Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PRAKTIKUM AGRIBISNIS I

ALAT PELINDUNG DIRI (APD), PEMBERSIHAN LAHAN DAN

METODE PERBANYAKAN TANAMAN

Oleh:

DIRA REZKI ANGGRAENI

(1906111137)

JURUSAN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2020
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah


memberikankesehatan dan keselamatan kepada Penulis sehingga dapat
menyelesaikan laporan akhir praktikum dengan judul “Alat Pelindung Diri
(APD), Pembersihan Lahan, Dan Metode Perbanyakan Tanaman”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen Deby Kurnia, S.P, M.Si
dan Didi Muwardi, SE., MM yang telah banyak memberikan bimbingan, petunjuk
dan motivasi sampai selesainya laporan akhir praktikum ini. Tidak lupa pula untuk
seluruh rekan-rekan yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan
laporan akhir praktikum ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Tidak
ada yang pantas diberikan, selain balasan dari Tuhan Yang Maha Esa untuk
kemajuan kita semua dalam menghadapi masa depan nanti.
Penulis menyadari laporan akhir praktikum ini belum sempurna. Oleh
karena itu, penulis berharap adanya kritik dan saran dari pembaca. Penulis berharap
agar praktikum ini bermanfaat bagi kita semua, baik untuk masa kini maupun untuk
masa akan datang.

Pekanbaru, Januari 2020

Penulis
ii

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v
I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Perumusan masalah ....................................................................................... 2
1.3 Tujuan dan Manfaat ...................................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 4
2.1 Alat Pelindung Diri (APD)............................................................................ 4
2.2 Pembersihan Lahan ....................................................................................... 6
2.3 Metode Perbanyakan Tanaman ..................................................................... 9
III. METODOLOGI ........................................................................................... 14
3.1 Waktu dan Tempat ...................................................................................... 14
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................ 14
3.3 Tahapan Materi Kuliah ............................................................................... 14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 15
4.1 Alat Pelindung Diri (APD).......................................................................... 15
4.1.1 Pengertian Alat Pelindung Diri (APD) ................................................ 15
4.1.2 Syarat-syarat Alat Pelindung Diri (APD) ............................................ 15
4.1.3 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pemakaian APD ................... 16
4.1.4 Pemeliharaan dan Penyimpanan Alat Pelindung Diri (APD) .............. 17
4.1.4.1 Pemeliharaan Alat Pelindung Diri (APD) ..................................... 17
4.1.4.2 Penyimpanan Alat Pelindung Diri (APD) ..................................... 17
4.1.5 Jenis-jenis Alat Pelindung Diri (APD)................................................. 17
4.2 Pembersihan Lahan ..................................................................................... 20
4.3 Metode Perbanyakan Tanaman ................................................................... 21
4.3.1 Perbanyakan Tanaman Secara Generatif ............................................. 21
4.3.2 Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif .............................................. 24
iii

V. PENUTUP ....................................................................................................... 28
5.1 Simpulan ..................................................................................................... 28
5.2 Saran ............................................................................................................ 29
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 30
DOKUMENTASI ................................................................................................ 32
DATA DIRI ......................................................................................................... 34
iv

DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kelebihan dan Kekurangan Perbanyakan Tanaman Secara Generatif ...... 21
2. Kelebihan dan Kekurangan Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif ...... 24
v

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Sarung Tangan .......................................................................................... 17
2. Sepatu Lapangan ....................................................................................... 18
3. Topi Pengaman.......................................................................................... 18
4. Penutup Bagian Muka ............................................................................... 18
5. Penutup Mata ............................................................................................ 19
6. Alat Pelindung Mulut ................................................................................ 19
7. Pakaian Pelindung ..................................................................................... 19
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara dengan potensi sumber daya alam yang
melimpah. Salah satunya dalam bidang pertanian. Bidang pertanian dalam arti luas
meliputi perkebunan, perikanan, dan pertenakan. Sedangkan dalam arti
sempit adalah suatu budidaya tanaman kedalam suatu lahan untuk mencukupi
kebutuhan manusia. Perkebunan memiliki peran yang sangat besar dalam
meningkatkan pendapatan negara, kesejahteraan masyarakat, bahkan pertanian
secara global. Hal tersebut tidak lepas dari keterampilan teknik perkebunan yang
sudah diterapkan salah satunya ialah metode perbanyakan tanaman dalam rangka
mempertahankan jenisnya dan peningkatan produksinya. Ada dua cara pembiakan
tanaman yaitu secara generatif/reproduktif (secara kawin) dengan menggunakan
benih (biji yang memenuhi persyaratan sebagai bahan tanaman), dan secara
vegetatif (secara tak kawin) dengan menggunakan organ vegetatif (akar, batang,
dan daun).
Sebelum melakukan metode perbanyakan tanaman perlu memperhatikan
teknik dalam menyiapkan tanaman perkebunan antara lain; pengenalan ekologi
tanaman, persiapan pembukaan lahan, pengolahan tanah, teknik persiapan tanaman
dan penanaman, teknik penyediaan bahan tanaman, teknik pembibitan, teknik
pemeliharaan dan teknik pemanenan. Pada lahan yang drainase permukaannya jelek
atau lahan yang hutannya lebat-dimana kondisi tanahnya lembab dan basah,
penggunaan alat berat untuk merobohkan dan merumpuk kayu tidak akan lancar.
Dalam kondisi seperti ini, sebaiknya pembukaan lahan dilakukan dengan cara
manual. Selanjutnya dalam pembukaan lahan dilahan yang miring dan marjinal
diperlukan keterampilan khusus yaitu tindakan konservasi lahan.
Pembersihan areal dilaksanakan mulai dari tahap survai/ pengukuran sampai
tahap pengendalian ilalang. Pelaksanaan survai/pengukuran biasanya berlangsung
selama satu bulan. Pada tahap ini, pelaksanaan pekerjaan meliputi pemetaan
topografi, penyebaran jenis tanah, serta penetapan batas areal yang akan ditanami.
Hasi survai akan sangat penting artinya untuk tahapan pekerjaan lain, bahkan dalam
hal penanaman dan pemeliharaan tanaman. Tahap selanjutnya dari pembersihan
2

areal adalah tebas/babat. Pelaksanaan pekerjaan pada tahap ini adalah dengan
membersihkan semak belukar dan kayu-kayu kecil sedapat mungkin ditebas rata
dengan permukaan tanah, lama pekerjaan ini adalah 2-3 bulan baru kemudian
dilanjutkan dengan tahap tebang.
Dalam kegiatan pembersihan lahan kecelakaan kerja merupakan salah satu
masalah bagi pekerja. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian materi
namun timbulnya korban jiwa. Kehilangan sumber daya manusia ini merupakan
kerugian karena diperlukan waktu untuk mencari atau mendidik sumber daya
manusia yang sesuai. Kerugian yang langsung yang nampak dari timbulnya
kecelakaan kerja adalah biaya pengobatan dan kompensasi kecelakaan. Sedangkan
biaya tak langsung yang tidak nampak ialah kerusakan alat-alat produksi, penataan
manajemen keselamatan yang lebih baik, penghentian alat produksi, dan hilangnya
waktu kerja.
Oleh karena itulah diperlukan alat pelindung diri (APD) untuk mengurangi
resiko kecelakaan dalam pekerjaan terutama di bidang pertanian. Alat Pelindung
Diri (APD) adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk
melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya
potensi bahaya/kecelakaan kerja. APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha
melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif
tidak dapat dilakukan dengan baik.
Seperti yang dilakukan dalam mata kuliah Praktek Agribisnis I, kegiatan
pratikum dilaksanakan secara kelompok. Kegiatan yang dilakukan selama mata
kuliah ini dimulai dari penerapan APD untuk kesehatan dan keselamatan kerja serta
lingkungan kerja, pembersihan lahan yang sudah ditumbuhi pepohonan dengan
membuat bedengan atau piringan dan melakukan perbanyakan tanaman secara
generatif dan vegetatif. Oleh karena itu, penulis membuat laporan akhir ini untuk
membahas lebih dalam apa yang telah dijelaskan di atas.

1.2 Rumusan Masalah


Pengelolaan lahan sangat dibutuhkan agar lahan yang di gunakan memiliki
kualitas yang bagus untuk kegiatan pertanian. Salah satu pengelolaan lahan yang
dilakukan adalah pembersihan lahan. Ketika melakukan kegiatan pembersihan
3

lahan pekerja harus menggunakan APD. Karena bahaya atau risiko saat bekerja
tidak dapat diketahui. Dengan menggunakan APD pekerja bisa meminimalisasi
bahaya yang akan diterima. APD memiliki fungsinya masing-masing sesuai
jenisnya. Salah satu kegiatan pertanian yang membutuhkan lahan adalah
perbanyakan tanaman. Perbanyakan tanaman dilakukan untuk peningkatan kualitas
pertanian. Namun perbanyakan tanaman memiliki beberapa metode.
Berdasarkan uraian diatas, perumusan masalah dari laporan ini sebagai
berikut:
1. Apa saja macam-macam dan penggunaan alat pelindung diri (APD)?
2. Bagaimana tahapan pembersihan lahan praktek Agribisnis I?
3. Bagaimana metode perbanyakan tanaman secara generatif dan vegetatif?

1.3 Tujuan dan Manfaat


Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, tujuan dari laporan secara
spesifik sebagai berikut:
1. Untuk mejelaskan macam-macam dan penggunaan alat pelindung diri (APD).
2. Untuk menjelaskan pembersihan lahan praktek Agribisnis I.
3. Untuk menjelaskan metode perbanyakan tanaman secara generatif dan
vegetatif.
Sehingga manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1. Bagi penulis, praktikum ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan
dalam penggunaan alat pelindung diri (APD), pembersihan lahan, dan metode
perbanyakan tanaman.
2. Bagi pembaca, merupakan informasi dalam penggunaan alat pelindung diri
(APD), pembersihan lahan, dan metode perbanyakan tanaman.
4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Alat Pelindung Diri (APD)


Salah satu upaya dalam rangaka pemberian perlindungan tenaga kerja
terhadap Keselamatan dan Kesahatan Tenaga Kerja (K3) di lapangan adalah dengan
cara menggunakan APD. Penggunaan APD oleh tenaga kerja, merupakan upaya
terakhir apabila upaya rekayasa (engineering) dan cara kerja yang aman (work
ptactices) telah maksimum dilakukan.
Alat pelindung diri perorangan adalah alat yang digunakan seseorang dalam
melakukan pekerjaannya, yang dimaksud untuk melindungi dirinya dari sumber
bahaya tertentu baik yang berasal dari pekerjaan maupun lingkungan kerja dan
berguna dalam usaha untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan cidera atau
cacat (Syukri, 1982). Alat pelindung diri terdiri dari sarung tangan, asker penutup
kepala, baju pelindung, celemek, dan sepatu pelindung.
Perundang-Undangan yang mengatur tentang pemakaian Alat Pelindung Diri
adalah UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3, 9, 12, 14
dinyatakan bahwa dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk memberikan Alat Pelindung Kerja
(APD), pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja
baru tentang Alat Pelindung Diri (APD) dengan peraturan perundangan diatur
kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk memakai Alat Pelindung Diri (APD)
harus diselenggarakan di semua tempat kerja, wajib menggunakan Alat Pelindung
Diri (APD) yang diwajibkan dan pengurus diwajibkan menyediakan Alat Pelindung
Diri (APD) yang diwajibkan secara cuma-cuma. Jika memperhatikan isi dari
undang-undang tersebut maka jelaslah bahwa Alat Pelindung Diri (APD)
dibutuhkan di setiap tempat kerja.
Oleh karena itu, keselamatan kerja harus benar-benar diterapkan dalam suatu
tempat yang di dalamnya terdapat tenaga kerja yang melakukan pekerjaan. Bukan
hanya pengawasan terhadap mesin, dan peralatan lain saja tetapi yang lebih penting
pada manusianya atau tenaga kerjanya, salah satu contohnya adalah pengawasan
pemakaian Alat Pelindung Diri (APD). Hal ini dilakukan karena manusia adalah
faktor yang paling penting dalam suatu proses produksi. Manusia sebagai tenaga
5

kerja yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja yang berdampak cacat sampai
meninggal (Boedi Maryoto, 1997).
Upaya keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu uapaya yang
ditunjukkan kepada semua potensi yang dapat menimbulkan bahaya di suatu
instansi tempat kerja selalu dalam keadaan selamat, sehat, serta sumber daya
pendukung-pendukung lainnya, dapat dimanfaatkan secara aman (Djojosugito,
2000).
Menurut OSHA atau Occipational Safety and Health Administration, Alat
Pelindung Diri (APD) didefinisikan sebagai alat yang dgunakan untuk melindungi
pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya
(hazard) di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik,
mekanik, dan lainnya.
APD bukanlah alat yang nyaman apabila dikenakan tetai fungsi dari alat ini
sangatlah besar karena dapat mencegah penyakit akibat kerja ataupun kecelakaan
pada waktu kerja. Pemakaian APD masih memerlukan penyesuaian diri yang sesuai
akan mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan atau luka-luka dan juga
mencegah penyakit akibat kerja yang akan diderita beberapa tahun kemudian
(Syukri, 1982).
Pemakaian APD yang tidak tepat dapat mencelakakan tenaga kerja yang
memakainya, bahkan mungkin lebih membhayakan dibandingkan tanpa memakai
APD. Oleh karena itu, agar dapat memilih APD yang tepat, maka perusahaan harus
mampu mengidentfikasi baha potensial yang ada, khususnya yang tidak dapat
dihilangkan ataupun dikendalikan (Sam’mul, 1985).
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh APD agar dalam
pemakainnya dapat memberikan perlindungan maksimal. Menurut ILO (1989), dari
beberapa kriteria dasar yang harus dipenuhi oleh semua jenis peralatan pelindung,
maka hanya ada dua yang terpenting, yaitu:
1) Apapun sifat dan bahanya, peralatan atau pakaian harus memberikan cukup
perlindungan terhadap bahaya tersebut.
2) Peralatan atau pakaian harus ringan dipakainya dan awet serta membuat rasa
kurang nyaman sekeci mungkin, tetapi memungkinkan mobilitas, penglihatan
dan sebagainya yang maksimum.
6

2.2 Pembersihan Lahan


Lahan merupakan bagian dari bentang lahan (Landscape) yang meliputi
lingkungan fisik termasuk iklim, tropografi / relief, hidrologi tanah dan keadaan
vegetasi alami yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap
penggunaan lahan atau areal tanah yang ingin ditanami oleh tanaman yang
diinginkan untuk dibudidayakan untuk mendapatkan hasil produksi yang dapat
dimanfaatkan manusia sebagai sumber energi bagi manusia di muka bumi ini
(Astuti, 2014).
Lahan merupakan sumber daya alam yang jumlahnya terbatas di muka bumi
ini. Hampir semua kegiatan produksi, rekreasi, dan konservasi sangat memerlukan
lahan. Pemanfaatan lahan untuk berbagai kepentingan dari berbagai sektor
seharusnya selalu mengacu pada potensi fisik lahan, faktor sosial ekonomi, dan
kondisi budaya setempat serta sistem legalitas tentang lahan (Robert, dkk., 2010).
Lahan adalah suatu hamparan (areal) tertentu dipermukaan bumi secara
vartikel mencakup komponen iklim seperti udara, tanah, air, dan batuan-batuan
yang ada di bawah tanah serta vegetasi dan aktivitas manusia pada masa lalu atau
saat ini yang ada di atas tanah atau permukaan bumi (Subroto, 2003).
Lahan pertananian adalah lahan yang ditujukan atau cocok untuk dijadikan
usaha tani untuk memproduksi hasil dari tanaman pertanian, hewan ternak, dan lain
sebagainya. Lahan pertanian merupakan salah satu sumber daya yang paling utama
pada usaha pertanian untuk mendapatkan hasil dari pertanian. Klasifikasi lahan
pertanian yang digunakan oleh FAO dibagi menjadi beberapa jenis yaitu lahan
garapan dan lahan penggembalaan yaitu sebuah wilayah yang digunakan untuk
menjadikan suatu lahan pertanian yang dapat menghasilkan produksi (Wikipedia,
2014).
Pembukaan lahan (land clearing) sebagai tahap awal penyiapan lahan dapat
dilakukan dengan dua cara utama yaitu dengan cara manual membabat dan
membakar (slash and burn). Sebelum melakukan pembukaan lahan terlebih dahulu
dilakukan identifikasi vegetasi yang ada pada lahan tersebut. Dari data yang ada
makan dapat ditentukan apakah pembukaan lahan dilakukan secara manual,
manual-mekanis atau secara mekanis saja (Mustafa, 2000).
7

Pembukaan lahan dimulai dari pengukuran lahan yang akan di jadikan lahan
budidaya, proses pembabatan segala tanaman yang menggangu tanaman yang akan
di usahakan, perbersihan lahan yang telah di babat, yang tujuannya untuk memudah
kan kita dalam melakukan pengolahan tanah. Tanah yang telah diolah atau telah
gembur akan memudahkan akar tanaman menghisap zat-zat makanan yang ada di
dalam tanah selain itu tanah yang gembur juga akan memudahkan kita dalam proses
penanaman.
Pembukaan lahan (land clearing) merupakan kegiatan pembersihan lahan
dari segala macam bentuk tanaman atau akar - akar pertanaman yang mengganggu
tanaman yang di usahakan untuk mangidentifikasi lahan yang akan dibuka dan
pemamfaatannya. Tahapan pekerjaan untuk pembukaan lahan pada areal semak
belukar antara lain, membabatdan mengibas semak belukar, mengumpulkan semak
belukar yang telah di babat, semak belukar yang telah kering, melakukan
penggemburan tanah. Sesuai dengan tahapan pembukaan lahan di atas, bertujuan
untuk memudahkan kita dalam pembukaan lahan (Azwar, 2001).
Pembukaan lahan perkebunan adalah kegiatan atau pekerjaan membersihkan
lahan dari vegetasi lainnya, baik berupa pepohonan, belukar, maupun rerumputan
agar siap diolah untuk persiapan penanaman komoditi tanaman perkebunan.
Metode pembukaan Metode pembukaan lahan tergantung kondisi lahan, khususnya
vegetasi atau peruntukan lahan sebelumnya. Lahan yang sesuai perkebuan dapat
berupa hutan primer dan sekunder, semak belukar, bekas perkebunan komoditas
lain (karet, kelapa, kakao), padang alang alang, atau bahkan bekas kebun tanaman
pangan (jagung, singkong, padi gogo), serta kebun kelapa sawit tua (peremajaan).
Teknik pembukaan lahan dapat dilakukan secara manual, mekanis, kimia atau
kombinasi, tergantung keadaan vegetasinya (Kalshoven, L.G.E. 2008).
Pembukaan lahan hutan primer atau sekunder dilakukan penebangan secara
bertahap. Pada prinsipnya, tanaman lapis bawah berupa semak, belukar, dan anakan
pepohonan yang masih kecil ditebas lebih dulu dengan parang, dan kapak.
Tergantung jenis dan kondisi hutannya, jika diperlukan, dapat digunakan gergaji
rantai (Chain saw) untuk pepehonan kecil yang sudah berat ditebang dengan kapak
atau parang. Hasil tebangan ditumpuk dalam jalur dengan jarak 4 – 5 m antar
tumpukan dan lebar tumpukan 4 – 5 m. Setelah bersih baru dilakukan penebangan
8

pepohonan yang lebih besar. Kayu yang berguna dapat dikumpulkan dan sisanya,
termasuk cabang-cabang dan ranting pepohonan diletakkan pada tumpukan
tebangan lantai hutan sebelumnya. Bagian-bagian cabang besar dan kecil dipotong
pendekpendek untuk memercepat proses pelapukannya. Tidak diperbolehkan
membakar hasil tebangan, tetapi dipotong sependek mungkin lalu dibiarkan sampai
habis melapuk. Di perkebunan-perkebunan besar, terutama jika tenaga kerja sulit,
dapat menggunakan mesin penghancur sehingga mempercepat proses pelapukan
dan mengurangi tebal timbunan hasil tebangan (Hasrun Hafid at al, 2008).
Pembukaan belukar mirip dengan pembukaan lahan vegetasi hutan, dengan
perbedaan pada ukuran pepohonan. Di samping itu di lahan bersemak, biasanya
diselingi padang rumput atau alang-alang. Di bagian yang ditutupi semak belukar
dengan vegetasi berkayu ukuran besar relatif banyak, pembukaan lahan dimulai
dengan menebas vegetasi yang lebih pendek dan kecil seperti rerumputan, anakan
semak baru disusul dengan tumbuhan lebih besar. Rerumputan dan alang-alang
sebaiknya disemprot saja dengan herbisida 2 – 3 kali hingga betul-betul bersih dari
gulma. Semak yang ditebang, langsung dicacah atau dipotong sependek mungkin
dan ditumpuk bersama rerumputan dalam lajur-lajur di antara rencana barisan
tanaman. Tumpukan tersebut tidak boleh dibakar, tetapi dibiarkan melapuk yang
berguna untuk meningkatkan kadar bahan organik dan unsur hara dalam tanah.
Penggunaan formula mikrobia dapat memercepat proses pelapukannya (Pahan,
2010).
Pembukaan lahan dengan vegetasi rerumputan lebih mudah dan murah
biayanya. Dalam kenyataannya, padang rumput sering diselingi gerombolan
tanaman semak bahkan kadang-kadang tanaman pepohonan. Bila vegetasi
rumputnya tidak terlalu tebal, dapat langsung disemprot dengan herbisida sebanyak
2 – 3 kali dengan selang waktu 3 – 4 minggu. Jika rerumputannya terlalu tebal,
sebaiknya didahului dengan pembabatan secara manual atau menggunakan hand
slaser. Setelah tunas baru sudah tumbuh, dilakukan penyemrotan dengan herbisida
yang bersifat sistemik agar mati sampai ke akar-akarnya. Rumput yang sudah
kering, tidak boleh dibakar tetapi dibiarkan supaya melapuk secara alami untuk
menambah bahan organik ke dalam tanah. Segera setelah rerumputan sudah mulai
9

mengering, dapat dilakukan pengajiran yang disusul dengan pembuatan lubang


tanam dan penanaman tanaman penutup tanah setelah kering (Chairani, 2008).
Pembukaan lahan bekas tanaman semusim atau tegalan praktis tidak
memerlukan pentahapan, tetapi hanya sekedar pembersihan lahan dari sisa-sisa
panen sebelumnya dan pemberantasan rerumputan yang biasanya tidak terlalu
tebal. Persiapan lahan diusahakan setelah panen tanaman semusim, sehingga
kondisi lahan relatif bersih. Pembersihan rerumputan dapat dilakukan secara
manual atau dengan herbisida akar lahan bebas dari rumput dalam waktu relatif
lebih lama. Setelah panen dan pembersihan secukupnya, dapat segera dilakukan
pengajiran dan pembuatan lobang tanam serta penanaman tanaman penutup tanah
(Badan Litbang Pertanian. 2007).
Land clearing dilaksanakan dengan target akhir lahan siap tanam. Dengan
demikian dalam kegiatan ini ada kecenderungan menggunakan alat sipil (civil
work) dan pembukaan lahan dengan proses Tebas Tebang Bakar (TTB). Cara ini
mempunyai implikasi yang kurang baik karena tidak memperhatikan aspek-aspek
konservasi dan lingkungan (Suyanto, dkk., 2003).

2.3 Metode Perbanyakan Tanaman


Tanaman perlu pembiakan dalam rangka mempertahankan jenisnya dan
meningkatkan produksinya. Ada dua cara pembiakan tanaman, yaitu secara
generatif/ reproduktif (secara kawin) dengan menggunakan benih (biji yang
memenuhi persyaratan sebagai bahan tanaman) dan secara vegetatif (tak kawin)
dengan menggunakan organ vegetatif (Rochiman, K. dan S.S. Harjadi. 1973).
Perbanyakan secara genertaif merupakan salah satu teknik yang digunakan
dalam proses pembiakan tanaman. Melalui perbanyakan generatif, biji yang telah
memenuhi syarat ditanam hingga menghasilkan tanaman baru yang lebih banyak.
Biji yang ditanam tersebut merupakan organ tanaman yang terbentuk dalam buah
sebagai hasil dari pendewasaan bakal biji yang dibuahi. Keuntungan
perkembangbiakan generatif diantaranya adalah biaya yang relatif murah,
penyimpanan dalam waktu lama memuaskan, daya hidup tetap tinggi bila disimpan
dalam lingkungkan yang menghindari kondisi favorable untuk respirasi dan
kegiatan enzimatik, serta memungkinkan tanaman bebas dari penyakit, khususnya
10

penyakit tertular biji (seedborne). Meskipun demikian, terdapat pula kelemahan


pembiakan generatif, seperti adanya segregasi sifat untuk tanaman-tanaman
heterozigot, sehingga dihasilkan tanaman keturunan yang sifatnya tidak sama
dengan induknya (Shelbourne, 1992 dan Rimbawanto, 2000).
Pembiakan vegetatif adalah suatu metode perbanyakan tanman dengan
menggunakan bagian tanaman itu sendiri (bagian-nagian vegetatif yakni akar,
batang, dan daun) tanpa melibatkan proses pembuahan sehingga sifat tanaman
induk dapat dipertahankan dan diturunkan ke tanaman anakan. Salah satu teknik
pembiakan vegetatif adalah grafting, yaitu suatu seni menyambung bagian dari satu
tanaaman (sepotong pucuk) ke bagian tanaman lain (rootstock) sedemikian rupa
sehingga tercapai persenyawaan dan kombinasi ini terus tumbuh membentuk
tanaman baru. Pembiakan vegetatif dengan grafting memiliki beberapa keuntungan
dibandingkan dengan pembiakan generatif. Salah satu keuntungan dari grafting
ialah banyak digunakan untuk produksi bibit yang akan ditanam d kebun benih dan
bermanfaat untuk penyelamatan kandungan genetic tanaman (Sukendro, 2010).
Cara pembiakan vegetatif ada yang secara alami dan secara buatan.
Pembiakan secara buatan dengan stimulasi akar dan tunas adventif ialah layerage,
cuttage atau setek, penyambungan tanaman, dan kultur jaringan. Adapun
perbanyakan secara vegetatif dilakukan menggunakan bagian-bagian tanaman
seperti cabang, ranting, pucuk, daun, umbi, dan akar. Prinsipnya adalah merangsang
tunas adventif yang ada di bagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi
tanaman sempurna yang memiliki akar, batang, dan daun sekaligus (Setyati, 2002).
Mencangkok (airlayerage) merupakan salah satu istilah yang digunakan
untuk memperbanyak tanaman secara vegetatif. Pembiakan vegetatif secara
cangkok ini merupakan sauatu cara perkembangbiakan tanaman yang tertua di
dunia akan tetapi hasilnya sering mengecewakan pencangkoknya karena kegagalan
dalam melakukan pencangkokan. Kegagalan ini dapat dilihat dari bagian tanaman
di atas keratan/luka yang kering atau mati. Perkembangbiakan secara vegetatif ini
biasanya dipilih karena pertimbangan tertentu misalnya untuk menginginkan
tanaman baru yang mempunyai sifat sama seperti induknya, sifat tersebut dapat
berupa seperti ketahanan terhadap hama dan penyakit, rasa buah, keindahan bunga
(Wudianto, 1998).
11

Cangkok bertujuan untuk mendapatkan tanaman baru yang mempunyai sifat


baik yang sama dengan induknya misalnya rasa buah dan agar tanaman lebih kuat
terhadap hama penyakit. Tumbuhan yang akan dicangkok bisa ditanam di dalam
pot karena tanaman yang dicangkok tersebut sangat mudah dirawat, pohonnya juga
tidak akan terlalu tinggi seperti tanaman yang tidak dicangkok dan pohon yang
tumbuh dengan cara dicangkok tidak akan mempunyai akar tunggang (Hartmann,
2004).
Ada beberapa jenis teknik cangkok, diantaranya yaitu: cangkok biasa,
cangkok susu media tanah, cangkok susu media cocopeat, dan cangkok media air.
Cangkok susu media tanah yaitu mencangkok dengan menggunakan 2,3 atau
lebih akar tanaman muda yang masih sejenia yang ditempelkan pada cabang batang
tanaman yang sudah tumbuh dewasa. Kemudian tempelan tersebut diberi cocopeat,
tanah atau sejenisnya yang kemudian dibalut dengan plastik dan diikat. Kelebihan
dari cangkok susu media tanah yaitu:
1. Dapat diterapkan pada semua jenis tanaman
2. Mempunyai perakaran yang lebih baik dan lebih kuat
3. Buah yang dihasilkan akan lebih baik dari induknya
4. Dapat langsung berbuah saat pohon ditanam
5. Cocok untuk tabulampot (tanaman buah yang dikembangbiakkan dalam pot)
(Materi kuliah, 2019)
Cangkok susu media cocopeat adalah mencangkok dengan menggunakan tiga
atau lebih akar tanman muda yang masih sejenis dan ditempelkan pada cabang
batang tanaman yang sudah tumbuh dewasa, kemudian tempelan tersebut diberi
cocopeat yang kemudia dibalut menggunakan plastik dan diikat. Bertujuan untuk
memperbanyak dan memperbaiki kualitas mutu tanaman serta dapat mempercepat
pertumbuhan buah pada tanaman (Materi kuliah, 2019).
Mencangkok menggunakan media air pada prinsipnya hampir sama dengan
pencangkokan pada umumnya, hanya saja media yang digunakan berupa air dan
juga metode penerapannya berbeda, jika pencangkokan pada umumnya
menggunakan plastik untuk membungkus media, pada teknik pencangkokan ini
menggunakan gelas plastik transparan yang diikatkan pada batang cangkok sebagai
wadah media cangkok berupa air.
12

Kriteria yang harus dipenuhi sebagai tanaman indukan yaitu:


1. Tanaman unggul yang telah produktif
2. Usia pohon kurang lebih 5 tahunan
3. Pohon indukan tidak sedang terserang hama dan penyakit
4. Sebelum dicangkok sebaiknya melakukan pemangkasan untuk mengurangi
penguapan pada tanaman
5. Lakukan pemupukan sehingga pertumbuhan tanaman menjadi optimal dan
siap untuk diperbanayak
6. Setelah tanaman indukan siap, selanjutnya pilih cabang yang ideal (Materi
kuliah, 2019).
Okulasi merupakan salah satu teknik perbanyakn secara vegetatif bauatan
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu tanaman melalui penempelan
sepotong kulit pohon dengan mata tunas dari batang atas yang ditempelkan pada
irisan kulit pohon lain dari batang bawah sehingga dapat tumbuh dan bersatu
menjadi individu yang baru. Syarat okulasi yaitu:
1. Tanaman tidak sedang tumbuh daun baru
2. Batang atas dan bawah harus memiliki umur yang sama
3. Kedua tanaman yang akan diokulasi harus satu genus
4. Bebas hama dan penyakit
5. Tanaman bersifat unggul
6. Mempunyai produksi yang tinggi (Materi kuliah, 2019)
Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan
menggunakan sebagian batang, akar, atau daun tanaman untuk ditumbuhkan
menjadi tanaman baru. Sebagai alternatif perbanyakan vegetatif buatan, stek lebih
ekonomis, lebih mudah, tidak memerlukan keterampilan khusus, dan relatif lebih
cepat (Hartmann, et al, 1997). Stek berasal dari stuk (bahasa Belanda) dan cuttange
(bahasa Inggris) yang artinya potongan. Sesiau dengan Namanya, perbanyakan ini
dilakukan dengan menanam potongan induk ke dalam media agar tumbuh menjadi
tanaman baru (Redaksi Agromedia, 2007:47).
Pada stek batang, bahan awal perbanyakan berupa batang tanaman. Stek
batang dikelompokkan menjadi empat macam berdasarkan jenis batang tanaman,
antara lain berkayu keras, semi berkayu, lunak, dan herbaceous. Bahan tanaman
13

yang biasa diperbanyak dengan stek batang berkayu keras, antara lain apel, pir,
cemara, dll.Untuk stek batang berkulit lunak, contohnya terdapat pada
tanaman Magnolia sp. Pada stek batang berkayu lunak, umumnya akar relatif cepat
keluar (2-5 minggu) (Jumin, H.B. 2002).
Kelebihan stek batang yaitu:
1. Hasil tanaman yang diperbanyak/disambung dengan cara stek dapat
menghasilkan tanaman yang sempurna dalam waktu relatif singkat
2. Tidak perlu menggunakan teknik-teknik khusus
3. Biaya yang diperlukan dalam perkembangbiakkan relatif murah dan bahan
mudah didapat
Kekurangan stek batang yaitu:
1. Pada saat musim kemarau yang Panjang tanaman dapat tidak tumbuh karena
pengaruh suhu yang terlalu tinggi sehingga tanaman mengalami kekeringan
2. Jika sambungan tidak baik, maka batang akan membusuk (Materi kuliah,
2019)
Stek akar tanaman adalah metode perbanyakan tanaman melalui akar
tanaman tersebut. Tujuan dari stek akar yaitu untuk pembudidayaan tanaman agar
tidak punah. Kelebihan dari stek akar tanaman adalah tanaman dapat tumbuh
dengan cepat, mudah dan praktis. Sedangkan kekurangan dari stek akar tanaman
adalah tanaman membutuhkan perawatan yang lebih (Materi kuliah, 2019).
Akar dan tunas pada stek daun berasal dari jaringan meristem primer atau
meristem sekunder. Masalah pada stek daun secara umum adalah pembentukan
tunas-tunas adventif, bukan akar adventif. Pembentukan akar adventif pada daun
lebih mudah dibandingkan pembentukan tunas adventif (Jumin, H.B. 2002).
14

III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Kegiatan praktikum Agribisnis I dilaksanakan pada semester ganjil bulan
Agustus hingga Desember 2019, setiap hari Selasa pukul 15.00 WIB. Praktikum
dilaksanakan di Inkubator dan Lahan Pembibitan Sekitar Inkubator Agribisnis,
Fakultas Pertanian, Universitas Riau.

3.2 Alat dan Bahan


Dalam melaksanakan kegiatan praktikum ini tidak terlepas dari bahan, alat
keselamatan kerja. Adanya peralatan praktikum bersumber dari mahasiswa yang
bersangkutan. Peralatan kegiatan yang disiapkan diantaranya: cangkul, parang.
Sedangkan untuk keseläamatan kerja peralatan yang harus dipakai saat
melaksanakan kegiatan praktikum adalah helm, sarung tangan, sepatu boot dan
pakaian yang telah ditentukan. Bahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah
hitam, polibag, benih tanaman. Untuk kebutuhan alat dan bahan pada saat kegiatan
disesuaikan dengan kebutuhan.

3.3 Tahapan Materi Kuliah


Adapun tahapan materi kuliah praktek agribisnis i antara lain sebagai berikut:
1. Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
2. Pemakaian APD (Alat Pelindung Diri)
3. Pembersihan Lahan Praktek Pembibitan Sekitar Lingkungan Inkubator
Agribisnis
4. Mengenal Tanaman Bunga
5. Metode Perbanyakan (Vegetatif dan Generatif )
6. Menanam Tanaman Bunga
15

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Alat Pelindung Diri (APD)


4.1.1 Pengertian Alat Pelindung Diri (APD)
Perlindungan keselamatan pekerja melalui upaya teknis pengamanan tempat,
mesin, peralatan dan lingkungan kerja wajib diutamakan. Namun, kadangkadang
risiko terjadinya kecelakaan masih belum sepenuhnya dapat dikendalikan, sehingga
digunakan alat pelindung diri (personal protective equipment). Jadi penggunaan
APD adalah alternatif terakhir yaitu kelengkapan dari segenap upaya teknis
pencegahan kecelakaan. Alat Pelindung Diri (APD) adalah peralatan keselamatan
yang harus digunakan oleh personil apabila berada pada suatu tempat kerja yang
berbahaya.
Menurut Suma’mur (2009), alat pelindung diri adalah suatu alat yang dipakai
untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja. Jadi
alat pelindung diri adalah merupakan salah satu cara untuk mencegah kecelakaan
dan secara teknis APD tidaklah sempurna dapat melindungi tubuh akan tetapi dapat
mengurangi tingkat keparahan kecelakaan kerja yang terjadi. Sedangkan menurut
Tarwaka (2008), alat pelindung diri (APD) adalah seperangkat alat keselamatan
yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari
kemungkinan adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

4.1.2 Syarat-syarat Alat Pelindung Diri (APD)


Menurut Tarwaka (2008), syarat-syarat APD agar dapat dipakai dan efektif
dalam penggunaan dan pemiliharaan APD sebagai berikut :
1. Alat pelindung diri harus mampu memberikan perlindungan efektif pada
pekerja atas potensi bahaya yang dihadapi di tempat kerja
2. Alat pelindung diri mempunyai berat yang seringan mungkin, nyaman
dipakai dan tidak merupakan beban tambahan bagi pemakainya
3. Bentuk cukup menarik, sehingga pekerja tidak malu memakainya
16

4. Tidak menimbulkan gangguan kepada pemakainya, baik karena jenis


bahayanya maupun kenyamanan dalam pemakaian
5. Mudah untuk dipakai dan dilepas kembali
6. Tidak mengganggu penglihatan, pendengaran dan pernapasan serta gangguan
kesehatan lainnya pada waktu dipakai dalam waktu yang cukup lama
7. Tidak mengurangi persepsi sensori dalam menerima tanda-tanda peringatan
8. Suku cadang alat pelindung diri yang bersangkutan cukup tersedia di pasaran
9. Mudah disimpan dan dipelihara pada saat tidak digunakan
10. Alat pelindung diri yang dipilih harus sesuai standar yang ditetapkan

Menurut Suma’mur (1996), alat pelindung diri harus memenuhi persyaratan


sebagai berikut:
1. Enak dipakai
2. Tidak mengganggu kerja
3. Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya

4.1.3 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pemakaian APD


Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemakaian alat pelindung diri
(APD), sebagai berikut:
1. Pengujian Mutu
Sebelum dipasarkan alat pelindung diri harus diuji terlebih dahulu supaya
memenuhi standar yang telah ditentukan dan menjamin bahwa alat pelindung
diri akan memberikan perlindungan sesuai yang diharapkan.
2. Pemeliharaan APD
Alat pelindung diri yang akan digunakan harus benar-benar sesuai dengan
kondisi tempat kerja, bahaya kerja dan pekerja sendiri agar dapat memberikan
perlindungan semaksimal mungkin pada tenaga kerja
3. Ukuran Harus Tepat
Ukuran APD harus tepat agar dapat memberikan perlindungan yang
maksimum pada tenaga kerja.
4. Cara Pemakaian yang Benar
Sekalipun APD disediakan oleh perusahaan, alat-alat ini tidak akan
memberikan manfaat yang maksimal bila cara memakainya tidak benar.
17

4.1.4 Pemeliharaan dan Penyimpanan Alat Pelindung Diri (APD)


4.1.4.1 Pemeliharaan Alat Pelindung Diri (APD)
Secara prinsip pemeliharaan APD dapat dilakukan dengan cara:
1. Penjemuran di panas matahari untuk menghilangkan bau dan mencegah
tumbuhnya jamur dan bakteri.
2. Pencucian dengan air sabun untuk plindung diri seperti helm, kacamata,
earplug yang terbuat dari karet, sarung tangan kain/kulit/karet dan lain-lain.
3. Penggantian cartirgde atau canister pada respirator setelah dipakai beberapa
kali.

4.1.4.2 Penyimpanan Alat Pelindung Diri (APD)


Menurut Tarwaka (2008) agar APD tetap awet dan nyaman digunakan maka
harus dilakukan penyimpanan yang tepat, sebagai berikut:
1. Tempat penyimpanan yang bebas dari debu, kotoran, dan tidak terlalu
lembab, serta terhindar dari gigitan binatang.
2. Penyimpanan harus diatur sedemikian rupa sehingga mudah diambil dan
dijangkau oleh pekerja dan diupayakan disimpan di almari khusus.

4.1.5 Jenis-jenis Alat Pelindung Diri (APD)


Ada beberapa jenis alat pelindung dirl untuk bidang pekerjaan pertanian di
lapangan sesuai dengan jenis pekerjaannya antara lain:
1. Sarung tangan dipergunakan untuk berbagai kegiatan bila menggunakan
bahan kimia beracun, seperti mencampur pestisida, mencapur pupuk dan
sebagainya. Untuk jenis sarung tangan yang dipakai adalah sarung tangan
yang terbuat dari karet tidak tembus bahan cairan. Untuk mengetahui sarung
tangan yang sesuai standar APD dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Sarung Tangan


18

2. Sepatu lapangan dipergunakan jika jenis pekerjaan yang digunakan adalah


jenis pekerjaan lapang an. Alat ini digunakan untuk melindungi kaki pada saat
bekerja di lapangan dari gigitan serangga atau pekerjaan lain yang berbahaya
di lapangan. Jenis sepatu yang digunakan adalah jenis sepatu bot, yang terbuat
dari karet atau plastik. Untuk mengetahui sepatu lapangan yang sesuai standar
APD dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Sepatu Lapangan

3. Topi pengaman (Safety Helmet); Jenis alat ini digunakan untuk melindungi
kepala dari kemungkinan benda‑benda jatuh di lapangan. Misalnya pada saat
memanen buah. Untuk mengetahui topi pengaman yang sesuai standar APD
dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Topi Pengaman

4. Penutup bagian muka dipergunakan untuk jenis pekerjaan lapangan, jika


kondisi lapangan berdebu. Hal ini untuk melindungi muka dari debu yang
berterbangan pada saat bekerja. Untuk mengetahui penutup bagian muka
yang sesuai standar APD dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Penutup Bagian Muka


19

5. Pelindung atau penutup mata. Jenis alat ini dipakai untuk melindungi mata
pada saat bekerja di lapangan, baik dari terik matahari maupun dari
benda‑benda yang berbahaya di lapangan seperti debu, ataupun pada saat
bekerja di laboratorium. Untuk mengetahui penutup mata yang sesuai standar
APD dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Penutup Mata

6. Alat pelindung mulut (masker). Alat ini berfungsi melindungi mulut dan
hidung dari bahan berbahaya saat bekerja di lapangan yakni menggunakan
pestisida, gas beracun atau debu. Untuk mengetahui alat pelindung mulut
(masker) yang sesuai standar APD dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Alat Pelindung Mulut

7. Pelindung tubuh berupa pakaian pelindung yaitu celana panjang dan baju
lengan panjang yang terbuat dari bahan yang cukup tebal. Tujuannya untuk
melindungi tubuh dari tetesan pestisida jika tangkinya bocor. Untuk
mengetahui pakaian pelindung yang sesuai standar APD dapat dilihat pada
Gambar 7.

Gambar 7. Pakaian Pelindung


20

4.2 Pembersihan Lahan


Lahan adalah suatu hamparan (areal) tertentu dipermukaan bumi secara
vartikel mencakup komponen iklim seperti udara, tanah, air, dan batuan-batuan
yang ada di bawah tanah serta vegetasi dan aktivitas manusia pada masa lalu atau
saat ini yang ada di atas tanah atau permukaan bumi (Subroto, 2003). Sedangkan
lahan pertananian adalah lahan yang ditujukan atau cocok dijadikan usaha tani
untuk memproduksi hasil dari tanaman pertanian, hewan ternak, dan lain
sebagainya. Lahan pertanian merupakan salah satu sumber daya yang paling utama
pada usaha pertanian untuk mendapatkan hasil dari pertanian.
Untuk memulai kegiatan usaha tani atau cocok tanam terlebih dahulu
dilakukan survei lokasi dan pembersihan lahan (land claring). Land clearing adalah
pembersihan lahan yang akan dijadikan area pertanaman. Ada banyak cara yang
biasa dilakukan petani untuk melakukan land clearing. Mulai dari manual, mekanis
hingga penggunaan bahan kimia seperti herbisida. Land clearing dengan manual
dilakukan dengan tangan manusia langsung, menggunakan alat sederhana seperti
cangkul, parang, dll. Sedangkan land clearing yang dilakukan dengan mekanis
dilakukan dengan menggunakan berbagai macam mesin pertanian seperti mesin
babat.
Adapun kegiatan yang dilakukan selama praktikum pembersihan lahan, sebagai
berikut:
a. Membuat Piringan
Piringan merupakan daerah lingkaran yang berada disekitar pohon yang
berdiameter 3-5 meter. Membuat piringan adalah pekerjaan membasmi dan
membersihkan rumput (gulma) yang tumbuh dipiringan pokok termasuk tunggul
dan kayu (Risza, 2010). Membuat piringan dapat dilakukan dengan menggunakan
alat berupa cangkul dan parang. Adapun tujuan pembuatan serta pemeliharaan
piringan yaitu:
1. Mengurangi kompetisi gulma terhadap tanaman dalam penyerapan unsur
hara, air dan sinar matahari. melakukan
2. Mempermudah pekerja untuk mengontrol dan pemupukan terhadap pohon
21

b. Membuat Gawangan
Gawangan merupakan tempat atau bagian di antara titik tanam, gawangan
digunakan sebagai jalan akses untuk pengangkutan buah dan juga perawatan
tanaman. Pembuatan gawangan dilakukan dengan menggunakan parang dan
cangkul. Adapun tujuan pembuatan serta pemeliharaan gawangan yaitu:
1. Mempermudah pekerja saat pengangkutan buah (hasil panen)
2. Mempermudah dalam perawatan tanaman dari hama, gulma, dan penyakit

4.3 Metode Perbanyakan Tanaman


Pembiakan tanaman atau perbanyakan tanaman (plant propagation) adalah
proses menciptakan tanaman baru dari berbagai sumber atau bagian tanaman.
Tujuan utama dari pembiakan tanaman adalah untuk mencapai pertambahan
jumlah, memelihara sifat-sifat penting dari tanaman, dan juga untuk
mempertahankan eksistensi jenisnya (Askari, 2010).
Ada dua metode perbanyakan tanaman, yaitu perbanyakan tanaman secara generatif
dan perbanyakan tanaman secara vegetatif.
4.3.1 Perbanyakan Tanaman Secara Generatif
Perbanyakan tanaman secara generatif merupakan perbanyakan yang melalui
proses perkawinan antara dua tanaman induk yang terpilih melalui organ bunga
pada salah satu induk, kemudian terjadi penyerbukan dan menghasilkan buah
dengan kandungan biji di dalamnya. Biji ini dapat ditanam untuk menumbuhkan
tanaman yang baru yang memungkinkan terjadinya variasi karakter, mulai dari
sistem perakaran, batang, bunga dan daun yang tergantung dari indukan yang
terpilih. Perbanyakan tanaman secara generative memiliki kelebihan dan
kekurangan yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kelebihan dan Kekurangan Perbanyakan Tanaman Secara Generatif
Kelebihan Kekurangan
Tanaman bisa diperoleh dengan mudah Tanaman baru yang dihasilkan belum
dan cepat tentu memiliki sifat yang bagus/unggul
yang sama seperti induknya

Tanaman yang dihasilkan memiliki Varietas baru yang muncul belum tentu
perakaran yang kuat baik
22

Memiliki keragaman genetik yang Waktu berbuah lebih lama


digunakan untuk pemuliaan tanaman

Tahan penyakit yang disebabkan oleh Kualitas tanaman baru akan diketahui
tanah ketika tanaman telah berbuah
Sumber: Farming.id (diakses 4 Januari 2020)

Pada praktikum Agribisnis I dilakukan perbanyakan tanaman pinang (Areca


catechu) dan bunga kenop (Gomphrena globosa) secara generatif.
a. Tanaman Pinang (Areca catechu)
Pinang atau maman adalah salah satu jenis tumbuhan monokotil yang
tergolong palem-paleman. Pinang dapat dibudidayakan dari buahnya yang sudah
tua. Budidaya pinang harus memperhatikan beberapa hal, seperti kondisi lahan,
curah hujan, dan tingkat kelembapan. Kriteria buah yang bisa dijadikan bibit harus
yang sudah tua dan dalam kondisi bagus.
Cara menyemai pinang cukup ditaruh di dalam kantong plastik atau polybag.
Lamanya penyemaian memerlukan waktu 18 sampai 30 bulan. Saat itu, bibit sudah
tumbuh dengan lima sampai tujuh helai daun. Sehingga bibit sudah bisa ditanam di
tanah (areal perkebunan).
Setelah diameter batang mencapai ukuran 1,5 m hingga 2 m atau setelah tiga
bulan, tidak perlu lagi perawatan khusus. Buah pinang baru bisa dipanen setelah
tiga tahun ditanam. Buah pinang yang sudah dipanen harus dikeringkan supaya tak
berjamur.
Pinang dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan produksi yang
memuaskan jika tumbuh di lahan dengan ketinggian 0-1.000 mdpl meter di atas
permukaan laut (mdpl). Namun, untuk lokasi idealnya ada di ketinggian 600 mdpl.
Selain itu, pinang harus ditanam di tanah yang gembur dengan curah hujan antara
750-4.500 milimeter per tahun. Suhu kelembapannya juga harus diperhatikan,
antara 20ͦC-30ͦC. Pinang juga harus mendapat sinar matahari yang cukup berkisar
enam hingga delapan jam per hari.
23

b. Bunga Kenop (Gomphrena globosa)


Bunga kenop atau bunga kancing (Gomphrena globosa) adalah salah satu
tanaman hias berbunga yang biasa ditanam pekarangan. Bunga ini berasal dari
Amerika dan Asia. Di Indonesia bunga kenop disebut kembang puter, bunga adas-
adasan, talimantulu, serta kembang atau bunga gundul.
Bunga kenop dapat tumbuh hingga ketinggian 60 cm dan memiliki bentuk
seperti globe dengan warna ungu. Selain ungu, ada pula jenis bunga kenop dengan
warna lain seperti merah, putih, oranye, kuning, dan warna lainnya. Selain karena
bentuknya yang unik, bunga kenop ini populer menjadi tanaman hias pekarang
rumah. Sebab, jika sudah berbunga maka bunga akan tumbuh sepanjang tahun tanpa
putus dengan jumlah yang banyak.
Selain dimanfaatkan sebagai tanaman hias, bunga kenop juga sering
dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Adapun manfaat tanaman bunga kenop antara
lain sebagai obat asma atau sesak napas, peluruh dahak, radang mata, diuretik,
disentri, radang saluran napas, luka atau koreng, penambah nafsu makan, dan
sebagai obat batuk.
Cara menanam bunga kenop dapat diperoleh dari biji bunga kenop yang
sudah kering. Setelah mendapatkan biji benih, selanjutnya sebarkan biji benih
tersebut ke wadah, polybag atau try semai. Pastikan wadah tersebut sudah diisi
dengan media tanam berupa campuran tanah, sekam, pasir, dan pupuk kompos.
Selanjutnya, lakukan penyiraman dengan sedikit air atau semprot dengan
menggunakan sprayer. Letakkan pada tempat yang terang, tapi tidak terkena
cahaya matahari secara langsung agar tidak merusak kecambah bunga. Sebab, benih
bunga kenop membutuhkan cahaya untuk berkecambah.
Setelah bibit tumbuh dengan ketinggian sekitar 5—7 cm, pindahkan bibit ke
pot tanam atau langsung ke lahan pekarangan. Beri jarak sekitar 20—25 cm antar
tanaman. Pastikan saat menanam bunga tersebut tidak merusak batang dan akarnya.
Tanaman kenop akan berbunga sekitar 2—3 bulan setelah semai dan akan tetap
berbunga dalam jangka waktu yang lama.
24

4.3.2 Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif


Perbanyakan secara vegetatif merupakan proses perbanyakan tanaman
dengan menggunakan bagian-bagian tertentu dari tanaman seperti, daun, batang,
umbi, dan akar untuk menghasilkan tanaman baru yang sama dengan induknya.
Perbanyakan secara vegetatif memiliki berbagai macam cara diantaranya dengan
cara stek, cangkok, okulasi, kultur jaringan, dan tunas. Kelebihan dan kekurangan
perbanyakan secara vegetatif dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kelebihan dan Kekurangan Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif

Kelebihan Kekurangan
Masa muda tanaman relatif pendek Sistem perakaran kurang kuat karena
tidak memiliki akar tunggang
Tanaman lebih cepat bereproduksi Mewarisi sifat jelek induknya di
samping sifat baik induknya
Dapat diterapkan pada tanaman yang Biaya pengadaan bibit mahal
tidak menghasilkan biji
Sifat-sifat yang lebih baik pada Waktu yang dibutuhkan relatif lama
induknya dapat diturunkan
Dapat tumbuh pada tanah yang Sulit memperoleh tanaman dalam
memiliki lapisan tanah dangkal karena jumlah yang besar yang berasal dari
memiliki sistem perakaran yang satu pohon induk
dangkal
Sumber: Farming.id (diakses 4 Januari 2020)

Pada praktikum Agribisnis I dilakukan perbanyakan tanaman jambu air (Syzygium


aqueum) secara cangkok serta tanaman bunga kertas (Bougainvillea) dan tanaman
lee kwan yew atau likuanyu (Vernonia elliptica) secara stek.
a. Jambu Air (Syzygium aqueum)
Jambu air merupakan tanaman yang berasal dari Asia Tenggara. Tanaman ini
tergolong dalam suku myrtaceae (jambu-jambuan). Budidaya jambu air cukup
mudah bila dilakukan di daerah tropis seperti Indonesia.
Potensi pasar jambu air pun cukup besar, sehingga memacu petani untuk
melakukan budidaya jambu air. Biasanya teknik budidaya yang dilakukan petani
dengan cara mencangkok tanaman jambu air tersebut. Cara mencangkok tanaman
jambu air, sebagai berikut:
25

1. Persiapan Alat dan Bahan


• Pisau tajam
• Pembalut dari sabut kelapa atau plastik
• Tali
• Media berupa campuran tanah dengan pupuk kandang (1:1)
• Cabang dari pohon induk yang cukup umur

2. Proses Pencangkokan
• Pilih cabang yang telah memenuhi syarat pada pohon induk, yakni ukuran
tidak terlalu besar, pertumbuhan subur, baik “lurus” maupun tidak terlalu
tua.
• Kerat atau sayat pada bagian pangkal cabang terpilih secara melingkar
dengan jarak antar-keratan 3—5 cm.
• Kelupaskan kulit di bidang sayatan, kemudian kerik kambiumnya sampai
kering.
• Ikat pembalut dari sabut kelapa atau lembaran plastik di bagian pangkal
cabang pencangkokan.
• Lekatkan atau tutup bagian luka cabang dengan media yang setebal 5—6
cm, lalu balut dengan sabut kelapa ataupun lembaran plastik.
• Ikat pembalut cangkokan di bagian atas bidang cangkokan.
• Biarkan bibit cangkokan tumbuh pada pohon induk selama 1,5—3,5 bulan
hingga akar tampak tumbuh.
• Potong pangkal cabang tempat bidang cangkokan.

3. Pemeliharaan Bibit Cangkokan


Dalam pemeliharaan bibit cangkok jambu air sebelum ditanam:
• Siapkan polybag atau keranjang yang berukuran cukup besar, kemudian
isi dengan media tanam yang berupa campuran tanah dan pupuk kandang
(1:1 atau 2:1).
• Pindah tanamkan bibit cangkok dalam polybag atau keranjang tadi sambil
membuang sebagian daun dan ranting.
• Pelihara bibit cangkok di tempat pendederan selama 1 bulan supaya bibit
cukup kuat dan telah bertunas.
26

b. Bunga Kertas (Bougainvillea)


Bunga kertas atau bougenville adalah salah satu tanaman hias yang banyak
ditemukan tumbuh di sekitar kita, padahal asal bunga ini adalah negara Brazil.
Bunga kertas ini mempunyai gaya hidup yang unik, yaitu tumbuh subur
mengeluarkan bunga warna-warninya yang melimpah pada musim kemarau dan
akan berguguran saat musim hujan. Di akhir musim hujan akan tumbuh tunas-tunas
baru yang siap tumbuh dan fenomena ini akan menjadi pemandangan yang sejuk
untuk dipandang. Yang unik, bunga kertas dapat dikreasikan menjadi aneka bunga
dan daun yang warna-warni dalam satu pohon bunga. Caranya yaitu memberikan
warna bunga dan daun yang berbeda pada sebuah pohon bougenville.
Cara memperbanyak tanaman bunga kertas atau bougenville dapat dilakukan
dengan cara stek batang, sebagai berikut:
• Pilih batang tanaman bougenville yang sudah dewasa atau terlihat tua.
• Potong batang tersebut dengan cara menyerong dan runcing.
• Siapkan media tanam berupa tanah gembur yang telah dicampur
dengan pupuk kandang.
• Masukkan campuran tanah tersebut pada pot berukuran sedang.
• Tancapkan batang bougenville tadi pada media tanam sedalam 10 cm. agar
tidak bergeser, patok dengan bilahan bambu.
• Letakkan pot pada tempat yang teduh dan kering. Namun usahakan
tempatnya tidak begitu lembab juga tidak begitu panas.
• Biasanya setelah 20 hari batang bougenville tersebut sudah mengeluarkan
tunas mudanya.
Cara merawat tanaman bunga kertas atau bougenville, sebagai berikut:
• Menanam bunga bougenville di tempat terbuka.
• Batang bunga bougenville sebaiknya dipangkas secara teratur.
• Tanaman bougenville tidak membutuhkan pupuk, tetapi apabila tanah
sebagai media tumbuh bougenville kurang memenuhi unsur hara, maka
lakukan pemupukan secukupnya pada tanah.
• Siram tenaman bougenville secara teratur
27

c. Lee Kwan Yew atau Likuanyu (Vernonia elliptica)


Bunga Lee Kwan Yew atau tanaman rambat Lee Kwan Yew adalah salah satu
tanaman hias yang biasa dipakai untuk pengisi roof garden ataupun vertical garden.
Bunga Lee Kwan Yew sangat mudah untuk dibudidayakan dengan teknik stek
batang. Cara stek batang Lee Kwan Yew, sebagai berikut:
1. Persiapan Alat dan Bahan
Dalam hal ini siapkan alat dan bahan berikut:
• Gunting atau pisau taman
• Batang bunga Lee Kwan Yew, pilih yang sudah cukup tua
• Pot atau wadah penanaman
• Media tanam

2. Proses Stek Batang


• Potong batang tanaman Lee Kwan Yew yang sudah tua dan cukup kuat,
usahakan cara pemotongannya dengan menyerong
• Kurangi beberapa daun pada batang tersebut agar dapat mengurangi
penguapan
• Jika Anda memiliki cairan perangsang akar, maka Anda dapat merendam
batang tersebut dalam waktu 5 – 10 menit di dalamnya
• Buat lubang tanam pada media tanam yang sudah disediakan dalam pot
atau wadah yang lain
• Tanam batang Lee Kwan Yew, tutup kembali lubang tanam
• Usahakan menanam batang-batang Lee Kwan Yew pada jarak yang tidak
terlalu jauh agar saat tumbuh nanti tanaman ini dapat erlihat seperti tirai
yang rapat dan indah
• Beri penyiraman pada bibit tersebut untuk menjaga kelembapan tanaman
• Setelah penanaman, letakkan tanaman tersebut pada lokasi yang teduh
Bunga Lee Kwan Yew tidak memerlukan perawatan yang rumit cukup siram
secara teratur dan pangkas bagian yang tumbuh tidak teratur, serta beri pupuk NPK
daun untuk nutrisi tambahan.
28

V. PENUTUP

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil praktikum Agribisnis I yang dilakukan di Inkubator dan
Lahan Pembibitan Sekitar Inkubator Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas
Riau diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Alat pelindung diri (APD) adalah seperangkat alat keselamatan yang
digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya
dari kemungkinan adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja
terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Ada beberapa jenis alat
pelindung dirl untuk bidang pekerjaan pertanian di lapangan sesuai dengan
jenis pekerjaannya antara lain: sarung tangan, sepatu lapangan, topi
pengaman, penutup bagian muka, pelindung atau penutup mata, alat
pelindung mulut, dan pelindung tubuh.
2. Land clearing adalah pembersihan lahan yang akan dijadikan area
pertanaman. Adapun kegiatan yang dilakukan selama praktikum pembersihan
lahan, yaitu:
a. Membuat piringan, piringan merupakan daerah lingkaran yang berada
disekitar pohon yang berdiameter 3-5 meter.
b. Membuat gawangan, gawangan merupakan tempat atau bagian di antara
titik tanam, gawangan digunakan sebagai jalan akses untuk pengangkutan
buah dan juga perawatan tanaman.
3. Pembiakan tanaman atau perbanyakan tanaman (plant propagation) adalah
proses menciptakan tanaman baru dari berbagai sumber atau bagian tanaman.
Tujuan utama dari pembiakan tanaman adalah untuk mencapai pertambahan
jumlah, memelihara sifat-sifat penting dari tanaman, dan juga untuk
mempertahankan eksistensi jenisnya.
Pada praktikum Agribisnis I dilakukan perbanyakan tanaman pinang (Areca
catechu) dan bunga kenop (Gomphrena globosa) secara generatif, sedangkan
perbanyakan tanaman jambu air (Syzygium aqueum) secara cangkok, tanaman
bunga kertas (Bougainvillea) dan tanaman lee kwan yew atau likuanyu
(Vernonia elliptica) secara stek (Vegetatif).
29

5.2 Saran
Berdasarkan hasil praktikum dan kesimpulan yang telah dirumuskan dapat
disarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Sebaiknya dilakukan pengenalan Alat Pelindung Diri (APD) lebih lanjut
kepada mahasiswa agar dapat meminimalisasikan kecelakan kerja saat
praktikum.
2. Sebaiknya dalam praktikum selanjutnya pembukaan lahan ataupun
pembuatan piringan serta gawangan diusahakan agar permukaan tanah bersih
dari gulma terlebih dahulu, sehingga nantinya pertumbuhan tanaman dapat
tumbuh dengan semestinya.
3. Sebaiknya mahasiswa mengetahui terlebih dahulu cara menanam,
menyangkok, serta menyetek dengan baik dan benar.
30

DAFTAR PUSTAKA

Agromedia, R. (2007). Buku Pintar Tanaman Hias. Jakarta: PT Agromedia


Pustaka.
Askari. (2010). Dasar-Dasar Hortikultura. Bogor: Depatermen Budidaya
Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB.
Astuti, U., Wibawa, W., & Ishak, d. A. (2014). Faktor yang Mempengruhi Alih
Fungsi Lahan Pangan Menjadi Kelapa Sawit di Bengkulu: Kasus Petani di
Desa Kungkai Baru. Prosiding Seminar Nasional Budidaya Pertanian.
Azwar, S. (2001). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Badan Litbang Pertanian. (2007). Prosepek dan Arah Pengembangan Agribisnis
Kakao.
Chairani, H. (2008). Teknik Budidaya Tanaman Jilid 2. Jakarta: Direketorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
Djojosugito, A. (2000). Pedoman Menejemen Informasi Kesehatan di Satuan
Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia.
Hasrun Hafid, a. a. (2008). Panduan Amarta Untuk Keberlanjutan Kakao (Evaluasi
Kebun, Rehabilitasi dan Peremajaan). Jakarta: Penebar Swadaya.
https://bibitbunga.com/cara-stek-bunga-kertas-bougenville/
https://id.wikipedia.org/wiki/Lahan_pertanian
https://ilmubudidaya.com/cara-menanam-bunga-lee-kuan-yew
http://makalahpraktikum.blogspot.com/2015/09/laporan-praktikum-persiapan-
pembukaan-areal-tanaman-perkebunan.html
http://tugask3lh.blogspot.com/2014/06/pakaian-dan-peralatan-pelindung-
kerja.html
https://www.pertanianku.com/cara-cermat-menanam-dan-merawat-bunga-kenop/
https://www.pertanianku.com/teknik-tepat-mencangkok-jambu-air/
ILO. (1989). Encylopedia of Occupational Health and Safety. Geneva:
International Labour Office.
Jumin, H. (2002). Agroekologi: Suatu Pendekatan Fisiologis. Jakarta: Rajawali
Press.
Kalshoven, L. (2008). Pest of Crop in Indonesia. Jakarta: PT Ichtiar Baru –van
Hoeve.
31

Marantina, N. L. (2012, September 6). Buah pinang: Semudah menanam pohon


kelapa (2). Retrieved from https://peluangusaha.kontan.co.id/news/buah-
pinang-semudah-menanam-pohon-kelapa-2
Maryoto, B. (1997). Kecelakaan Kerja dan Beberapa Penyebabnya. Jakarta:
Makalah Seminar Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
Mustafa, H. (2000). Teknik Sampling. Bandung: Alfabeta.
Pahan, I. (2010). Panduan lengkap Kelapa sawit. Managemen Agribisnis dari hulu
hingga hilir. Jakarta: Penebar Swadaya.
Pertanian, B. L. (2007). Prosepek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kakao.
Risza, S. (2010). Masa Depan Kelapa Sawit Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.
Robert, J. S. (2010). Tata Ruang Air. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Rochiman, K. d. (1973). Pembiakan Vegetatif. Fakultas Pertanian: Institut
Pertanian Bogor.
Setyati, S. (2002). Pengantar Agronomi. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.
Subroto. (2003). Lahan Sebagai Sumberdaya.
Sukendro. (2010). Usaha Penyediaan Bahan Tanaman Dipterocarpaceae dengan
Pembiakan Vegetatif Sebagai Bahan “Clonal Seed Orchard” dalam
Rangka Pembangunan Hutan Tanaman Industri. Bogor: Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Suma'mur. (1996). Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT Toko
Gunung Agung.
Suma'mur. (2009). Hiegiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: CV
Sagung Seto.
Suyanto. (2003). Bahan Ajaran Agroforestri 5. Aspek sosial Ekonomi dan Budaya
Agroforestri.
Tarwaka. (2008). Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Surakarta: Harapan Press.
Wudianto, R. (1998). Membuat Stek, Cangkok dan Okulasi. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Yonida, A. D. (2017, Mei 28). farming.id. Retrieved from
http://farming.id/kelebihan-dan-kelemahan-perbanyakan-tanaman-secara-
generatif-dan-vegetatif/
32

DOKUMENTASI

Alat Pelindung Diri (APD) Pembersihan Lahan

Metode Perbanyakan Tanaman

(Cangkok Tanaman Jambu Air)

(Stek Tanaman Bougenville)


33

(Hasil Perbanyakan Tanaman Secara Generatif dan Vegetatif)


34

DATA DIRI

Nama Lengkap :Dira Rezki Anggraeni


Tempat, Tanggal Lahir :Sukamaju, 11 Oktober 2001
Jenis Kelamin :Perempuan
Agama :Islam
Angkatan :2019
Kelas :Agribisnis-A
Nim :1906111137
Alamat Rumah :Jalan Kerinci, Sukamaju, Rimbo Ulu, Tebo, Jambi
Asal Sekolah :SMA Negeri 2 Tebo
Alamat Kos :Jalan Bangau Sakti, Kos BMA Putri
Email :dira.rezki1137@student.unri.ac.id
dirarezki11@gmail.com
Nomor HP :0813-6717-6441
Suku :Jawa
Hobi :Membaca wattpad, novel, quotes

Riwayat Pendidikan
SD :SD Negeri 79/VIII, Sukamaju
MTs :MTs Negeri 4 Tebo
SMA :SMA Negeri 2 Tebo

Anda mungkin juga menyukai