Anda di halaman 1dari 123

PENGARUH PENERAPAN JADWAL HARIAN ACTIVITY DAILY

LIVING (ADL) TERHADAP PERBAIKAN SELF CARE DEFICIT


PASIEN GANGGUAN JIWA DI UPT REHABILITASI SOSIAL
BINA LARAS PASURUAN

SKRIPSI

Disusun Oleh:
ZAROTUL PAUJIAH
201510420311117

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
PENGARUH PENERAPAN JADWAL HARIAN ACTIVITY DAILY
LIVING (ADL) TERHADAP PERBAIKAN SELF CARE DEFICIT
PASIEN GANGGUAN JIWA DI UPT REHABILITASI SOSIAL
BINA LARAS

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana


Keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang

Disusun Oleh:
ZAROTUL PAUJIAH
201510420311117

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
LEMBAR PERSETUJUAN

PENGARUH PENERAPAN JADWAL HARIAN ACTIVITY DAILY LIVING


(ADL) TERHADAP PERBAIKAN SELF CARE DEFICIT PASIEN
GANGGUAN JIWA DI UPT REHABILITASI SOSIAL
BINA LARAS

SKRIPSI

Disusun Oleh:
ZAROTUL PAUJIAH
NIM. 201510420311117

Proposal ini telah disetujui


Untuk diujikan pada .................2019

Pembimbing I Pembimbing II

M. Rosyidul ‘Ibad, M.Kep Faqih Ruhyanuddin, M.Kep, Sp.KMB


NIP. 11218030637 NIP. 11203090391

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang

Nur Lailatul Masruroh, S.Kep., Ns., MNS


NIP. 11205010421

ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Zarotul Paujiah

NIM : 201510420311117

Program Studi : Ilmu Keperawatan FIKES UMM

Judul Skripsi : Pengaruh Penerapan Jadwal Harian Activity Daily Living


(ADL) Terhadap Perbaikan Self Care Deficit Pasien
Gangguan Jiwa Di UPT Rehabilitasi Sosial Bina Laras
Pasuruan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-

benar hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran orang lain,

yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa tugas akhir ini adalah plagiasi,

maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Malang, 23 Februari 2019


Yang membuat pernyataan

Zarotul Paujiah
NIM. 201510420311117

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-
Nya saya dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul “Pengaruh Penerapan
Jadwal Harian Activity Daily Living (ADL) Terhadap Perbaikan Self Care Deficit Pasien
Gangguan Jiwa Di UPT Rehabilitasi Sosial Bina Laras”. Proposal skripsi ini merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep) pada Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
Dengan ini perkenankan saya mengucapkan terimakasih dengan hati yang tulus kepada:

1. Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi-Mu Ya Allah SWT yang yang tidak pernah
sedikitpun melupakan hamba-Mu yang selalu berbuat salah ini. Engkau selalu
memberi petunjuk dan kemudahan dalam setiap langkah ini.

2. Bapak Sukarji dan Nur Khotimah selaku orang tua saya yang selalu mendoakan
serta mensuport saya tanpa henti dan tanpa lelah.
3. Ibu Nur Lailatul Masruroh, S.Kep., Ns., MNS selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Malang.
4. Bapak Rosyidul ‘Ibad, M.Kep selaku Dosen Pembimbing 1 yang telah memberi
bimbingan, masukan,serta dorongan kepada saya dalam menyelesaikan proposal
skripsi ini.
5. Bapak Faqih Ruhyanuddin M.Kep, Sp.KMB selaku Dekan Program Studi Ilmu
Keperawatan dan Dosen Pembimbing 2 yang telah memberikan masukan,
motivasi, dukungan, serta dorongan kepada saya dalam proses peyusunan
proposal skripsi ini.
6. Bapak Zahid Fikri, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Dosen Wali Program Studi Ilmu
Keperawatan – C 2015.
7. Seluruh Dosen dan staf pengajar Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
8. Responden yang berperan aktif dan meluangkan waktu untuk penelitian saya
sehingga penelitian ini dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan.

iv
9. Teman-teman PSIK 2015 khususnya Novika Reza I.P, Fitri Wahyuni, Erlina
Agustin yang selalu memberi dukungan dan semangat dalam mengerjakan skripsi
ini.
10. Tidak lupa pula secara khusus teruntuk Anggun Nandra setiawan, Sandra Prilia
Anggraini, Sirotul Ba’diah, Nita Fitria dan Adelia Putri yang tak pernah lelah
memberi dukungan dan semangat dalam mengerjakan skripsi ini.
11. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat
saya sebutkan satu per satu.
Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian proposal skripsi ini.
Mohon maaf atas segala kesalahan dan ketidaksopanan yang mungkin telah saya perbuat.
Semoga Allah SWT senantiasa memudahkan setiap langkah-langkah kita menuju
kebaikan dan selalu menganugerahkan kasih sayang-Nya untuk kita semua.Amin.
Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas akhir skripsi ini masih jauh dari
sempurna oleh karena itu segala saran dan kritikan yang sifatnya membangun sangat saya
harapkan. Semoga tugas akhir skripsiini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan dunia
kesehatan khususnya dibidang keperawatan.

Malang, 23 Februari 2019


Penulis

Zarotul Paujiah

v
ABSTRACT
Effect of Daily Schedule Implementation of Activity Daily Living (ADL) Towards
Repairing Self-Care Deficit on Mental Health Patients at UPT Rehabilitation
Social Bina Laras Pasuruan.

Zarotul Paujiah1, Muhammad Rosyidul ‘Ibad2, Faqih Ruhyanudin2

Introduction : Mental health patients often experienced self-care deficit as they suffer from
cognitive dysfunction, which resulted in interference in their day to day activity, most
notably being their daily self-care. The purpose of this research was to find the effect of
daily schedule implementation of activity daily living towards repairing self-care deficit
on mental health patients at UPT Rehabilitation Social Bina Laras Pasuruan.

Methods : this research used one group pre-test post-test design to 40 respondents with
patient inclusion criteria being: able to read, write, and comprehend speech, but had
problems with bathing, dressing, eating, and toileting properly.

Result : results of this research showed that mental patients most often associated with
self-care deficit were patients with auditory hallucinations. Before intervention it was
found that their rate of self-care was 62.5% well, while after intervention this rate rose to
100%. The result of this research was analyzed using the Wilcoxon test with p = 0.000
(α<0.05).

Discussion : there was found to be an effect of daily schedule implementation of activity


daily living towards fixing self-care deficit on mental health patients. This was found to
be because patients were given schedule implementation which involved conditioning,
insight, and role model.

Keyword : Daily Schedule, Self Care Deficit, Mental Disorder, UPT Rehabilitation Social

1. Student of Nursing Science Program, Faculty of Health, University of


Muhammadiyah Malang.
2. Lecturer of Nursing Science Program, Faculty of Health, University of
Muhammadiyah Malang.

vi
ABSTRAK

Pengaruh Penerapan Jadwal Harian Activity Daily Living (ADL) Terhadap


Perbaikan Self Care Deficit Pasien Gangguan Jiwa di UPT Rehabilitasi Sosial
Bina Laras

Zarotul Paujiah1, Muhammad Rosyidul ‘Ibad2, Faqih Ruhyanudin2

Introduction : Pasien gangguan jiwa sering mengalami self care deficit hal ini dikarenakan
pada pasien gangguan jiwa mengalami kerusakan kognitif sehingga pasien mengalami
hambatan dalam aktivitas sahari hari salah satunya adalah perawatan diri. Tujuan dari
penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh penerapan jadwal harian activity daily living
terhadap perbaikan self care deficit pada gangguan jiwa di UPT Rehabilitasi Sosial Bina
Laras Pasuruan.

Metods : penelitian ini menggunakan desain penelitian one group pretest posttest design
terhadap 40 responden dengan kriteria inklusi yaitu pasien yang mempunyai kemampuan
dalam membaca, menulis dan mengerti apa yang dimaksud, dan pasien yang memiliki
masalah ketidakmampuan dalam mandi dengan cara yang tepat, ketidakmampuan dalam
berdandan dengan cara yang tepat, ketidakmampuan dalam makan dengan cara yang
tepat, dan pasien yang memiliki ketidakmampuan dalam melakukan toileting dengan cara
tang tepat.

Result : hasil dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh pasien gangguan jiwa
ditemukan yang sering mengalami self care deficit adalah halusinasi pendengaran. Sebelum
dilakukan intervensi rata-rata perawatan dirinya 62,5% baik Dan setelah berikan
intervensi meningkat menjadi 100% pasien perawatan dirinya baik. Hasil dianalisis
menggunakan Uji wilcoxon dengan p = 0.000 (α<0.05).

Discussion : ada pengaruh penerapan jadwal harian activity daily living terhadap
perbaikan self care deficit pada pasien gangguan jiwa. hal ini dikarenakan pasien diberikan
penerapan jadwal yang berisikan tentang conditioning (pembiasaan). Insight (pengertian) dan
role model.

Kata Kunci : Jadwal Harian, Self Care Deficit, Gangguan Jiwa, UPT Rehabilitasi Sosial

1. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan,


Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Dosen Program Studi Ilmu keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Malang.

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………..……………………………………………...i
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................................................ ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................................... iii
KATA PENGANTAR........................................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 6
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................................ 6
1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................................. 7
1.4.1 Bagi Perawat ............................................................................................... 7
1.4.2 Bagi Rumah Sakit Jiwa ............................................................................. 7
1.4.3 Bagi Penderita............................................................................................ 7
1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya .......................................................................... 7
1.5 Keaslian Penelitian ................................................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gangguan Jiwa ...................................................................................................... 10
2.1.1 Pengertian Gangguan Jiwa .................................................................... 10
2.1.2 Penyebab Gangguan Jiwa ...................................................................... 11
2.1.3 Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa ........................................................ 12
2.1.4 Jenis-jenis Gangguan Jiwa ..................................................................... 13
2.2 Self Care Deficit ....................................................................................................... 14
2.2.1 Pengertian Self Care Deficit ..................................................................... 14
2.2.2 Self Care Deficit Menurut teori Orem .................................................... 15
2.2.3 Tanda dan Gejala Self Care Deficit.......................................................... 17

viii
2.2.4 Penyebab Self Care Deficit ...................................................................... 19
2.2.5 Jenis-jenis Self Care Deficit ....................................................................... 20
2.2.6 Dampak dari Self Care Deficit.................................................................. 21
2.2.7 Penilaian Self Care Deficit........................................................................ 22
2.2.8 Teori Perubahan Perilaku ...................................................................... 22
2.3 Activity Daily Living ............................................................................................ 24
2.3.1 Pengertian Activity Daily Living ........................................................... 24
2.3.2 Macam-macam Activity Daily Living ................................................... 24
2.3.3 Faktor-Faktor Activity Daily Living......................................................... 25
2.3.4 Metode Pelaksanaan Activity Daily Living .......................................... 27
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep ................................................................................................ 29
3.2 Kerangka Konseptual .......................................................................................... 30
3.3 Hipotesis .............................................................................................................. 31
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian .................................................................................................. 32
4.2 Populasi, Sampling, dan Sampel......................................................................... 34
4.2.1 Populasi .................................................................................................... 34
4.2.2 Teknik Sampling ..................................................................................... 34
4.2.3 Sampel ...................................................................................................... 34
4.3 Variabel Penelitian ............................................................................................... 35
4.3.1 Variabel Independen .............................................................................. 36
4.3.2 Variabel Dependen ................................................................................. 36
4.4 Definisi Operasional ............................................................................................ 36
4.5 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................................ 37
4.6 Instrumen Penelitian ............................................................................................ 38
4.6.1 Kuesioner ................................................................................................. 38
4.7 Prosedur Pengumpulan Data ............................................................................. 41
4.8 Analisa Data .......................................................................................................... 44
4.8.1 Analisa Univariat ..................................................................................... 45
4.8.2 Analisa Bivariat........................................................................................ 45
4.9 Etika Penelitian ....................................................................................................... 46

ix
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Data Umum ............................................................................................................. 48
5.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ........................................ 49
5.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Gangguan Jiwa ........... 50
5.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Kategori Self Care Defisit Sebelum
Dan Sesudah Diberikan Intervensi ..................................................................... 51
5.2 Uji Normalitas ......................................................................................................... 51
5.3 Pengaruh Penerapan Jadwal Harian Activity Daily Living (ADL) Terhadap
Perbaikan Self Care Defisit Pada Pasien Gangguan Jiwa ..................................... 52

BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Gambaran Jenis Gangguan Jiwa Pada Pasien Self Care Defisit ......................... 54
6.2 Gambaran Nilai Self Care Defisit Sebelum Dan Sesudah Diberikan Jadwal Harian
Activity Daily Living (ADL) .................................................................................... 57
6.3 Pengaruh Penerapan Jadwal Harian Activity Daily Living (ADL) Terhadap
Perbaikan Self Care Defisit ...................................................................................... 60
6.4 Keterbatasan Penelitian ........................................................................................ 63
6.5 Implikasi Keperawatan ........................................................................................ 63

BAB VII PEMBAHASAN


7.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 64
7.2 Saran ................................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 66
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel .......................................................................... 36


Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Pada Pasien Self Care Defisit ... 49
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Pasien Self Care
Defisit 50
Tabel 5.3 Kategori Self Care Defisit Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Intervensi ....... 51
Tabel 5.4 Pengaruh Penerapan Jadwal Harian Activity Daily Living (ADL) Terhadap
Perbaikan Self Care Defisit ....................................................................................... 53

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka konseptual.........................................................................................30

Gambar 4.2 Kerangka Penelitian..........................................................................................33

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Persediaan Menjadi Pembimbing I .......................................... 72


Lampiran 2 Surat Persediaan Menjadi Pembimbing II ......................................... 73
Lampiran 3 Lembar ACC Judul Skripsi FIKES UMM ........................................ 74
Lampiran 4 Surat Izin Penelitian.............................................................................. 75
Lampiran 5 Lembar Informed Consent Responden............................................. 76
Lampiran 6 Kuesioner Self Care Deficit .................................................................... 78
Lampiran 7 SOP Activity Daily Living (ADL)......................................................... 81
Lampiran 8 Surat izin Penelitian & Pengambilan Data ........................................ 87
Lampiran 9 Surat Bukti Melakukan Penelitian....................................................... 88
Lampiran 10 Lembar Konsultasi Pembimbing I ................................................... 89
Lampiran 11 Lembar Konsultasi Pembimbing II ................................................. 92
Lampiran 12 Lembar Uji Plagiasi Bab I-IV ............................................................ 93
Lampiran 13 Lembar Uji Plagiasi Bab V-VII ......................................................... 94
Lampiran 14 Uji Validitas ......................................................................................... 95
Lampiran 15 Uji Reabilitas ........................................................................................ 97
Lampiran 16 Data Demografi .................................................................................. 98
Lampiran 17 Hasil Pre Post Intervensi ................................................................. 101
Lampiran 18 Uji Normalitas ................................................................................... 103
Lampiran 19 Uji Transformasi Data ..................................................................... 105
Lampiran 20 Uji Wilcoxon...................................................................................... 107
Lampiran 21 Dokumentasi Penelitian ................................................................... 108

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Gangguan jiwa adalah gangguan pada proses berpikir (cognitive), kemauan (volition),

emosi (affective), tindakan (psychomotor). Pada orang gangguan jiwaakan mengalami

keadaan-keadaan yang tidak normal yaitu gangguan pada fisik maupun juga mental hal ini

dapat dilihat dengan berbagai macam gejala yang diantaranya adalah ketegangan (tension),

cemas, gelisah, murung, rasa putus asa, hysteria, rasa lemah, tidak mampu mencapai

tujuan, takut, dan berfikir buruk (Yosep, 2007).

Menurut data World Health Organization (WHO, 2013) masalah gangguan jiwa

masih menjadi kasus permasalahan yang tinggi di Indonesia.Sekitar 450 juta orang di

dunia yang mengalami gangguan jiwa. WHO menyatakan setidaknya ada satu dari empat

orang didunia mengalami masalah mental. Di Indonesia penderita gangguan jiwa berat

mencapai 0,46 % dengan usia rata-rata diatas 15 tahun. Sedangkan, menurut data dari

(Riskesdas, 2013) gangguan jiwa di Indonesia masih cukup besar yaitu sebanyak 1,7 jiwa

atau 1 sampai 2 orang dari 1.000 warga di Indonesia mengalami gangguan jiwa yang

artinya 50 juta atau sekitar 25 % dari jumlah penduduk Indonesia mengalami gangguan

jiwa. Pada pasien gangguan jiwa permasalahan yang masih sering terjadi yaitu adanya

masalah self care deficit yaitu sebanyak 18 orang (100%) pasien yang mengalami

permasalahan self care deficit. Tahun 2018 jumlah pasien gangguan jiwa menurut tempat

tinggal yang dipasung dalam 3 bulan terakhir ini yaitu berjumlah 31,1% di pedesaan,

31,1% di perkotaan dan 31,5% di Indonesia (RISKESDAS, 2018). Pada

1
2

provinsi Jawa Timur ada sebanyak 2,2 jiwa yang mengalami gangguan jiwa dengan

jumlah total semua penduduk yaitu sebanyak 38.005.413 jiwa. Pada tahun 2015 jumlah

kunjungan jiwa di kota Pasuruan Jawa Timur yaitu sebanyak 5.289 orang. Berada pada

beberapa puskesmas diantaranya adalah Puskesmas Kebonsari 522 pasien. Puskesmas

Trajeng 221 pasien, Puskesmas Kandangsari 736 pasien, Puskesmas Bugul Kidul

sebanyak 851 pasien, Puskesmas Sekargadung 836 pasien, Puskesmas Kebonagung 503

pasien, Puskesmas Karangketug 390 pasien, dan Puskesmas Gadingrejo yaitu sebanyak

1.230 pasien (Dinas Kesehatan Kota Pasuruan, 2015).

Orang yang mengalami gangguan jiwa akan mengalami penurunan atau

ketidakmampuan dalam berkomunikasi dikarenakan gangguan realitas, gangguan kognitif

sehingga akan mengalami kesulitan dalam melakukan aktifitas sehari-hari (Keliat, 2011).

Orang gangguan jiwa akan mengalami kehilangan motivasi dan yang berarti orang

tersebut kehilangan minat dalam hidup. Hal ini akan membuat pasien menjadi orang

yang malas. Sehingga mereka tidak mampu melakukan hal-hal lain kecuali makan dan

tidur (Yosep, 2009).

Faktor penyebab terjadinya gangguan jiwa bervariasi tergantung pada jenis

gangguan jiwa yang dialami. Gangguan jiwa disebabkan karena tekanan psikologis yang

disebabkan adanya tekanan dari luar maupun dari dalam individu. Selain itu faktor

ekonomi dan tekanan hidup juga turut andil dalam mempengaruhi banyaknya jumlah

penderita yang mengalami gangguan jiwa (Mukhripah, 2012). Pada orang yang

mengalami gangguan jiwa akan mengalami penurunan atau ketidakmampuan dalam

berkomunikasi hal ini dikarenakan gangguan realitas, gangguan kognitif serta akan

mengalami kesulitan dalam melakukan aktifitas sehari-hari (Keliat, 2011).


3

Kejadian yang sering terjadi pada pasien jiwa salah satunya adalah masalah self care

deficit yang diakibatkan karena stressor yang cukup berat dan sulit ditangani oleh klien

(klien bisa mengalami harga diri rendah) sehingga dirinya tidak mau mengurus atau

merawat dirinya sendiri baik dalam hal mandi, berpakaian, berhias, makan, maupun BAB

dan BAK (Nasution, 2013). Self care deficit adalah suatu kondisi dimana seseorang yang

mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan aktivitas perawatan diri secara

mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan, dan toileting (Abdul, 2015).

Pasien gangguan jiwa dengan masalah self care deficit harus segera ditangani karena

apabila tidak segera ditangani akanmemiliki dampak fisik dan dampak psikososial. Pada

dampak fisik pasien gangguan jiwa akan mengalami gangguan integritas kulit, membrane

mukosa kulit, infeksi pada telinga dan mata dan juga gangguan fisik pada kuku hal ini

terjadi karena pasien tidak memelihara kebersihan dirinya. Sedangkan pada dampak

psikososial pada pasien self care deficit akan mengalami gangguan rasa nyaman, kebutuhan

dicintai dan mecintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan interaksi sosial hal ini

dikareanakan pasien mengalami masalah sosial yang berhubungan dengan personal

hygiene (Tarwoto, 2009). Hal ini dapat disimpulkan bahwa self care deficit pada pasien

gangguan jiwa sangatlah penting.

Penelitian yang dilakukan oleh (Andayani, 2012) di Rumah Sakit Jiwa Khusus

Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Berdasarkan hasil yang diperoleh jumlah responden

yang mengalami self care deficit tinggi sebanyak 12 orang (20.0%) dimana yang personal

hygiene yang baik sebanyak 7 orang (11.7%) dan yang personal hygienenya kurang

sebanyak 5 orang, sedangkan responden yang self care deficit rendah sebanyak 48 orang
4

(80.0%) dimana personal hygiene baik sebanyak 10 orang (16.7%) dan yang personal

hygienekurang sebanyak 38 orang (63.3%).

Pasien gangguan jiwa dengan self care deficit akan mengalami beberapa masalah

dalam kesehariannya secara umum yaitu pasien akan mengalami kesulitan dalam mandi,

kesulitan dalam berpakaian dan dandan, dan kesulitan untuk makan. Sedangkan secara

khusus yaitu pasien akan mengalami kesulitan menentukan peralatan apa saja yang perlu

dibawa saat mandi, apa saja yang harus dilakukan dan kapan waktu untuk melaksanakan

mandi, pasien akan kesulitan dalam berpakaian yaitu pasien bingung cara mengenakan

pakaian, memilih pakaian, dan cara mengancingkan baju, pasien kesulitan dalam

bagaimana mempersiapkan makanan dan cara makan yang benar, pasien juga akan

mengalami kesulitan dalam menyelesaikan aktifitas toileting yaitu kesulitan

membersihkan diri setelah melakukan BAB/BAK dengan tepat dan cara menyiram

kamar mandi (Nita Fitria, 2010).

Berdasarkan data dari UPT Rehabilitasi Sosial Bina Laras ada 200 pasien yang

dirawat disana dengan jumlah pasien laki-laki sebanyak 139 pasien dan perempuan

sebanyak 61 pasien, dengan jumlah pasien yang mengalami gangguan halusinasi sebanyak

114 pasien, gangguan isolasi sosial 36 pasien, gangguan waham 10 pasien, gangguan self

care deficit 27 pasien, dan gangguan harga diri rendah sebanyak 13 pasien. Perawatan

selama ini pada masalah self care deficit ada pasien gangguan jiwa di UPT Rehabilitasi Sosial

Bina Laras yaitu masih bisa dikatakan kurang, karena perawat kesulitan dalam memantau

kegiatan pasien dalam masalah mandi, berpakaian, berdandan, dan toiletingyang

dikarenakan jumlah pasien yang terlalu banyak dan jumlah perawat yang terbatas.

Kondisi pasien disana ada yang terlihat bersih (rambut bersih dan rapi, kuku pendek,
5

kulit tidak ada daki, pakaian bersih) dan ada yang kurang bersih (rambut kotor, kuku

panjang, pakaian tidak rapi, kulit sedikit berdaki) karena ada 45% dari 100% pasienyang

mandi 2 kali sampai 8 kali sehari dengan menggunakan sabun dan ada pasien yang tidak

mandi. Dalam masalah berpakaian dan berdandan disana pasien melakukannya dengan

mandiri, mereka mengambil dan berdandan sendiri yaitu dengan merapikan rambut dan

memakai bedak untuk pasien perempuan, untuk pasien yang sudah membaik mereka

setiap hari ganti pakaian dan berdandan sendiri tetapi pada pasien yang kondisinya

belummembaik mereka tidak ganti pakaian dan tidak berdandan. Untuk masalah toileting

pada pasien yang sudah membaik kondisinya mereka BAB dan BAK selalu ke kamar

mandi dan untuk pasien yang kondisinya belum membaik mereka ada yang BAB dan

BAK di celana atau di sembarang tempat. Untuk kebutuhan makan disana disiapkan oleh

perawat dan dibantu oleh pasien yang piket dihari itu, untuk tempat makan disana

mereka dibagi menjadi dua grup, untuk grup yang sudah dalam kondisi baik mereka

makan selalu mencuci tangan dan makan menggunakan sendok. Tetapi untuk grup yang

kondisinya belum baik mereka tidak mencuci tangan dan makan tanpa menggunakan

sendok. Dari observasi di dapatkan presentase 45% pasien yang bisa mandi dan ganti

baju sendiri tanpa perintah. 55% pasien yang mandi dan ganti baju secara diperintah,

80% pasien BAB dan BAK di toilet, 20% pasien BAK di sembarang tempat, pada saat

makan 80% pasien makan menggunakan tangan tanpa cuci tangan, 10% pasien makan

menggunakan tangan tetapi mencuci tangan, 10% pasien makan menggunakan sendok.

Menurut (Dalami, 2009) karakteristik pada gangguan jiwa ada tiga yaitu gangguan

jiwa psikotik, gangguan jiwa neurotik dan depresi. Pada gangguan jiwa psikotik pasien

akan mengalami penurunan kemampuan dalam menilai keadaan yang sebenarnya atau
6

bisa disebut dengan halusinasi. Gangguan jiwa neurotik yaitu pasien akanmengalami

gangguan pada kepribadian atau mengalami konflik dalam jiwanya, tetapi pasien tersebut

tidak maenyadari bahwa ada hubungan antara gejala yang dirasakan dengan konflik

emosinya. Sedangkan depresi yaitu gangguan pada pasien jiwa akibat dysphoria (merasa

sedih), mudah tersinggung, putus asa dan juga mudah gelisah.Pasien ini mengalami

gangguan pada memori, sulit berkonsentrasi atau mudah terganggu.

Penanganan pada pasien self care deficit biasanya pasien diajarkan dan dilatih oleh

perawat dalam pemenuhan kebutuhan perawatan diri, diberikan terapi prilaku dan juga

terapi suportif. Tetapi disini peneliti ingin melakukan cara lain untuk meningkatkan self

care deficit pada pasien gangguan jiwayaitudengan cara memberikan penerapan jadwal

harian perawatan diri. Pelaksanaan jadwal harian perawatan diri ini bermanfaat untuk

memberdayakan pasien sehingga pasien bisa meningkatkan kemandiriannya dan mutu

dalam pelaksanaan activity daily living menjadi optimal (Direja, 2011).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas tersebut maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah adakah pengaruh penerapan jadwal harian activity daily living terhadap

perbaikan self care deficit pada pasien gangguan jiwa?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh penerapan jadwal harian activity daily living terhadap

perbaikan self care deficit pada pasien gangguan jiwa.


7

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi jenis gangguan jiwa

2. Mengidentifikasi self care deficit

3. Menganalisa pengaruh penerapan jadwal harian activity daily living terhadap

pasien gangguan jiwa.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Perawat

Memberikan infomasi kepada perawat tentang pentingnya pengaruh jadwal

harian activity daily living terhadap perbaikan self care deficit pada pasien gangguan jiwa

sehingga mengetahui bagaimana cara supaya pada pasien gangguan jiwa bisa belajar lebih

mandiri tanpa harus terus bergantung pada perawat.

1.4.2 Bagi Rumah Sakit Jiwa

Sebagai masukan dalam penyusunan program khususnya bagi pasien gangguan

jiwa dengan masalah self care deficit.

1.4.3 Bagi Penderita

Sebagai saran dan gambaran bagi pasien gangguan jiwa tentang pentingnya self

care deficit pada pasien gangguan jiwa dengan menggunakan jadwal harian activity daily living

sehingga pasien bisa lebih mandiri.

1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat dijadikan sebagai data dasar bagi peneliti lain untuk kepentingan

pengetahuan ilmu berkaitan dengan self care deficit pada pasien gangguan jiwa.
8

1.5 Keaslian Penelitian

1. Penelitian (Pinedendi, 2016) dengan judul pengaruh penerapan asuhan

keperawatan deficit perawatan diri terhadap kemandirian personal hygiene pada

pasien di RSJ Prov. V.L. Ratumbuysang di manado 2016, Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui pengaruh penerapan asuhan keperawatan defisit perawatan diri

terhadap kemandirian personal hygiene pada pasien di RSJ Prof. V. L.

Ratumbuysang Manado. Hasil penelitian menunjukan terdapat pengaruh yang

signifikan terhadap penerapan asuhan keperawatan defisit perawatan diri pada

pasien (p=0.003). Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa

personal hygiene sebelum dan sesudah diberikan intervensi menunjukan paling

banyak berada pada kategori ketergantungan sedang, maka dari itu sebaiknya

kontribusi pada perawat agar selalu memberikan dukungan menerapkan asuhan

keperawatan lebih optimal agar kemandirian personal hygiene lebih mandiri.

semakin meningkat dukungan penilaian semakin menurun beban keluarga, dapat

disimpulkan setiap naik satu tingkat dukungan akan diikuti satu tingkat

penurunan tingkat bebean keluarga.

2. Penelitian (AH. Yusuf, 2014) dengan judul modeling participant toward self-care

deficit on schizophrenic clients, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh peserta modeling pada kemampuan perawatan diri pada pasien

skizofrenia dengan deficit keperawatan diri. Hasil penelitian menunjukan terdapat

pengaruh yang signifikan terhadap penerapan asuhan keperawatan defisit

perawatan diri pada pasien (p=0.005). Berdasarkan hasil penelitian maka dapat

disimpulkan bahwa ada peningkatan personal hygiene sebelum dan sesudah


9

diberikan intervensi, maka dari itu sebaiknya kontribusi pada perawat agar selalu

memberikan dukungan menerapkan asuhan keperawatan menggunakan metode

modeling lebih optimal agar kemandirian personal hygiene supaya pasien bisa

mandiri tanpa terus bergantung pada perawat.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gangguan Jiwa

2.1.1 Pengertian Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa menurut PPDGJ III adalah sindrom pada pola berprilaku

seseorang secara khas berkaitan dengan suatu geajala penderitaan (distress) atau hendaya

(impairment) didalam satu atau lebih fungsi yang berperan penting di dalam tubuh

manusia, yaitu fungsi psikologik, perilaku biologik dan gangguan ini tidak hanya terletak

didalam hubungan antara individu tersebut tetapi juga dengan masyarakat sekitar

(Maramis, 2010).

Kesehatan Jiwa adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan

diri pada lingkungan, serta berintegrasi dan berinteraksi dengan baik, tepat, dan bahagia

pada lingkungan sekitarnya (AH. Yusuf, 2015).

Gangguan jiwa adalah Suatu konsep perilaku seseorang yang berhubungan

dengan adanya nyeri atau cacat yang disebabkan karena adanya penurunan satu atau lebih

suatu fungsi yang penting atau resiko peningkatan kematian, nyeri, kecacatan, atau

kerugian pada seseorang (Prabowo, 2014). Sedangkan menurut Undang-undang

Kesehatan Jiwa Tahun 2014 kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi dimana seorang

individu dapat berkembang baik secara fisik, mental, spiritual dan sosial individu tersebut

dapat menyadari kemampuannya sehingga dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara

produktif, dan mampu memberikaan kontribusi untuk komunitasnya.

10
11

World Health Organization (WHO) pada tahun 2008 menjelaskan kriteria orang

yang sehat jiwanya adalah orang yang dapat melakukan delapan kegiatan ini diantaranya

yaitu orang yang mampu menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun

kenyataan itu kurang baik, orang yang merasa bebas secara relatif dari kecemasan dan

ketegangan, orang yang memperoleh kepuasan dari usahanya atau perjuangan hidupnya,

orang merasa lebih puas untuk member dari pada menerima, orang yang mampu

berhubungan dengan orang lain secara tolong-menolong dan mampu memuaskan, orang

yang mempunya rasa kasih sayang yang besar, orang yang mampu menerima kekecewaan

untuk digunakan sebagai pelajaran di kemudian hari, dan orang yang mengarahkan rasa

permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif.

2.1.2 Penyebab Gangguan Jiwa

Menurut (Maramis, 2010) penyebab gangguan jiwa ada tiga yaitu :

1. Faktor Somatik (somatogenik), faktor ini diakibatkan karena gangguan pada

neuroanatomi, neurofisiologi, dan neurokimia, yaitu termasuk tinkat kematangan

2. pada perkembangan organik, serta faktor prenatal dan perinatal.

3. Faktor psikologik (psikogenik), faktor ini terkait dengan interaksi ibu dan anak,

peranan ayah, persaingan antar saudara kandung, hubungan dalam keluarga,

pekerjaan permintaan masyarakat. Selain itu, faktor intelengensi, tingkat

perkembangan emosi, konsep diri, dan pola adaptasijuga akan mempengaruhi

kemampuan untuk menghadapi masalah. Apabila keadaan ini kurang baik, maka

akan menyebabkan seseorang tersebut mengalami kecemasan, depresi, rasa malu,

serta rasa bersalah yang berlebihan.


12

4. Faktor sosial budaya, faktor ini meliputi kestabilan keluarga, pola mengasuh anak,

tingkat ekonomi, perumahan, dan masalah kelompok minoritas yang meliputi

prasangka, fasilitas kesehatan, dan kesejahteraan yang tidak memadai, serta

pengaruh rasial dan keagamaan.

2.1.3 Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa

Tanda dan gejala gangguan jiwa secara umum ada lima yaitu pertama, adanya

rasa tegang (tension), rasa putus asa dan murung, gelisah, cemas, rasa lemah, takut,

berfikir buruk. Kedua, adanya gangguan kognisi pada persepsi merasa mendengar

(mempersepsikan) sesuatu bisikan yang menyuruh membunuh, melempar, naik genting,

membakar rumah, padahal orang disekitarnya tidak mendengarnya dan suara tersebut

sebenarnya hanya muncul dari dalam individu sebagai bentuk kecemasan yang sangat

berat dia rasakan. Hal ini sering disebut halusinasi, klien bisa mendengar sesuatu, melihat

sesuatu atau merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada menurut orang lain. Ketiga,

adanya gangguan kemauan klien memiliki kemauan yang lemah (abulia), susah membuat

keputusan atau memulai tingkah laku, susah sekali bangun pagi, mandi, merawat diri

sendiri sehingga terlihat kotor, bau, dan acak-acakan. Keempat, adanya ganggaun emosi

klien merasa senang, gembira yang berlebihan (Waham kebesaran). Klien merasa sebagai

orang penting, sebagai raja, pengusaha, orang kaya, titisan Bung Karno tetapi dilain

waktuia bisa merasa sangat sedih, menangis, tak berdaya (depresi) sampai ada ide ingin

mengakhiri hidupnya. Kelima, adanya gangguan psikomotor Hiperaktivitas, klien

melakukan pergerakan yang berlebihan naik keatas genting berlari, berjalan maju

mundur, meloncat-loncat, melakukan apa-apa yang tidak disuruh atau menentang apa

yang disuruh, diam lama tidak bergerak atau melakukan gerakan aneh (Yosep, 2009).
13

Menurut (Yosep, 2009) Tanda dan Gejala Gangguan jiwa juga bisa dilihat dari

kedaan fisiknya yaitu meliputi suhu badan pasien yang berubah, pada orang normal yaitu

orang mempunyai suhu badan sekitar 37 derajat celcius. Sedangkan pada orang yang

sedang mengalami gangguan mental meskipun tidak sakit kadangkala mengalami

perubahan suhu. Kedua, bisa dilihat dari denyut nadi pasien, karena biasanya pada orang

gangguan jiwa nadinya akan berirama lebih cepat dari pada orang yang normal. Ketiga

yaitu nafsu makan yang berkurang, karena biasanya seseorang yang sedang terganggu

kesehatan mentalnya nafsu makannya juga akan berkurang.

2.1.4 Jenis-jenis Gangguan Jiwa

Menurut (Kusumawati, 2010) gangguan jiwa secara umum dibagi menjadi dua,

yaitu sebagai berikut :

1. Psikotik adalah suatu gangguan jiwa yang djtandai dengan kehilangan rasa

kenyataan yaitu meliputi (1) Delirium yaitu suatu kegagalan otak secara akut yang

berhubungan dengan disfungsi otonom, disfungsi motorik, dan kegagalan

homeostasis kompleks dan multifaktorial (Wass S, 2008); (2) Epilepsi yaitu

gangguan neurologis umum secara kronis yang biasanya ditandai dengan adanya

kejang secara berulang tanpa alasan, kejang sementara dan gejala dari aktivitas

neuronal yang abnormal (Maryanti, 2016); (3) Dementia yaitu sindrom klinis

yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan memori yang berat sehingga

menyebabkan disfungsi hidup sehari –hari (Nugroho, 2008); (4) Skizofrenia yaitu

gangguan pada otak sehingga persepsi, pikiran, emosi, tingkah laku dan

perilakunya terganggu (Videbeck, 2008); (5) Waham yaitu suatu keyakinan

klienyang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat
14

diubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien

yang sudah kehilangan control (Direja, 2011); (6) Gangguan mood yaitu suatu

masalah psikiatri yang muncul dari adanya gangguan depresi (Shannon S, 2009);

(7) Halusinasi yaitu hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan

rangsangan internal (fikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar) (Kusumawati,

2010).

2. Non-psikotik (neurotik) yaitu gangguan yang masih ringan sehingga orang

tersebut masih bisa menjalankan kebutuhan sosialnya dengan wajar tetapi tidak

bisa berfungsi secara optimal yaitu meliputi : (1) Gangguan cemas yaitu suatu

perasaan tidak santai yang samar-samar karena ketidaknyamanan atau rasa takut

yang disertai suatu respon (penyebab tidak spesifik atau tidak diketahui oleh

individu) (AH. Yusuf et al., 2015); (2) Gangguan psikoseksual yang meliputi

Disfungsi psikoseksual, Parafilia dan Gangguan identitas gender; (4) Alkoholisme

yaitu peminum berat yang menyebabkan terganggunya mental dan kesehatan

fisiknya (Kusumawati, 2010); (5) Menarik diri/isolasi sosial yaitu keadaan dimana

seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu

berinteraksi dengan orang lain disekitarnya (AH. Yusuf et al., 2015).

2.2 Self Care Deficit

2.2.1 Pengertian Self Care Deficit

Self care deficit adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami kelainan dalam

kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari secara

mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian

kotor, bau badan, bau napas, dan penampilannya tidak rapi. Self care deficit merupakan
15

salah satu masalah yang timbul pada pasien gangguan jiwa. Keadaan ini merupakan gejala

prilaku negatif dan menyebabkan penderita dikucilkan baik dalam keluarga maupun

masyarakat (AH. Yusuf et al., 2015).

Self care deficit adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi

kebutuhannya guna mempertahankan hidupannya, kesehatannya, dan kesejahteraannya

sesuai dengan kondisi kesehatannya. Klien dinyatakan terganggu perawatan dirinya jika

tidak dapat melakukan perawatan dirinya (Mukhripah, 2012).

Self care deficit adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan

kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri

seperti mandi (hygiene), berpakaian atau berhias, makan dan toileting (Nita Fitria, 2010).

Self Care Deficit adalah situasi di mana seorang mengalami hambatan untuk

melakukan kegiatan perawatan diriseperti mandi, berganti pakaian, makan dan eliminasi

yang disebabkan gangguan kognitif atau gangguan persepsi (Wilkinson, J. M & Ahern,

2013).

2.2.2 Self Care Deficit Menurut teori Orem

Menurut Orem Self Care Deficit muncul ketika hubungan antara efek perawatan

diri dan kebutuhan seseorang tidak tercukupi. Perawatan diperlukan saat seorang

individu tidak mampu melakukan perawatan diri secara optimal.

Ada 3 konsep perawatan diri menurut Orem yaitu meliputi :

1. Perawatan diri (Self Care)

perawatan pribadi untuk keberadaan sehat yang dilakukan sehari-hari secara

mandiri. Hal ini tergantung pada usia, jenis kelamin, keadaan kesehatan,
16

lingkungan dan keluarga. Perawatan ini dihasilkan dari hubungan antara

persyaratan terapeutik dan efek perawatan diri.

2. Manajemen dan efek Self Care

Kegiatan ini dimulai dengan perilaku self caring pada individu. Seseorang

tersebut harus mengetahui alasan mengapa harus melakukan aktivitas

tertentu dan mereka harus mengetahui bagaimana cara melakukan perawatan

diri dan memilih urutan aktivitas.

3. Kebutuhan perawatan diri (Self-care requisites)

Kebutuhan perawatan diri ini menurut Orem dibagi menjadi 3 yaitu

kebutuhan universal, perkembangan dan deviasi kesehatan; (a) kebutuhan

perawatan diri universal (universal self care requisites) merupakan kebutuhan

yang ada pada setiap individu yang berkaitan dengan fungsi kemanusiaan dan

proses kehidupan. Biasanya mengacu pada kebutuhan dasar manusia seperti :

pemeliharaan kecukupan udara, intake cairan dan makanan, pemeliharaan

keseimbangan antara aktivitas dan istirahat seseorang, pemeliharaam

keseimbangan antara berdiam diri dan interaksi seseorang, persediaan asuhan

yang berkaitan dengan proses eliminasi, dan meningkatkan keterbatasan

seseorang untuk menjadi normal; (b) kebutuhan perawatan diri

perkembangan (developmental self care requisites) merupakan kebutuhan yang

berkaitan dengan pertumbuhan dan kemajuan individu seperti kebutuhan

nutrisi dan istirahat; (c) kebutuhan deviasi kesehatan (therapeutic requisites)

merupakan kebutuhan yang berkaitan dengan penyimpangan status

kesehatan seperti sakit, luka atau kecelakaan sehingga dapat menurunkan


17

kemampuan seorang individu dalam memenuhi kebutuhan self care nya.

Seperti mencari pengobatan yang tepat pada saat sakit (Tomey & Alligood,

2006).

2.2.3 Tanda dan Gejala Self Care Deficit

Tanda dan gejala self care deficit menurut (Nita Fitria, 2010) yaitu :

1. Mandi/hygiene

Pasien akan mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,

memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air

mandi, mendapatkan perlengakapan mandi, mengeringkan tubuh, serta

masuk dan keluar kamar mandi.

2. Berpakaian/berhias

Pasien mengalami kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan

pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar

pakaian.Pasien juga mengalami ketidakmampuan dalam mengenakan pakaian

dalam, memilih pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing

tarik, melepas pakaian, menggunakan kaos kaki, mempertahankan

penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian dan

mengenakan sepatu.

3. Makan

Pasien mengalami ketidakmampuan dalam menelan makanan,

mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan,

menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, membuka container,

memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah lalu


18

memasukkannya ke mulut, melengkapi makanan, mencerna makanan

menurut cara yang diterima oleh masyarakat, mengambil gelas atau cangkir,

serta cukup mencerna cukup makanan dengan aman.

4. Eliminasi

Pasien memiliki keterbatasan dalam mendapatkan jamban atau kamar kecil,

duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting,

membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet

atau kamar kecil.

Menurut Depkes (2000) dalam Markhiyah (2012), tanda dan gejala pada pasien

Self Care Deficit adalah :

1. Fisik

1) Badan bau, pakaian kotor

2) Rambut dan kulit kotor

3) Kuku panjang dan kotor

4) Gigi kotor disertai mulut bau

5) penampilan

2. Psikologis

1) Malas, tidak ada inisiatif

2) Menarik diri, isolasi diri

3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina

3. Sosial

1) Interaksi kurang

2) Kegiatan kurang
19

3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma

Keterbatasan perawatan diri diatas biasanya diakibatkan karena stressor yang

cukup berat dan sulit ditangani oleh pasien (pasien bisa mengalami harga diri rendah),

sehingga dirinya tidak mampu mengurus atau merawat dirinya sendiri baik dalam hal

mandi, berpakian, berhias, makan, maupun BAB dan BAK.

2.2.4 Penyebab Self Care Deficit

Menurut (Tarwoto, 2009) penyebab Self Care Deficit yaitu :

1. Faktor Predisposisi

1) Perkembangan

Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan pasien sehingga

perkembangan inisiatif pasien terganggu.

2) Biologis

Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan

perawatan diri.

3) Kemampuan realitas turun

Pasien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang

dan menyebabkan ketidakpedulian dirinya san lingkungan termasuk

perawatan diri.

4) Sosial

Gangguan ini diakibatkan karena kurangnya dukungan dan latihan

kemampuan perawatan diri pada lingkungannya.Situasi lingkungan

mempengaruhi latian kemampuan dalam perawatan diri.


20

2. Faktor Presipitasi

Yang merupakan faktor presipitasi self care deficit adalah kurang penurunan

motivasi, kerusakan kognisi, afektif dan psikomotor sehingga menyebabkan

individu kurang mampu dalam melakukan perawatan diri.

2.2.5 Jenis-jenis Self Care Deficit

Menurut (Nanda-I, 2012) dalam Markhiyah (2014), jenis Self Care Deficit dibagi

menjadi :

1. Self Care Deficit, Mandi

Adanya hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan

mandi/berattivitas perawatan diri untuk diri sendiri.

2. Self Care Deficit, Berpakaian

Adanya hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas

berpakaian dan berias untuk diri sendiri.

3. Self Care Deficit, Makan

Adanya hambatan kemampuan untuk melakukan dan menyelesaikan aktivitas

sendiri.

4. Self Care Deficit, Eliminasi

Adanya hambatan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas eliminasi

sendiri.

Jenis-jenis Self Care Deficit menurut AH. Yusuf (2015) yaitu meliputi :

1. Kebersihan Diri

Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, pakaian kotor, bau badan, bau

napas, dan penampilan tidak rapi.


21

2. Berdandan atau berhias

Kurangnya minat dalam memilih pakaian yang sesuai, tidak menyisir rambut, atau

mencukur kumis.

3. Makan

Mengalami kesukaran dalam mengambil, ketidakmampuan membawa makanan

dari piring ke mulut, dan makan hanya beberapa suap makanan dari piring.

4. Toileting

Ketidakmampuan atau tidak adanya keinginan untuk melakukan defekasi atau

berkemih tanpa bantuan.

2.2.6 Dampak dari Self Care Deficit

Menurut (Mukhripah, 2012) dampak dari Self Care Deficit yaitu meliputi :

1. Dampak Fisik

Dampak yang sering dialami seseorang yang tidak melakukan perawatan diri

secara benar salah satunya adalah terjadinya gangguan fisik seperti : gangguan

integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan

telinga, gangguan fisik pada kuku.

2. Dampak Psikososial

Adanya masalah yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan

rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mecintai, kebutuhan harga diri, akutualisasi

diri dan gangguan infeksi sosial.


22

2.2.7 Penilaian Self Care Deficit

Penilaian pada self care deficit peneliti menggunakan alat ukur berupa kuisioner

dengan berskala Guttman. Skala Guttman yaitu merupakan skala yang menginginkan tipe

jawaban tegas terhadap masalah yang sedang diteliti, dan hanya ada dua interval, yaitu

setuju dan tidak setuju. Skala ini dibuat dalam bentuk pilihan ganda maupun

checklist.Jawaban dari responden dibuat dengan skor tertinggi “satu” dan skor terendah

yaitu “nol”.

Kelebihan penilaian dengan menggunakan Skala Guttman ini yaitu baik untuk

meyakinkan hasil penelitian mengenai kesatuan dimensi sikap atau sifat yang sedang di

teliti (Usman, 2011). Pada penelitian ini peneliti mengkategorikan pada Skor 0-6 yaitu

dikategorikan sebagai Self Care Deficit buruk, Skor 7-13, dikategorikan sebagai Self Care

Deficit sedang dan Skor 14-21, dikategorikan sebagai Self Care Deficit baik.

2.2.8 Teori Perubahan Perilaku

Menurut (Maulana, 2009) agar sesuai harapan perilaku seseorang dapat dirubah

dengan berbagai tahap yaitu sebagai berikut :

1. Conditioning (pembiasaan)

Berdasarkan teori belajar conditioning yang dikemukakan oleh beberapa ahli seperti

skinner dan pavion, bahwa untuk pembentukan perilaku perlu dilakukan dengan

cara :

1) Langkah pertama yaitu dengan cara melakukan pengenalan terhadap sesuatu

sebagai penguat, diantaranya hadiah atau reward.

2) Langkah kedua yaitu melakukan analisis untuk mengidentifikasi bagian-

bagian kecil dalam pembentukan suatu perilaku sesuai apa yang diinginkan,
23

kemudian disusun dalam urutan yang tepat agar sesuai dengan apa yang

diharapkan.

3) Langkah ketiga yaitu menggunakan bagian-bagian kecil dari perilaku, yaitu :

a. Menyusun secara urut bagian dari perilaku sesuai tujuan utama.

b. Memberikan hadiah untuk masing-masing bagian.

c. Membentuk perilaku sesuai dengan apa yang telah disusun.

d. Jika bagian perilaku pertama telah dilakukan, hadiah akan diberikan

sehingga tindakan akan sering dilakukan dan akhirnya perilaku kedua dan

seterusnya akan terbentuk sesuai dengan perilaku yang diharapkan.

2. Insight (pengertian)

Menurut Kohler tokoh psikologi Gestalt hal yang terpenting dalam belajar adalah

Insight atau pengertian. Sebagai contoh “pasien gangguan jiwa diberikan

pengertian bahwa pasien setiap hari harus mandi agar badan bersih, nyaman,

sehat dan tidak mengganggu kenyamanan orang lain”.

3. Role Model

Menurut Bandura berdasarkan Teori Belajar Social (Social Learning Theory) pada

dasarnya pembentukan perilaku dapat dilakukan dengan menggunakan contoh

atau model.Disini perawat sebagai contoh bagaimana cara melakukan ADL yang

benar.
24

2.3 Activity Daily Living

2.3.1 Pengertian Activity Daily Living

Activity Daily Living (ADL) adalah aktivitas sehari-hari yang dilakukan seseorang

dalam setiap harinya. Aktivitas ini mencakup makan, berpakaian, eliminasi, mandi,

menyikat gigi dan berdandan/berhias dengan tujuan untuk memenuhi perannya sebagai

pribadi dalam keluarga dan masyarakat (Potter & Perry, 2005).

Activity Daily Living adalah kemampuan seseorang dalam mengurus atau

merawat dirinya sendiri (Self Care) yang dimulai dari bangun tidur, berpakaian, ke kamar

mandi, dan seterusnya (Mubarak, 2009).

2.3.2 Macam-macam Activity Daily Living

Macam-macam Activity Daily Living menurut (Tamher, 2009) dibagi dalam tiga

kategori yaitu:

1. Aktivitas Dasar Sehari-hari (ADL/Basic Activity of Daily Living)

ADL merupakan ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat

dirinya sendiri.Aktivitas sehari-hari terdiri dari Beberapa kegiatan, yaitu:

1) Mandi

Mandi meliputi kemampuan untuk menggosok atau membersihkan sendiri

seluruh bagian tubuhnya baik mandi dengan pancuran (shower) atau masuk

dan keluar bath tub.

2) Berpakaian

Berpakaian meliputi kemampuan klien untuk mengambil pakaian sendiri dari

dalam lemari atau laci, mengenakan baju sendiri, dan memasang kancing atau

resleting
25

3) Toileting

Toileting meliputi keluar masuk toilet, beranjak dari kloset, merapikan

pakaian sendiri, dan membersihkan organ ekskresi.

4) Makan

Makan meliputi menyuap makanan, dan mengambil makanan dari

piring.Kegiatan mengiris daging, dan menyiapkan hidangan tidak termasuk

dalam kemampuan makan ini.

2. Aktivitas Instrumental (IADL/Instrumental Activity of Daily Living)

IADL yaitu aktivitas yang lebih kompleks yang mendasar bagi situasi kehidupan

dalam bersosialisasi, yaitu meliputi seperti belanja, memasak, pekerjaan rumah

tangga, mencuci, telepon, menggunakan transportasi, mampu menggunakan obat

dengan benar, serta manajemen keuangan.

3. Aktivitas Tingkat Tinggi (AADL/Advanced Activity of Daily Living)

AADL terdiri dari aktivitas yang menggambarkan peran seseorang dalam

kehidupan sosial, keluarga, dan masyarakat termasuk kegiatan okupasional dan

rekreasional.

2.3.3 Faktor-Faktor Activity Daily Living

Faktor-faktor Activity Daily Living menurut (Mubarak, 2007) yaitu meliputi :

1. Pertumbuhan dan Perkembangan

Usia serta perkembangan sistem muskuloskeletal dan persarafan akan

berpengaruh terhadap postur, proporsi tubuh, massa tubuh, pergerakan, serta

refleks tubuh seseorang.


26

2. Kesehatan Fisik

Gangguan pada sistem musculoskeletal atau persarafan dapat menimbulkan

dampak negatif pada pergerakan tubuh.Adanya trauma, penyakit atau kecacatan

yang dapat menganggu pergerakan pada struktur tubuh.

3. Status Mental

Gangguan mental seperti depresi, perasaan tertekan, cemas, atau stress dapat

mempengaruhi seseorang dalam melakukan suatu kegiatan. Seseorang yang

mengalami depresi cenderung tidak antusias dalam mengikuti kegiatan tertentu

bahkan termasuk perawatan hygiene.

4. Gaya Hidup

Seseorang dengan pola hidup yang sehat atau kebiasaan makan yang baik

kemungkinan tidak akan mengalami hambatan dalam pergerakan.

5. Sikap dan Nilai Personal

Nilai-nilai yang tertanam dalam keluarga dapat mempengaruhi aktivitas yang

dilakukan oleh seseorang.

6. Nutrisi

Nutrisi berguna bagi organ tubuh untuk mempertahankan status

kesehatan.Konsumsi nutrisi yang kurang dapat menyebabkan kelemahan otot

sehingga terjadi penurunan aktivitas. Sedangkan konsumsi nutrisi yang berlebih

dapat menyebabkan terbatasnya pergerakan tubuh sehingga seseorang menjadi

mudah lelah.
27

7. Faktor Sosial

Seseorang dengan tingkat kesibukan yang tinggi secara tidak langsung akan sering

melakukan aktivitas, sebaliknya seseorang yang jarang berinteraksi dengan

lingkungan sekitar akan lebih sedikit aktivitas yang dilakukannya.

2.3.4 Metode Pelaksanaan Activity Daily Living

Asuhan keperawatan pada pasien Self Care Deficit dibagi 3 tahap yaitu : pada tahap 1

yaitu dilakukan Conditioning (pembiasaan). Pada tahap ini akan dilakukan selama 12

hari, pada hari pertama akan melakukan perkenalan diri, kontrak waktu, edukasi,

memberikan informed consent, memberikan pre test, memberikan dan menjelaskan

bagaimana cara menggunakan buku saku dan mengajari bagaimana melakukan cara

mandi secara benar. Pada hari kedua dan ketiga akan dilakukan review bagaimana cara

melakukan cara mandi secara benar. Pada hari keempat sampai keenam akan dijelaskan

bagaimana cara melakukan cara berdandan/berhias secara benar. Pada hari ketujuh

sampai kesembilanakan dijelaskan bagaimana cara melakukan makan secara benar. Pada

hari kesepuluh sampai keduabelas akan dijelaskan bagaimana cara melakukan toileting

secara benar ditambah dengan cara melakukan memotong kuku dengan benar. Pada

tahap kedua akan dilakukan Insight (pengertian). Tahap ini pasien akan akan diberikan

pengertian tentang apa definisi, penyebab, tanda dan gejala, kerugian dari self care deficit,

dan manfaat dari melakukan activity daily living secara benar melalui penyuluhan. Pada

tahap ketiga yaitu Role Model, disini peneliti memberikan contoh bagaimana cara

melakukan Activity Daily Living secara benar. Pada hari ke limabelas penelitiakan

mencontohkan langsung cara melakukan mandi dan berdandan/berhias dengan benar

dan pada hari ke enambelas pasien akan mencoba cara melakukan mandi dan
28

berdandan/berhias dengan benar. Pada hari ketujuhbelas penelitiakan mencontohkan

langsung bagaimana cara melakukan makan dan toileting dengan benar. Pada hari ke

delapanbelas pasien akan mencoba bagaimana cara melakukan makan dan toileting

secara benar serta peneliti akan dilakukan post test.


BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan konsep yang menjelaskan terkait bagaimana

seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan antara variabel yang dianggap

penting dengan tujuan untuk memecahkan suatu masalah atau hal yang akan diteliti

(Notoatmojo, 2012). Penyusunan kerangka konsep penelitian ini berdasarkan pada

litelatur dan teori yang sudah ada. Selain itu kerangka konsep penelitian ini berfungsi

untuk mengarahkan aspek metode yang saling berkaitan sebagai pembedahan dalam

masalah penelitian, serta berfungsi untuk menjelaskan keterkaitan hubungan antar vaiabel

dari penelitian.

Kerangka konsep dari penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengaruh

penerapan jadwal harian Activity Daily Living (ADL) terhadap perbaikan Self Care Deficit

pasien gangguan jiwa di UPT Rehabilitasi Sosial Bina Laras.

29
30

3.2 Kerangka Konseptual


Faktor Penyebab
- Faktor Biologis
- Faktor Psikologis
- Faktor Budaya

Gangguan jiwa
1. Psikotik
- Delirium
- Demensia
- Skizofrenia
- Halusinasi
2. Non Psikotik
- Cemas
- Gangguan kepribadian
- Menarik Diri

Kognitif : Terjadi Afektif : Terjadi Psikomotor : Terjadi


perubahan proses gangguan pada gangguan pada
fikir yang rendah tingkah laku kemampuan pemenuhan
kebutuhan sehari-hari

Self Care Deficit:


1. Self Care Deficit Mandi Penerapan Jadwal Harian ADL
2. Self Care Deficit Berhias/Berdandan
3. Self Care Deficit Makan
4. Self Care Deficit Eliminasi

Perubahan Perilaku
1. Conditioning (Pembiasaan)
2. Insight (Pengertian)
3. Role Model Keterangan:

: Diteliti
Pasien Mampu Melaksanakan Perawatan
diri Secara Benar : Tidak Diteliti

: Pengaruh

Gambar 3.1 Kerangka Konsep pengaruh penerapan jadwal harian Activity Daily Living
(ADL) terhadap perbaikan Self Care Deficit pasien gangguan jiwa
31

3.3 Hipotesis

Menurut Cunningham, Weathington, & Pittenge (2013), hipotesis adalah jawaban

sementara atau prediksi yang spesifik tentang hubungan antara dua variabel atau lebih

yang berdasarkan dari dua sumber, yaitu teori yang ada dan penelitian sebelumnya.

Berdasarkan kerangka konsep diatas, maka penelitai mengemukakan hipotesis sebagai

berikut:

H1 :Ada pengaruh penerapan jadwal harian Activity Daily Living (ADL) terhadap

perbaikan Self Care Deficit pasien gangguan jiwa di UPT Rehabilitasi Sosial Bina

Laras.
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian dalam arti luas adalah semua proses yang diperlukan dalam

perencanaan dan pelaksanaan dalam suatu penelitian, desain penelitian ini mencangkup

semua struktur penelitian yang diawali dengan ditemukannya ide penelitian sampai

dengan diperolehnya hasil penelitian. Desain penelitian dalam arti sempit adalah

pendeskripsian secara jelas tentang hubungan antara variabel, pengumpulan data, dan

analisa data (Siyoto & Sodik, 2015). Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian,

maka penelitian menggunakan desain penelitian one group pretest posttest design yaitu

penelitihanya menggunakan satu grub dan tidak menggunakan kelas pembanding,

peneliti memberikan pretest sebelum diberikan perlakuan dan posttest setelah memberi

perlakuan (Sugiyono, 2012). Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui Pengaruh

Penerapan Jadwal harian Activity Daily Living (ADL) terhadap perbaikan Self Care Deficit

Pasien Ganguuan Jiwa di UPT Rehabilitasi Sosial Bina Laras Pasuruan.

Pre Intervensi Post

Gambar 4.1 Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian merupakan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam

penelitian, mulai dari populasi, teknik sampling yang akan digunakan, hingga jumlah

sampel yang didapat, dan seterusnya yang merupakan seluruh rangkaian kegiatan dari

awal penelitian hingga akhir dari sebuah penelitian (Nursalam, 2013).

32
33

Populasi 200 pasien pada UPT Panti


Rehabilitasi Bina Laras

Teknik Sampling :Purposive Sampling

Sampel : 40 pasien pada pada UPT Panti Rehabilitasi Bina


Laras yang memiliki karakteristik yang sudah ditentukan.

Pretest : Memberikan kuesioner tentang


Self Care Deficit

Memberikan buku saku yang berisi jadwal dan SOP


Activity Daily Living, mengajarkan cara melakukan Mandi,
Makan, Berdandan/berhias secara benar, memberikan
pengertian/penjelasan pentingnya melakukan perawatan
diri secara benar, dan memberikan contoh melakukan
perawatan diri secara benar

Posttest :Memberikan kuesioner tentang Self


Care Deficit

Pengolahan dan analisa data


menggunakan Uji Wilcoxon

Kesimpulan

Gambar 4.2 Kerangka Penelitian


34

4.2 Populasi, Sampling, dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah sekelompok subjek atau data dengan kriteria tertentu yang

dijelaskan secara spesifik tentang siapa dan golongan mana yang menjadi sasaran dalam

sebuah penelitian (Firdaus & Zamzam, 2018). Populasi pada penelitian ini yaitu

berjumlah 200 pasien gangguan jiwa di Panti Rehabilitasi Sosial Bina Laras, Pasuruan.

4.2.2 Teknik Sampling

Sampling adalah suatu proses menyeleksi dari populasi untuk dapat mewakili

populasi. Teknik sampling adalah suatu cara yang dilakukan untuk pengambilan sampel

oleh seorang peneliti, dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan

keseluruhan subjek dalam penelitian (Nursalam, 2008). Teknik pengambilan sampel pada

penelitian ini yaitu menggunakan cara purposive sampling. Purposive sampling adalah suatu

teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai apa yang

dikehendaki oleh peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut

dapat mewakili karakteristik populasi (Nursalam, 2016)

4.2.3 Sampel

Sampel adalah suatu bagian dari populasi yang digunakan sebagai subjek

penelitian dari hasil strategi sampling (Swarjana, 2015). Sampel dalam penelitian ini

berjumlah sebanyak 40 pasien yang bisa membaca dan mengerti artinya di Panti

Rehabilitasi Bina Laras pasuruan.


35

4.2.3.1 Kriteria Inklusi


Kriteria inklusi merupakan karakteristik umum dalam subjek penelitian dari suatu

populasi yang akan diteliti (Syahdrajat, 2015). Kriterisa inklusi dalam penelitian ini, yaitu :

1. Responden mempunyai kemampuan dalam membaca dan mengerti apa yang di

maksud.

2. Responden yang memiliki masalah ketidakmampuan dalam melakukan mandi

seacara tepat, ketidakmampuan melakukan makan secara tepat, Ketidakmampuan

berdandan/berhias secara tepat, dan ketidakmampuan melakukan toileting secara

tepat.

4.2.3.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi yaitu menghilangkan subjek yang tidak sesuai dengan kriteria

pada suatu penelitian yang di karenakan beberapa sebab (Syahdrajat, 2015). Kriteria

ekslusi dalam penelitian ini meliputi:

1. Fase krisis.

2. Kesadaran berubah

4.3 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu perilaku atau karakteristik dari individu yang

akan menjadi objek pengamatan dalam penelitian, sehingga akan memberikan nilai yang

beda terhadap sesuatu. Variabel dapat berupa fisik yaitu berupa pikiran yaitu kecemasan

(Swarjana, 2015).
36

4.3.1 Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang dapat mempengaruhi dan

menyebabkan terjadinya suatu perubahan atau pengaruh terhadap variabel lain, akibat

dari cause yang ditimbulkannya maka variabel ini disebut sebagai variabel independen atau

variabel bebas (Swarjana, 2015). Variabel independen atau variabel bebas pada penelitian

ini adalah Penerapan jadwal harian Activity Daily living (ADL).

4.3.2 Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dapat mengalami suatu perubahan yang

diakibatkan oleh variabel independen (Timotius, 2017), oleh karena itu variabel ini

disebut dengan variabel terikat atau variabel tergantung (Swarjana, 2015). Variabel

dependen atau variabel terikat dalam penelitian ini adalah Peningkatan Self Care Deficit.

4.4 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah uraian dari batasan variabel yang dimaksud atau

tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2012). Definisi

operasional adalah bagian yang mendefinisikan variabael atau konsep agar dapat diukur

dengan cara melihat indikator dari suatu variabel atau konsep, indikator ini dapat berupa

perilaku atau karakteristik. Definisi operasional ini tidak boleh mempunyai makna yang

berbeda dengan definisi konseptual (Noor, 2016).


37

Tabel 4.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Indikator Alat Ukur Skala Hasil ukur


Operasional
Variabel Pemberian 1. Conditioning - - -
Independen : intervensi dari (pembiasaan)
Penerapan peneliti dalam 2. Insight (pengertian)
Jadwal Harian bentuk buku saku 3. Role Model
Activity Daily (berisi jadwal dan
Living SOP) dan
penjelasan cara
menggunakan.

Variabel suatu kondisi pada 1. Ketidakmampuan Kuesioner Interval Skor 0-21


Dependen : seseorang yang dalam
Perbaikan Self mengalami membersihkan diri
Care Deficit kelemahan dalam
(mandi) secara
melakukan atau
melengkapi benar.
aktivitas perawatan 2. Ketidakmampuan
diri secara mandiri dalam
seperti mandi berdandan/berhias
(hygiene), secara benar.
berdandan atau 3. Ketidakmampuan
berhias, makan
dalam
dan toileting.
melaksanakan
prosedur makan
secara benar.
4. Ketidakmampuan
dalam
melaksanakan
prosedur Toileting
secara benar.

4.5 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Panti Rehabilitasi Sosial Bina Laras Pasuruan pada

rentang waktu April-Mei 2019.


38

4.6 Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti untuk

mengumpulkan data agar penelitian bisa lebih mudah dan bisa mendapatkan hasil yang

baik (lengkap, cermat, dan sistematis) sehingga bisa lebih mudah untuk diolah (Saryono

& Anggraini, 2013). Pada penelitian ini menggunakan instrument alat ukur berupa

kuesioner untuk mengetahui pengaruh Penerapan Jadwal Harian Activity Daily Living

(ADL) Terhadap Perbaikan Self Care Deficit Pasien Gangguan Jiwa di UPT Rehabilitasi

Sosial Bina Laras.

4.6.1 Kuesioner

Kuesioner merupakan suatu alat atau metode dalam pengumpulan data pada

individu yang berisi tentang pertanyaan tertulis dan diberikan kepada responden untuk

dijawabnya (Praptomo, Anam, & Raudah, 2016). Kuesioner dalam penelitian ini yaitu

dibuat oleh peneliti sendiri yang merupakan kuesioner perawatan diri berdasarkan

penelitian sebelumnya.Kuesioner ini terdiri dari 21 item yang dibagi menjadi mandi (1-8),

berdandan/berhias (9-12), makan (13-17), toileting (18-21). Kuesioner ini berpedoman

pada skala Guttman dengan pilihan jawaban yang tersedia yaitu : setuju diberi (Skor 1) dan

tidak setuju diberi (skor 0). Hasil dari jawaban kuesioner tentang perawatan diri ini akan

dikelompokkan menjadi:

Berdasarkan rumus statistik p = Rentang


Banyak kelas
= 21
3
= 7
39

Untuk mendukung hasil yang diharapkan, maka perlu dilakukannya uji validitas

dan reabilitas sebagai berikut :

1. Uji Validitas

Validitas yang berasal dari kata validity merupakan suatu standart ukur yang

berfungsi untuk mengukur tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen,

suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut mengukur apa yang

hendak diukur dan dikatakan validitas yang tinggi apabila hasilnya sesuai dengan

kriteria atau memiliki kesejajaran antara instrumen dan kriteria (Lusiana et al.,

2015). Uji validitas dikatakan valid jika pada item tersebut nilai r hitung lebih

besar dari r tabel sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari r tabel maka item

tersebut tidak valid untuk digunakan sebagai kuesioner penelitian. Uji validitas ini

pada r tabel menggunakan rumus df= n-2 dengan α = 0,05, maka akan menjadi

df=25-2 (df=23), jika uji validitas menggunakan SPSS makan dikatakan valid jika

nilai signifikansinya < 0,05.

Keputusan uji validitas:

1) Jika nilai r hitung > r tabel maka pertanyaan itu valid

2) Jika nilai r hitung < r tabel maka pertanyaan itu tidak valid

Keputusan uji validitas menggunakan SPSS:

1) Jika nilai sig. < 0,05 maka pertanyaan tersebut valid

2) Jika nilai sig. > 0,05 maka pertanyaan tersebut tidak valid
40

Tabel 4.2 Tabel Hasil Uji Validitas Kuesioner Self Care Deficit

Variabel Item pertanyaan Nilai Keterangan


significant
Self Care Deficit Pertanyaan 1 20 Tidak valid
Pertanyaan 2 0.001 Valid
Pertanyaan 3 0.000 Valid
Pertanyaan 4 0.000 Valid
Pertanyaan 5 0.001 Valid
Pertanyaan 6 0.000 Valid
Pertanyaan 7 0.000 Valid
Pertanyaan 8 0.000 Valid
Pertanyaan 9 0.003 Valid
Pertanyaan 10 0.000 Valid
Pertanyaan 11 0.001 Valid
Pertanyaan 12 0.011 Valid
Pertanyaan 13 0.000 Valid
Pertanyaan 14 0.007 Valid
Pertanyaan 15 0.018 Valid
Pertanyaan 16 0.016 Valid
Pertanyaan 17 0.000 Valid
Pertanyaan 18 0.002 Valid
Pertanyaan 19 0.002 Valid
Pertanyaan 20 0.002 Valid

Kuesioner self care deficit dengan total 20 pertanyaan dinyatakan bahwa

pernyataan 2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19, dan 20 dinyatakan valid.

Sehingga pertanyaan 1 yang tidak valid dan diganti dengan pertanyaan baru.
41

2. Uji Reabilitas

Reliabilitas merupakan serangkaian alat ukur untuk mengamati atau mengukur

sesuatu objek yang memiliki konsistensi atau relatif tidak berubah walaupun

pengukuran yang dilakukan secara berulang. Reliabilitas dinyatakan dalam bentuk

angka dan biasanya sebagai koefisien, dimana jika koefisien tinggi maka

reliabilitasnya tinggi (Lusiana et al., 2015). Uji reliabilitas dapat dihitung

menggunakan rumus Cronbach Alpha serta dapat dihitung juga dengan

menggunakan SPSS (Statitical Product for Social Sciences). Uji reliabilitas dikatakan

reliabel jika nilai Cronbach Alpha> 0.6.

Tabel Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Self Care Deficit

Variabel Koefisien Alpha Keterangan

Self Care Deficit 0.680 Reliabel

Berdasarkan hasil uji reliabilitas, didapatkan hasil bahwa pada variabel self

care deficit memiliki koefisien alpha sebesar 0.680 sehingga variabel tersebut

dinyatakan reliabel karena memiliki nilai Cronbach Alpha > 0.6.

4.7 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yaitu suatu cara untuk mengumpulkan data

karakteristik yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan untuk menjawab suatu rumusan

masalah dalam penelitian, pengumpulan data dapat dilakukan dengan menggunakan

teknik wawancara, kuesioner, pengamatan, studi dokumentasi, dan fokus grup diskusi

(Noor, 2016). Disini peneliti menggunakan prosedur pengumpulan data dengan


42

menggunakan kuesioner. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data

antara lain sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Pengumpulan data dimulai dengan mempersiapkan alat dan bahan yang akan

digunakan untuk penelitian. Peneliti harus mempersiapkan lembar kuesioner yang

digunakan untuk mengidentifikasi pengaruh jadwal harian Activity Daily Living

(ADL) terhadap perbaikan Self Care Deficit pada pasien Gangguan

Jiwa.Pengumpulan data ini dimulai setelah memperoleh izin dari Dekan Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang dan pihak dari Panti

Rehabilitasi Sosial Bina Laras Pasuruan.

2. Tahap Pelaksanaan

Pengumpulan data ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2019. Tahap

pelaksanaan pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai

berikut :

1) Melakukan pendekatan kepada responden yaitu pasien gangguan jiwa yang di

rawat di Panti Rehabilitasi Sosial Bina Laras Pasuruan.

2) Meminta kesediaan responden untuk terlibat dalam penelitian, selanjutnya

menyampaikan maksud dan tujuan penelitian. Apabila calon responden

bersedia menjadi responden maka diberi lembar Informed Consent untuk

ditanda tangani.

3) Membagikan kuesioner Self Care Deficit kepada responden dan melakukan

kontrak waktu.
43

4) Memberikan Buku Saku, menjelaskan cara menggunakannya serta

melakukan edukasi mengenal self care deficit.

5) Menjelaskan cara melakukan perawatan diri

a. Hari ke 1-3 perawatan diri mandi

b. Hari ke 4-6 perawatan diri berdandan/berhias

c. Hari ke 7-9 perawtan diri makan

d. Hari ke 10-12 perawatan diri BAB/BAK

5) Memberikan pengertian/penjelasan tentang definisi, penyebab, tanda dan

gejala, kerugian melakukan perawatan diri dengan cara yang tepat dan

manfaat dari melakukan perawatan diri dengan cara yang tepat.

6) Pasien menuliskan kerugian melakukan perawatan diri dengan cara yang tepat

dan manfaat dari melakukan perawatan diri dengan cara yang tepat di buku

saku yang telah diberikan.

7) Memberikan contoh kepada pasien bagaimana cara melakukan activity daily

living (ADL) secara benar.

8) Pasien melakukan apa yang sudah dicontohkan oleh peneliti

9) Memberikan kuesioner kepada responden di hari terakhir penelitian.

10) Melakukan pengolahan data yang telah diperoleh.


44

7) Tahap Pengolahan Data

Peneliti mengumpulkan data untuk diseleksi dari lembar kuesioner yang telah

disiapkan. Data yang terkumpul akan diolah dengan tahap :

1) Editing

Untuk mengetahui apakah data yang dikumpulkan sudah terisi semua atau

belum dalam penelitian ini maka peneliti mengecek semua lembar kuesioner

yang telah dibagikan kepada responden apakah semua item pertanyaan yang

ada di dalam kuesioner sudah terisi jawaban dengan penuh dan valid atau

tidak.

2) Coding

Mengklasifikasikan jawaban dengan member kode pada masing-masing

jawaban. Pada penelitian ini peneliti memberi kode jawaban pada masing-

masing pernyataan memgenai Self Care Deficit dan Activity Daily Living (ADL),

nilai jawaban pada Self Care Deficit yaitu Setuju = 1 dan Tidak Setuju = 0.

3) Tabulating

Merupakan kegiatan menyusun data dalam bentuk tabel, mulai dari

penyusunan tabel utama yang berisi seluruh data dan informasi yang telah

berhasil didapatkan dan isinya sesuai dengan apa tujuan dari penelitian.

4.8 Analisa Data

Analisa data yang dilakukan untuk melihat pengaruh penerapan jadwal harian

activity daily living terhadap perbaikan self care deficit pasien gangguan jiwa di UPT

Rehabilitasi Sosial Bina Laras pasuruan dengan bantuan uji T Berpasangan.


45

4.8.1 Analisa Univariat

Analisa univariat adalah suatu cara untuk menerangkan karakteristik dari masing-

masing variabel, baik variabel terikat maupun variabel tidak terikat yaitu dengan cara

melihat distribusi frekuensi dari variabel yang diteliti Penerapan jadwal harian dan

penilaian Self Care Deficit. Analisis univariat dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui

tingkat Perbaikan Self Care Deficit di UPT Panti Rehabilitasi Sosial Bina Laras di Pasuruan.

4.8.2 Analisa Bivariat

Analisa data bivariat adalah analisis dua variabel. Analisis ini dilakukan untuk

mengetahui pengaruh dan membuktikan hipotesis dalam sebuah penelitian (Notoatmojo,

2010). Analisis bivariat pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh jadwal

harian activity daily living (ADL) terhadap perbaikan self care deficit. Analisa data dalam

penelitian ini yaitu menggunakan Uji T Berpasangan, karena menggunakan skala data

interval.

Menurut (Dahlan, 2014) syarat menggunakan uji T Berpasangan/Wilcoxon :

1. Variabel (numerik) diukur secara berulang sebanyak dua kali.

2. Komparatif karena keluaran yang diinginkan adalah selisih atau perbandingan

rerata.

3. Komparatif numerik karena membandingkan variabel numerik yang diukur

secara berulang.

4. Berpasangan karena memenuhi kriteria variabel yang sama dan diambil dari

subjek yang sama karena dilakukan pengukuran secara berulang.


46

4.9 Etika Penelitian


Penelitian menggunakan subjek tidak boleh bertentangan dengan etika. Dalam

melakukan penelitian ini peneliti mengajukan permohonan ijin kepada orang yang

bersangkutan untuk mendapatkan persetujuan melakukan penelitian di UPT Rehabilitasi

Sosial Bina Laras Pasuruan.

1. Lembar Persetujuan Penelitian (Infomed Consent)

Infomed Consent merupakan tanda persetujuan antara seorang peneliti dengan

responden penelitian dengan cara memberikan lembar persetujuan sebelum

dilakukannya penelitian. Sebelum Infomed Consent ini diberikan kepada responden

maka responden diberikan penjelasan terlebih dahulu tentang apa maksud dan

tujuan dari penelitian. Jika responden bersedia untuk diteliti maka akan

menandatangani lembar persetujuan.

Tetapi apabila responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan

memaksa dan menghormati haknya (Notoatmojo, 2012).

2. Tanpa Nama (Annonimity)

Annonimity yaitu masalah etika dalam penelitian keperawatan dengan cara

tidak mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, yaitu cukup

dengan memberikan inisial pada masing-masing lembar tersebut (Notoatmojo,

2012).

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Confidentiality yaitumasalah etika dengan cara menjamin kerahasiaan hasil

penelitian, baik informasi atau apapun. Semua informasi yang telah dikumpulkan
47

dijamin kerahasiaanya oleh peneliti, data yang diperoleh hanya akan digunakan

untuk perkembangan ilmu pengetahuan (Notoatmojo, 2012).


BAB V

HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA

Pada bab ini berisikan tentang penejelasan hasil penelitian sesui dengan tujuan

yang sudah ditetapkan dari hasil pengumpulan data. Pengumpulan ini dilaksanakan

selama 18 hari di UPT Rehabilitasi Sosial Bina Laras Pasuruan psds tanggal 15 April - 02

Mei 2019. Penelitian ini meliputi karakteristik sampel dan analisa data tentang “Pengaruh

Penerapan Jadwal Harian Activity Daily Living (ADL) Terhadap Perbaikan Self Care Deficit

pada Pasien Gangguan Jiwa di UPT Rehabilitasi Sosial Bina Laras Pasuruan” dengan

sampel penelitian sebanyak 40 responden.

Adapun variabel dalam penelitian ini yaitu variabel independen dan dependen.

Variabel independen yaitu penerapan jadwal harian activity daily living (ADL) dan variabel

dependen yaitu perbaikan self care deficit. Hasil penelitian ini menggunakan uji T

Berpasangan tetapi setelah dilakukan uji normalitas didapatkan hasil tidak normal maka

pengolahan data ini diturunkan menggunakan uji Wilcoxon dengan tujuan untuk

mengetahui pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen. Data yang

diperoleh akan dijelaskan dalam bentuk tabel dan narasi. Penyajian hasil penelitian ini

diperoleh data karakteristik responden yaitu usia jenis kelamin dan jenis gangguan jiwa,

serta analisa dari pengaruh penerapan jadwal harian activity daily living (ADL) terhadap

perbaikan self care deficit pada pasien gangguan jiwa di UPT Rehabilitasi Sosial Bina Laras

Pasuruan.

48
49

5.1 Data Umum

5.1.1 Karakeristik Responden Berdasarkan Usia

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Pasien Self Care Deficit di UPT
Bina Laras Pasuruan pada 15 April – 02 Mei 2019

No Karakteristik N Mean
1 Usia 39,65
- 12-16 Tahun
3 (7,5%)
- 17-25 Tahun
3 (7,5%)
- 26-35 Tahun
8 (20%)
- 36-45 Tahun 11 (27,5%)
- 46-55 Tahun 10 (25%)
- 56-65 Tahun 5 (12,5%)
Jenis Kelamin
2
- Laki laki 25 (62,5%)
- Perempuan 15 (37,5%)

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari hasil pengumpulan data

didapatkan bahwa usia responden sebagian besar yaitu pada kategori usia 36-45 tahun

Sedangkan yang paling sedikit pada kategori usia responden 12-16 tahun dan 17-25

tahun. sedangkan pada distribusi frekuensi jenis kelamin dapat diketahui bahwa

responden dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan responden

dengan jenis kelamin perempuan.


50

5.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Gangguan Jiwa

Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Gangguan Jiwa Pada Pasien Self
Care Deficit di UPT Bina Laras Pasuruan pada 15 April – 02 Mei 2019
No Jenis Gangguan Jiwa F %
1 Halusinasi Pendengaran 27 67,5
2 Harga Diri Rendah 5 12,5
3 Waham 4 10
4 Isolasi Sosial 4 10
Total 40 100

Berdasarkan tabel 5.2 diperoleh dari 40 responden diketahui bahwa jenis

gangguan jiwa yang mengalami self care deficit pada penelitian ini yaitu 27 (67,5%)

responden mengalami halusinasi pendengaran, 5 (12,5%) responden mengalami harga

diri rendah, 4 (10%) responden mengalami waham, dan 4 (10,%) responden mengalami

isolasi sosial. Rata-rata responden yang mengalami self care deficit pada penelitian ini yaitu

gangguan jiwa halusinasi pendengaran.

5.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Kategori Self Care Deficit Sebelum

dan Sesudah diberikan Intervensi Penerapan Jadwal Harian Activity Daily

Living (ADL)

Setelah melakukan pengelompokan data sebelum dan sesudah dilakukan

intervensi penerapan jadwal activity daily living (ADL), maka didapatkan data

kategori self care deficit sebelum dilakukan intervensi disajikan dalam tabel 5.3.
51

Tabel 5.3 Kategori Self Care Deficit sebelum dan Sesudah dilakukan Intervensi
Penerapan Jadwal Harian Activity Daily Living (ADL)

Nilai Self Care Sebelum Sesudah


Deficit
F % f %

Rendah 1 2,5 0 0
Sedang 14 35 0 0
Baik 25 62,5 40 100
Mean 14.05 16.75

Berdasarkan tabel 5.3 diatas diketahui jumlah pasien nilai self care deficit sebelum

diberikannya jadwal harian activity daily living (ADL) ada 1 (2,5%) pesponden yang

mengalami self care deficit rendah, 14 (35%) mengalami self care deficit sedang dan ada

sebanyak 25 (62,5%) respondenyang nilai self care deficitnya baik. Dan setelah diberikannya

jadwal harian activity daily living 40 responden nilai self care deficit nya menjadi baik. Dengan

ini diketahui bahwa ada peningkatan nilai self care deficit yang awalnya nilai rata-rata self care

deficit 14.05 menjadi 16.75.

5.2 Uji Normalitas

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

pre .213 40 .000 .865 40 .000

post .215 40 .000 .918 40 .007

a. Lilliefors Significance Correction


52

Hasil uji normalitas menggunakan Uji Shapiro Wilk dengan spss versi 16,00

menunjukkan hasil signifikansi (p>0,05). Kesimpulan hasil dengan menggunakan Uji

Shapiro Wilk yaitu menunjukkan bahwa data yang tidak normal. Sehingga perlu dilakukan

tranform data sebagai berikut :

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

pre.transf .223 40 .000 .782 40 .000

post.transf .229 40 .000 .891 40 .001


a. Lilliefors Significance Correction

Dari tabel diatas diketahui bahwa setelah dilakukannya transform data didapatkan

hasil bahwa data tidak normal, sehingga Uji yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Uji

Wilcoxon.

5.3 Pengaruh Penerapan Jadwal Harian Activity Daily Living (ADL) Terhadap

Perbaikan Self Care Deficit Pada pasien Gangguan Jiwa di UPT Rehabilitasi

Bina Laras Pasuruan

Tabel 5.4 ini menunjukkan hasil dari Uji Wilcoxon untuk Pengaruh Penerapan

Jadwal Harian Activity Daily Living (ADL) Terhadap Perbaikan Self Care Deficit Pada

pasien Gangguan Jiwa di UPT Rehabilitasi Bina Laras Pasuruan.


53

Tabel 5.4 Pengaruh Penerapan Jadwal Harian Activity Daily Living (ADL) Terhadap Perbaikan
Self Care Deficit Pada pasien Gangguan Jiwa di UPT Rehabilitasi Bina Laras Pasuruan
Kelompok N Mean Rank Sig

Pre-Post 40 20,50 .000

Berdasarkan tabel diatas, hasil dari penelitian ini diperoleh nilai rata-rata

peningkatan self care deficit yaitu sebanyak 2,50. Hasil analisis menggunakan Uji Wilcoxon

sesudah diberikannya jadwal harian activity daily living menggunakan spss 16,00, diperoleh

nilai signifikansi 0.000 (p<0.05), nilai Sig < taraf nyata (α) sehingga dapat ditarik

kesimpulan bahwa H1 diterima, dengan demikian menunjukkan bahwa adanya Pengaruh

Penerapan Jadwal Harian Activity Daily Living (ADL) Terhadap Perbaikan Self Care Deficit

Pada pasien Gangguan Jiwa di UPT Rehabilitasi Bina Laras Pasuruan.


BAB VI

PEMBAHASAN

Pada bab pembahasan ini akan membahas tentang intepretasi dan hasil diskusi,

keterbatasan penelitian dan implikasinsya untuk keperawatan mengenai Pengaruh

Penerapan Jadwal Harian Activity Daily Living (ADL) Terhadap Perbaikan Self Care Deficit

Pada pasien Gangguan Jiwa di UPT Rehabilitasi Bina Laras Pasuruan. Penelitian ini

dilaksanakan selama 18 hari yaitu pada tanggal 15 April – 2 Mei 2019 dengan jumlah

sampel pada penelitian ini yaitu 40 responden. Interpretasi dan diskusi hasil pada

penelitian ini disesuaikan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang akan

dicapai, yaitu sebagai berikut :

6.1 Gambaran Jenis Gangguan Jiwa Pada Pasien Self Care Deficit di UPT

Bina Laras Pasuruan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di UPT Rehabilitasi Bina Laras Pasuruan

pada 15 April – 02 Mei 2019 dengan jumlah 40 responden didapatkan bahwa sebnayak

27 (67,5%) responden mengalami jenis gangguan jiwa halusinasi pendengaran, 5 (12,5%)

mengalami harga diri rendah, 4 (10%) mengalami waham, dan 4 (10%) mengalami isolasi

sosial. Sehingga rata-rata jenis gangguan jiwa yang mengalami self care deficit adalah pasien

halusinasi pendengaran. Menurut petugas UPT hal ini dikarenakan di UPT Rehabilitasi

Sosial Bina Laras Pasuruan sebelumnya adalah bernama Rehabilitasi Sosial Eks Psikotik

sehingga disana semua pasien mengalami jenis gangguan jiwa psikotik / skizofrenia,

sedangkan dalam PPDGJ/DSM V salah satu ciri pasien skizofrenia adalah adanya

delusi/halusinsi. Ini alasan kenapa di UPT Rehabilitasi Sosial Bina Laras Pasuruan rata-

54
55

rata pasien yang mengalami self care deficit adalah pasien dengan jenis gangguan jiwa

halusinasi pendengaran.

Halusinasi pendengaran adalah adanya gangguan atau perubahan persepsi dimana

individu mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Penderita halusinasi

pendengaran yaitu mendengar suara-suara yang tidak berhubungan dengan stimulus

nyata yang orang lain tidak mendengarnya (Darmawan, 2014). Terdapat 4 fase terjadinya

halusinasi yaitu pertama, fase comforting dimana pada fase ini pasien mulai melamun,

memikirkan hal-hal yang menyenangkan, pasien nyaman dengan halusinasinya sehingga

melupakan personal hygiene dan menyebabkan self care deficit. Kedua,Fase condemming yaitu

fase dimana kecemasan pada pasien meningkat, melamun, merasakan bisikan tidak jelas,

menarik diri dan menyebabkan pasien mengalami self care deficit. Ketiga, Fase controling

yaitu fase dimana pasien mengalami kecemasan yang berat, adanya bisikan / suara yang

semakin menonjol, kemauan pasien dikendalikan oleh halusinasinya sehingga

mengakibatkan pasien tidak mempedulikan perawatan dirinya dan mengalami self care

deficit. Keempat, Fase conquering yaitu fase dimana pengalaman sensori pasien terganggu,

halusinasi berubah menjadi mengancam, pasien merasa dimarahi sehingga pasien tidak

berdaya dan menyebabkan ketidakmampuan dalam perawatan dirinya (Kusumawati,

2010)

Pada hasil penelitian diketahui selain pada jenis gangguan jiwa halusinasi

pendengaran pasien yang mengalami self care deficit yaitu pasien dengan harga diri rendah,

isolasi sosial dan waham. Pada pasien isolasi sosial bisa mengalami self care deficit

karenakan pada pasien ini mengalami gangguan maladaptif sehingga menganggu individu
56

dalam melakukan interaksi sosial, cenderung menyendiri, kurang sadar terhadap

lingkungn sekitar, mengalami penurunan aktivitas dan kurang energi sehingga ini bisa

menyebabkan individu kurang sadar terhadap perawatan dirinya. Selain pada pasien

halusinasi pendengaran dan isolasi sosial pasien harga diri rendah juga bisa mengalami self

care deficit hal ini dikarenakan pada pasien harga diri rendah menganggap bahwa harga diri

nya rendah, kehilangan rasa percaya dirinya dan menimbulkan rasa malu untuk

berinteraksi dengan orang lain, individu ini cenderung menutup diri, perilaku menutup

diri inilah yang menyebabkan terjadinya intoleransi aktivitas yang berpengaruh terhadap

ketidakmampuan dalam merawat diri secara mandiri (Basten, 2014).

Selain pada pasien halusinasi pendengaran, harga diri rendah dan isolasi sosial,

pasien waham juga bisa mengalami self care deficit dikarenakan pada pasien waham

mempunyai suatu keyakinan yang tidak sesuai dengan kenyataan tetapi keyakinan ini

terus menerus dipertahankan dan sulit untuk dikontrol, hal ini dikarenakan pasien

mengalami kerusakan kognitif dan menyebabkan pasien tidak bisa berfikir secara abstrak

sehingga pasien mengalami kesulitan dalam melakukan aktifitas sehari-hari salah satunya

yaitu perawatan diri (Keliat & Akemat, 2007)

Sesuai dengan teori diatas diketahui bahwasanya self care deficit bisa terjadi pada

gangguan jiwa dengan jenis halusinasi pendengaran, harga diri rendah, isolasi sosial, dan

waham. Hal ini dikarenakan pada pasien ini mengalami kerusakan kognitif dan tidak bisa

berfikir secara logis sehingga menyebabkan pasien tersebut mengalami gangguan dalam

berinteraksi dengan lingkungan sekitar karena mereka tidak percaya diri, merasa harga

dirinya rendah dan cenderung untuk menutup diri. Perilaku inilah yang menyebabkan
57

pasien mengalami intoleransi aktivitas dan berpengaruh terhadap aktifitas sehari-hari

yaitu termasuk dalam perawatan diri. Dan ini sudah sesuai dengan penelitian saya.

6.2 Gambaran nilai Self Care Deficit Sebelum dan Sesudah Diberikan Jadwal

Harian Activity Daily Living (ADL) di UPT Rehabilitasi Sosial Bina Laras

Pasuruan

Berdasarkan hasil pengumpulan data pretest sebelum diberikan intervensi jadwal

harian activity daily living didapatkan bahwa responden mampu menjawab 14 pertanyaan

dari 20 soal. dengan kriteria dari 40 responden, 1 responden termasuk dalam self care deficit

rendah, 14 respoden termasuk dalam self care deficit sedang, dan 25 responden termasuk

dalam self care deficit baik. Sedangkan alasan kenapa 1 responden termasuk dalam self care

deficit buruk yaitu karena reponden tersebut mengalami harga diri rendah sehingga

responden tersebut terlihat tidak percaya diri, apabila ditanya cenderung diam,

menunduk, sulit untuk diarahkan dan sulit berinteraksi dengan orang lain (Fitria, 2013).

Sedangkan alasan kenapa pada 14 responden termasuk dalam self care deficit sedang yaitu

karena responden tersebut mengalami kerusakan kognitif dan menyebab proses

berfikirnya berubah sehingga mereka kurang mengerti tentang pentingnya dari

melakukan perawatan diri dengan cara yang tepat. Dan alasan kenapa 25 responden

termasuk self care deficit baik hal ini dikarenakan pasien ini mengetahui pentingnya

perawatan diri, mandiri, dan sebagaian besar tindakan-tindakan dalam perawatan diri

sudah dilakukannya.
58

Sedangkan berdasarkan hasil dari posttest setelah dilakukannya intervensi jadwal

harian activity daily living didapatkan hasil rata-rata responden mampu menjawab 17

pertanyaan dari 20 soal. hal ini terbukti setelah dilakukan intervensi responden ada

peningkatan dari yang 1 responden termasuk dalam self care deficit rendah, 14 responden

self care deficit sedang dan 25 responden termasuk dalam self care deficit baik sekarang semua

responden termasuk dalam self care deficit baik. Dan berdasarkan hasil penelitian diketahui

bahwa dari data karakteristik rata-rata usia responden yaitu 40 tahun (dewasa) dan rata-

rata berjenis kelamin laki-laki.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Rochmawati, 2013) dalam

penelitiannya yang menyatakan bahwa pada pasien self care deficit paling banyak ditemukan

pada orang dewasa, hal tersebut dikarenakan pada usia dewasa merupakan usia dimana

seorang individu mendapatkan tuntutan dari lingkungan sekitar untuk

mengaktualisasikan dirinya sehingga stressor pada individu tersebut meningkat. Usia

berkaitan dengan kedewasaaan yang berarti semakin meningkatnya usia seseorang maka

semakin meningkat pula kedewasaan baik secara teknis maupun psikologis serta akan

semakin mampu melaksanakan tugasnya..

Pada penelitian lain menjelaskan bahwa jumlah pasien yang mengalami self care

deficit lebih banyak dialami oleh laki-laki. Hal ini didukung dalam penelitian (Laily, 2014)

yang menyatakan laki-laki lebih beresiko mengalami gangguan jiwa dibandingkan

perempuan. Karena mekanisme koping antara laki-laki dan perempuan pun berbeda

dalam memecahkan suatu masalah. Begitu juga dalam pelakukan perawatan diri salah

satunya faktor citra tubuh. Faktor citra tubuh adalah cara pandang seorang individu
59

terhadap bentuk tubuhnya. Seorang perempuan lebih peduli dengan citra tubuhnya

karena pada dasarnya perempuan cenderung ingin terlihat cantik dan sempurna di

hadapan lawan jenisnya. Hal inilah yang mempengaruhi personal hygiene perempuan

lebih baik dibandingkan laki-laki.

Pada penelitian yang dilakukan oleh (Yusuf, 2014) menyatakan bahwa dengan

diberikannya intervensi melalalui role model pada pasien self care deficit terbukti berpengaruh

dalam meningkatkan tingkat kognitif pasien, meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi

pasien sehingga kemampuan mereka untuk mandi, berdandan, makan dan toileting

meningkat. Dengan nilai p = 0,005 (p<α). Dengan nilai sebelum diberikan intervensi role

model yaitu baik 10%, sedang 70% dan buruk 20%. Dan setelah diberikannya intervensi

self care deficit pada pasien meningkat menjadi 100% baik.

Berdasarkan teori diatas diketahui bahwasanyaself care deficit lebih dominan pada

pasien dengan jenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan. Karena laki-laki

cenderung tidak peduli terhadap penampilannya berbeda dengan perempuan yang selalu

ingin dipandang selalu terlihat bersih dan cantik jika dipandang oleh semua orang. Selain

itu diketahui bahwa rata-rata usia responden yang mengalami self care deficit yaitu usia

dewasa (40 tahun) karena pada usia ini seorang individu mendapatkan tuntutan dari

lingkungan sekitar terutama oleh keluarga, untuk mengaktualisasikan dirinya. dan apabila

hal ini gagal akan menjadikan individu tersebut menyalahkan diri sendiri yang akhirnya

ditunjukkan dengan penurunan motivasi untuk merawat diri. Maka dari itu pasien

diberikan intervensi role model perawatan diri karena intervensi ini terbukti
60

dapatmeningkatkan tingkat kognitif, rasa percaya diri dan motivasi pada pasien self care

deficit. Dan hal ini sudah sesuai dengan penelitian saya.

6.3 Pengaruh Penerapan Jadwal Harian Activity Daily Living (ADL)

Terhadap Perbaikan Self Care Deficit Pada pasien Gangguan Jiwa di UPT

Rehabilitasi Bina Laras Pasuruan

Penerapan jadwal harian activity daily living (ADL) terhadap perbaikan self care deficit

pada pasien gangguan jiwa di UPT Rehabilitasi Sosial Bina LarasPasuruan ini dilakukan

dalam waktu 18 hari pada tanggal 15 April – 02 Mei 2019, dengan rincian fase conditioning

(pembiasaan) dilakukan pada hari ke 1-12, fase insight (pengertian) dilakukan pada hari ke

13-14dan fase role model pada hari ke 15-18.

Pada fase pertama yaitu fase conditioning (pembiasaan) dilakukan pada hari ke 1-

12. Dimana responden diajarkan cara melakukan perawatan diri mandi dengan tepat

pada hari 1-3, berdandan hari 4-6, makan pada 7-9 dan toileting pada hari ke 10-12. Dan

pada fase conditioning ini responden juga diberikan motivasi melalui penyuluhan tentang

manfaat dari melakukan perawatan diri dengan cara yang tepat dan kerugian dari tidak

melakukan perawatan diri dengan cara yang tidak tepat. Penyuluhan ini dilakukan hanya

sekali yaitu di hari pertama dengan tujuan untuk memberikan semangat kepada

responden dalam melakukan perawatan diri. Dan setelah dilakukan pembiasaan selama

12 hari responden mengalami peningkatan yang dimana awalnya responden kurang

mengerti bagimana langkah cara melakukan perawatan diri dengan cara yang tepat

sekarang responden berubah menjadi mengerti bagaimana langkah-langkah melakukan

perawatan diri dengan cara yang tepat.


61

Pada fase kedua, yaitu fase insight (pengertian) dilakukan pada hari ke 13-14

dimana seorang individu diberikan penyuluhan tentang apa pengertian dari self care deficit,

penyebab, tanda dan gejala, kerugian dari tidak melakukan perawatan diri dengan cara

yang tepat dan manfaat dari melakukan perawatan diri dengan cara yang tepat.

Penyuluhan ini dilakukan kembali dengan tujuan responden bisa lebih semangat dalam

melakukan perawatan diri dengan cara yang tepat dan kebiasaan yang sudah dilakukan

bisa melekat pada diri responden. pada fase insight ini responden mengalami peningkatan

dimana yang awalnya responden kurang mengerti apa manfaat dari melakukan perawatan

diri dengan cara yang tepat dan kerugian tidak melakukan perawatan diri dengan cara

yang tepat sekarang responden mampu menuliskan manfaat dam kerugian tersebut.

Pada fase ketiga yaitu fase role model dilakukan pada hari ke 15-18 yang dimana

pada fase ini peneliti memberikan contoh langsung kepada responden tentang langkah-

langkah melakukan perawatan diri mandi, berdandan, makan dan toileting dengan cara

yang tepat. Dan setelah itu responden melakukan apa yang sudah peneliti contohkan.

Pada fase role model ini responden mengalami peningkatan dimana yang awalnya

responden melakukan perawatan diri mandi, berdandan, makan dan toileting sesuai

dengan kemampuannya dan sebagian besar masih ada yang ditinggalkan sekarang

responden mampu melakukan perawatan diri dengan cara yang tepat. .

Hasil analisa uji Wilcoxon pemberian penerapan jadwal harian activity daily living

(ADL) dengan menggunakan program SPSS 16.00, diperoleh nilai signifikansi 0.000

(p<0.05), nilai Sig < taraf nyata (α) sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa H1

diterima, dengan demikian menunjukkanbahwa adanya pengaruh penerapan jadwal


62

harian activity daily living (ADL) terhadap perbaikan self aare deficit pada pasien gangguan

jiwa di UPT Rehabilitasi Sosial Bina Laras Pasuruan.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Hastuti, 2018) menunjukkan

bahwa pelaksanaan jadwal harian perawatan diri berpengaruh pada tingkat kemandirian

perawatan diri dengan nilai p = 0,000 (α<0,05. Dengan rata-rata skor kemandirian

merawat diri sebelum pelaksanaan jadwal harian adalah 15,65 dan setelah dilakukan

jadwal memperoleh rata-rata skor kemandirian adalah 6,45. Dalam penelitian lain yang

dilakukan oleh Laili (2014) menunjukkan bahwa dengan adanya aktivitas mandiri tentang

personal hygiene (mandi dan berpakaian, berdandan, makan, BAB dan BAK) terbukti

berpengaruh dalam meningkatkan self care deficit dengan nilai p = 0.000. dengan nilai

sebelum dilakukan aktivitas mandiri personal hygiene dengan kategori buruk sebanyak

60,7% dan kategori baik 39.3% sedangkan sesudah diajarkan aktivitas mandiri: personal

hygiene dalam kategori baik 92,9% dan kategori buruk 7.1%.

Sesuai dengan teori di atas diketahui bahwasanya pengaruh penerapan jadwal

harian terhadap pasien self care deficit pada pasien gangguan jiwa terbukti signifikan. Hal ini

dikarenakan dengan diberikan aktivitas terjadwal pasien akan bisa memanajemen

waktunya dengan hal-hal positif. Pasien memanfaatkan waktunya untuk belajar dan

membiasakan diri untuk melakukan perawatan diri dengan cara yang tepat. Dengan

pembiasaan inilah yang membuat pasien perilaku nya berubah dan bisa mandiri dalam

melakukan perawatan diri. Dan hal ini sudah sesuai dengan hasil penelitian saya.
63

6.2 Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini ada beberapa keterbatasan diantaranya :

1. Penelitian ini dilakukan untuk menilai perubahan perilaku di awal dan di

akhir saja, untuk pengembangan selanjutnya bisa dilakukan dengan observasi

setiap hari.

2. Responden cenderung menjawab sama, dikarenakan kuesioner hanya

menggunakan pertanyaaan dalam bentuk positif, bukan positif dan negatif.

6.3 Implikasi Untuk Keperawatan

Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa adanya penerapan jadwal harian

activity daily livingterhadap perbaikan self care deficit pada pasien gangguan jiwa dengan

menggunakan buku saku terbukti efektif dalam meningkatkan self care deficit pada pasiaen

gangguan jiwa. intervensi ini mudah dan praktis untuk di terapkan dan tidak

menimbulkan efek samping. Sehingga dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu

dijadikan cara bagi perawat dalam meningkatkan self care deficit pada pasien gangguan jiwa.
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh penerapan jadwal harian activity

daily living (ADL) terhadap perbaikan self care deficit pada pasien gangguan jiwa di UPT

Rehabilitasi Sosial Bina Laras Pasuruan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

a. Rata-rata nilai self care deficit sebelum diberikannya intervensi penerapan jadwal

harian activity daily living (ADL) menggunakan buku saku diperoleh rata-rata

perawatan diri baik sebanyak 62,5%. Hal ini dikarenakan belum diberikan

intervensi apapun, sehingga belum terjadi peningkatan nilai self care deficit pada

pasien gangguan jiwa.

b. Rata-rata nilai self care deficit sesudah diberikannya intervensi penerapan jadwal

harian activity daily living (ADL) menggunakan buku saku diperoleh rata-rata

perawatan dirinya 100% menjadi baik

c. Terdapat pengaruh penerapan jadwal harian activity daily living terhadap perbaikan

self care deficit pada pasien gangguan jiwa di UPT Rehabilitasi Sosial Bina Laras

Pasuruan.

64
65

7.2 Saran

Adapun saran yang diberikan dari peneliti berdasarkan hasil dari penelitian ini

yaitu sebagai berikut :

1. Bagi responden

Responden dapat memanfaatkan penerapan jadwal harian activity daily living dalam

bentuk buku saku ini untuk dibaca dan terus diaplikasikan dalam kehidupan

sehari-hari dengan tujuan untuk meningkatkan personal hygienenya.

2. Bagi Profesi Keperawatan

Peneliti berharap teman-teman sejawat terutama keperawatan bisa menerapkan

penerapan jadwal ini untuk meningkatkan personal hygiene pada pasien self care

deficit.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan bisa menyempurnakan penelitian ini dengan

cara melakukan observasi setiap hari dengan tujuan supaya hasil yang diperoleh

lebih valid.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: ANDI


AH. Yusuf. (2017). Modeling Participant Toward Self-Care Deficit On Schizoprenic
Clients. Jurnal Ners, 12(1),41-48.
AH. Yusuf., & Nihayati, H.E. (2015). Buku Ajar Kesehatan Jiwa. Jakarta Selatan: Salemba
Medika.
Andayani. (2012). Hubungan Karateristik Klien Skizofernia Dengan Tingkat Kemampuan
Perawatan Diri di Ruan Rawat Inap Psikiatri Wanita Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor.
Universitas Indonesia
Basten, R. (2014). Laporan Pendahuluan 7 (Tujuh) Kasus: Harga Diri Rendah Kronis, Isolasi
Sosial, Halusinasi, Waham, Deficit Perawatan Diri. Resiko Bunuh Diri dan Perilaku
Kekerasan Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Sambang Lihum. Banjarmasin : STIKES Suaka
Insan Banjarmasin.
Dahlan, S. M. (2014). Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan. (Edisi 6, Ed.). Jakarta:
Salemba Medika.
Dalami. (2009). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa. Jogjakarta: Trans Info
Media.
Darmawan, A. (2014). Hubungan Positif Belief dengan Frekuensi Kekambuhan Pada
Pasien Skizofrenia di Poliklinik RSJ Grhasia Yogyakarta. Retrieved from
http://digilib.unisayogya.ac.id
Dinas Kesehatan Kota Pasuruan. (2015). Profil Kesehatan Kota Pasuruan. Dinas Kesehatan
Kota Pasuruan.
Direja, A. H. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika
Firdaus, F., & Zamzam, F. (2018). Aplikasi Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Deepublish.
Hastuti, R. Y., & Rohmat, B. (2018). Pengaruh Pelaksanaan Jadwal Harian Perawatan
Diri Terhadap Tingkat Kemandirian Merawat Diri Pada Pasien Skizofrenia di RSJD
DR. RM Soedjarwadi di Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Keperawatan Jiwa,
16(Keperawatan Jiwa), 177–190. https://doi.org/10.30787/gaster.v16i2.2 94
Keliat, B.A. & Akemat. (2007). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.
Keliat, B. A. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC.
Kusumawati, F. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Laily, D. N., Rochmawati, D. H., & Targunawan. (2014). Pengaruh Aktivitas Mandiri:
Personal Hygiene Terhadap Kemandirian Pasien Defiict Perawatan Diri Pada
Pasien Gangguan Jiwa. Keperawatan Dan Kebidanan.
Lusiana, N. L, Andriyani, R., & Megasari, M. (2015). Buku Ajar Metodologi Penelitian
Kebidanan. Yogyakarta: Deepublish.

66
67

Maramis, W. (2010). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa (2nd ed.). Surabaya: Airlangga
University Press.
Maryanti. (2016). Epilepsi dan Budaya. Buletin Psikologi, 24, 22–31. DOI:
10.22146/bpsi.16358
Maulana, H. (2009). Promosi Kesehatan (5th ed.). Jakarta: EGC.
Mubarak, W., & Chayatin, N. (2009). Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Salemba Medika.
Mubarak, W., & Chayatin, N. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan
Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC.
Mukhripah, D., & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.
Mustikawati, A., & Kurnianingrum, W. (2018). Penerapan Forward Chaining Dalam
Meningkatkan Kemampuan Mandi Secara Mandiri Pada Remaja Dengan Mild
Intellectual Disability. Muara Ilmu Sosial, Humaniora, Dan Sen, XVI(2), 154–164.
Nanda-I. (2012). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.
Nasution. (2013). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Penerapan Personal
Higyene.
Nita, F. (2010). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika.
Nita, F. (2013). Laporan Pendahuluan Tentang Masalah Psikososial. Jakarta: Salemba Medika.
Noor, J. (2016). Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi & Karya Ilmiah. Jakarta:
Prenada Media.
Notoatmojo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Notoatmojo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik (3rd ed.). Jakarta: EGC.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman
Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan (2nd ed.). Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan praktis Edisi 3. Jakarta:
Salemba Medika.
Nursalam. (2016). Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis. (P. P. Lestari,
Ed.) (4th ed.). Jakarta: Salemba Medika.
Pinedendi, N., Rottie, J. V., & Wowiling, F. (2016). Pengaruh Penerapan Asuhan
Keperawatan Defisit Perawatan Diri Terhadap Kemandirian Personal Hygiene Pada
Pasien di RSJ. Prof.V.L.Ratumbuysang Manado Tahun 2016. Ejournal Keperawatan,
4(2), 1–7. https://doi.org/10.1074/jbc.M803111200
Potter, P., & Perry. (2005). Fundamental of Nursing Conseps, Process and Practice (Thrd).
Louis: Mosby Year Book.
68

Prabowo, E. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Praptomo, A. J., Anam, K., & Raudah, S. (2016). Metodologi Riset Kesehatan Teknologi
Laboratorium Medik dan Bidang Kesehatan Lainnya. Yogyakarta: Deepublish.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian RI tahun 2013. Jakarta.
RISKESDAS. (2018). Hasil Utama KEMENKES 2018 Kementerian Kesehatan Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Rochmawati, D. H. (2013). Manajemen Kasus Spesialis Jiwa Deficit Perawatan Diri Pada
Klien Gangguan Jiwa di RW 02 dan RW 12 Kelurahan Baranangsiang Kecamatan
Bogor Timur. Jurnal Keperawatan Jiwa, 1, 107–120.
Saryono, & Anggraini, D. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam Bidang
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Shannon S. (2009). Integratif approaches to pediatric mood disorder. Altern Ther Health
Med, 48–53.
Siyoto, S., & Sodik, M. A. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Literasi Media
Publishing.
Swarjana, I. K. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: ANDI.
Syahdrajat, T. (2015). Panduan Menulis Tugas Akhir Kedokteran & Kesehatan (1st ed.).
Jakarta: Kencana.
Tamher, S. & Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Tarwoto, W. (2009). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Timotius, K. H. (2017). Pengantar Metodologi Penelitian: Pendekatan Manajemen Pengetahuan
untuk Perkembangan Pengetahuan. Yogyakarta: ANDI.
Tomey, A. M., & Alligood, M. R. (2006). Nursing Theories and Their Work. (6th ed). St.
Louis : Mosby Years Book Inc
Usman, R. A. (2011). Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi: Teori dan Aplikasi. Bandung:
Alfabeta.
Videbeck, S. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Wass, S., Webster, P. J., & Nair, B. (2008). Delirium in the elderly. Oman Med J., 150–
157.
Wilkinson, J. M & Ahern, N. (2013). Buku Saku Diagnosis Keperawatan: diagnosis NANDA,
intervensi NIC, criteria hasil NOC (9th ed.). Jakarta: EGC.
Yosep, I. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.
69

Yosep, I. (2009). Keperawatan Jiwa (Revisi). Bandung: Revika Aditama.


Yusfidarwati. (2012). Meningkatkan Keterampilan Memotong Kuku Melalui Metode
Demonstrasi Bagi Anak Tunagrahita Ringan. Ilmiah, 1(1), 261.
70

Lampiran 1. Surat Kesediaan Menjadi Pembimbing 1


71

Lampiran 2. Surat Kesediaan Menjadi Pembimbing II


72
73

Lampiran 3. Lembar ACC Judul Skripsi FIKES UMM


74

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian


75

Lampiran 5. Lembar Informed Consent Responden

LEMBAR PERMOHONAN IZIN MENJADI RESPONDEN

Kepada:

Yth. Saudara/i.............

Di-Tempat

Dengan Hormat,

Dalam rangka untuk menyelesaikan tugas akhir Program Studi Ilmu


Keperawatan-Universitas Muhammadiyah Malang, Saya:

Nama : Zarotul Paujiah

Nim : 201510420311117

Dengan ini saya bermaksud mengadakan penelitian tentang “Pengaruh


Penerapan Jadwal Harian Activity Daily Living (ADL) Terhadap Perbaikan Self
Care Deficit Pasien Gangguan Jiwa di UPT Bina Laras”.

Berkaitan dengan hal diatas, saya memohon dengan kerendahan hati agar
saudara/i bersedia menjadi responden dalam penelitian ini dengan mengisi lembar
kuesioner. Hasil pengukuran pada penelitian ini akan dijamin kerahasiaannya.

Demikian permohonan saya, atas perhatian dan kerjasamanya saya ucapkan


terima kasih.

Malang, 11 April 2019

( )
76

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : ….........................................................................................................

Umur :....................

Jenis Kelamin :...........................................................................................

Dengan ini menyatakan bersedia untuk menjadi responden penelitian yang


dilakukan oleh Zarotul Paujiah (201510420311117), Mahasiswa Fakultas Ilmu
Kesehatan, Program Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang yang
berjudul “Pengaruh Penerapan Jadwal Harian Activity Daily Living (ADL) Terhadap
Perbaikan Self Care Deficit Pasien Gangguan Jiwa di UPT Bina Laras Pasuruan”. Saya
mengerti dan memahami bahwa penelitian ini tidak akan berakibat negatif terhadap saya,
oleh karena itu saya bersedia untuk menjadi responden pada penelitian ini.

Malang,...................2019

Responden

(............................)
77

Lampiran 6. Kuesioner Self Care Deficit


Perawatan Diri Mandi

Berilah tanda (√) pada jawaban yang dianggap benar

No Pernyataan Setuju Tidak

Setuju

1. Saya merasa perlu mandi dengan cara yang tepat

2. Saya merasa membutuhkan peralatan mandi (sabun, sikat gigi,

pasta gigi dan handuk)

3. Saya merasa perlu untuk menggantungkan pakaian dan handuk

saya di kapstok.

4. Saya merasa perlu untuk menyalakan kran, mengambil air

menggunakan gayung lalu membasahi seluruh tubuh saya ketika

mandi

5. Saya merasa perlu untuk menggosok gigi, mandi memakai sabun

dan menggunakan shampoo ketika mencuci rambut.

6. Saya merasa perlu untuk membersihkan badan saya menggunakan

sabun mulai dari wajah, telinga, leher, ketiak, badan dan kedua

kaki saya.

7. Saya merasa perlu menyiram seluruh badan saya menggunakan air

hingga bersih dan mengeringkannya menggunakan handuk.

8. Saya merasa perlu untuk menggunakan pakaian yang bersih

setelah mandi.
78

Perawatan Diri Makan

Berilah tanda (√) pada jawaban yang dianggap benar

No Pernyataan Setuju Tidak

Setuju

1. Saya merasa perlu mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.

2. Saya merasa mampu untuk mengambil makan dan minuman.

3. Saya merasa perlu menyuap makanan satu-persatu ke dalam mulut

saya dengan pelan sampai semua makanan saya habis.

4. Saya merasa perlu untuk membersihkan piring dan gelas yang

kotor ketika selesai makan.

Perawatan Diri Toileting

Berilah tanda (√) pada jawaban yang dianggap benar

No Setuju Tidak

Setuju

1. Saya merasa perlu untuk BAB (Buang Air Besar) dan BAK

(Buang Air Kecil) di toilet.

2. Saya merasa perlu untuk menyiram air kencing/tinja setelah

selesai BAB/BAK

3. Saya merasa perlu untuk mencebok area kemaluan hingga

bersih setelah BAB/BAK

4. Sayamerasa perlu untuk mencuci tangan dengan sabun sampai


79

bersih setelah melakukan BAB/BAK

Perawatan Diri Berdandan/Berhias

Berilah tanda (√) pada jawaban yang dianggap benar

No. Pernyataan Setuju Tidak

Setuju

1. Saya merasa perlu untuk berhias

Laki-laki (mencukur jenggot dan kumis 2 kali seminggu)

Perempuan (memakai bedak dan lipstik)

2. Saya merasa perlu untuk merapikan baju/kancing baju

3. Saya merasa perlu untuk menyisir rambut.

4. Saya merasa perlu untuk memotong kuku.


80

Lampiran 7. SOP Activity Daily Living (ADL)

Tahap Conditioning (pembiasaan)

1) Pada hari pertama peneliti akanmelakukan perkenalan diri, menjelaskan kontrak

waktu, memberikan edukasi, memberikan informed consent, memberikan pre test,

memberikan dan menjelaskan bagaimana menggunakan buku saku dan menjelaskan

bagaimana melakukan cara mandi yang benar.

2) Pada hari ke 2 dan 3pasien akan dilakukan review bagaimana melakukan cara

mandi dengan tepat.

Standart Operasional Prosedur Mandi

1) Mempersiapkan peralatan mandi (membawa handuk dan baju bersih, sabun,

sikat gigi dan pasta gigi)

2) Masuk ke kamar mandi, kemudian menutup pintu kamar mandi

3) Meletakkan handuk di gantungan atau kapstok

4) Membuka semua pakaian

5) Letakkan pakaian di gantungan atau di kapstok

6) Menyalakan keran air

7) Siapkan pasta gigi dan sikat gigi

8) Ambil air dengan gayung dan basahi sikat gigi

9) Tuangkan pasta gigi secukupnya pada sikat gigi

10) Kumur-kumur dan melakukan sikat gigi mulai dari depan ke belakang keatas

lalu ke bawah.

11) Mengambil air di ember dengan gayung


81

12) Siram seluruh tubuh dengan gayung yang terisi air sebanyak 4 sampai 5 kali

hingga tubuh basah secara keseluruhan

13) Ambil dan tuangkan shampoo secukupnya pada telapak tangan

14) Meletakkan telapak tangan ke rambut/kepala

15) Memijat seluruh daerah rambut hingga berbusa

16) Membilas rambut dengan air hingga bersih dari busa shampoo

17) Ambil dan basahi sabun yang sudah disediakan

18) Gosok sabun ke wajah, leher, dan belakang telingga

19) Gosok sabun ke lengan dan ketiak, badan dan punggung, kedua kaki dan jarinya

20) Bilas seluruh tubuh hingga bersih dan tidak ada busa sabun yang tertinggal

21) Keringkan tubuh dengan handuk dimulai dari rambut, wajah, leher, telinga,

lengan dan ketiak, badan, punggung dan kaki, hingga kering secara sempurna

22) Berpakaian (menggunakan pakaian baru)

23) Mengambil pakaian kotor, handuk dan peralatan mandi.

24) Keluar dari kamar mandi

(Mustikawati & Kurnianingrum, 2018)

3. pada hari ke 4, 5 dan 6 pasien akan dijelaskan bagaimana caramelakukan kegiatan

berdandan/berhias secara benar.


82

Standart Operasional Prosedur Berdandan (Pria)

1) Cukurlah jengot dan janggut 2 kali seminggu (bagi pasien yang tidak memelihara

janggut.

2) Merapikan baju

3) mengambil sisir

4) Letakkan sisir di atas kepala

5) Sisirlah rambut dengan membagi rambut menjadi 2, sisir sedikit demi sedikit

dari ujung ke pangkal sampai rapi

6) Simpanlah sisir dan alat cukur pada tempatnya

Standart Operasional Prosedur Berdandan (Wanita)

1) Rapikan Baju

2) Siapkan peralatan untuk berdandan (sisir, bedak, lipstik)

3) Duduk/berdiri di depan cermin

4) mengambil bedak, tuangkan ke telapak tangan

5) Pakai bedak dengan rata dan tipis

6) mengambil lipstik

7) Letakkan di bibir dengan rata dan tipis

8) Mengambil sisir

9) Letakkan di atas kepala

10) Sisirlah rambut dengan membagi rambut menjadi 2, sisir sedikit demi sedikit
83

dari ujung ke pangkal

11) Setelah licin, ikat rambut dengan rapi

(Budi ana & Akemat, 2007)

Standart Operasional Prosedur Memotong Kuku

1) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

2) Mengambil gunting kuku

3) Peganglah gunting kuku dengan posisi ibu jari pada bagian atas gunting kuku

dan telunjuk beserta jari tengah dibagian bawah gunting

4) Memasukkan gunting kuku pada bagian kuku yang panjang

5) Tekanlah jepitan supaya kuku yang panjang bisa terpotong

6) Lakukanlah secara bergantian sampai semua kuku sudah terpotong

7) Membersihkan bekas kuku yang sudah di potong

8) Simpan gunting kuku ke tempat semula

(Yusfidarwati, 2012)

4) Pada hari ke 7, 8 dan 9 pasien akan dijelaskan bagaimana melakukan cara makan

dengan tepat.

Standart Operasional Prosedur Makan

1) Cuci tangan menggunakan sabun

2) Mengambil makan dan minum

3) Duduk di tempat makan

4) Membaca doa sebelum makan

5) menyuap makanan satu-persatu ke dalam mulut dengan pelan


84

6) Selesai makan, Minum secara berlahan

7) Membersihkan piring dan gelas yang kotor

8) Mencuci tangan dengan sabun

9) Menempatkan alat makan pada tempatnya

5) Pada hari ke 10,11 dan 12 pasien akan dijelaskan bagaimana melakukan cara toileting

dengan tepat.

Standart Operasional Prosedur BAB/BAK

1) Menyiapkan sabun

2) Masuk ke kamar mandi, kemudian menutup pintu kamar mandi

3) Membuka celana sampai ke lutut

4) Duduk di atas WC sampai selesai BAB/BAK

5) Mengambil air di gayung

6) Membasuh kemaluan dan bokong dengan air bersih, pastikan tidak ada tinja/air

kencing yang tersisa di tubuh.

7) Siram tinja/air kencing sampai bersih

8) Cuci tangan menggunakan sabun sampai bersih

9) Pakai celana

10) Keluar dari kamar mandi


85

Tahap Insight (Pengertian/penjelasan)

Pada hari ke 13 dan 14 akan dilakukan Insight (pengertian). Tahap ini pasien

akan diberikan pengertian tentang apa definisi, penyebab, tanda dan gejala, kerugian dari

self care deficit dan manfaat dari melakukan activity daily living secara benarmelalui

penyuluhan. Setelah itu pasien menuliskan manfaat melakukan perawatan diri secara

tepat dan kerugian dari melakukan perawatan diri dengan cara yang tidak tepat di buku

saku masing-masing.

Tahap Role Model

Pada hari ke 15 peneliti akan mencontohkan langsung cara melakukan mandi dan

berdandan/berhias dengan benar dan pada hari ke 16 pasien akan mencoba cara

melakukan mandi dan berdandan/berhias dengan benar. Pada hari 17 peneliti akan

mencontohkan langsung bagaimana cara melakukan makan dan toileting dengan benar.

Pada hari ke 18 pasien akan mencoba bagaimana cara melakukan makan dan toileting

secara benar serta peneliti akan memberikan post test.


86

Lampiran 8. Surat Izin Penelitian dan Pengambilan Data


87

Lampiran 9. Surat Bukti Telah Melakukan Penelitian


88

Lampiran 10. Lembar Konsultasi Pembimbing I


89
90
91

Lampiran 11. Lembar Konsultasi Pembimbing II


92

Lampiran 12. Lembar Uji Plagiasi Bab I-IV


93

Lampiran 13. Lembar Uji Plagiasi bab V-VII


94

Lampiran 14. Hasil Uji Validitas


95
96

Lampiran 15. Hasil Uji Reabilitas

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100.0

Excludeda 0 .0

Total 20 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.680 20
97

Lampiran 16. Data Demografi

NO NAMA Jenis Usia Diagnosa Keperawatan


Kelamin
1 H L 48 Halusiniasi Pendengaran
2 MY L 25 Halusiniasi Pendengaran
3 AH L 40 Halusiniasi Pendengaran
4 MFR L 33 HDR
5 MS L 45 Waham
6 WS L 39 Halusiniasi Pendengaran,
waham
7 MAF L 12 Halusiniasi Pendengaran,
isolasi sosial
8 ED L 49 HDR
9 JP L 33 Halusiniasi Pendengaran
10 SW P 60 Waham
11 S L 58 Halusiniasi Pendengaran
12 IS P 46 Halusiniasi Pendengaran
13 WJ L 36 Halusiniasi Pendengaran
14 MA L 12 Isolasi Sosial
15 UL L 48 Isolasi Sosial
16 H L 32 Halusiniasi Pendengaran
17 NM P 34 Halusiniasi Pendengaran
18 SS P 37 Halusiniasi Pendengaran
19 MS L 46 Waham
20 YMS P 62 Halusiniasi Pendengaran
21 ES L 53 Halusiniasi Pendengaran
22 S L 54 Waham
23 M P 47 Halusiniasi Pendengaran
98

24 WY L 40 Halusiniasi Pendengaran
25 R L 39 HDR
26 NO P 29 Halusiniasi Pendengaran
27 AP P 13 HDR
28 H L 40 Isolasi Sosial
29 F P 60 Halusiniasi Pendengaran
30 M P 18 Isolasi sosial
31 D L 35 HDR
32 A L 40 Halusiniasi Pendengaran
33 TM P 40 Halusiniasi Pendengaran
34 W P 46 Halusiniasi Pendengaran
35 TA P 34 Halusiniasi Pendengaran
36 NK P 23 Halusiniasi Pendengaran
37 P L 30 Halusiniasi Pendengaran
38 W L 42 Halusiniasi Pendengaran
39 R L 49 Halusiniasi Pendengaran
40 P P 57 Halusiniasi Pendengaran

Frequencies

Statistics

Diagnose

N Valid 40

Missing 0

Mean 1.6250
99

Diagnose

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid halusinasi pendengaran 27 67.5 67.5 67.5

HDR 5 12.5 12.5 80.0

waham 4 10.0 10.0 90.0

Isolasi Sosial 4 10.0 10.0 100.0

Total 40 100.0 100.0


100

Lampiran 17. Pre Post Intervensi

Responden Pre Test Post Test

Responden 1 13 16
Responden 2 14 17
Responden 3 13 16
Responden 4 6 14
Responden 5 7 16
Responden 6 15 17
Responden 7 9 12
Responden 8 16 18
Responden 9 13 15
Responden 10 14 16
Responden 11 15 18
Responden 12 16 17
Responden 13 10 15
Responden 14 15 17
Responden 15 13 16
Responden 16 16 17
Responden 17 16 18
Responden 18 12 15
Responden 19 16 17
Responden 20 18 19
Responden 21 16 18
Responden 22 12 14
Responden 23 16 17
Responden 24 13 17
Responden 25 16 19
101

Responden 26 12 17
Responden 27 16 17
Responden 28 17 18
Responden 29 12 17
Responden 30 16 19
Responden 31 17 18
Responden 32 16 18
Responden 33 15 17
Responden 34 16 19
Responden 35 16 17
Responden 36 15 18
Responden 37 11 15
Responden 38 15 16
Responden 39 16 18
Responden 40 12 15
102

Lampiran 18. Uji Normalitas

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pre 40 100.0% 0 .0% 40 100.0%

post 40 100.0% 0 .0% 40 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

pre Mean 14.0500 .42660

95% Confidence Interval for Lower Bound 13.1871


Mean
Upper Bound 14.9129

5% Trimmed Mean 14.2778

Median 15.0000

Variance 7.279

Std. Deviation 2.69805

Minimum 6.00

Maximum 18.00

Range 12.00

Interquartile Range 3.75


103

Skewness -1.268 .374

Kurtosis 1.480 .733

post Mean 16.7500 .24219

95% Confidence Interval for Lower Bound 16.2601


Mean
Upper Bound 17.2399

5% Trimmed Mean 16.8333

Median 17.0000

Variance 2.346

Std. Deviation 1.53172

Minimum 12.00

Maximum 19.00

Range 7.00

Interquartile Range 2.00

Skewness -.862 .374

Kurtosis 1.084 .733

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

pre .213 40 .000 .865 40 .000

post .215 40 .000 .918 40 .007

a. Lilliefors Significance Correction


104

Lampiran 19. Uji Transformasi Data

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pre.transf 40 100.0% 0 .0% 40 100.0%

post.transf 40 100.0% 0 .0% 40 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

pre.transf Mean 1.1377 .01598

95% Confidence Interval for Lower Bound 1.1054


Mean
Upper Bound 1.1700

5% Trimmed Mean 1.1499

Median 1.1761

Variance .010

Std. Deviation .10108

Minimum .78

Maximum 1.26

Range .48

Interquartile Range .12


105

Skewness -1.949 .374

Kurtosis 4.288 .733

post.transf Mean 1.2221 .00661

95% Confidence Interval for Lower Bound 1.2088


Mean
Upper Bound 1.2355

5% Trimmed Mean 1.2251

Median 1.2304

Variance .002

Std. Deviation .04180

Minimum 1.08

Maximum 1.28

Range .20

Interquartile Range .05

Skewness -1.205 .374

Kurtosis 2.235 .733

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

pre.transf .223 40 .000 .782 40 .000

post.transf .229 40 .000 .891 40 .001

a. Lilliefors Significance Correction


106

Lampiran 20. Uji Wilcoxon

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

post - pre Negative Ranks 0a .00 .00

Positive Ranks 40b 20.50 820.00

Ties 0c

Total 40

a. post < pre

b. post > pre

c. post = pre

Test Statisticsb

post – pre

Z -5.553a

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test


107

Lampiran 21. Dokumentasi Penelitian


108
109

Anda mungkin juga menyukai