SKRIPSI
Disusun Oleh:
ZAROTUL PAUJIAH
201510420311117
SKRIPSI
Disusun Oleh:
ZAROTUL PAUJIAH
201510420311117
SKRIPSI
Disusun Oleh:
ZAROTUL PAUJIAH
NIM. 201510420311117
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
NIM : 201510420311117
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-
benar hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran orang lain,
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa tugas akhir ini adalah plagiasi,
Zarotul Paujiah
NIM. 201510420311117
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-
Nya saya dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul “Pengaruh Penerapan
Jadwal Harian Activity Daily Living (ADL) Terhadap Perbaikan Self Care Deficit Pasien
Gangguan Jiwa Di UPT Rehabilitasi Sosial Bina Laras”. Proposal skripsi ini merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep) pada Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
Dengan ini perkenankan saya mengucapkan terimakasih dengan hati yang tulus kepada:
1. Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi-Mu Ya Allah SWT yang yang tidak pernah
sedikitpun melupakan hamba-Mu yang selalu berbuat salah ini. Engkau selalu
memberi petunjuk dan kemudahan dalam setiap langkah ini.
2. Bapak Sukarji dan Nur Khotimah selaku orang tua saya yang selalu mendoakan
serta mensuport saya tanpa henti dan tanpa lelah.
3. Ibu Nur Lailatul Masruroh, S.Kep., Ns., MNS selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Malang.
4. Bapak Rosyidul ‘Ibad, M.Kep selaku Dosen Pembimbing 1 yang telah memberi
bimbingan, masukan,serta dorongan kepada saya dalam menyelesaikan proposal
skripsi ini.
5. Bapak Faqih Ruhyanuddin M.Kep, Sp.KMB selaku Dekan Program Studi Ilmu
Keperawatan dan Dosen Pembimbing 2 yang telah memberikan masukan,
motivasi, dukungan, serta dorongan kepada saya dalam proses peyusunan
proposal skripsi ini.
6. Bapak Zahid Fikri, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Dosen Wali Program Studi Ilmu
Keperawatan – C 2015.
7. Seluruh Dosen dan staf pengajar Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
8. Responden yang berperan aktif dan meluangkan waktu untuk penelitian saya
sehingga penelitian ini dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan.
iv
9. Teman-teman PSIK 2015 khususnya Novika Reza I.P, Fitri Wahyuni, Erlina
Agustin yang selalu memberi dukungan dan semangat dalam mengerjakan skripsi
ini.
10. Tidak lupa pula secara khusus teruntuk Anggun Nandra setiawan, Sandra Prilia
Anggraini, Sirotul Ba’diah, Nita Fitria dan Adelia Putri yang tak pernah lelah
memberi dukungan dan semangat dalam mengerjakan skripsi ini.
11. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat
saya sebutkan satu per satu.
Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian proposal skripsi ini.
Mohon maaf atas segala kesalahan dan ketidaksopanan yang mungkin telah saya perbuat.
Semoga Allah SWT senantiasa memudahkan setiap langkah-langkah kita menuju
kebaikan dan selalu menganugerahkan kasih sayang-Nya untuk kita semua.Amin.
Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas akhir skripsi ini masih jauh dari
sempurna oleh karena itu segala saran dan kritikan yang sifatnya membangun sangat saya
harapkan. Semoga tugas akhir skripsiini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan dunia
kesehatan khususnya dibidang keperawatan.
Zarotul Paujiah
v
ABSTRACT
Effect of Daily Schedule Implementation of Activity Daily Living (ADL) Towards
Repairing Self-Care Deficit on Mental Health Patients at UPT Rehabilitation
Social Bina Laras Pasuruan.
Introduction : Mental health patients often experienced self-care deficit as they suffer from
cognitive dysfunction, which resulted in interference in their day to day activity, most
notably being their daily self-care. The purpose of this research was to find the effect of
daily schedule implementation of activity daily living towards repairing self-care deficit
on mental health patients at UPT Rehabilitation Social Bina Laras Pasuruan.
Methods : this research used one group pre-test post-test design to 40 respondents with
patient inclusion criteria being: able to read, write, and comprehend speech, but had
problems with bathing, dressing, eating, and toileting properly.
Result : results of this research showed that mental patients most often associated with
self-care deficit were patients with auditory hallucinations. Before intervention it was
found that their rate of self-care was 62.5% well, while after intervention this rate rose to
100%. The result of this research was analyzed using the Wilcoxon test with p = 0.000
(α<0.05).
Keyword : Daily Schedule, Self Care Deficit, Mental Disorder, UPT Rehabilitation Social
vi
ABSTRAK
Introduction : Pasien gangguan jiwa sering mengalami self care deficit hal ini dikarenakan
pada pasien gangguan jiwa mengalami kerusakan kognitif sehingga pasien mengalami
hambatan dalam aktivitas sahari hari salah satunya adalah perawatan diri. Tujuan dari
penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh penerapan jadwal harian activity daily living
terhadap perbaikan self care deficit pada gangguan jiwa di UPT Rehabilitasi Sosial Bina
Laras Pasuruan.
Metods : penelitian ini menggunakan desain penelitian one group pretest posttest design
terhadap 40 responden dengan kriteria inklusi yaitu pasien yang mempunyai kemampuan
dalam membaca, menulis dan mengerti apa yang dimaksud, dan pasien yang memiliki
masalah ketidakmampuan dalam mandi dengan cara yang tepat, ketidakmampuan dalam
berdandan dengan cara yang tepat, ketidakmampuan dalam makan dengan cara yang
tepat, dan pasien yang memiliki ketidakmampuan dalam melakukan toileting dengan cara
tang tepat.
Result : hasil dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh pasien gangguan jiwa
ditemukan yang sering mengalami self care deficit adalah halusinasi pendengaran. Sebelum
dilakukan intervensi rata-rata perawatan dirinya 62,5% baik Dan setelah berikan
intervensi meningkat menjadi 100% pasien perawatan dirinya baik. Hasil dianalisis
menggunakan Uji wilcoxon dengan p = 0.000 (α<0.05).
Discussion : ada pengaruh penerapan jadwal harian activity daily living terhadap
perbaikan self care deficit pada pasien gangguan jiwa. hal ini dikarenakan pasien diberikan
penerapan jadwal yang berisikan tentang conditioning (pembiasaan). Insight (pengertian) dan
role model.
Kata Kunci : Jadwal Harian, Self Care Deficit, Gangguan Jiwa, UPT Rehabilitasi Sosial
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………..……………………………………………...i
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................................................ ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................................... iii
KATA PENGANTAR........................................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 6
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................................ 6
1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................................. 7
1.4.1 Bagi Perawat ............................................................................................... 7
1.4.2 Bagi Rumah Sakit Jiwa ............................................................................. 7
1.4.3 Bagi Penderita............................................................................................ 7
1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya .......................................................................... 7
1.5 Keaslian Penelitian ................................................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gangguan Jiwa ...................................................................................................... 10
2.1.1 Pengertian Gangguan Jiwa .................................................................... 10
2.1.2 Penyebab Gangguan Jiwa ...................................................................... 11
2.1.3 Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa ........................................................ 12
2.1.4 Jenis-jenis Gangguan Jiwa ..................................................................... 13
2.2 Self Care Deficit ....................................................................................................... 14
2.2.1 Pengertian Self Care Deficit ..................................................................... 14
2.2.2 Self Care Deficit Menurut teori Orem .................................................... 15
2.2.3 Tanda dan Gejala Self Care Deficit.......................................................... 17
viii
2.2.4 Penyebab Self Care Deficit ...................................................................... 19
2.2.5 Jenis-jenis Self Care Deficit ....................................................................... 20
2.2.6 Dampak dari Self Care Deficit.................................................................. 21
2.2.7 Penilaian Self Care Deficit........................................................................ 22
2.2.8 Teori Perubahan Perilaku ...................................................................... 22
2.3 Activity Daily Living ............................................................................................ 24
2.3.1 Pengertian Activity Daily Living ........................................................... 24
2.3.2 Macam-macam Activity Daily Living ................................................... 24
2.3.3 Faktor-Faktor Activity Daily Living......................................................... 25
2.3.4 Metode Pelaksanaan Activity Daily Living .......................................... 27
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep ................................................................................................ 29
3.2 Kerangka Konseptual .......................................................................................... 30
3.3 Hipotesis .............................................................................................................. 31
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian .................................................................................................. 32
4.2 Populasi, Sampling, dan Sampel......................................................................... 34
4.2.1 Populasi .................................................................................................... 34
4.2.2 Teknik Sampling ..................................................................................... 34
4.2.3 Sampel ...................................................................................................... 34
4.3 Variabel Penelitian ............................................................................................... 35
4.3.1 Variabel Independen .............................................................................. 36
4.3.2 Variabel Dependen ................................................................................. 36
4.4 Definisi Operasional ............................................................................................ 36
4.5 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................................ 37
4.6 Instrumen Penelitian ............................................................................................ 38
4.6.1 Kuesioner ................................................................................................. 38
4.7 Prosedur Pengumpulan Data ............................................................................. 41
4.8 Analisa Data .......................................................................................................... 44
4.8.1 Analisa Univariat ..................................................................................... 45
4.8.2 Analisa Bivariat........................................................................................ 45
4.9 Etika Penelitian ....................................................................................................... 46
ix
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Data Umum ............................................................................................................. 48
5.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ........................................ 49
5.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Gangguan Jiwa ........... 50
5.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Kategori Self Care Defisit Sebelum
Dan Sesudah Diberikan Intervensi ..................................................................... 51
5.2 Uji Normalitas ......................................................................................................... 51
5.3 Pengaruh Penerapan Jadwal Harian Activity Daily Living (ADL) Terhadap
Perbaikan Self Care Defisit Pada Pasien Gangguan Jiwa ..................................... 52
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Gambaran Jenis Gangguan Jiwa Pada Pasien Self Care Defisit ......................... 54
6.2 Gambaran Nilai Self Care Defisit Sebelum Dan Sesudah Diberikan Jadwal Harian
Activity Daily Living (ADL) .................................................................................... 57
6.3 Pengaruh Penerapan Jadwal Harian Activity Daily Living (ADL) Terhadap
Perbaikan Self Care Defisit ...................................................................................... 60
6.4 Keterbatasan Penelitian ........................................................................................ 63
6.5 Implikasi Keperawatan ........................................................................................ 63
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan jiwa adalah gangguan pada proses berpikir (cognitive), kemauan (volition),
keadaan-keadaan yang tidak normal yaitu gangguan pada fisik maupun juga mental hal ini
dapat dilihat dengan berbagai macam gejala yang diantaranya adalah ketegangan (tension),
cemas, gelisah, murung, rasa putus asa, hysteria, rasa lemah, tidak mampu mencapai
Menurut data World Health Organization (WHO, 2013) masalah gangguan jiwa
masih menjadi kasus permasalahan yang tinggi di Indonesia.Sekitar 450 juta orang di
dunia yang mengalami gangguan jiwa. WHO menyatakan setidaknya ada satu dari empat
orang didunia mengalami masalah mental. Di Indonesia penderita gangguan jiwa berat
mencapai 0,46 % dengan usia rata-rata diatas 15 tahun. Sedangkan, menurut data dari
(Riskesdas, 2013) gangguan jiwa di Indonesia masih cukup besar yaitu sebanyak 1,7 jiwa
atau 1 sampai 2 orang dari 1.000 warga di Indonesia mengalami gangguan jiwa yang
artinya 50 juta atau sekitar 25 % dari jumlah penduduk Indonesia mengalami gangguan
jiwa. Pada pasien gangguan jiwa permasalahan yang masih sering terjadi yaitu adanya
masalah self care deficit yaitu sebanyak 18 orang (100%) pasien yang mengalami
permasalahan self care deficit. Tahun 2018 jumlah pasien gangguan jiwa menurut tempat
tinggal yang dipasung dalam 3 bulan terakhir ini yaitu berjumlah 31,1% di pedesaan,
1
2
provinsi Jawa Timur ada sebanyak 2,2 jiwa yang mengalami gangguan jiwa dengan
jumlah total semua penduduk yaitu sebanyak 38.005.413 jiwa. Pada tahun 2015 jumlah
kunjungan jiwa di kota Pasuruan Jawa Timur yaitu sebanyak 5.289 orang. Berada pada
Trajeng 221 pasien, Puskesmas Kandangsari 736 pasien, Puskesmas Bugul Kidul
sebanyak 851 pasien, Puskesmas Sekargadung 836 pasien, Puskesmas Kebonagung 503
pasien, Puskesmas Karangketug 390 pasien, dan Puskesmas Gadingrejo yaitu sebanyak
sehingga akan mengalami kesulitan dalam melakukan aktifitas sehari-hari (Keliat, 2011).
Orang gangguan jiwa akan mengalami kehilangan motivasi dan yang berarti orang
tersebut kehilangan minat dalam hidup. Hal ini akan membuat pasien menjadi orang
yang malas. Sehingga mereka tidak mampu melakukan hal-hal lain kecuali makan dan
gangguan jiwa yang dialami. Gangguan jiwa disebabkan karena tekanan psikologis yang
disebabkan adanya tekanan dari luar maupun dari dalam individu. Selain itu faktor
ekonomi dan tekanan hidup juga turut andil dalam mempengaruhi banyaknya jumlah
penderita yang mengalami gangguan jiwa (Mukhripah, 2012). Pada orang yang
berkomunikasi hal ini dikarenakan gangguan realitas, gangguan kognitif serta akan
Kejadian yang sering terjadi pada pasien jiwa salah satunya adalah masalah self care
deficit yang diakibatkan karena stressor yang cukup berat dan sulit ditangani oleh klien
(klien bisa mengalami harga diri rendah) sehingga dirinya tidak mau mengurus atau
merawat dirinya sendiri baik dalam hal mandi, berpakaian, berhias, makan, maupun BAB
dan BAK (Nasution, 2013). Self care deficit adalah suatu kondisi dimana seseorang yang
mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan, dan toileting (Abdul, 2015).
Pasien gangguan jiwa dengan masalah self care deficit harus segera ditangani karena
apabila tidak segera ditangani akanmemiliki dampak fisik dan dampak psikososial. Pada
dampak fisik pasien gangguan jiwa akan mengalami gangguan integritas kulit, membrane
mukosa kulit, infeksi pada telinga dan mata dan juga gangguan fisik pada kuku hal ini
terjadi karena pasien tidak memelihara kebersihan dirinya. Sedangkan pada dampak
psikososial pada pasien self care deficit akan mengalami gangguan rasa nyaman, kebutuhan
dicintai dan mecintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan interaksi sosial hal ini
hygiene (Tarwoto, 2009). Hal ini dapat disimpulkan bahwa self care deficit pada pasien
Penelitian yang dilakukan oleh (Andayani, 2012) di Rumah Sakit Jiwa Khusus
Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Berdasarkan hasil yang diperoleh jumlah responden
yang mengalami self care deficit tinggi sebanyak 12 orang (20.0%) dimana yang personal
hygiene yang baik sebanyak 7 orang (11.7%) dan yang personal hygienenya kurang
sebanyak 5 orang, sedangkan responden yang self care deficit rendah sebanyak 48 orang
4
(80.0%) dimana personal hygiene baik sebanyak 10 orang (16.7%) dan yang personal
Pasien gangguan jiwa dengan self care deficit akan mengalami beberapa masalah
dalam kesehariannya secara umum yaitu pasien akan mengalami kesulitan dalam mandi,
kesulitan dalam berpakaian dan dandan, dan kesulitan untuk makan. Sedangkan secara
khusus yaitu pasien akan mengalami kesulitan menentukan peralatan apa saja yang perlu
dibawa saat mandi, apa saja yang harus dilakukan dan kapan waktu untuk melaksanakan
mandi, pasien akan kesulitan dalam berpakaian yaitu pasien bingung cara mengenakan
pakaian, memilih pakaian, dan cara mengancingkan baju, pasien kesulitan dalam
bagaimana mempersiapkan makanan dan cara makan yang benar, pasien juga akan
membersihkan diri setelah melakukan BAB/BAK dengan tepat dan cara menyiram
Berdasarkan data dari UPT Rehabilitasi Sosial Bina Laras ada 200 pasien yang
dirawat disana dengan jumlah pasien laki-laki sebanyak 139 pasien dan perempuan
sebanyak 61 pasien, dengan jumlah pasien yang mengalami gangguan halusinasi sebanyak
114 pasien, gangguan isolasi sosial 36 pasien, gangguan waham 10 pasien, gangguan self
care deficit 27 pasien, dan gangguan harga diri rendah sebanyak 13 pasien. Perawatan
selama ini pada masalah self care deficit ada pasien gangguan jiwa di UPT Rehabilitasi Sosial
Bina Laras yaitu masih bisa dikatakan kurang, karena perawat kesulitan dalam memantau
dikarenakan jumlah pasien yang terlalu banyak dan jumlah perawat yang terbatas.
Kondisi pasien disana ada yang terlihat bersih (rambut bersih dan rapi, kuku pendek,
5
kulit tidak ada daki, pakaian bersih) dan ada yang kurang bersih (rambut kotor, kuku
panjang, pakaian tidak rapi, kulit sedikit berdaki) karena ada 45% dari 100% pasienyang
mandi 2 kali sampai 8 kali sehari dengan menggunakan sabun dan ada pasien yang tidak
mandi. Dalam masalah berpakaian dan berdandan disana pasien melakukannya dengan
mandiri, mereka mengambil dan berdandan sendiri yaitu dengan merapikan rambut dan
memakai bedak untuk pasien perempuan, untuk pasien yang sudah membaik mereka
setiap hari ganti pakaian dan berdandan sendiri tetapi pada pasien yang kondisinya
belummembaik mereka tidak ganti pakaian dan tidak berdandan. Untuk masalah toileting
pada pasien yang sudah membaik kondisinya mereka BAB dan BAK selalu ke kamar
mandi dan untuk pasien yang kondisinya belum membaik mereka ada yang BAB dan
BAK di celana atau di sembarang tempat. Untuk kebutuhan makan disana disiapkan oleh
perawat dan dibantu oleh pasien yang piket dihari itu, untuk tempat makan disana
mereka dibagi menjadi dua grup, untuk grup yang sudah dalam kondisi baik mereka
makan selalu mencuci tangan dan makan menggunakan sendok. Tetapi untuk grup yang
kondisinya belum baik mereka tidak mencuci tangan dan makan tanpa menggunakan
sendok. Dari observasi di dapatkan presentase 45% pasien yang bisa mandi dan ganti
baju sendiri tanpa perintah. 55% pasien yang mandi dan ganti baju secara diperintah,
80% pasien BAB dan BAK di toilet, 20% pasien BAK di sembarang tempat, pada saat
makan 80% pasien makan menggunakan tangan tanpa cuci tangan, 10% pasien makan
menggunakan tangan tetapi mencuci tangan, 10% pasien makan menggunakan sendok.
Menurut (Dalami, 2009) karakteristik pada gangguan jiwa ada tiga yaitu gangguan
jiwa psikotik, gangguan jiwa neurotik dan depresi. Pada gangguan jiwa psikotik pasien
akan mengalami penurunan kemampuan dalam menilai keadaan yang sebenarnya atau
6
bisa disebut dengan halusinasi. Gangguan jiwa neurotik yaitu pasien akanmengalami
gangguan pada kepribadian atau mengalami konflik dalam jiwanya, tetapi pasien tersebut
tidak maenyadari bahwa ada hubungan antara gejala yang dirasakan dengan konflik
emosinya. Sedangkan depresi yaitu gangguan pada pasien jiwa akibat dysphoria (merasa
sedih), mudah tersinggung, putus asa dan juga mudah gelisah.Pasien ini mengalami
Penanganan pada pasien self care deficit biasanya pasien diajarkan dan dilatih oleh
perawat dalam pemenuhan kebutuhan perawatan diri, diberikan terapi prilaku dan juga
terapi suportif. Tetapi disini peneliti ingin melakukan cara lain untuk meningkatkan self
care deficit pada pasien gangguan jiwayaitudengan cara memberikan penerapan jadwal
harian perawatan diri. Pelaksanaan jadwal harian perawatan diri ini bermanfaat untuk
Berdasarkan latar belakang masalah diatas tersebut maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah adakah pengaruh penerapan jadwal harian activity daily living terhadap
Untuk mengetahui pengaruh penerapan jadwal harian activity daily living terhadap
harian activity daily living terhadap perbaikan self care deficit pada pasien gangguan jiwa
sehingga mengetahui bagaimana cara supaya pada pasien gangguan jiwa bisa belajar lebih
Sebagai saran dan gambaran bagi pasien gangguan jiwa tentang pentingnya self
care deficit pada pasien gangguan jiwa dengan menggunakan jadwal harian activity daily living
Dapat dijadikan sebagai data dasar bagi peneliti lain untuk kepentingan
pengetahuan ilmu berkaitan dengan self care deficit pada pasien gangguan jiwa.
8
pasien di RSJ Prov. V.L. Ratumbuysang di manado 2016, Penelitian ini bertujuan
banyak berada pada kategori ketergantungan sedang, maka dari itu sebaiknya
disimpulkan setiap naik satu tingkat dukungan akan diikuti satu tingkat
2. Penelitian (AH. Yusuf, 2014) dengan judul modeling participant toward self-care
perawatan diri pada pasien (p=0.005). Berdasarkan hasil penelitian maka dapat
diberikan intervensi, maka dari itu sebaiknya kontribusi pada perawat agar selalu
modeling lebih optimal agar kemandirian personal hygiene supaya pasien bisa
TINJAUAN PUSTAKA
Gangguan jiwa menurut PPDGJ III adalah sindrom pada pola berprilaku
seseorang secara khas berkaitan dengan suatu geajala penderitaan (distress) atau hendaya
(impairment) didalam satu atau lebih fungsi yang berperan penting di dalam tubuh
manusia, yaitu fungsi psikologik, perilaku biologik dan gangguan ini tidak hanya terletak
didalam hubungan antara individu tersebut tetapi juga dengan masyarakat sekitar
(Maramis, 2010).
diri pada lingkungan, serta berintegrasi dan berinteraksi dengan baik, tepat, dan bahagia
dengan adanya nyeri atau cacat yang disebabkan karena adanya penurunan satu atau lebih
suatu fungsi yang penting atau resiko peningkatan kematian, nyeri, kecacatan, atau
Kesehatan Jiwa Tahun 2014 kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi dimana seorang
individu dapat berkembang baik secara fisik, mental, spiritual dan sosial individu tersebut
dapat menyadari kemampuannya sehingga dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara
10
11
World Health Organization (WHO) pada tahun 2008 menjelaskan kriteria orang
yang sehat jiwanya adalah orang yang dapat melakukan delapan kegiatan ini diantaranya
yaitu orang yang mampu menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun
kenyataan itu kurang baik, orang yang merasa bebas secara relatif dari kecemasan dan
ketegangan, orang yang memperoleh kepuasan dari usahanya atau perjuangan hidupnya,
orang merasa lebih puas untuk member dari pada menerima, orang yang mampu
berhubungan dengan orang lain secara tolong-menolong dan mampu memuaskan, orang
yang mempunya rasa kasih sayang yang besar, orang yang mampu menerima kekecewaan
untuk digunakan sebagai pelajaran di kemudian hari, dan orang yang mengarahkan rasa
3. Faktor psikologik (psikogenik), faktor ini terkait dengan interaksi ibu dan anak,
kemampuan untuk menghadapi masalah. Apabila keadaan ini kurang baik, maka
4. Faktor sosial budaya, faktor ini meliputi kestabilan keluarga, pola mengasuh anak,
Tanda dan gejala gangguan jiwa secara umum ada lima yaitu pertama, adanya
rasa tegang (tension), rasa putus asa dan murung, gelisah, cemas, rasa lemah, takut,
berfikir buruk. Kedua, adanya gangguan kognisi pada persepsi merasa mendengar
membakar rumah, padahal orang disekitarnya tidak mendengarnya dan suara tersebut
sebenarnya hanya muncul dari dalam individu sebagai bentuk kecemasan yang sangat
berat dia rasakan. Hal ini sering disebut halusinasi, klien bisa mendengar sesuatu, melihat
sesuatu atau merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada menurut orang lain. Ketiga,
adanya gangguan kemauan klien memiliki kemauan yang lemah (abulia), susah membuat
keputusan atau memulai tingkah laku, susah sekali bangun pagi, mandi, merawat diri
sendiri sehingga terlihat kotor, bau, dan acak-acakan. Keempat, adanya ganggaun emosi
klien merasa senang, gembira yang berlebihan (Waham kebesaran). Klien merasa sebagai
orang penting, sebagai raja, pengusaha, orang kaya, titisan Bung Karno tetapi dilain
waktuia bisa merasa sangat sedih, menangis, tak berdaya (depresi) sampai ada ide ingin
melakukan pergerakan yang berlebihan naik keatas genting berlari, berjalan maju
mundur, meloncat-loncat, melakukan apa-apa yang tidak disuruh atau menentang apa
yang disuruh, diam lama tidak bergerak atau melakukan gerakan aneh (Yosep, 2009).
13
Menurut (Yosep, 2009) Tanda dan Gejala Gangguan jiwa juga bisa dilihat dari
kedaan fisiknya yaitu meliputi suhu badan pasien yang berubah, pada orang normal yaitu
orang mempunyai suhu badan sekitar 37 derajat celcius. Sedangkan pada orang yang
perubahan suhu. Kedua, bisa dilihat dari denyut nadi pasien, karena biasanya pada orang
gangguan jiwa nadinya akan berirama lebih cepat dari pada orang yang normal. Ketiga
yaitu nafsu makan yang berkurang, karena biasanya seseorang yang sedang terganggu
Menurut (Kusumawati, 2010) gangguan jiwa secara umum dibagi menjadi dua,
1. Psikotik adalah suatu gangguan jiwa yang djtandai dengan kehilangan rasa
kenyataan yaitu meliputi (1) Delirium yaitu suatu kegagalan otak secara akut yang
gangguan neurologis umum secara kronis yang biasanya ditandai dengan adanya
kejang secara berulang tanpa alasan, kejang sementara dan gejala dari aktivitas
neuronal yang abnormal (Maryanti, 2016); (3) Dementia yaitu sindrom klinis
yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan memori yang berat sehingga
menyebabkan disfungsi hidup sehari –hari (Nugroho, 2008); (4) Skizofrenia yaitu
gangguan pada otak sehingga persepsi, pikiran, emosi, tingkah laku dan
klienyang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat
14
diubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien
yang sudah kehilangan control (Direja, 2011); (6) Gangguan mood yaitu suatu
masalah psikiatri yang muncul dari adanya gangguan depresi (Shannon S, 2009);
2010).
tersebut masih bisa menjalankan kebutuhan sosialnya dengan wajar tetapi tidak
bisa berfungsi secara optimal yaitu meliputi : (1) Gangguan cemas yaitu suatu
perasaan tidak santai yang samar-samar karena ketidaknyamanan atau rasa takut
yang disertai suatu respon (penyebab tidak spesifik atau tidak diketahui oleh
individu) (AH. Yusuf et al., 2015); (2) Gangguan psikoseksual yang meliputi
fisiknya (Kusumawati, 2010); (5) Menarik diri/isolasi sosial yaitu keadaan dimana
seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu
Self care deficit adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami kelainan dalam
mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian
kotor, bau badan, bau napas, dan penampilannya tidak rapi. Self care deficit merupakan
15
salah satu masalah yang timbul pada pasien gangguan jiwa. Keadaan ini merupakan gejala
prilaku negatif dan menyebabkan penderita dikucilkan baik dalam keluarga maupun
Self care deficit adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
sesuai dengan kondisi kesehatannya. Klien dinyatakan terganggu perawatan dirinya jika
Self care deficit adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan
kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri
seperti mandi (hygiene), berpakaian atau berhias, makan dan toileting (Nita Fitria, 2010).
Self Care Deficit adalah situasi di mana seorang mengalami hambatan untuk
melakukan kegiatan perawatan diriseperti mandi, berganti pakaian, makan dan eliminasi
yang disebabkan gangguan kognitif atau gangguan persepsi (Wilkinson, J. M & Ahern,
2013).
Menurut Orem Self Care Deficit muncul ketika hubungan antara efek perawatan
diri dan kebutuhan seseorang tidak tercukupi. Perawatan diperlukan saat seorang
mandiri. Hal ini tergantung pada usia, jenis kelamin, keadaan kesehatan,
16
Kegiatan ini dimulai dengan perilaku self caring pada individu. Seseorang
yang ada pada setiap individu yang berkaitan dengan fungsi kemanusiaan dan
Seperti mencari pengobatan yang tepat pada saat sakit (Tomey & Alligood,
2006).
Tanda dan gejala self care deficit menurut (Nita Fitria, 2010) yaitu :
1. Mandi/hygiene
memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air
2. Berpakaian/berhias
mengenakan sepatu.
3. Makan
menurut cara yang diterima oleh masyarakat, mengambil gelas atau cangkir,
4. Eliminasi
Menurut Depkes (2000) dalam Markhiyah (2012), tanda dan gejala pada pasien
1. Fisik
5) penampilan
2. Psikologis
3. Sosial
1) Interaksi kurang
2) Kegiatan kurang
19
cukup berat dan sulit ditangani oleh pasien (pasien bisa mengalami harga diri rendah),
sehingga dirinya tidak mampu mengurus atau merawat dirinya sendiri baik dalam hal
1. Faktor Predisposisi
1) Perkembangan
2) Biologis
perawatan diri.
perawatan diri.
4) Sosial
2. Faktor Presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi self care deficit adalah kurang penurunan
Menurut (Nanda-I, 2012) dalam Markhiyah (2014), jenis Self Care Deficit dibagi
menjadi :
sendiri.
sendiri.
Jenis-jenis Self Care Deficit menurut AH. Yusuf (2015) yaitu meliputi :
1. Kebersihan Diri
Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, pakaian kotor, bau badan, bau
Kurangnya minat dalam memilih pakaian yang sesuai, tidak menyisir rambut, atau
mencukur kumis.
3. Makan
dari piring ke mulut, dan makan hanya beberapa suap makanan dari piring.
4. Toileting
Menurut (Mukhripah, 2012) dampak dari Self Care Deficit yaitu meliputi :
1. Dampak Fisik
Dampak yang sering dialami seseorang yang tidak melakukan perawatan diri
secara benar salah satunya adalah terjadinya gangguan fisik seperti : gangguan
integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan
2. Dampak Psikososial
rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mecintai, kebutuhan harga diri, akutualisasi
Penilaian pada self care deficit peneliti menggunakan alat ukur berupa kuisioner
dengan berskala Guttman. Skala Guttman yaitu merupakan skala yang menginginkan tipe
jawaban tegas terhadap masalah yang sedang diteliti, dan hanya ada dua interval, yaitu
setuju dan tidak setuju. Skala ini dibuat dalam bentuk pilihan ganda maupun
checklist.Jawaban dari responden dibuat dengan skor tertinggi “satu” dan skor terendah
yaitu “nol”.
Kelebihan penilaian dengan menggunakan Skala Guttman ini yaitu baik untuk
meyakinkan hasil penelitian mengenai kesatuan dimensi sikap atau sifat yang sedang di
teliti (Usman, 2011). Pada penelitian ini peneliti mengkategorikan pada Skor 0-6 yaitu
dikategorikan sebagai Self Care Deficit buruk, Skor 7-13, dikategorikan sebagai Self Care
Deficit sedang dan Skor 14-21, dikategorikan sebagai Self Care Deficit baik.
Menurut (Maulana, 2009) agar sesuai harapan perilaku seseorang dapat dirubah
1. Conditioning (pembiasaan)
Berdasarkan teori belajar conditioning yang dikemukakan oleh beberapa ahli seperti
skinner dan pavion, bahwa untuk pembentukan perilaku perlu dilakukan dengan
cara :
bagian kecil dalam pembentukan suatu perilaku sesuai apa yang diinginkan,
23
kemudian disusun dalam urutan yang tepat agar sesuai dengan apa yang
diharapkan.
sehingga tindakan akan sering dilakukan dan akhirnya perilaku kedua dan
2. Insight (pengertian)
Menurut Kohler tokoh psikologi Gestalt hal yang terpenting dalam belajar adalah
pengertian bahwa pasien setiap hari harus mandi agar badan bersih, nyaman,
3. Role Model
Menurut Bandura berdasarkan Teori Belajar Social (Social Learning Theory) pada
atau model.Disini perawat sebagai contoh bagaimana cara melakukan ADL yang
benar.
24
Activity Daily Living (ADL) adalah aktivitas sehari-hari yang dilakukan seseorang
dalam setiap harinya. Aktivitas ini mencakup makan, berpakaian, eliminasi, mandi,
menyikat gigi dan berdandan/berhias dengan tujuan untuk memenuhi perannya sebagai
merawat dirinya sendiri (Self Care) yang dimulai dari bangun tidur, berpakaian, ke kamar
Macam-macam Activity Daily Living menurut (Tamher, 2009) dibagi dalam tiga
kategori yaitu:
ADL merupakan ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat
1) Mandi
seluruh bagian tubuhnya baik mandi dengan pancuran (shower) atau masuk
2) Berpakaian
dalam lemari atau laci, mengenakan baju sendiri, dan memasang kancing atau
resleting
25
3) Toileting
4) Makan
IADL yaitu aktivitas yang lebih kompleks yang mendasar bagi situasi kehidupan
rekreasional.
2. Kesehatan Fisik
3. Status Mental
Gangguan mental seperti depresi, perasaan tertekan, cemas, atau stress dapat
4. Gaya Hidup
Seseorang dengan pola hidup yang sehat atau kebiasaan makan yang baik
6. Nutrisi
mudah lelah.
27
7. Faktor Sosial
Seseorang dengan tingkat kesibukan yang tinggi secara tidak langsung akan sering
Asuhan keperawatan pada pasien Self Care Deficit dibagi 3 tahap yaitu : pada tahap 1
yaitu dilakukan Conditioning (pembiasaan). Pada tahap ini akan dilakukan selama 12
hari, pada hari pertama akan melakukan perkenalan diri, kontrak waktu, edukasi,
bagaimana cara menggunakan buku saku dan mengajari bagaimana melakukan cara
mandi secara benar. Pada hari kedua dan ketiga akan dilakukan review bagaimana cara
melakukan cara mandi secara benar. Pada hari keempat sampai keenam akan dijelaskan
bagaimana cara melakukan cara berdandan/berhias secara benar. Pada hari ketujuh
sampai kesembilanakan dijelaskan bagaimana cara melakukan makan secara benar. Pada
hari kesepuluh sampai keduabelas akan dijelaskan bagaimana cara melakukan toileting
secara benar ditambah dengan cara melakukan memotong kuku dengan benar. Pada
tahap kedua akan dilakukan Insight (pengertian). Tahap ini pasien akan akan diberikan
pengertian tentang apa definisi, penyebab, tanda dan gejala, kerugian dari self care deficit,
dan manfaat dari melakukan activity daily living secara benar melalui penyuluhan. Pada
tahap ketiga yaitu Role Model, disini peneliti memberikan contoh bagaimana cara
melakukan Activity Daily Living secara benar. Pada hari ke limabelas penelitiakan
dan pada hari ke enambelas pasien akan mencoba cara melakukan mandi dan
28
langsung bagaimana cara melakukan makan dan toileting dengan benar. Pada hari ke
delapanbelas pasien akan mencoba bagaimana cara melakukan makan dan toileting
seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan antara variabel yang dianggap
penting dengan tujuan untuk memecahkan suatu masalah atau hal yang akan diteliti
litelatur dan teori yang sudah ada. Selain itu kerangka konsep penelitian ini berfungsi
untuk mengarahkan aspek metode yang saling berkaitan sebagai pembedahan dalam
masalah penelitian, serta berfungsi untuk menjelaskan keterkaitan hubungan antar vaiabel
dari penelitian.
penerapan jadwal harian Activity Daily Living (ADL) terhadap perbaikan Self Care Deficit
29
30
Gangguan jiwa
1. Psikotik
- Delirium
- Demensia
- Skizofrenia
- Halusinasi
2. Non Psikotik
- Cemas
- Gangguan kepribadian
- Menarik Diri
Perubahan Perilaku
1. Conditioning (Pembiasaan)
2. Insight (Pengertian)
3. Role Model Keterangan:
: Diteliti
Pasien Mampu Melaksanakan Perawatan
diri Secara Benar : Tidak Diteliti
: Pengaruh
Gambar 3.1 Kerangka Konsep pengaruh penerapan jadwal harian Activity Daily Living
(ADL) terhadap perbaikan Self Care Deficit pasien gangguan jiwa
31
3.3 Hipotesis
sementara atau prediksi yang spesifik tentang hubungan antara dua variabel atau lebih
yang berdasarkan dari dua sumber, yaitu teori yang ada dan penelitian sebelumnya.
berikut:
H1 :Ada pengaruh penerapan jadwal harian Activity Daily Living (ADL) terhadap
perbaikan Self Care Deficit pasien gangguan jiwa di UPT Rehabilitasi Sosial Bina
Laras.
BAB IV
METODE PENELITIAN
Desain penelitian dalam arti luas adalah semua proses yang diperlukan dalam
perencanaan dan pelaksanaan dalam suatu penelitian, desain penelitian ini mencangkup
semua struktur penelitian yang diawali dengan ditemukannya ide penelitian sampai
dengan diperolehnya hasil penelitian. Desain penelitian dalam arti sempit adalah
pendeskripsian secara jelas tentang hubungan antara variabel, pengumpulan data, dan
analisa data (Siyoto & Sodik, 2015). Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian,
maka penelitian menggunakan desain penelitian one group pretest posttest design yaitu
peneliti memberikan pretest sebelum diberikan perlakuan dan posttest setelah memberi
perlakuan (Sugiyono, 2012). Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui Pengaruh
Penerapan Jadwal harian Activity Daily Living (ADL) terhadap perbaikan Self Care Deficit
penelitian, mulai dari populasi, teknik sampling yang akan digunakan, hingga jumlah
sampel yang didapat, dan seterusnya yang merupakan seluruh rangkaian kegiatan dari
32
33
Kesimpulan
4.2.1 Populasi
Populasi adalah sekelompok subjek atau data dengan kriteria tertentu yang
dijelaskan secara spesifik tentang siapa dan golongan mana yang menjadi sasaran dalam
sebuah penelitian (Firdaus & Zamzam, 2018). Populasi pada penelitian ini yaitu
berjumlah 200 pasien gangguan jiwa di Panti Rehabilitasi Sosial Bina Laras, Pasuruan.
Sampling adalah suatu proses menyeleksi dari populasi untuk dapat mewakili
populasi. Teknik sampling adalah suatu cara yang dilakukan untuk pengambilan sampel
oleh seorang peneliti, dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan
keseluruhan subjek dalam penelitian (Nursalam, 2008). Teknik pengambilan sampel pada
penelitian ini yaitu menggunakan cara purposive sampling. Purposive sampling adalah suatu
teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai apa yang
4.2.3 Sampel
Sampel adalah suatu bagian dari populasi yang digunakan sebagai subjek
penelitian dari hasil strategi sampling (Swarjana, 2015). Sampel dalam penelitian ini
berjumlah sebanyak 40 pasien yang bisa membaca dan mengerti artinya di Panti
populasi yang akan diteliti (Syahdrajat, 2015). Kriterisa inklusi dalam penelitian ini, yaitu :
maksud.
tepat.
Kriteria eksklusi yaitu menghilangkan subjek yang tidak sesuai dengan kriteria
pada suatu penelitian yang di karenakan beberapa sebab (Syahdrajat, 2015). Kriteria
1. Fase krisis.
2. Kesadaran berubah
Variabel penelitian adalah suatu perilaku atau karakteristik dari individu yang
akan menjadi objek pengamatan dalam penelitian, sehingga akan memberikan nilai yang
beda terhadap sesuatu. Variabel dapat berupa fisik yaitu berupa pikiran yaitu kecemasan
(Swarjana, 2015).
36
menyebabkan terjadinya suatu perubahan atau pengaruh terhadap variabel lain, akibat
dari cause yang ditimbulkannya maka variabel ini disebut sebagai variabel independen atau
variabel bebas (Swarjana, 2015). Variabel independen atau variabel bebas pada penelitian
Variabel dependen adalah variabel yang dapat mengalami suatu perubahan yang
diakibatkan oleh variabel independen (Timotius, 2017), oleh karena itu variabel ini
disebut dengan variabel terikat atau variabel tergantung (Swarjana, 2015). Variabel
dependen atau variabel terikat dalam penelitian ini adalah Peningkatan Self Care Deficit.
Definisi operasional adalah uraian dari batasan variabel yang dimaksud atau
tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2012). Definisi
operasional adalah bagian yang mendefinisikan variabael atau konsep agar dapat diukur
dengan cara melihat indikator dari suatu variabel atau konsep, indikator ini dapat berupa
perilaku atau karakteristik. Definisi operasional ini tidak boleh mempunyai makna yang
Instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data agar penelitian bisa lebih mudah dan bisa mendapatkan hasil yang
baik (lengkap, cermat, dan sistematis) sehingga bisa lebih mudah untuk diolah (Saryono
& Anggraini, 2013). Pada penelitian ini menggunakan instrument alat ukur berupa
kuesioner untuk mengetahui pengaruh Penerapan Jadwal Harian Activity Daily Living
(ADL) Terhadap Perbaikan Self Care Deficit Pasien Gangguan Jiwa di UPT Rehabilitasi
4.6.1 Kuesioner
Kuesioner merupakan suatu alat atau metode dalam pengumpulan data pada
individu yang berisi tentang pertanyaan tertulis dan diberikan kepada responden untuk
dijawabnya (Praptomo, Anam, & Raudah, 2016). Kuesioner dalam penelitian ini yaitu
dibuat oleh peneliti sendiri yang merupakan kuesioner perawatan diri berdasarkan
penelitian sebelumnya.Kuesioner ini terdiri dari 21 item yang dibagi menjadi mandi (1-8),
pada skala Guttman dengan pilihan jawaban yang tersedia yaitu : setuju diberi (Skor 1) dan
tidak setuju diberi (skor 0). Hasil dari jawaban kuesioner tentang perawatan diri ini akan
dikelompokkan menjadi:
Untuk mendukung hasil yang diharapkan, maka perlu dilakukannya uji validitas
1. Uji Validitas
Validitas yang berasal dari kata validity merupakan suatu standart ukur yang
suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut mengukur apa yang
hendak diukur dan dikatakan validitas yang tinggi apabila hasilnya sesuai dengan
kriteria atau memiliki kesejajaran antara instrumen dan kriteria (Lusiana et al.,
2015). Uji validitas dikatakan valid jika pada item tersebut nilai r hitung lebih
besar dari r tabel sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari r tabel maka item
tersebut tidak valid untuk digunakan sebagai kuesioner penelitian. Uji validitas ini
pada r tabel menggunakan rumus df= n-2 dengan α = 0,05, maka akan menjadi
df=25-2 (df=23), jika uji validitas menggunakan SPSS makan dikatakan valid jika
2) Jika nilai r hitung < r tabel maka pertanyaan itu tidak valid
2) Jika nilai sig. > 0,05 maka pertanyaan tersebut tidak valid
40
Tabel 4.2 Tabel Hasil Uji Validitas Kuesioner Self Care Deficit
Sehingga pertanyaan 1 yang tidak valid dan diganti dengan pertanyaan baru.
41
2. Uji Reabilitas
sesuatu objek yang memiliki konsistensi atau relatif tidak berubah walaupun
angka dan biasanya sebagai koefisien, dimana jika koefisien tinggi maka
menggunakan SPSS (Statitical Product for Social Sciences). Uji reliabilitas dikatakan
Berdasarkan hasil uji reliabilitas, didapatkan hasil bahwa pada variabel self
care deficit memiliki koefisien alpha sebesar 0.680 sehingga variabel tersebut
karakteristik yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan untuk menjawab suatu rumusan
teknik wawancara, kuesioner, pengamatan, studi dokumentasi, dan fokus grup diskusi
1. Tahap Persiapan
Pengumpulan data dimulai dengan mempersiapkan alat dan bahan yang akan
Jiwa.Pengumpulan data ini dimulai setelah memperoleh izin dari Dekan Fakultas
2. Tahap Pelaksanaan
berikut :
ditanda tangani.
kontrak waktu.
43
gejala, kerugian melakukan perawatan diri dengan cara yang tepat dan
6) Pasien menuliskan kerugian melakukan perawatan diri dengan cara yang tepat
dan manfaat dari melakukan perawatan diri dengan cara yang tepat di buku
Peneliti mengumpulkan data untuk diseleksi dari lembar kuesioner yang telah
1) Editing
Untuk mengetahui apakah data yang dikumpulkan sudah terisi semua atau
belum dalam penelitian ini maka peneliti mengecek semua lembar kuesioner
yang telah dibagikan kepada responden apakah semua item pertanyaan yang
ada di dalam kuesioner sudah terisi jawaban dengan penuh dan valid atau
tidak.
2) Coding
jawaban. Pada penelitian ini peneliti memberi kode jawaban pada masing-
masing pernyataan memgenai Self Care Deficit dan Activity Daily Living (ADL),
nilai jawaban pada Self Care Deficit yaitu Setuju = 1 dan Tidak Setuju = 0.
3) Tabulating
penyusunan tabel utama yang berisi seluruh data dan informasi yang telah
berhasil didapatkan dan isinya sesuai dengan apa tujuan dari penelitian.
Analisa data yang dilakukan untuk melihat pengaruh penerapan jadwal harian
activity daily living terhadap perbaikan self care deficit pasien gangguan jiwa di UPT
Analisa univariat adalah suatu cara untuk menerangkan karakteristik dari masing-
masing variabel, baik variabel terikat maupun variabel tidak terikat yaitu dengan cara
melihat distribusi frekuensi dari variabel yang diteliti Penerapan jadwal harian dan
penilaian Self Care Deficit. Analisis univariat dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui
tingkat Perbaikan Self Care Deficit di UPT Panti Rehabilitasi Sosial Bina Laras di Pasuruan.
Analisa data bivariat adalah analisis dua variabel. Analisis ini dilakukan untuk
2010). Analisis bivariat pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh jadwal
harian activity daily living (ADL) terhadap perbaikan self care deficit. Analisa data dalam
penelitian ini yaitu menggunakan Uji T Berpasangan, karena menggunakan skala data
interval.
rerata.
secara berulang.
4. Berpasangan karena memenuhi kriteria variabel yang sama dan diambil dari
melakukan penelitian ini peneliti mengajukan permohonan ijin kepada orang yang
maka responden diberikan penjelasan terlebih dahulu tentang apa maksud dan
tujuan dari penelitian. Jika responden bersedia untuk diteliti maka akan
Tetapi apabila responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan
2012).
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
penelitian, baik informasi atau apapun. Semua informasi yang telah dikumpulkan
47
dijamin kerahasiaanya oleh peneliti, data yang diperoleh hanya akan digunakan
Pada bab ini berisikan tentang penejelasan hasil penelitian sesui dengan tujuan
yang sudah ditetapkan dari hasil pengumpulan data. Pengumpulan ini dilaksanakan
selama 18 hari di UPT Rehabilitasi Sosial Bina Laras Pasuruan psds tanggal 15 April - 02
Mei 2019. Penelitian ini meliputi karakteristik sampel dan analisa data tentang “Pengaruh
Penerapan Jadwal Harian Activity Daily Living (ADL) Terhadap Perbaikan Self Care Deficit
pada Pasien Gangguan Jiwa di UPT Rehabilitasi Sosial Bina Laras Pasuruan” dengan
Adapun variabel dalam penelitian ini yaitu variabel independen dan dependen.
Variabel independen yaitu penerapan jadwal harian activity daily living (ADL) dan variabel
dependen yaitu perbaikan self care deficit. Hasil penelitian ini menggunakan uji T
Berpasangan tetapi setelah dilakukan uji normalitas didapatkan hasil tidak normal maka
pengolahan data ini diturunkan menggunakan uji Wilcoxon dengan tujuan untuk
mengetahui pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen. Data yang
diperoleh akan dijelaskan dalam bentuk tabel dan narasi. Penyajian hasil penelitian ini
diperoleh data karakteristik responden yaitu usia jenis kelamin dan jenis gangguan jiwa,
serta analisa dari pengaruh penerapan jadwal harian activity daily living (ADL) terhadap
perbaikan self care deficit pada pasien gangguan jiwa di UPT Rehabilitasi Sosial Bina Laras
Pasuruan.
48
49
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Pasien Self Care Deficit di UPT
Bina Laras Pasuruan pada 15 April – 02 Mei 2019
No Karakteristik N Mean
1 Usia 39,65
- 12-16 Tahun
3 (7,5%)
- 17-25 Tahun
3 (7,5%)
- 26-35 Tahun
8 (20%)
- 36-45 Tahun 11 (27,5%)
- 46-55 Tahun 10 (25%)
- 56-65 Tahun 5 (12,5%)
Jenis Kelamin
2
- Laki laki 25 (62,5%)
- Perempuan 15 (37,5%)
didapatkan bahwa usia responden sebagian besar yaitu pada kategori usia 36-45 tahun
Sedangkan yang paling sedikit pada kategori usia responden 12-16 tahun dan 17-25
tahun. sedangkan pada distribusi frekuensi jenis kelamin dapat diketahui bahwa
responden dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan responden
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Gangguan Jiwa Pada Pasien Self
Care Deficit di UPT Bina Laras Pasuruan pada 15 April – 02 Mei 2019
No Jenis Gangguan Jiwa F %
1 Halusinasi Pendengaran 27 67,5
2 Harga Diri Rendah 5 12,5
3 Waham 4 10
4 Isolasi Sosial 4 10
Total 40 100
gangguan jiwa yang mengalami self care deficit pada penelitian ini yaitu 27 (67,5%)
diri rendah, 4 (10%) responden mengalami waham, dan 4 (10,%) responden mengalami
isolasi sosial. Rata-rata responden yang mengalami self care deficit pada penelitian ini yaitu
Living (ADL)
intervensi penerapan jadwal activity daily living (ADL), maka didapatkan data
kategori self care deficit sebelum dilakukan intervensi disajikan dalam tabel 5.3.
51
Tabel 5.3 Kategori Self Care Deficit sebelum dan Sesudah dilakukan Intervensi
Penerapan Jadwal Harian Activity Daily Living (ADL)
Rendah 1 2,5 0 0
Sedang 14 35 0 0
Baik 25 62,5 40 100
Mean 14.05 16.75
Berdasarkan tabel 5.3 diatas diketahui jumlah pasien nilai self care deficit sebelum
diberikannya jadwal harian activity daily living (ADL) ada 1 (2,5%) pesponden yang
mengalami self care deficit rendah, 14 (35%) mengalami self care deficit sedang dan ada
sebanyak 25 (62,5%) respondenyang nilai self care deficitnya baik. Dan setelah diberikannya
jadwal harian activity daily living 40 responden nilai self care deficit nya menjadi baik. Dengan
ini diketahui bahwa ada peningkatan nilai self care deficit yang awalnya nilai rata-rata self care
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Hasil uji normalitas menggunakan Uji Shapiro Wilk dengan spss versi 16,00
Shapiro Wilk yaitu menunjukkan bahwa data yang tidak normal. Sehingga perlu dilakukan
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Dari tabel diatas diketahui bahwa setelah dilakukannya transform data didapatkan
hasil bahwa data tidak normal, sehingga Uji yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Uji
Wilcoxon.
5.3 Pengaruh Penerapan Jadwal Harian Activity Daily Living (ADL) Terhadap
Perbaikan Self Care Deficit Pada pasien Gangguan Jiwa di UPT Rehabilitasi
Tabel 5.4 ini menunjukkan hasil dari Uji Wilcoxon untuk Pengaruh Penerapan
Jadwal Harian Activity Daily Living (ADL) Terhadap Perbaikan Self Care Deficit Pada
Tabel 5.4 Pengaruh Penerapan Jadwal Harian Activity Daily Living (ADL) Terhadap Perbaikan
Self Care Deficit Pada pasien Gangguan Jiwa di UPT Rehabilitasi Bina Laras Pasuruan
Kelompok N Mean Rank Sig
Berdasarkan tabel diatas, hasil dari penelitian ini diperoleh nilai rata-rata
peningkatan self care deficit yaitu sebanyak 2,50. Hasil analisis menggunakan Uji Wilcoxon
sesudah diberikannya jadwal harian activity daily living menggunakan spss 16,00, diperoleh
nilai signifikansi 0.000 (p<0.05), nilai Sig < taraf nyata (α) sehingga dapat ditarik
Penerapan Jadwal Harian Activity Daily Living (ADL) Terhadap Perbaikan Self Care Deficit
PEMBAHASAN
Pada bab pembahasan ini akan membahas tentang intepretasi dan hasil diskusi,
Penerapan Jadwal Harian Activity Daily Living (ADL) Terhadap Perbaikan Self Care Deficit
Pada pasien Gangguan Jiwa di UPT Rehabilitasi Bina Laras Pasuruan. Penelitian ini
dilaksanakan selama 18 hari yaitu pada tanggal 15 April – 2 Mei 2019 dengan jumlah
sampel pada penelitian ini yaitu 40 responden. Interpretasi dan diskusi hasil pada
penelitian ini disesuaikan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang akan
6.1 Gambaran Jenis Gangguan Jiwa Pada Pasien Self Care Deficit di UPT
pada 15 April – 02 Mei 2019 dengan jumlah 40 responden didapatkan bahwa sebnayak
mengalami harga diri rendah, 4 (10%) mengalami waham, dan 4 (10%) mengalami isolasi
sosial. Sehingga rata-rata jenis gangguan jiwa yang mengalami self care deficit adalah pasien
halusinasi pendengaran. Menurut petugas UPT hal ini dikarenakan di UPT Rehabilitasi
Sosial Bina Laras Pasuruan sebelumnya adalah bernama Rehabilitasi Sosial Eks Psikotik
sehingga disana semua pasien mengalami jenis gangguan jiwa psikotik / skizofrenia,
sedangkan dalam PPDGJ/DSM V salah satu ciri pasien skizofrenia adalah adanya
delusi/halusinsi. Ini alasan kenapa di UPT Rehabilitasi Sosial Bina Laras Pasuruan rata-
54
55
rata pasien yang mengalami self care deficit adalah pasien dengan jenis gangguan jiwa
halusinasi pendengaran.
nyata yang orang lain tidak mendengarnya (Darmawan, 2014). Terdapat 4 fase terjadinya
halusinasi yaitu pertama, fase comforting dimana pada fase ini pasien mulai melamun,
melupakan personal hygiene dan menyebabkan self care deficit. Kedua,Fase condemming yaitu
fase dimana kecemasan pada pasien meningkat, melamun, merasakan bisikan tidak jelas,
menarik diri dan menyebabkan pasien mengalami self care deficit. Ketiga, Fase controling
yaitu fase dimana pasien mengalami kecemasan yang berat, adanya bisikan / suara yang
mengakibatkan pasien tidak mempedulikan perawatan dirinya dan mengalami self care
deficit. Keempat, Fase conquering yaitu fase dimana pengalaman sensori pasien terganggu,
halusinasi berubah menjadi mengancam, pasien merasa dimarahi sehingga pasien tidak
2010)
Pada hasil penelitian diketahui selain pada jenis gangguan jiwa halusinasi
pendengaran pasien yang mengalami self care deficit yaitu pasien dengan harga diri rendah,
isolasi sosial dan waham. Pada pasien isolasi sosial bisa mengalami self care deficit
karenakan pada pasien ini mengalami gangguan maladaptif sehingga menganggu individu
56
lingkungn sekitar, mengalami penurunan aktivitas dan kurang energi sehingga ini bisa
menyebabkan individu kurang sadar terhadap perawatan dirinya. Selain pada pasien
halusinasi pendengaran dan isolasi sosial pasien harga diri rendah juga bisa mengalami self
care deficit hal ini dikarenakan pada pasien harga diri rendah menganggap bahwa harga diri
nya rendah, kehilangan rasa percaya dirinya dan menimbulkan rasa malu untuk
berinteraksi dengan orang lain, individu ini cenderung menutup diri, perilaku menutup
diri inilah yang menyebabkan terjadinya intoleransi aktivitas yang berpengaruh terhadap
Selain pada pasien halusinasi pendengaran, harga diri rendah dan isolasi sosial,
pasien waham juga bisa mengalami self care deficit dikarenakan pada pasien waham
mempunyai suatu keyakinan yang tidak sesuai dengan kenyataan tetapi keyakinan ini
terus menerus dipertahankan dan sulit untuk dikontrol, hal ini dikarenakan pasien
mengalami kerusakan kognitif dan menyebabkan pasien tidak bisa berfikir secara abstrak
sehingga pasien mengalami kesulitan dalam melakukan aktifitas sehari-hari salah satunya
Sesuai dengan teori diatas diketahui bahwasanya self care deficit bisa terjadi pada
gangguan jiwa dengan jenis halusinasi pendengaran, harga diri rendah, isolasi sosial, dan
waham. Hal ini dikarenakan pada pasien ini mengalami kerusakan kognitif dan tidak bisa
berfikir secara logis sehingga menyebabkan pasien tersebut mengalami gangguan dalam
berinteraksi dengan lingkungan sekitar karena mereka tidak percaya diri, merasa harga
dirinya rendah dan cenderung untuk menutup diri. Perilaku inilah yang menyebabkan
57
yaitu termasuk dalam perawatan diri. Dan ini sudah sesuai dengan penelitian saya.
6.2 Gambaran nilai Self Care Deficit Sebelum dan Sesudah Diberikan Jadwal
Harian Activity Daily Living (ADL) di UPT Rehabilitasi Sosial Bina Laras
Pasuruan
harian activity daily living didapatkan bahwa responden mampu menjawab 14 pertanyaan
dari 20 soal. dengan kriteria dari 40 responden, 1 responden termasuk dalam self care deficit
rendah, 14 respoden termasuk dalam self care deficit sedang, dan 25 responden termasuk
dalam self care deficit baik. Sedangkan alasan kenapa 1 responden termasuk dalam self care
deficit buruk yaitu karena reponden tersebut mengalami harga diri rendah sehingga
responden tersebut terlihat tidak percaya diri, apabila ditanya cenderung diam,
menunduk, sulit untuk diarahkan dan sulit berinteraksi dengan orang lain (Fitria, 2013).
Sedangkan alasan kenapa pada 14 responden termasuk dalam self care deficit sedang yaitu
melakukan perawatan diri dengan cara yang tepat. Dan alasan kenapa 25 responden
termasuk self care deficit baik hal ini dikarenakan pasien ini mengetahui pentingnya
perawatan diri, mandiri, dan sebagaian besar tindakan-tindakan dalam perawatan diri
sudah dilakukannya.
58
harian activity daily living didapatkan hasil rata-rata responden mampu menjawab 17
pertanyaan dari 20 soal. hal ini terbukti setelah dilakukan intervensi responden ada
peningkatan dari yang 1 responden termasuk dalam self care deficit rendah, 14 responden
self care deficit sedang dan 25 responden termasuk dalam self care deficit baik sekarang semua
responden termasuk dalam self care deficit baik. Dan berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa dari data karakteristik rata-rata usia responden yaitu 40 tahun (dewasa) dan rata-
penelitiannya yang menyatakan bahwa pada pasien self care deficit paling banyak ditemukan
pada orang dewasa, hal tersebut dikarenakan pada usia dewasa merupakan usia dimana
berkaitan dengan kedewasaaan yang berarti semakin meningkatnya usia seseorang maka
semakin meningkat pula kedewasaan baik secara teknis maupun psikologis serta akan
Pada penelitian lain menjelaskan bahwa jumlah pasien yang mengalami self care
deficit lebih banyak dialami oleh laki-laki. Hal ini didukung dalam penelitian (Laily, 2014)
perempuan. Karena mekanisme koping antara laki-laki dan perempuan pun berbeda
dalam memecahkan suatu masalah. Begitu juga dalam pelakukan perawatan diri salah
satunya faktor citra tubuh. Faktor citra tubuh adalah cara pandang seorang individu
59
terhadap bentuk tubuhnya. Seorang perempuan lebih peduli dengan citra tubuhnya
karena pada dasarnya perempuan cenderung ingin terlihat cantik dan sempurna di
hadapan lawan jenisnya. Hal inilah yang mempengaruhi personal hygiene perempuan
Pada penelitian yang dilakukan oleh (Yusuf, 2014) menyatakan bahwa dengan
diberikannya intervensi melalalui role model pada pasien self care deficit terbukti berpengaruh
dalam meningkatkan tingkat kognitif pasien, meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi
pasien sehingga kemampuan mereka untuk mandi, berdandan, makan dan toileting
meningkat. Dengan nilai p = 0,005 (p<α). Dengan nilai sebelum diberikan intervensi role
model yaitu baik 10%, sedang 70% dan buruk 20%. Dan setelah diberikannya intervensi
Berdasarkan teori diatas diketahui bahwasanyaself care deficit lebih dominan pada
cenderung tidak peduli terhadap penampilannya berbeda dengan perempuan yang selalu
ingin dipandang selalu terlihat bersih dan cantik jika dipandang oleh semua orang. Selain
itu diketahui bahwa rata-rata usia responden yang mengalami self care deficit yaitu usia
dewasa (40 tahun) karena pada usia ini seorang individu mendapatkan tuntutan dari
lingkungan sekitar terutama oleh keluarga, untuk mengaktualisasikan dirinya. dan apabila
hal ini gagal akan menjadikan individu tersebut menyalahkan diri sendiri yang akhirnya
ditunjukkan dengan penurunan motivasi untuk merawat diri. Maka dari itu pasien
diberikan intervensi role model perawatan diri karena intervensi ini terbukti
60
dapatmeningkatkan tingkat kognitif, rasa percaya diri dan motivasi pada pasien self care
Terhadap Perbaikan Self Care Deficit Pada pasien Gangguan Jiwa di UPT
Penerapan jadwal harian activity daily living (ADL) terhadap perbaikan self care deficit
pada pasien gangguan jiwa di UPT Rehabilitasi Sosial Bina LarasPasuruan ini dilakukan
dalam waktu 18 hari pada tanggal 15 April – 02 Mei 2019, dengan rincian fase conditioning
(pembiasaan) dilakukan pada hari ke 1-12, fase insight (pengertian) dilakukan pada hari ke
Pada fase pertama yaitu fase conditioning (pembiasaan) dilakukan pada hari ke 1-
12. Dimana responden diajarkan cara melakukan perawatan diri mandi dengan tepat
pada hari 1-3, berdandan hari 4-6, makan pada 7-9 dan toileting pada hari ke 10-12. Dan
pada fase conditioning ini responden juga diberikan motivasi melalui penyuluhan tentang
manfaat dari melakukan perawatan diri dengan cara yang tepat dan kerugian dari tidak
melakukan perawatan diri dengan cara yang tidak tepat. Penyuluhan ini dilakukan hanya
sekali yaitu di hari pertama dengan tujuan untuk memberikan semangat kepada
responden dalam melakukan perawatan diri. Dan setelah dilakukan pembiasaan selama
mengerti bagimana langkah cara melakukan perawatan diri dengan cara yang tepat
Pada fase kedua, yaitu fase insight (pengertian) dilakukan pada hari ke 13-14
dimana seorang individu diberikan penyuluhan tentang apa pengertian dari self care deficit,
penyebab, tanda dan gejala, kerugian dari tidak melakukan perawatan diri dengan cara
yang tepat dan manfaat dari melakukan perawatan diri dengan cara yang tepat.
Penyuluhan ini dilakukan kembali dengan tujuan responden bisa lebih semangat dalam
melakukan perawatan diri dengan cara yang tepat dan kebiasaan yang sudah dilakukan
bisa melekat pada diri responden. pada fase insight ini responden mengalami peningkatan
dimana yang awalnya responden kurang mengerti apa manfaat dari melakukan perawatan
diri dengan cara yang tepat dan kerugian tidak melakukan perawatan diri dengan cara
yang tepat sekarang responden mampu menuliskan manfaat dam kerugian tersebut.
Pada fase ketiga yaitu fase role model dilakukan pada hari ke 15-18 yang dimana
pada fase ini peneliti memberikan contoh langsung kepada responden tentang langkah-
langkah melakukan perawatan diri mandi, berdandan, makan dan toileting dengan cara
yang tepat. Dan setelah itu responden melakukan apa yang sudah peneliti contohkan.
Pada fase role model ini responden mengalami peningkatan dimana yang awalnya
responden melakukan perawatan diri mandi, berdandan, makan dan toileting sesuai
dengan kemampuannya dan sebagian besar masih ada yang ditinggalkan sekarang
Hasil analisa uji Wilcoxon pemberian penerapan jadwal harian activity daily living
(ADL) dengan menggunakan program SPSS 16.00, diperoleh nilai signifikansi 0.000
(p<0.05), nilai Sig < taraf nyata (α) sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa H1
harian activity daily living (ADL) terhadap perbaikan self aare deficit pada pasien gangguan
bahwa pelaksanaan jadwal harian perawatan diri berpengaruh pada tingkat kemandirian
perawatan diri dengan nilai p = 0,000 (α<0,05. Dengan rata-rata skor kemandirian
merawat diri sebelum pelaksanaan jadwal harian adalah 15,65 dan setelah dilakukan
jadwal memperoleh rata-rata skor kemandirian adalah 6,45. Dalam penelitian lain yang
dilakukan oleh Laili (2014) menunjukkan bahwa dengan adanya aktivitas mandiri tentang
personal hygiene (mandi dan berpakaian, berdandan, makan, BAB dan BAK) terbukti
berpengaruh dalam meningkatkan self care deficit dengan nilai p = 0.000. dengan nilai
sebelum dilakukan aktivitas mandiri personal hygiene dengan kategori buruk sebanyak
60,7% dan kategori baik 39.3% sedangkan sesudah diajarkan aktivitas mandiri: personal
harian terhadap pasien self care deficit pada pasien gangguan jiwa terbukti signifikan. Hal ini
waktunya dengan hal-hal positif. Pasien memanfaatkan waktunya untuk belajar dan
membiasakan diri untuk melakukan perawatan diri dengan cara yang tepat. Dengan
pembiasaan inilah yang membuat pasien perilaku nya berubah dan bisa mandiri dalam
melakukan perawatan diri. Dan hal ini sudah sesuai dengan hasil penelitian saya.
63
setiap hari.
Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa adanya penerapan jadwal harian
activity daily livingterhadap perbaikan self care deficit pada pasien gangguan jiwa dengan
menggunakan buku saku terbukti efektif dalam meningkatkan self care deficit pada pasiaen
gangguan jiwa. intervensi ini mudah dan praktis untuk di terapkan dan tidak
menimbulkan efek samping. Sehingga dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu
dijadikan cara bagi perawat dalam meningkatkan self care deficit pada pasien gangguan jiwa.
BAB VII
7.1 Kesimpulan
daily living (ADL) terhadap perbaikan self care deficit pada pasien gangguan jiwa di UPT
Rehabilitasi Sosial Bina Laras Pasuruan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a. Rata-rata nilai self care deficit sebelum diberikannya intervensi penerapan jadwal
harian activity daily living (ADL) menggunakan buku saku diperoleh rata-rata
perawatan diri baik sebanyak 62,5%. Hal ini dikarenakan belum diberikan
intervensi apapun, sehingga belum terjadi peningkatan nilai self care deficit pada
b. Rata-rata nilai self care deficit sesudah diberikannya intervensi penerapan jadwal
harian activity daily living (ADL) menggunakan buku saku diperoleh rata-rata
c. Terdapat pengaruh penerapan jadwal harian activity daily living terhadap perbaikan
self care deficit pada pasien gangguan jiwa di UPT Rehabilitasi Sosial Bina Laras
Pasuruan.
64
65
7.2 Saran
Adapun saran yang diberikan dari peneliti berdasarkan hasil dari penelitian ini
1. Bagi responden
Responden dapat memanfaatkan penerapan jadwal harian activity daily living dalam
bentuk buku saku ini untuk dibaca dan terus diaplikasikan dalam kehidupan
penerapan jadwal ini untuk meningkatkan personal hygiene pada pasien self care
deficit.
cara melakukan observasi setiap hari dengan tujuan supaya hasil yang diperoleh
lebih valid.
DAFTAR PUSTAKA
66
67
Maramis, W. (2010). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa (2nd ed.). Surabaya: Airlangga
University Press.
Maryanti. (2016). Epilepsi dan Budaya. Buletin Psikologi, 24, 22–31. DOI:
10.22146/bpsi.16358
Maulana, H. (2009). Promosi Kesehatan (5th ed.). Jakarta: EGC.
Mubarak, W., & Chayatin, N. (2009). Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Salemba Medika.
Mubarak, W., & Chayatin, N. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan
Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC.
Mukhripah, D., & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.
Mustikawati, A., & Kurnianingrum, W. (2018). Penerapan Forward Chaining Dalam
Meningkatkan Kemampuan Mandi Secara Mandiri Pada Remaja Dengan Mild
Intellectual Disability. Muara Ilmu Sosial, Humaniora, Dan Sen, XVI(2), 154–164.
Nanda-I. (2012). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.
Nasution. (2013). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Penerapan Personal
Higyene.
Nita, F. (2010). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika.
Nita, F. (2013). Laporan Pendahuluan Tentang Masalah Psikososial. Jakarta: Salemba Medika.
Noor, J. (2016). Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi & Karya Ilmiah. Jakarta:
Prenada Media.
Notoatmojo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Notoatmojo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik (3rd ed.). Jakarta: EGC.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman
Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan (2nd ed.). Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan praktis Edisi 3. Jakarta:
Salemba Medika.
Nursalam. (2016). Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis. (P. P. Lestari,
Ed.) (4th ed.). Jakarta: Salemba Medika.
Pinedendi, N., Rottie, J. V., & Wowiling, F. (2016). Pengaruh Penerapan Asuhan
Keperawatan Defisit Perawatan Diri Terhadap Kemandirian Personal Hygiene Pada
Pasien di RSJ. Prof.V.L.Ratumbuysang Manado Tahun 2016. Ejournal Keperawatan,
4(2), 1–7. https://doi.org/10.1074/jbc.M803111200
Potter, P., & Perry. (2005). Fundamental of Nursing Conseps, Process and Practice (Thrd).
Louis: Mosby Year Book.
68
Prabowo, E. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Praptomo, A. J., Anam, K., & Raudah, S. (2016). Metodologi Riset Kesehatan Teknologi
Laboratorium Medik dan Bidang Kesehatan Lainnya. Yogyakarta: Deepublish.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian RI tahun 2013. Jakarta.
RISKESDAS. (2018). Hasil Utama KEMENKES 2018 Kementerian Kesehatan Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Rochmawati, D. H. (2013). Manajemen Kasus Spesialis Jiwa Deficit Perawatan Diri Pada
Klien Gangguan Jiwa di RW 02 dan RW 12 Kelurahan Baranangsiang Kecamatan
Bogor Timur. Jurnal Keperawatan Jiwa, 1, 107–120.
Saryono, & Anggraini, D. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam Bidang
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Shannon S. (2009). Integratif approaches to pediatric mood disorder. Altern Ther Health
Med, 48–53.
Siyoto, S., & Sodik, M. A. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Literasi Media
Publishing.
Swarjana, I. K. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: ANDI.
Syahdrajat, T. (2015). Panduan Menulis Tugas Akhir Kedokteran & Kesehatan (1st ed.).
Jakarta: Kencana.
Tamher, S. & Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Tarwoto, W. (2009). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Timotius, K. H. (2017). Pengantar Metodologi Penelitian: Pendekatan Manajemen Pengetahuan
untuk Perkembangan Pengetahuan. Yogyakarta: ANDI.
Tomey, A. M., & Alligood, M. R. (2006). Nursing Theories and Their Work. (6th ed). St.
Louis : Mosby Years Book Inc
Usman, R. A. (2011). Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi: Teori dan Aplikasi. Bandung:
Alfabeta.
Videbeck, S. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Wass, S., Webster, P. J., & Nair, B. (2008). Delirium in the elderly. Oman Med J., 150–
157.
Wilkinson, J. M & Ahern, N. (2013). Buku Saku Diagnosis Keperawatan: diagnosis NANDA,
intervensi NIC, criteria hasil NOC (9th ed.). Jakarta: EGC.
Yosep, I. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.
69
Kepada:
Yth. Saudara/i.............
Di-Tempat
Dengan Hormat,
Nim : 201510420311117
Berkaitan dengan hal diatas, saya memohon dengan kerendahan hati agar
saudara/i bersedia menjadi responden dalam penelitian ini dengan mengisi lembar
kuesioner. Hasil pengukuran pada penelitian ini akan dijamin kerahasiaannya.
( )
76
Nama : ….........................................................................................................
Umur :....................
Malang,...................2019
Responden
(............................)
77
Setuju
saya di kapstok.
mandi
sabun mulai dari wajah, telinga, leher, ketiak, badan dan kedua
kaki saya.
setelah mandi.
78
Setuju
No Setuju Tidak
Setuju
1. Saya merasa perlu untuk BAB (Buang Air Besar) dan BAK
selesai BAB/BAK
Setuju
2) Pada hari ke 2 dan 3pasien akan dilakukan review bagaimana melakukan cara
10) Kumur-kumur dan melakukan sikat gigi mulai dari depan ke belakang keatas
lalu ke bawah.
12) Siram seluruh tubuh dengan gayung yang terisi air sebanyak 4 sampai 5 kali
16) Membilas rambut dengan air hingga bersih dari busa shampoo
19) Gosok sabun ke lengan dan ketiak, badan dan punggung, kedua kaki dan jarinya
20) Bilas seluruh tubuh hingga bersih dan tidak ada busa sabun yang tertinggal
21) Keringkan tubuh dengan handuk dimulai dari rambut, wajah, leher, telinga,
lengan dan ketiak, badan, punggung dan kaki, hingga kering secara sempurna
1) Cukurlah jengot dan janggut 2 kali seminggu (bagi pasien yang tidak memelihara
janggut.
2) Merapikan baju
3) mengambil sisir
5) Sisirlah rambut dengan membagi rambut menjadi 2, sisir sedikit demi sedikit
1) Rapikan Baju
6) mengambil lipstik
8) Mengambil sisir
10) Sisirlah rambut dengan membagi rambut menjadi 2, sisir sedikit demi sedikit
83
3) Peganglah gunting kuku dengan posisi ibu jari pada bagian atas gunting kuku
(Yusfidarwati, 2012)
4) Pada hari ke 7, 8 dan 9 pasien akan dijelaskan bagaimana melakukan cara makan
dengan tepat.
5) Pada hari ke 10,11 dan 12 pasien akan dijelaskan bagaimana melakukan cara toileting
dengan tepat.
1) Menyiapkan sabun
6) Membasuh kemaluan dan bokong dengan air bersih, pastikan tidak ada tinja/air
9) Pakai celana
Pada hari ke 13 dan 14 akan dilakukan Insight (pengertian). Tahap ini pasien
akan diberikan pengertian tentang apa definisi, penyebab, tanda dan gejala, kerugian dari
self care deficit dan manfaat dari melakukan activity daily living secara benarmelalui
penyuluhan. Setelah itu pasien menuliskan manfaat melakukan perawatan diri secara
tepat dan kerugian dari melakukan perawatan diri dengan cara yang tidak tepat di buku
saku masing-masing.
Pada hari ke 15 peneliti akan mencontohkan langsung cara melakukan mandi dan
berdandan/berhias dengan benar dan pada hari ke 16 pasien akan mencoba cara
melakukan mandi dan berdandan/berhias dengan benar. Pada hari 17 peneliti akan
mencontohkan langsung bagaimana cara melakukan makan dan toileting dengan benar.
Pada hari ke 18 pasien akan mencoba bagaimana cara melakukan makan dan toileting
N %
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.680 20
97
24 WY L 40 Halusiniasi Pendengaran
25 R L 39 HDR
26 NO P 29 Halusiniasi Pendengaran
27 AP P 13 HDR
28 H L 40 Isolasi Sosial
29 F P 60 Halusiniasi Pendengaran
30 M P 18 Isolasi sosial
31 D L 35 HDR
32 A L 40 Halusiniasi Pendengaran
33 TM P 40 Halusiniasi Pendengaran
34 W P 46 Halusiniasi Pendengaran
35 TA P 34 Halusiniasi Pendengaran
36 NK P 23 Halusiniasi Pendengaran
37 P L 30 Halusiniasi Pendengaran
38 W L 42 Halusiniasi Pendengaran
39 R L 49 Halusiniasi Pendengaran
40 P P 57 Halusiniasi Pendengaran
Frequencies
Statistics
Diagnose
N Valid 40
Missing 0
Mean 1.6250
99
Diagnose
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Responden 1 13 16
Responden 2 14 17
Responden 3 13 16
Responden 4 6 14
Responden 5 7 16
Responden 6 15 17
Responden 7 9 12
Responden 8 16 18
Responden 9 13 15
Responden 10 14 16
Responden 11 15 18
Responden 12 16 17
Responden 13 10 15
Responden 14 15 17
Responden 15 13 16
Responden 16 16 17
Responden 17 16 18
Responden 18 12 15
Responden 19 16 17
Responden 20 18 19
Responden 21 16 18
Responden 22 12 14
Responden 23 16 17
Responden 24 13 17
Responden 25 16 19
101
Responden 26 12 17
Responden 27 16 17
Responden 28 17 18
Responden 29 12 17
Responden 30 16 19
Responden 31 17 18
Responden 32 16 18
Responden 33 15 17
Responden 34 16 19
Responden 35 16 17
Responden 36 15 18
Responden 37 11 15
Responden 38 15 16
Responden 39 16 18
Responden 40 12 15
102
Cases
Descriptives
Median 15.0000
Variance 7.279
Minimum 6.00
Maximum 18.00
Range 12.00
Median 17.0000
Variance 2.346
Minimum 12.00
Maximum 19.00
Range 7.00
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Cases
Descriptives
Median 1.1761
Variance .010
Minimum .78
Maximum 1.26
Range .48
Median 1.2304
Variance .002
Minimum 1.08
Maximum 1.28
Range .20
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Ranks
Ties 0c
Total 40
c. post = pre
Test Statisticsb
post – pre
Z -5.553a