praktikum dengan
judul “Alat Perlindungan Diri, Pembersihan Lahan dan Metode Perbanyakan
Tanaman”. Laporan akhir praktikum ini kiranya tak akan selesai tanpa bantuan
dari beberapa pihak yang terus mendorong penulis untuk menyelesaikannya.
Selanjutnya, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pak Deby Kurnia, S.P.,
M.Si dan pak Didi Muwardi, SE., MM telah membimbing dalam penyusunan
laporan akhir praktikum ini. Tanpa adanya bimbingan dari beliau, penulis kiranya
tidak akan mampu menyelesaikan laporan ini. Tak lupa penulis ucapkan terima
kasih kepada seluruh rekan-rekan yang telah banyak membantu dalam penyelesaian
laporan akhir praktikum ini.
Penulis berharap laporan akhir praktikum ini dapat berguna bagi pembaca
dalam menambah wawasan serta pengetahuan untuk masa kini maupun masa yang
akan datang. Penulis menyadari bahwa laporan akhir praktikum ini masih ada
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
agar kedepannya tercipta laporan akhir praktikum yang lebih baik.

Pekanbaru, Januari 2020

Penulis
ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Perumusan masalah ....................................................................................... 2
1.3 Tujuan dan Manfaat ...................................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 4
2.1 Alat Pelindung Diri (APD)............................................................................ 4
2.2 Pembersihan Lahan ....................................................................................... 6
2.3 Metode Perbanyakan Tanaman ................................................................... 10
III. METODOLOGI ........................................................................................... 15
3.1 Waktu dan Tempat ...................................................................................... 15
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................ 15
3.2.1 Alat ....................................................................................................... 15
3.2.2 Bahan ................................................................................................... 15
3.3 Tahapan Materi Kuliah ............................................................................... 16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 17
4.1 Alat Pelindung Diri (APD).......................................................................... 17
4.1.1 Pengertian Alat Pelindung Diri (APD) ................................................ 17
4.1.2 Syarat-syarat Alat Pelindung Diri (APD) ............................................ 17
4.1.3 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pemakaian APD ................... 18
4.1.4 Pemeliharaan dan Penyimpanan Alat Pelindung Diri (APD) .............. 19
4.1.4.1 Pemeliharaan Alat Pelindung Diri (APD) ...................................... 19
4.1.4.2 Penyimpanan Alat Pelindung Diri (APD) ...................................... 19
4.1.5 Jenis-jenis Alat Pelindung Diri (APD) ................................................. 19
4.1.6 Tujuan, Manfaat, Jenis dan Kegunaan dari Alat Pelindung Diri ......... 22
4.2 Pembersihan Lahan ..................................................................................... 23
iii

4.3 Metode Perbanyakan Tanaman ................................................................... 23


4.3.1 Perbanyakan Tanaman Secara Generatif ............................................. 23
4.3.1.1 Keuntungan dan Kelemahan Perbanyakan Tanaman Secara
Generatif..................................................................................................... 24
4.3.2 Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif .............................................. 24
4.3.2.1 Keuntungan dan Kelemahan Perbanyakan Tanaman Secara
Vegetatif ..................................................................................................... 32
V. PENUTUP ....................................................................................................... 33
5.1 Simpulan ..................................................................................................... 33
5.2 Saran ............................................................................................................ 33
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 34
DOKUMENTASI ................................................................................................ 36
DATA DIRI ......................................................................................................... 39
iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Sarung Tangan ...........................................................................................19


2. Sepatu Lapangan ........................................................................................20
3. Topi Pengaman ..........................................................................................20
4. Penutup Bagian Muka ................................................................................20
5. Penutup Mata .............................................................................................21
6. Alat Pelindung Mulut .................................................................................21
7. Pakaian Pelindung ......................................................................................21
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang sangat kaya karena memiliki potensi
sumber daya alam yang melimpah. Salah satunya dalam bidang pertanian. Bidang
pertanian dalam arti luas meliputi perkebunan, perikanan, dan pertenakan.
Sedangkan dalam arti sempit adalah suatu budidaya tanaman kedalam suatu lahan
untuk mencukupi kebutuhan manusia. Perkebunan memiliki peran yang sangat
besar dalam meningkatkan pendapatan negara, kesejahteraan masyarakat, bahkan
pertanian secara global. Hal tersebut tidak lepas dari keterampilan teknik
perkebunan yang sudah diterapkan salah satunya ialah metode perbanyakan
tanaman dalam rangka mempertahankan jenisnya dan peningkatan produksinya.
Ada dua cara pembiakan tanaman yaitu secara generatif/reproduktif (secara kawin)
dengan menggunakan benih (biji yang memenuhi persyaratan sebagai bahan
tanaman), dan secara vegetatif (secara tak kawin) dengan menggunakan organ
vegetatif (akar, batang dan daun).
Sebelum melakukan metode perbanyakan tanaman perlu memperhatikan
teknik dalam menyiapkan tanaman perkebunan antara lain; pengenalan ekologi
tanaman, persiapan pembukaan lahan, pengolahan tanah, teknik persiapan tanaman
dan penanaman, teknik penyediaan bahan tanaman, teknik pembibitan, teknik
pemeliharaan dan teknik pemanenan. Pada lahan yang drainase permukaannya jelek
atau lahan yang hutannya lebat dimana kondisi tanahnya lembab dan basah,
penggunaan alat berat untuk merobohkan dan merumpuk kayu tidak akan lancar.
Dalam kondisi seperti ini, sebaiknya pembukaan lahan dilakukan dengan cara
manual. Selanjutnya dalam pembukaan lahan dilahan yang miring dan marjinal
diperlukan keterampilan khusus yaitu tindakan konservasi lahan.
Pembersihan areal dilaksanakan mulai dari tahap survai/ pengukuran sampai
tahap pengendalian ilalang. Pelaksanaan survai/pengukuran biasanya berlangsung
selama satu bulan. Pada tahap ini, pelaksanaan pekerjaan meliputi pemetaan
topografi, penyebaran jenis tanah, serta penetapan batas areal yang akan ditanami.
Hasi survai akan sangat penting artinya untuk tahapan pekerjaan lain, bahkan dalam
hal penanaman dan pemeliharaan tanaman. Tahap selanjutnya dari pembersihan
areal adalah tebas/babat. Pelaksanaan pekerjaan pada tahap ini adalah dengan
2

membersihkan semak belukar dan kayu-kayu kecil sedapat mungkin ditebas rata
dengan permukaan tanah, lama pekerjaan ini adalah 2-3 bulan baru kemudian
dilanjutkan dengan tahap tebang.
Dalam kegiatan pembersihan lahan kecelakaan kerja merupakan salah satu
masalah bagi pekerja. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian materi
namun timbulnya korban jiwa. Kehilangan sumber daya manusia ini merupakan
kerugian karena diperlukan waktu untuk mencari atau mendidik sumber daya
manusia yang sesuai. Kerugian yang langsung yang nampak dari timbulnya
kecelakaan kerja adalah biaya pengobatan dan kompensasi kecelakaan. Sedangkan
biaya tak langsung yang tidak nampak ialah kerusakan alat-alat produksi, penataan
manajemen keselamatan yang lebih baik, penghentian alat produksi, dan hilangnya
waktu kerja.
Oleh karena itulah diperlukan alat pelindung diri (APD) untuk mengurangi
resiko kecelakaan dalam pekerjaan terutama di bidang pertanian. Alat Pelindung
Diri (APD) adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk
melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya
potensi bahaya/kecelakaan kerja. APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha
melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif
tidak dapat dilakukan dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam laporan praktikum ini, sebagai berikut:
1. Apa saja macam-macam alat pelindung diri (APD)?
2. Apa saja tahapan dalam pembersihan lahan?
3. Apa saja metode perbanyakan tanaman?
3

1.3 Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan dalam laporan praktikum ini, sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui macam-macam alat pelindung diri (APD).
2. Untuk mengetahui tahapan pembersihan lahan.
3. Untuk mengetahui metode perbanyakan tanaman.
Manfaat penelitian ini, sebagai berikut:
1. Bagi penulis, praktikum ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan
dalam penggunaan alat pelindung diri (APD), pembersihan lahan, dan
metode perbanyakan tanaman.
2. Bagi pembaca, merupakan informasi dalam penggunaan alat pelindung
diri (APD), pembersihan lahan, dan metode perbanyakan tanaman.
4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Alat Pelindung Diri (APD)


Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat yang mempunyai kemampuan untuk
melindungi seseorang dalam pekerjaan yang fungsinya mengisolasi tubuh tenaga
kerja dari bahaya di tempat kerja (Depnaker, 2006). APD adalah alat pelindung diri
yang dipakai oleh tenaga kerja secara langsung untuk mencegah kecelakaan yang
disebabkan oleh berbagai faktor yang ada atau timbul di lingkungan kerja (Soeripto,
2008).
Salah satu upaya dalam rangka pemberian perlindungan tenaga kerja terhadap
Keselamatan dan Kesahatan Tenaga Kerja (K3) di lapangan adalah dengan cara
menggunakan APD. Penggunaan APD oleh tenaga kerja, merupakan upaya terakhir
apabila upaya rekayasa (engineering) dan cara kerja yang aman (work ptactices)
telah maksimum dilakukan.
Alat pelindung diri perorangan adalah alat yang digunakan seseorang dalam
melakukan pekerjaannya, yang dimaksud untuk melindungi dirinya dari sumber
bahaya tertentu baik yang berasal dari pekerjaan maupun lingkungan kerja dan
berguna dalam usaha untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan cidera atau
cacat (Syukri, 1982). Alat pelindung diri terdiri dari sarung tangan, asker penutup
kepala, baju pelindung, celemek, dan sepatu pelindung.
Perundang-Undangan yang mengatur tentang pemakaian Alat Pelindung Diri
adalah UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3, 9, 12, 14
dinyatakan bahwa dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk memberikan Alat Pelindung Kerja
(APD), pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja
baru tentang Alat Pelindung Diri (APD) dengan peraturan perundangan diatur
kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk memakai Alat Pelindung Diri (APD)
harus diselenggarakan di semua tempat kerja, wajib menggunakan Alat Pelindung
Diri (APD) yang diwajibkan dan pengurus diwajibkan menyediakan Alat Pelindung
Diri (APD) yang diwajibkan secara cuma-cuma. Jika memperhatikan isi dari
undang-undang tersebut maka jelaslah bahwa Alat Pelindung Diri (APD)
dibutuhkan di setiap tempat kerja.
5

Alat pelindung diri adalah alat-alat yang mampu memberikan pelindung


terhadap bahaya-bahaya kecelakaan (Suma’mur, 1991). Alat pelindung diri harus
mampu melindungi pemakainya dari bahaya - bahaya yang mungkin ditimbulkan,
oleh karena itu, APD dipilih secara hati-hati agar dapat memenuhi beberapa
ketentuan yang diperlukan. Menurut ketentuan balai hiperkes, syarat-syarat
pelindung diri adalah :
1. APD harus dapat memberikan pelindungan yang adekuat terhadap bahaya
yang spesifik yang dihadapi oleh petani penyemprotan pestisida
2. Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak
menyebabkan rasa ketidak nyamanan yang berlebihan
3. Alat harus dipakai secara fleksibel
4. Bentuknya harus cukup menarik
5. Alat pelindung tahan untuk pemakaiaan yang lama
6. Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakai yang
dikarenakan bentuk dan bahayanya tidak tepat atau karena salah
menggunakannya
7. Alat pelindung harus memenuhi standar yang telah ada.
8. Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya
suku cadangannya harus mudah didapat guna mempermudah
pemeliharaannya
Tenaga kerja yang melakukan pekerjaan harus melakukan prosedur kerja
yang standar juga harus memakai alat pelindung diri. Ini untuk menjaga supaya
resiko bahaya yang mungkin terjadi dapat dihindari. Alat pelindung adalah alat
yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorangpekerja, yang berfungsi
melindungi tenaga kerja dari bahaya-bahaya dilingkungan kerja baik fisik maupun
kimiawi. Alat pelindung diri yang akan digunakan ditempat kerja harus
memperhatikan, yaitu :
1. Berat alat pelindung diri hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut
tidak menyebabkan rasa tidak nyaman yang berlebihan
2. Alat harus dapat dipakai secara fleksibel, bentuknya harus cukup menarik,
alat pelindung diri harus tahan untuk pemakaian lama
6

3. Alat pelindung diri tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi


pemakainya
Alat pelindung diri harus memberi perlindungan yang kuat terhadap bahaya
yang spesifik yang dihadapi oleh tenaga kerja (Usman dalam Wulandari, 2004).
Peralatan perlindungan diri meliputi semua peralatan atau pakaian dan berbagai
macam rupa yang dapat melindungi pemakainya terhadap cedera atau lapisan
kedua. Di dalam beberapa pekerjaan yang khusus seperti pekerjaan pertanian maka
keselamatan kerja tidak memungkinkan atau tidak dapat dilaksanakan maka
perlindungan untuk pekerja pada bidang tersebut dapat
bergantung pada perlindungan diri (Rini, 2001).

2.2 Pembersihan Lahan


Lahan adalah suatu hamparan (areal) tertentu dipermukaan bumi secara
vartikel mencakup komponen iklim seperti udara, tanah, air, dan batuan-batuan
yang ada di bawah tanah serta vegetasi dan aktivitas manusia pada masa lalu atau
saat ini yang ada di atas tanah atau permukaan bumi (Subroto, 2003).
Lahan merupakan bagian dari bentang lahan (Landscape) yang meliputi
lingkungan fisik termasuk iklim, tropografi / relief, hidrologi tanah dan keadaan
vegetasi alami yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap
penggunaan lahan atau areal tanah yang ingin ditanami oleh tanaman yang
diinginkan untuk dibudidayakan untuk mendapatkan hasil produksi yang dapat
dimanfaatkan manusia sebagai sumber energi bagi manusia di muka bumi ini
(Astuti, 2014).
Lahan merupakan sumber daya alam yang jumlahnya terbatas di muka bumi
ini. Hampir semua kegiatan produksi, rekreasi, dan konservasi sangat memerlukan
lahan. Pemanfaatan lahan untuk berbagai kepentingan dari berbagai sektor
seharusnya selalu mengacu pada potensi fisik lahan, faktor sosial ekonomi, dan
kondisi budaya setempat serta sistem legalitas tentang lahan (Robert, dkk., 2010).
Lahan pertanian adalah lahan yang ditujukan atau cocok untuk dijadikan
usaha tani untuk memproduksi hasil dari tanaman pertanian, hewan ternak, dan lain
sebagainya. Lahan pertanian merupakan salah satu sumber daya yang paling utama
pada usaha pertanian untuk mendapatkan hasil dari pertanian. Klasifikasi lahan
7

pertanian yang digunakan oleh FAO dibagi menjadi beberapa jenis yaitu lahan
garapan dan lahan penggembalaan yaitu sebuah wilayah yang digunakan untuk
menjadikan suatu lahan pertanian yang dapat menghasilkan produksi (Wikipedia,
2014).
Pembukaan lahan (land clearing) merupakan kegiatan pembersihan lahan
dari segala macam bentuk tanaman atau akar - akar pertanaman yang mengganggu
tanaman yang di usahakan untuk mangidentifikasi lahan yang akan dibuka dan
pemamfaatannya. Tahapan pekerjaan untuk pembukaan lahan pada areal semak
belukar antara lain, membabat dan mengibas semak belukar, mengumpulkan semak
belukar yang telah di babat, semak belukar yang telah kering, melakukan
penggemburan tanah. Sesuai dengan tahapan pembukaan lahan di atas, bertujuan
untuk memudahkan kita dalam pembukaan lahan (Azwar, 2001).
Pembukaan lahan (land clearing) sebagai tahap awal penyiapan lahan dapat
dilakukan dengan dua cara utama yaitu dengan cara manual membabat dan
membakar (slash and burn). Sebelum melakukan pembukaan lahan terlebih dahulu
dilakukan identifikasi vegetasi yang ada pada lahan tersebut. Dari data yang ada
makan dapat ditentukan apakah pembukaan lahan dilakukan secara manual,
manual-mekanis atau secara mekanis saja (Mustafa, 2000).
Pembukaan lahan dimulai dari pengukuran lahan yang akan di jadikan lahan
budidaya, proses pembabatan segala tanaman yang menggangu tanaman yang akan
di usahakan, perbersihan lahan yang telah di babat, yang tujuannya untuk memudah
kan kita dalam melakukan pengolahan tanah. Tanah yang telah diolah atau telah
gembur akan memudahkan akar tanaman menghisap zat-zat makanan yang ada di
dalam tanah selain itu tanah yang gembur juga akan memudahkan kita dalam proses
penanaman (Khairil).
Pembukaan lahan perkebunan adalah kegiatan atau pekerjaan membersihkan
lahan dari vegetasi lainnya, baik berupa pepohonan, belukar, maupun rerumputan
agar siap diolah untuk persiapan penanaman komoditi tanaman perkebunan.
Metode pembukaan Metode pembukaan lahan tergantung kondisi lahan, khususnya
vegetasi atau peruntukan lahan sebelumnya. Lahan yang sesuai perkebuan dapat
berupa hutan primer dan sekunder, semak belukar, bekas perkebunan komoditas
lain (karet, kelapa, kakao), padang alang alang, atau bahkan bekas kebun tanaman
8

pangan (jagung, singkong, padi gogo), serta kebun kelapa sawit tua (peremajaan).
Teknik pembukaan lahan dapat dilakukan secara manual, mekanis, kimia atau
kombinasi, tergantung keadaan vegetasinya (Kalshoven, L.G.E. 2008).
Pembukaan lahan hutan primer atau sekunder dilakukan penebangan secara
bertahap. Pada prinsipnya, tanaman lapis bawah berupa semak, belukar, dan anakan
pepohonan yang masih kecil ditebas lebih dulu dengan parang, dan kapak.
Tergantung jenis dan kondisi hutannya, jika diperlukan, dapat digunakan gergaji
rantai (Chain saw) untuk pepehonan kecil yang sudah berat ditebang dengan kapak
atau parang. Hasil tebangan ditumpuk dalam jalur dengan jarak 4 – 5 m antar
tumpukan dan lebar tumpukan 4 – 5 m. Setelah bersih baru dilakukan penebangan
pepohonan yang lebih besar. Kayu yang berguna dapat dikumpulkan dan sisanya,
termasuk cabang-cabang dan ranting pepohonan diletakkan pada tumpukan
tebangan lantai hutan sebelumnya. Bagian-bagian cabang besar dan kecil dipotong
pendekpendek untuk memercepat proses pelapukannya. Tidak diperbolehkan
membakar hasil tebangan, tetapi dipotong sependek mungkin lalu dibiarkan sampai
habis melapuk. Di perkebunan-perkebunan besar, terutama jika tenaga kerja sulit,
dapat menggunakan mesin penghancur sehingga mempercepat proses pelapukan
dan mengurangi tebal timbunan hasil tebangan (Hasrun Hafid at al, 2008).
Pembukaan belukar mirip dengan pembukaan lahan vegetasi hutan, dengan
perbedaan pada ukuran pepohonan. Di samping itu di lahan bersemak, biasanya
diselingi padang rumput atau alang-alang. Di bagian yang ditutupi semak belukar
dengan vegetasi berkayu ukuran besar relatif banyak, pembukaan lahan dimulai
dengan menebas vegetasi yang lebih pendek dan kecil seperti rerumputan, anakan
semak baru disusul dengan tumbuhan lebih besar. Rerumputan dan alang-alang
sebaiknya disemprot saja dengan herbisida 2 – 3 kali hingga betul-betul bersih dari
gulma. Semak yang ditebang, langsung dicacah atau dipotong sependek mungkin
dan ditumpuk bersama rerumputan dalam lajur-lajur di antara rencana barisan
tanaman. Tumpukan tersebut tidak boleh dibakar, tetapi dibiarkan melapuk yang
berguna untuk meningkatkan kadar bahan organik dan unsur hara dalam tanah.
Penggunaan formula mikrobia dapat memercepat proses pelapukannya (Pahan,
2010).
9

Pembukaan lahan dengan vegetasi rerumputan lebih mudah dan murah


biayanya. Dalam kenyataannya, padang rumput sering diselingi gerombolan
tanaman semak bahkan kadang-kadang tanaman pepohonan. Bila vegetasi
rumputnya tidak terlalu tebal, dapat langsung disemprot dengan herbisida sebanyak
2 – 3 kali dengan selang waktu 3 – 4 minggu. Jika rerumputannya terlalu tebal,
sebaiknya didahului dengan pembabatan secara manual atau menggunakan hand
slaser. Setelah tunas baru sudah tumbuh, dilakukan penyemprotan dengan herbisida
yang bersifat sistemik agar mati sampai ke akar-akarnya. Rumput yang sudah
kering, tidak boleh dibakar tetapi dibiarkan supaya melapuk secara alami untuk
menambah bahan organik ke dalam tanah. Segera setelah rerumputan sudah mulai
mengering, dapat dilakukan pengajiran yang disusul dengan pembuatan lubang
tanam dan penanaman tanaman penutup tanah setelah kering (Chairani, 2008).
Pembukaan lahan bekas tanaman semusim atau tegalan praktis tidak
memerlukan pentahapan, tetapi hanya sekedar pembersihan lahan dari sisa-sisa
panen sebelumnya dan pemberantasan rerumputan yang biasanya tidak terlalu
tebal. Persiapan lahan diusahakan setelah panen tanaman semusim, sehingga
kondisi lahan relatif bersih. Pembersihan rerumputan dapat dilakukan secara
manual atau dengan herbisida akar lahan bebas dari rumput dalam waktu relatif
lebih lama. Setelah panen dan pembersihan secukupnya, dapat segera dilakukan
pengajiran dan pembuatan lobang tanam serta penanaman tanaman penutup tanah
(Badan Litbang Pertanian. 2007).
Land clearing dilaksanakan dengan target akhir lahan siap tanam. Dengan
demikian dalam kegiatan ini ada kecenderungan menggunakan alat sipil (civil
work) dan pembukaan lahan dengan proses Tebas Tebang Bakar (TTB). Cara ini
mempunyai implikasi yang kurang baik karena tidak memperhatikan aspek-aspek
konservasi dan lingkungan (Suyanto, dkk., 2003).
10

2.3 Metode Perbanyakan Tanaman


Perbanyakan tanaman (plant propagation) atau pembiakan tanaman adalah
proses menciptakan tanaman baru dari berbagai sumber atau bagian tanaman,
seperti biji, stek, umbi, dan bagian tanaman lainnya. Tujuan utama dari pembiakan
tanaman adalah untuk mencapai pertambahan jumlah, memelihara sifat-sifat
penting dari tanaman dan juga untuk mempertahankan eksistensi jenisnya. Ada dua
cara perbanyakan tanaman, yaitu perbanyakan secara generatif/reproduktif (secara
kawin) dengan menggunakan benih (biji yang memenuhi persyaratan sebagai bahan
tanaman) dan perbanyakan secara vegetatif (tak kawin) dengan menggunakan organ
vegetative (Askari, 2010).
Perbanyakan secara genertaif merupakan salah satu teknik yang digunakan
dalam proses pembiakan tanaman. Melalui perbanyakan generatif, biji yang telah
memenuhi syarat ditanam hingga menghasilkan tanaman baru yang lebih banyak.
Biji yang ditanam tersebut merupakan organ tanaman yang terbentuk dalam buah
sebagai hasil dari pendewasaan bakal biji yang dibuahi. Keuntungan
perkembangbiakan generatif diantaranya adalah biaya yang relatif murah,
penyimpanan dalam waktu lama memuaskan, daya hidup tetap tinggi bila disimpan
dalam lingkungkan yang menghindari kondisi favorable untuk respirasi dan
kegiatan enzimatik, serta memungkinkan tanaman bebas dari penyakit, khususnya
penyakit tertular biji (seedborne). Meskipun demikian, terdapat pula kelemahan
pembiakan generatif, seperti adanya segregasi sifat untuk tanaman-tanaman
heterozigot, sehingga dihasilkan tanaman keturunan yang sifatnya tidak sama
dengan induknya (Shelbourne, 1992 dan Rimbawanto, 2000).
Pembiakan vegetatif adalah suatu metode perbanyakan tanman dengan
menggunakan bagian tanaman itu sendiri (bagian-nagian vegetatif yakni akar,
batang, dan daun) tanpa melibatkan proses pembuahan sehingga sifat tanaman
induk dapat dipertahankan dan diturunkan ke tanaman anakan. Salah satu teknik
pembiakan vegetatif adalah grafting, yaitu suatu seni menyambung bagian dari satu
tanaaman (sepotong pucuk) ke bagian tanaman lain (rootstock) sedemikian rupa
sehingga tercapai persenyawaan dan kombinasi ini terus tumbuh membentuk
tanaman baru. Pembiakan vegetatif dengan grafting memiliki beberapa keuntungan
dibandingkan dengan pembiakan generatif. Salah satu keuntungan dari grafting
11

ialah banyak digunakan untuk produksi bibit yang akan ditanam d kebun benih dan
bermanfaat untuk penyelamatan kandungan genetic tanaman (Sukendro, 2010).
Cara pembiakan vegetatif ada yang secara alami dan secara buatan.
Pembiakan secara buatan dengan stimulasi akar dan tunas adventif ialah layerage,
cuttage atau setek, penyambungan tanaman, dan kultur jaringan. Adapun
perbanyakan secara vegetatif dilakukan menggunakan bagian-bagian tanaman
seperti cabang, ranting, pucuk, daun, umbi, dan akar. Prinsipnya adalah merangsang
tunas adventif yang ada di bagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi
tanaman sempurna yang memiliki akar, batang, dan daun sekaligus (Setyati, 2002).
Mencangkok (airlayerage) merupakan salah satu istilah yang digunakan
untuk memperbanyak tanaman secara vegetatif. Pembiakan vegetatif secara
cangkok ini merupakan sauatu cara perkembangbiakan tanaman yang tertua di
dunia akan tetapi hasilnya sering mengecewakan pencangkoknya karena kegagalan
dalam melakukan pencangkokan. Kegagalan ini dapat dilihat dari bagian tanaman
di atas keratan/luka yang kering atau mati. Perkembangbiakan secara vegetatif ini
biasanya dipilih karena pertimbangan tertentu misalnya untuk menginginkan
tanaman baru yang mempunyai sifat sama seperti induknya, sifat tersebut dapat
berupa seperti ketahanan terhadap hama dan penyakit, rasa buah, keindahan bunga
(Wudianto, 1998).
Cangkok bertujuan untuk mendapatkan tanaman baru yang mempunyai sifat
baik yang sama dengan induknya misalnya rasa buah dan agar tanaman lebih kuat
terhadap hama penyakit. Tumbuhan yang akan dicangkok bisa ditanam di dalam
pot karena tanaman yang dicangkok tersebut sangat mudah dirawat, pohonnya juga
tidak akan terlalu tinggi seperti tanaman yang tidak dicangkok dan pohon yang
tumbuh dengan cara dicangkok tidak akan mempunyai akar tunggang (Hartmann,
2004).
Ada beberapa jenis teknik cangkok, diantaranya yaitu: cangkok biasa,
cangkok susu media tanah, cangkok susu media cocopeat, dan cangkok media air.
Cangkok susu media tanah yaitu mencangkok dengan menggunakan 2,3 atau
lebih akar tanaman muda yang masih sejenia yang ditempelkan pada cabang batang
tanaman yang sudah tumbuh dewasa. Kemudian tempelan tersebut diberi cocopeat,
tanah atau sejenisnya yang kemudian dibalut dengan plastik dan diikat. Kelebiha
12

dari cangkok susu media tanah yaitu: 1) dapat diterapkan pada semua jenis tanaman,
2) mempunyai perakaran yang lebih baik dan lebih kuat, 3) buah yang dihasilkan
akan lebih baik dari induknya, 4) dapat langsung berbuah saat pohon ditanam, dan
5) cocok untuk tabulampot (tanaman buah yang dikembangbiakkan dalam pot)
(Materi kuliah, 2019).
Cangkok susu media cocopeat adalah mencangkok dengan menggunakan tiga
atau lebih akar tanman muda yang masih sejenis dan ditempelkan pada cabang
batang tanaman yang sudah tumbuh dewasa, kemudian tempelan tersebut diberi
cocopeat yang kemudia dibalut menggunakan plastik dan diikat. Bertujuan untuk
memperbanyak dan memperbaiki kualitas mutu tanaman serta dapat mempercepat
pertumbuhan buah pada tanaman (Materi kuliah, 2019).
Mencangkok menggunakan media air pada prinsipnya hampir sama dengan
pencangkokan pada umumnya, hanya saja media yang digunakan berupa air dan
juga metode penerapannya berbeda, jika pencangkokan pada umumnya
menggunakan plastik untuk membungkus media, pada teknik pencangkokan ini
menggunakan gelas plastik transparan yang diikatkan pada batang cangkok sebagai
wadah media cangkok berupa air. Kriteria yang harus dipenuhi sebagai tanaman
indukan yaitu: 1) tanaman unggul yang telah produktif, 2) usia pohon kurang lebih
5 tahunan, 3) pohon indukan tidak sedang terserang hama dan penyakit, 4) sebelum
dicangkok sebaiknya melakukan pemangkasan untuk mengurangi penguapan pada
tanaman, 5) lakukan pemupukan sehingga pertumbuhan tanaman menjadi optimal
dan siap untuk diperbanayak, 6) setelah tanaman indukan siap, selanjutnya pilih
cabang yang ideal (Materi kuliah, 2019).
Okulasi merupakan salah satu teknik perbanyakn secara vegetatif bauatan
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu tanaman melalui penempelan
sepotong kulit pohon dengan mata tunas dari batang atas yang ditempelkan pada
irisan kulit pohon lain dari batang bawah sehingga dapat tumbuh dan bersatu
menjadi individu yang baru. Syarat okulasi yaitu: 1) tanaman tidak sedang tumbuh
daun baru, 2) batang atas dan bawah harus memiliki umur yang sama, 3) kedua
tanaman yang akan diokulasi harus satu genus, 4) bebas hama dan penyakit, 5)
tanaman bersifat unggul, dan 6) mempunyai produksi yang tinggi (Materi kuliah,
2019).
13

Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan


menggunakan sebagian batang, akar, atau daun tanaman untuk ditumbuhkan
menjadi tanaman baru. Sebagai alternatif perbanyakan vegetatif buatan, stek lebih
ekonomis, lebih mudah, tidak memerlukan keterampilan khusus, dan relatif lebih
cepat (Hartmann, et al, 1997). Stek berasal dari stuk (bahasa Belanda) dan cuttange
(bahasa Inggris) yang artinya potongan. Sesiau dengan Namanya, perbanyakan ini
dilakukan dengan menanam potongan induk ke dalam media agar tumbuh menjadi
tanaman baru (Redaksi Agromedia, 2007:47).
Pada stek batang, bahan awal perbanyakan berupa batang tanaman. Stek
batang dikelompokkan menjadi empat macam berdasarkan jenis batang tanaman,
antara lain berkayu keras, semi berkayu, lunak, dan herbaceous. Bahan tanaman
yang biasa diperbanyak dengan stek batang berkayu keras, antara lain apel, pir,
cemara, dll.Untuk stek batang berkulit lunak, contohnya terdapat pada
tanaman Magnolia sp. Pada stek batang berkayu lunak, umumnya akar relatif cepat
keluar (2-5 minggu) (Jumin, H.B. 2002).
Kelebihan stek batang yaitu: 1) hasil tanaman yang diperbanyak/disambung
dengan cara stek dapat menghasilkan tanaman yang sempurna dalam waktu relatif
singkat, 2) tidak perlu menggunakan teknik-teknik khusus, dan 3) biaya yang
diperlukan dalam perkembangbiakkan relatif murah dan bahan mudah didapat.
Sedangkan kekurangan stek batang yaitu: 1) pada saat musim kemarau yang
Panjang tanaman dapat tidak tumbuh karena pengaruh suhu yang terlalu tinggi
sehingga tanaman mengalami kekeringan, dan 2) jika sambungan tidak baik, maka
batang akan membusuk (Materi kuliah, 2019).
Stek akar tanaman adalah metode perbanyakan tanaman melalui akar
tanaman tersebut. Tujuan dari stek akar yaitu untuk pembudidayaan tanaman agar
tidak punah. Kelebihan dari stek akar tanaman adalah tanaman dapat tumbuh
dengan cepat, mudah dan praktis. Sedangkan kekurangan dari stek akar tanaman
adalah tanaman membutuhkan perawatan yang lebih (Materi kuliah, 2019).
Akar dan tunas pada stek daun berasal dari jaringan meristem primer atau
meristem sekunder. Masalah pada stek daun secara umum adalah pembentukan
tunas-tunas adventif, bukan akar adventif. Pembentukan akar adventif pada daun
lebih mudah dibandingkan pembentukan tunas adventif (Jumin, H.B. 2002).
14

Dalam perbanyakan tanaman memiliki beberapa faktor yang mempengaruhi


yaitu yang pertama suhu /temperatur lingkungan. Tinggi rendah suhu menjadi salah
satu faktor yang menentukan tumbuh kembang, reproduksi dan juga kelangsungan
hidup dari tanaman. Suhu yang baik bagi tumbuhan adalah antara 22o C sampai
dengan 37o C. Temperatur yang lebih atau kurang dari batas normal tersebut dapat
mengakibatkan pertumbuhan yang lambat atau berhenti. Kelembaban udara atau
kadar air dalam udara dapat mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan
tumbuhan. Tempat yang lembab menguntungkan bagi tumbuhan di mana tumbuhan
dapat mendapatkan air lebih mudah serta berkurangnya penguapan yang akan
berdampak pada pembentukan sel yang lebih cepat. Selain itu dalam perbanyakan
tanaman, cahaya matahari menjadi faktor yang sangat penting. Sinar matahari
sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat melakukan fotosintetis khususnya
pada tumbuhan hijau. Jika suatu tanaman kekurangan cahaya matahari,
maka tanaman itu bisa tampak pucat dan warna tanaman tersebut kekuning-
kuningan (etiolasi). Pada kecambah, justru sinar mentari dapat menghambat proses
pertumbuhan. Faktor hormon pada tumbuhan juga memegang peranan penting
dalam proses perkembangan dan pertumbuhan seperti hormon auksin untuk
membantu perpanjangan sel, hormon giberelin untuk pemanjangan dan pembelahan
sel, hormon sitokinin untuk menggiatkan pembelahan sel dan hormon etilen untuk
mempercepat buah menjadi matang.
15

III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Kegiatan praktikum Agribisnis I tentang alat pelindung diri (APD),
pembersihan lahan, dan metode perbanyakan tanaman dilaksanakan sejak bulan
Agustus hingga Desember 2019. Praktikum dilaksanakan setiap hari Selasa pukul
15.00 WIB. Praktikum dilaksanakan di Lahan Inkubator Agribisnis, Fakultas
Pertanian, Universitas Riau.

3.2 Alat dan Bahan


Dalam pelaksanaan praktikum ini tidak terlepas dari alat dan bahan yang akan
digunakan pada setiap pembelajaran. Kelengkapan alat dan bahan sangat
diperhatikan karena tanpa adanya alat dan bahan tersebut, pelaksanaan praktikum
akan terhambat dan tujuan praktikum tidak akan tercapai.
3.2.1 Alat
Peralatan yang perlu dipersiapkan oleh mahasiswa menyangkut alat
pelindung diri (APD) dan alat untuk pelaksanaan kegiatan praktikum (pembersihan
lahan dan perbanyakan tanaman). Pada APD, Alat yang digunakan adalah helm,
kaca mata, masker, baju praktek, sarung tangan dan sepatu bot. Alat yang digunakan
untuk membersihkan lahan adalah cangkul dan parang/sabit. Alat yang digunakan
pada perbanyakan tanaman dengan cara cangkok adalah tali, pisau, plastik, polibag
dan cangkul. Alat yang digunakan pada perbanyakan tanaman dengan cara stek
adalah pisau/cutter, polibag dan cangkul. Serta Alat yang digunakan pada
perbanyakan tanaman dengan cara Perbanyakan biji cangkok adalah polibag dan
cangkul.
3.2.2 Bahan
Pada Pembelajaran APD dan pembesihan lahan, tidak ada menggunakan
bahan. Bahan yang digunakan pada saat perbanyakan tanaman adalah Tanah dan
Media tanaman yang akan perbanyak. Media tanaman yang akan diperbanyak
adalah biji bunga kenop dan pinang untuk perbanyakan secara generatif/biji; bunga
kertas dan bunga liquanyu untuk perbanyakan secara stek; serta pohon jambu untuk
perbanyakan secara cangkok.
16

3.3 Tahapan Materi Kuliah


Ada beberapa tahapan pelaksanaan praktikum, diantaranya yaitu:
1. Pengenalan dan penerapan K3 dan alat pelindung diri (APD)
2. Pembersihan Lahan
3. Metode perbanyakan cangkok
4. Metode perbanyakan stek
5. Metode perbanyakan biji
6. Pemindahan tanaman cangkok ke polybag
7. Penilaian Perbanyakan tanaman
17

IV. PEMBAHASAN

4.1 Alat Pelindung Diri (APD)


4.1.1 Defenisi Alat Pelindung Diri (APD)
Perlindungan keselamatan pekerja melalui upaya teknis pengamanan
tempat, mesin, peralatan dan lingkungan kerja wajib diutamakan. Namun, kadang
kadang risiko terjadinya kecelakaan masih belum sepenuhnya dapat dikendalikan,
sehingga digunakan alat pelindung diri (personal protective equipment). Jadi
penggunaan APD adalah alternatif terakhir yaitu kelengkapan dari segenap upaya
teknis pencegahan kecelakaan. Alat Pelindung Diri (APD) adalah peralatan
keselamatan yang harus digunakan oleh personil apabila berada pada suatu tempat
kerja yang berbahaya.
Menurut Suma’mur (2009) alat pelindung diri adalah suatu alat yang
dipakai untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja.
Jadi alat pelindung diri adalah merupakan salah satu cara untuk mencegah
kecelakaan dan secara teknis APD tidaklah sempurna dapat melindungi tubuh akan
tetapi dapat mengurangi tingkat keparahan kecelakaan kerja yang terjadi.

4.1.2 Syarat-syarat Alat Pelindung Diri (APD)


Menurut Siswanto (1993), ketentuan yang harus dipenuhi dalam pemilihan
APD adalah :
1. Dapat memberikan perlindungan yang adekuat terhadap bahaya yang
spesifik atau bahaya-bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja
2. Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak
menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan
3. Harus dapat dipakai secara fleksibel
4. Bentuknya harus cukup menarik
5. Tahan untuk pemakaian yang lama
6. Tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya yang
dikarenakan bentuk dan bahayanya yang tidak tepat atau karena salah dalam
penggunaannya
18

7. Alat pelindung diri harus memenuhi standard yang telah ada. Alat tersebut
tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya.
8. Suku cadangnya harus mudah didapat guna mempermudah
pemeliharaannya
Sedangkan Menurut Suma’mur (1996), alat pelindung diri harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1. Enak dipakai
2. Tidak mengganggu kerja
3. Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya

4.1.3 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pemakaian APD


Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemakaian alat pelindung
diri (APD), sebagai berikut:
1. Pengujian Mutu
Sebelum dipasarkan alat pelindung diri harus diuji terlebih dahulu supaya
memenuhi standar yang telah ditentukan dan menjamin bahwa alat
pelindung diri akan memberikan perlindungan sesuai yang diharapkan.
2. Pemeliharaan APD
Alat pelindung diri yang akan digunakan harus benar-benar sesuai dengan
kondisi tempat kerja, bahaya kerja dan pekerja sendiri agar dapat
memberikan perlindungan semaksimal mungkin pada tenaga kerja
3. Ukuran Harus Tepat
Ukuran APD harus tepat agar dapat memberikan perlindungan yang
maksimum pada tenaga kerja.
4. Cara Pemakaian yang Benar
Sekalipun APD disediakan oleh perusahaan, alat-alat ini tidak akan
memberikan manfaat yang maksimal bila cara memakainya tidak benar
19

4.1.4 Pemeliharaan dan Penyimpanan Alat Pelindung Diri (APD)


4.1.4.1 Pemeliharaan Alat Pelindung Diri (APD)
Secara prinsip pemeliharaan APD dapat dilakukan dengan cara:
1. Penjemuran di panas matahari untuk menghilangkan bau dan mencegah
tumbuhnya jamur dan bakteri
2. Pencucian dengan air sabun untuk plindung diri seperti helm, kacamata,
earplug yang terbuat dari karet, sarung tangan kain/kulit/karet dan lain-lain
3. Penggantian cartirgde atau canister pada respirator setelah dipakai beberapa
kali

4.1.4.2 Penyimpanan Alat Pelindung Diri (APD)


Menurut Tarwaka (2008) agar APD tetap awet dan nyaman digunakan maka
harus dilakukan penyimpanan yang tepat, sebagai berikut:
1. Tempat penyimpanan yang bebas dari debu, kotoran, dan tidak terlalu
lembab, serta terhindar dari gigitan binatang.
2. Penyimpanan harus diatur sedemikian rupa sehingga mudah diambil dan
dijangkau oleh pekerja dan diupayakan disimpan di almari khusus.

4.1.5 Jenis-jenis Alat Pelindung Diri (APD)


Ada beberapa jenis alat pelindung dirl untuk bidang pekerjaan pertanian di
lapangan sesuai dengan jenis pekerjaanya antara lain:
1. Sarung tangan dipergunakan untuk berbagai kegiatan bila menggunakan
bahan kimia beracun, seperti mencampur pestisida, mencapur pupuk dan
sebagainya. Untuk jenis sarung tangan yang dipakai adalah sarung tangan
yang terbuat dari karet tidak tembus bahan cairan. Untuk mengetahui sarung
tangan yang sesuai standar APD dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Sarung Tangan


20

2. Sepatu lapangan dipergunakan jika jenis pekerjaan yang digunakan adalah


jenis pekerjaan lapang an. Alat ini digunakan untuk melindungi kaki pada
saat bekerja di lapangan dari gigitan serangga atau pekerjaan lain yang
berbahaya di lapangan. Jenis sepatu yang digunakan adalah jenis sepatu bot,
yang terbuat dari karet atau plastik. Untuk mengetahui sepatu lapangan yang
sesuai standar APD dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Sepatu Lapangan

3. Topi pengaman (Safety Helmet); Jenis alat ini digunakan untuk melindungi
kepala dari kemungkinan benda‑benda jatuh di lapangan. Misalnya pada
saat memanen buah. Untuk mengetahui topi pengaman yang sesuai standar
APD dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Topi Pengaman

4. Penutup bagian muka dipergunakan untuk jenis pekerjaan lapangan, jika


kondisi lapangan berdebu. Hal ini untuk melindungi muka dari debu yang
berterbangan pada saat bekerja. Untuk mengetahui penutup bagian muka
yang sesuai standar APD dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Penutup Bagian Muka


21

5. Pelindung atau penutup mata. Jenis alat ini dipakai untuk melindungi mata
pada saat bekerja di lapangan, baik dari terik matahari maupun dari
benda‑benda yang berbahaya di lapangan seperti debu, ataupun pada saat
bekerja di laboratorium. Untuk mengetahui penutup mata yang sesuai
standar APD dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Penutup Mata

6. Alat pelindung mulut (masker). Alat ini berfungsi melindungi mulut dan
hidung dari bahan berbahaya saat bekerja di lapangan yakni menggunakan
pestisida, gas beracun atau debu. Untuk mengetahui alat pelindung mulut
(masker) yang sesuai standar APD dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Alat Pelindung Mulut

7. Pelindung tubuh berupa pakaian pelindung yaitu celana panjang dan baju
lengan panjang yang terbuat dari bahan yang cukup tebal. Tujuannya untuk
melindungi tubuh dari tetesan pestisida jika tangkinya bocor. Untuk
mengetahui pakaian pelindung yang sesuai standar APD dapat dilihat pada
Gambar 7.

Gambar 7. Pakaian Pelindung


22

4.1.6 Tujuan, Manfaat, Jenis dan Kegunaan dari Alat Pelindung Diri
1. Tujuan
Melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan
administratif tidak dapat dilakukan dengan baik, meningkatkan efektivitas dan
produktivitas kerja dan menciptakan lingkungan kerja yang aman.
2. Manfaat
Untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan
adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja mengurangi resiko akibat kecelakaan.

4.2 Pembersihan Lahan


Pelaksanaan pembersihan lahan pada praktikum Agribisnis adalah
pembersihan lahan areal perkebunan jambu yang ada di lahan Inkubator Agribisnis.
Pembersihan lahan dilakukan dengan menggunakan alat cangkul dan parang.
Pembersihan ini dilakukan kepada gulma yang ada disekitar pohon jambu.
Pembersihan lahan merupakan salah satu upaya pengolahan lahan.
Pembersihan lahan adalah kegiatan yang dilakukan untuk membersihkan
lahan daro benda-benda atau material yang dapat menganggu tanaman.
Pembersihan lahan ini dilakukan dengan tujuan untuk membersihkan lahan dari
material yang tidak diinginkan seperti gulma, agar tanaman dapat tumbuh dengan
baik. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pekerjaan pembersihan lahan,
antara lain kerapatan begetasi, penggunaan setelah pengerjaan, metode pengerjaan,
topogrifi, dan iklim. Pembersihan lahan dapat dilakukan dengan cara
1. Manual, dengan menggunakan peralatan kerja tradisional seperti
cangkul, parang/golok, dll.
2. Mekanis dengan peralatan berat seperti dozer, excavator, dll.
Selain menual dan mekanis, pembersihan lahan dapat dilakukan dengan
cara kimiawi. Kimiawi (contoh herbisida) biasanya dilakukan pada lahan yang
ditutupi semak, rumput liar atau alang-alang, dan dilakukan hanya pada musim
kemarau. Pembersihan lahan dari tanaman yang tidak diinginkan dilakukan dengan
cara kimiawi, yaitu dengan menggunakan racun tanaman atau herbisida.
Pembersihan area dengan cara kimia hanya dapat dilakukan oleh tenaga yang
23

berpengalaman dalam menghitung kebutuhan penggunaan herbisida dengan


pedoman pelaksanaan sebagai berikut:
1. Penggunaan bahan kimia hanya dilakukan pada musim kemarau,
2. Luas areal yang disemprot dibatasi berdasarkan alat yang akan
digunakan serta kemampuan yang tersedia,
3. Ketersediaan dan mutu air harus baik,
4. Semak belukar yang tumbuh diantara alang-alang harus dibongkar atau
didongkel terlebih dahulu,
5. Untuk areal yang alang-alangnya sangat padat perlu ditebas dulu untuk
mengurangi pemakaian racun, dan penyemprotan baru dilakukan 2 – 3
minggu kemudian setelah alang-alang tumbuh kembali dan mencapai
tinggi + 30 cm.
Gulma pada tanaman harus dibasmi. Hal ini berdasarkan Umiyati dan
Kurniadie (2016) bahwa gulma pada tanaman menyebabkan persaingan dalan
pengambilan unsur hara, air, cahaya dan ruang tumbuh. Hal ini dapat menyebabkan
pertumbuhan tumbuhan terhambat.

4.3 Perbanyakan Tanaman


Saat praktikum Agribisnis I, mahasiswa melakukan perbanyakan tanaman
secara genaratif dan vegetatif. Perbanyakan genaratif dilakukan dengan menanam
biji bunga kenop dan biji tumbuhan pinang. Untuk perbanyakan secara vegetatif,
mahasiswa melakukan pencangkokkan dan stek batang. Cangkok dilakukan pada
pohon jambu. Stek batang dilakukan kepada tanaman bunga liquanyu dan bunga
kertas (bougenfil).
4.3.1 Perbanyakan Secara Generatif
Metode perbanyakan tanaman secara generatif merupakan perbanyakan
tanaman yang bersifat seksual. Metode perbanyakan tanaman secara
seksual/generatif merupakan salah satu metode yang dapat menghasilkan variates
baru hasil persilanagan dua jenis tanaman. Tujuan dilakukannya persilangan adalah
untuk menghasilkan tanaman dengan varietas unggul. Metode perbanyakan
tanaman secara generatif dilakukan dengan cara menanam biji bunga kenop dan bii
24

pinang. Perbanyakan tanaman secara generatif dilakukan dengan cara sebagai


berikut:
1. Pilih biji yang sesuai dengan kriteria
2. Tanaman biji di dalam polibag yang berisi tanah
3. Beri jarak tanaman agar biji dapat membelah dan tumbuh.
Faktor yang mempengaruhi perbanyakan secara genetatif adalah kualitas
biji, media tanam, teknik penanaman. Oleh sebab itu, jika ada yang tidak tumbuh
dapat terjadi akibat dari kesalahan pada saat penanaman.
4.3.1.1 Keuntungan dan Kelemahan Perbanyakan Tanaman Secara Generatif
Keuntungan:
• Sistem perakaran lebih kuat.
• Lebih mudah diperbanyak.
• Jangka waktu berbuah lebih panjang.
Kelemahan:
• Waktu untuk mulai berbuah lebih lama.
• Sifat turunan tidak sama dengan induk.
• Ada banyak jenis tanaman produksi benihnya sedikit atau benihnya sulit
untuk berkecambah

4.3.2 Perbanyakan Secara Vegetatif


Metode perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan perbanyakan
tanaman yang bersifat aseksual. Perbanyakan tanaman secara vegetatif terdiri atas
vegetatif alami dan vegetatif buatan. Vegetatif alami adalah reproduksi aseksual
yang terjadi secara alami tanpa bantuan dari pihak lain seperti manusia. Sehingga
dapat terjadi dengan sendirinya. Sedangkan reproduksi vegetatif buatan merupakan
proses perkembangbiakan aseksual dengan bantuan manusia. Metode
perkembangbiakan vegetatif yang dilakukan adalah cangkok dan stek batang.
25

1. Pelaksanaan perbanyakan tanaman dengan cangkok


a. Pilih cabang atau ranting yang tidak terlalu tua ataupun terlalu muda
b. Kuliti hingga bersih dan menampakkan bagian kambium cabang atau
ranting tersebut sepanjang 5-10 cm
c. Kerat kambiumnya hingga bersih, dan diamkan agar getah kambium
menghilang dari batang
d. Tutup dengan tanah, kemudian dibungkus dengan plastik atau sabut kelapa.
Bisa juga menggunakan ijuk. Ikat pada bagian kedua ujungnya seperti
membungkus permen. Bila menggunakan plastik, lubangi plastiknya
terlebih dahuluu agar ada udara yang masuk.
e. Jaga kelembaban tanah dengan memberi lubang.
f. Setelah banyak akar yang tumbuh, potong cabang atau ranting tersebut.
g. Masukkan kedalam polibag/pot dengan menanamnya dengan hati-hati.

2. Pelaksanaan perbanyakan dengan cara stek batang


a. Pilih batang dari pohon induk, batangnya sudah seukuran pensil, tidak
terlalu tua dan tidak terlalu muda
b. Potong batang secara miring pada pagian bawah dan mendatar pada bagian
atas.
c. Tancapkan dalam polibag/pot
Pada saat pertumbuhan tanaman, diperlukan pengendalian gulma. Pengendalian
gulma dilakukan untuk meminimalisir atau menghilangkan terjadinya persaingan
unsur hara antara tanaman dengan gulma. Adapun pengendalian gulma yang
dilakukan terbagi menjadi
• Pengendalian gulma didalam media tanam
Pengendalian ini merupakan pengendalian gulma yang berada didalam
media tanam seperti polybag atau pot. Pengendaliannya dapat dilakukan
dengan cara manual seperti mencabutnya dengan tangan atau menggunakan
tajak dan garu kecil.
• Pengendalian gulma diluar media tanam
26

Pengendalian ini merupakan pengendalian gulma yang berda diluar media


tanam. Pengendalian ini dapat dilakukn secara manual, mekanis ataupun
chemis tergantung dengan kondisinya.
Pada saat praktikum, tidak semua tanaman yang dilakukan perbanyakan
mengalami pertumbuhan. Hal ini dapat terjadi akibat kesalahan teknis saat
melakukan metode ataupun pengaruh keadaan sekitar yang sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman. Faktor terebut berupa suhu, kelembaban dan lain-
lain.
Menurut Santoso (2009), faktor pendukung keberhasilan penyetekan adalah
faktor tanaman (faktor dalam), faktor lingkungan (faktor luar), dan faktor
pelaksanaan penyetekan.
1. Faktor Tanaman
Tanaman disini diartikan sebagai bahan stek baik berupa stek batang, stek akar,
maupun stek daun.
a. Macam bahan stek
Pada umumnya bahan stek berkayu lunak (softwood) lebih mudah
membentuk akar dalam waktu relatif singkat dibandingkan dengan stek
batang keras (hardwood). Bahan stek yang berasal dari percabangan lateral
akan lebih mudah membentuk akar dibandingkan bahan stek yang berasal
dari percabangan terminal.
b. Umur bahan stek
Kedewasaan atau tingkat ketuaan jaringan berhubungan dengan jumlah
karbohidrat tertimbun dalam jaringan bahan stek. Semakin banyak
karbohidrat yang tersedia pada bahah stek, maka pembentukan akar akan
lebih mudah. Bahan stek dari bagian tanaman yang berumur muda akan
lebih mudah berakar dibandingkan dengan bahan stek dari bagian tanaman
yang telah tua. Akan tetapi bila bahan stek terlalu muda dan lunak, bahan
stek tersebut akan mudah mati akibat membusuk atau mengering sebelum
berhasil membentuk akar. Hal ini disebabkan proses transpirasi berjalan
cepat. Lain halnya bilamana bahan stek terlalu tua, bukan mudah mati, akan
tetapi proses pembentukan akar membutuhkan waktu lama. Proses
pembentukan akar yang lama ini disebabkan pada jaringan bahan stek yang
27

tua memerlukan waktu lama untuk dediferensiasi terutama jaringan tempat


calon akar itu tumbuh yang berada di antara jaringan pembuluh.
c. Adanya tunas atau daun pada bahan stek
Tunas dan daun merupakan sumber zat pengatur tumbuh seperti auksin yang
dapat merangsang pembentukan akar stek. Karena itu, keberadaan tunas
ataupun daun pada bahan stek sangat menguntungkan dan berpengaruh baik
terhadap pembentukan akar. Karbohidrat yang dihasilkan oleh daun sebagai
bentuk hasil fotosintesis secara langsung mempengaruhi proses
pembentukan akar stek. Selain karbohidrat, daun juga memproduksi auksin
(terutama pada bagian pucuk) yang kemudian ditransportasikan ke arah
dasar stek. Auksin ini kemudian ikut terlibat bersama-sama hasil
fotosintesis lainnya dalam pembelahan sel dan pembentukan kalus serta
inisiasi akar. Akan tetapi, bilamana daun terlalu banyak maka transpirasi
akan berjalan cepat yang pada akhirnya bahan stek akan layu sebelum
membentuk akar. Hal ini dapat dihindari dengan cara pemotongan sebagian
daun yang ada pada bahan stek.
d. Fotosintat yang terkandung dalam bahan stek
Fotosintat atau sering juga disebut bahan makanan terutama karbohidrat dan
nitrogen yang ada pada bahan stek sangat mempengaruhi perkembangan
akar dan tunas stek. Umumnya nitrogen mendukung pembentukan akar.
Namun pada konsentrasi yang tinggi, nitrogen akan menghambat
pembentukan akar. Perimbangan yang baik antara karbohidrat dan nitrogen
diperlukan untuk mengarahkan pertumbuhan stek. Bilamana perimbangan
karbohidrat dan nitrogen rendah, akan merangsang pembentukan tunas yang
baik dan kuat tetapi perakarannya lemah karena jumlah akar yang terbentuk
sedikit. Sebaliknya, bilamana perimbangan karbohidrat dan nitrogen tinggi,
akan merangsang pembentukan akar yang lebih banyak namun tunasnya
lemah.
e. Pembentukan kalus
Pembentukan akar pada stek tidak tergantung hanya pada pembentukan
kalus, tetapi akar yang tumbuh dan berkembang dari jaringan kalus akan
lebih kuat daripada akar yang tumbuh dan berkembang dari stek yang tidak
28

berkalus. Selain itu, pembentukan kalus pada dasar stek berguna untuk
menutup luka dan mencegah pembusukan jaringan bahan stek.
f. Zat pengatur tumbuh
Zat pengatur tumbuh di dalam jaringan bahan stek berfungsi sebagai
pengatur pertumbuhan dan perkembangan stek melalui pengaturan
pembentukan akar. Setiap laju pertumbuhan dan perkembangan stek diatur
oleh perbandingan zat pengatur tumbuh yang bersifat merangsang
(promoting) dan menghambat (inhibiting). Jenis zat pengatur tumbuh yang
umumnya berperan penting dalam proses pengakaran stek adalah auksin.

2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan merupakan faktor luar yang ikut berperan dalam menentukan
tingkat keberhasilan stek membentuk akar. Beberapa faktor lingkungan yang
berpengaruh terhadap keberhasilan penyetekan adalah sebagai berikut ini:
a. Media tumbuh
Media tumbuh merupakan tempat stek ditanam dan tempat nantinya akar
stek tumbuh dan berkembang. Media perakaran berfungsi sebagai
pendukung stek selama pembentukan akar, memberi kelembaban pada stek,
dan memudahkan penetrasi udara pada pangkal stek. Media perakaran stek
yang biasa dipergunakan adalah tanah, pasir, campuran gambut dan pasir,
perlite dan vermikulit. Media tumbuh yang memiliki sifat porositas tinggi
dengan kemampuan memegang air yang cukup dan memudahkan
pengatusan merupakan media tumbuh yang baik. Tingkat kemasaman tanah
berpengaruh langsung terhadap jumlah dan mutu perakaran adventif.
b. Kelembaban
Kelembaban merupakan salah satu faktor penting bagi keberhasilan
penyetekan. Cara yang baik untuk mempertahankan kelembaban adalah
dengan penyemprotan air dalam bentuk kabut ke areal pembibitan stek dan
kemudian menyungkupinya. Seiring dengan berjalan waktu (umur bibit
stek) makan penyemprotan dikurangi.
c. Suhu
29

Suhu mengendalikan laju perkembangan akar dan tunas stek. Jika suhu
udara di sekitar stek tertanam terlalu tinggi, akan menyebabkan tunas
terbentuk lebih cepat daripada akar. Oleh karena itu, mengingat
keberhasilan stek ditunjukkan oleh keberhasilan stek membentuk akar,
maka sebaiknya suhu medium tanam lebih hangat atau tinggi daripada suhu
udara.
d. Cahaya
Intensitas cahaya matahari yang tinggi atau cahaya merah dan biru dari
sumber cahaya buatan merupakan cahaya yang baik dan menentukan
pertumbuhan dan perkembangan akar stek. Setelah terbentuk akar, panjang-
pendeknya hari mulai berpengaruh terhadap perkembangan tunas
selanjutnya.

3. Faktor Pelaksanaan
Faktor pelaksanaan merupakan hal-hal yang dilakukan oleh pembibit tanaman
selama mempersiapkan bahan stek seperti perlakuan yang diberikan dan tindakan
perawatan pembibitan stek. Faktor tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut ini:
a. Perlakuan sebelum bahan stek diambil
Perlakuan yang dimaksud adalah perlakuan yang dikenakan kepada bahan
stek semasih berada pada pohon induknya. Beberapa perlakuan yang sering
dilakukan untuk tujuan mempersiapkan bahan stek yang baik meliputi :
• Merangsang pemanjangan (etiolasi) cabang dengan cara penaungan
atau pembungkusan cabang calon bahan stek dengan menggunakan
plastik hitam.
• Membuat keratan melingkar pada batang sebelum bahan stek diambil.
Pengeratan ini dimaksudkan agar fotosintat menumpuk pada bagian atas
keratan atau bagian bawah bahan stek.
• Pemberian cahaya tambahan agar supaya laju fotosintesis meningkat.
• Penyemprotan zat pengatur tumbuh kepada percabangan sumber bahan
stek sebelum dipotong dari tanaman induknya.
30

b. Saat pengambilan bahan stek


Saat tanaman induk menunjukkan fase pertumbuhan yang aktif merupakan
petunjuk umum untuk waktu atau saat pengambilan bahan stek yang baik.
Umumnya pada periode tumbuh seperti ini, sejumlah tunas-tunas baru yang
banyak tumbuh akan nampak pada percabangan. Setelah tunas-tunas
tumbuh dan berkembang lebih lanjut dan membentuk kayu yang cukup,
maka bahan stek tersebut sudah siap digunakan sebagai bahan stek.
c. Pemotongan stek
Pemotongan bahan stek secara miring akan memperluas bidang permukaan
bagi kesempatan terbentuknya akar, sehingga kemungkinan terbentuknya
akar dalam jumlah banyak semakin besar.
d. Perlakuan atau penggunaan zat pengatur tumbuh
Untuk merangsang pembentukan akar pada stek, para pembibit tanaman
(nursery) sering menggunakan zat pengatur tumbuh. Perakaran yang
dihasilkan biasanya lebih baik bila dibandingkan dengan bahan stek yang
tidak diperlakukan dengan zat pengatur tumbuh. Secara alami di dalam
tanaman terdapat zat pengatur tumbuh. Zat pengatur tumbuh alami ini
dikenal sebagai fitohormon, yang bersifat mendorong maupun menghambat
pertumbuhan. Laju dan arah pertumbuhan tanaman dikendalikan oleh
perbandingan fitohormon pendorong dan penghambat. Oleh karena itu,
pemberian atau perlakuan zat pengatur tumbuh tambahan dari luar paling
tidak harus memperhatikan beberapa hal yang terkait erat dengan berbagai
proses yang terjadi di dalam tanaman.
e. Cara Penanaman (pesemaian)
Untuk tanaman yang peka terhadap kerusakan sebaiknya menggunakan
komoniti pot. Untuk tanaman yang mudah tumbuh dapat langsung
disemaikan di lapangan.
Keberhasilan penyetekan dicirikan oleh keberhasilan bahan stek
membentuk akar, tidak saja dipengaruhi oleh keadaan dan kemampuan jaringan
bahan stek beregenerasi, tetapi dipengaruhi pula oleh faktor lingkungan seperti
media tumbuh, kelembaban, suhu, dan cahaya. Selain kedua faktor tersebut, faktor
pelaksanaan juga sangat menentukan keberhasilan penyetekan. Kemampuan
31

membentuk akar suatu bahan stek memang telah ada secara alami. Namun
demikian, persentase keberhasilan penyetekan akan semakin meningkat bilamana
pembibit tanaman memberikan beberapa perlakuan seperti mengkondisikan
lingkungan yang baik dan cocok bagi pertumbuhan stek dan mempersiapkan bahan
steknya dengan baik.
Sedangkan faktor yang mempengaruhi daya regenerasi tanaman melalui cangkokan
adalah sebagai berikut :
1. Waktu mencangkok
Waktu terbaik melakukan pencangkokan adalah pada musim penghujan.
Walaupun demikian dapat saja dilakukan pada musim kemarau dengan
syarat tidak kekurangan air. Artinya sering dilakukan penyiraman baik
kepada tanaman induk maupun kepada bagian cangkokan
2. Bahan batang/cabang cangkokan
Bahan cabang cangkokan lebih baik dipilih dari pohon induk yang berumur
tidak terlalu tua. Pemilihan juga didasari atas tingkat kesuburan, kesehatan,
kekuatan, dan sifat-sifat genetik lainnya yang menguntungkan. Beberapa
hal lainnya yang juga penting untuk diperhatikan sebagai dasar pemilihan
bahan cangkokan adalah keindahan dan aspek yang nantinya tidak merusak
pohon induk, serta ukuran maupun bentuk. Dahan yang tidak terlalu tua
(biasanya berwarna coklat muda) merupakan bahan cangkokan yang baik
karena memiliki bahan cadangan makanan (karbohidrat) yang cukup
banyak.
3. Pemeliharaan
Pemeliharaan ditujukan terutama dalam hal menjaga kelembaban.
Kelembaban dapat dipertahankan melalui pengaturan penyiraman. Selain
itu hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah kesehatan pohon
induk.
4. Peralatan yang digunakan
Peralatan yang dipersyaratkan adalah peralatan yang mudah pemakaian dan
mudah diperoleh. Keadaan peralatan tersebut setidaknya berfungsi baik dan
bersih.
32

5. Media cangkok
Media cangkok banyak macamnya yaitu mos, bubuk sabut kelapa, pupuk
kandang, dan kompos. Apapun macam media yang akan digunakan yang
terpenting adalah bahwa media tersebut memilki kemampuan yang baik
dalam menyediakan hara dan baik dalam memegang (mempertahankan
kelembaban) sekaligus melepas air.
6. Pembungkus/pembalut Media
Ada beberapa macam bahan untuk membalut atau membungkus media
cangkok, yaitu sabut kelapa, ijuk, kaleng bekas, pot plastik, bambu, dan
plastik lembaran. Pembungkus plastik merupakan pembungkus cangkok
yang umum digunakan karena mudah diperoleh, harganya cukup murah,
dan sistim perakaran cangkokan dapat dilihat serta dapat mempertahankan
kelembaban. Pemakaian pembungkus berupa sabut kelapa atau ijuk harus
dibarengi dengan penyiraman cangkokan yang teratur dan sering dilakukan
untuk mempertahankan kelembaban. Pembungkus media cangkok berupa
pot sangat praktis. Bilamana perakaran sudah cukup banyak dan sudah
saatnya cabang cangkokan dipotong, maka bahan tanaman atau bibit
cangkokan tersebut sudah siap disemai karena media maupun
pembungkusnya sudah paten.
7. Pemeliharaan pasca cangkok
Pemeliharaan pasca panen ini meliputi tempat penanaman (bila langsung
ditanam setelah pemisahan dari pohon induk) tidak terlalu panas atau
terbuka sehingga memerlukan pengaturan naungan.
4.3.2.1 Keuntungan dan Kelemahan Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif
Keuntungan:
• Lebih cepat berbuah
• Sifat turunan sesuai dengan induk
• Dapat digabung sifat-sifat yang diinginkan.
Kelemahan:
• Perakaran kurang baik
• Lebih sulit dikerjakan karena membutuhkan keahlian tertentu
• Jangka waktu berbuah lebih pendek
33

V. PENUTUP

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan, maka dapat
disimpulkan:
1. Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat yang mempunyai kemampuan untuk
melindungi seseorang dalam pekerjaan yang fungsinya mengisolasi tubuh
tenaga kerja dari bahaya di tempat kerja
2. Pembersihan lahan merupakan salah satu upaya pengolahan lahan yang
bertujuan untuk menggemburkan massa tanah sehingga menyediakan cukup
ruang bagi pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman di dalam tanah dan
membasmi gulma disekitar tanaman.
3. Perbanyakan tanaman dengan 2 cara yaitu secara generatif dan vegetatif.
Perbanyakan tanaman secara generatif terjadi dengan pembelahan biji
tanaman. Sedangkan perbanyakan vegetatif dapat terjadi dengan cara stek,
okulasi, cangkok, sambungan dan penyusuan.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil praktikum dan kesimpulan maka dapat disarankan beberapa
hal yaitu :
1. Praktikan harus memakai alat pelindung diri (APD) pada saat pelaksanaan
praktikum agar tidak terjadi kecelakaan kerja ataupun cidera
2. Pada saat melakukan perbanyakan tanaman dilakukan secara hati-hati agar
memperoleh hasil yang diinginkan
34

DAFTAR PUSTAKA

AgroMedia, Redaksi. 2007. Kunci Sukses Memperbanyak Tanaman.


Agromedia Pustaka, Jakarta Selatan.

Anonym. 1970. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja,


Jakarta.

Askari. 2010. Dasar-Dasar Hortikultura. Departemen Budidaya Pertanian,


Fakultas Pertanian IPB, Bogor.

Astuti. 2011. Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pangan Menjadi
Kelapa Sawit di Bengkulu. Balai Pengkajian Pertanian, Bengkulu.

Azwar. 2001. Reliabilitas dan Validitas. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Chairani. 2008. Teknik Budidaya Tanaman Jilid 2. Direktorat Pembinaan


Sekolah Menengah Kejuruan, Jakarta.

Jumin, H. B. 2002. Agronomi. Raja Grafindo, Jakarta.

Mustafa. 2000. Teknik Sampling. Universitas Prahiyangan, Bandung.

Pahan, Iyung. 2010. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis


dari Hulu Hingga Hilir. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rini. 2001. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Penerbit Swadaya, Jakarta.

Setyati. 2002. Pengantar Agronomi. Gramedia, Jakarta.

Siswanto. 1993. Prestasi Kerja: Manajemen Tenaga Kerja. Sinar Baru,


Bandung.

Soeripto M. 2008. Higiane Industri. Balai Penerbit FK UI, Jakarta.

Subroto. 2003. Tanah : Pengelolaan dan Dampaknya. Fajar Gemilang,


Samarinda.
35

Sukendro. 2010. Studi Pembiakan Vegetatif Intsia Bijuga (Colebr) O.K.


melalui Grafting Silvilkultur Tropika. Jurnal Silvuktur Tropika.
01(01):6-10.

Suma’mur. 1991. Higene perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarta.

Suma’mur. 1996. Higiane Perusahaan dan Kesehatan Kerja. CV Sagung Seto,


Jakarta.

Suma’mur. 2009. Higiane Perusahaan dan Keselamatan Kerja. CV Sagung Seto,


Jakarta.

Tarwaka. 2008. Keslamatan Kerja dan Kesehatan Kerja , Manajemen dan


Implementasi K3 di Tempat Kerja. Harapan Press, Surakarta.

Usman dalam Wulandari. 2004. Keselamatan Kerja dan Pencegahan


Kecelakaan, Gadjah Muda University Press, Bandung.

Wudianto, R. 1998. Membuat Stek, Cangkok dan Okulasi. Penebar Swadaya,


Jakarta.
36

DOKUMENTASI

Mengguanakan alat pelindung diri (APD)

Pembersihan lahan
37

Perbanyakan tanaman dengan cara generatif (biji)

Perbanyakan tanaman dengan cara generatif (biji)


38

Perbanyakan tanaman dengan cara cangkok


39

DATA DIRI

Nama : Sindi Irawati


Tempat, Tanggal Lahir : Bangko Jaya, 12 September 2001
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Angkatan : 2019
Kelas : Agribisnis – A
Nim : 1906124523
Alamat Rumah : Balam km 4 Kec Bangko Pusako Kab Rokan Hilir
Asal Sekolah : SMAN 3 Bangko Pusako
Alamat kost : Jl. Bangau Sakti, Gg Mawar Kost Diyan
Email : sindiirawati3@gmail.com
No Hp : 083185874047
Hobi : Badminton, membaca dan menulis

Riwayat Pendidikan
SD : SDN 004 Bangko Permata
SMP : SMPN 2 Bangko Pusako
SMA : SMAN 3 Bangko Pusako

Anda mungkin juga menyukai