Setiap individu dalam tim memiliki kesempatan menjadi pemimpin dan pengikut, posisi individu dalam kepemim[pinan tim dapat ditinjau dari 2 aksis, yaitu (Morgeson et al., 2010): 1. Aksis Formal dan Informal Pemimpin formal adalah individu yang memiliki posisi tertentu dalam tim yang biasanya memiliki akses terhadap sumber yang ada. Sedangkan pemimpin informal adalah individu yang tidak memiliki posisi khusus tetapi turut membantu pemimpin formal dalam mengakses sumber daya eksternal. Pemimpin yang biasanya timbul sesuai kondisi dari pelayanan yang dibutuhkan umumnya adalah pemimpin informal. 2. Aksis Internal dan Eksternal Pemimpin internal adalah pemimpin yang sangat terintegrasi dalam tim untuk menjalankan fungsinya sehari-hari. Pemimpin internal sangat sangat memahami proses penyelesaian tugas dan masalah yang ada dalam tim. Sedangkan pemimpin eksternal adalah pemimpin yang tidak ikut serta dalam pelaksanaan fungsi tim reguler dan memiliki kapasitas yang baik dalam melakukan evaluasi terhadap performa tim dan memberikan umpan balik. Sumber kekuatan pada peran kepemimpinan: - Legitimate power - Reward power - Coercive power - Expert power - Information power - Referent power Sumber kekuatan diatas dapat dikelompokkan sebagai positional power dan personal power.
B. Kegagalan Dalam Kepemimpinan
Pembahasan kepemimpinan tidak terlepas dari esensi kolaborasi interprofesi kesehatan itu sendiri. Dalam kolaborasi kesehatan, setiap anggota profesi kesehatan mempunyai peran masing- masing yang spesifik tetapi tetap berinteraksi untuk tujuan bersama. Tim kolaborasi kesehatan yang efektif memiliki beberapa karakteristik, yaitu (Bosch dan Mansell, 2015): Tim memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus serta dasar kompetensi kolaborasi yang sama Tim mempunyai rasa percaya terhadap peran dan tanggung jawab masing-masing Tim kolaborasi membuat keputusan secara mandiri dengan tujuan yang sama Tim mempunyai ketergantungan satu dengan yang lain Adanya kepemimpinan kolektif Kolaborasi interprofesi membutuhkan kepemimpinan yang handal karena terdiri dari anggota dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda sehingga harus saling bergantung walaupun memiliki peran dan fungsi masing-masing. Kegagalan kepemimpinan dalam implementasi kolaborasi kesehatan sering dipicu oleh masalah belum adanya kepercayaan antaranggota dan Kendala komunikasi. Berdasarkan persentase penyebab kegagalan tersebut diantaranya kolaborasi yang buruk (42,4%) dan kepemimpinan yang buruk (48,5%). Kedua hal ini mengakibatkan kurangnya koordinasi dan kerja sama tim. Beberapa kegagalan lain dari kepemimpinan kolaboratif disebabkan karena (Grigsby, 2010): Tidak mengenal atau mengabaikan budaya organisasi Terlalu cepat inginmeraih keberhasilan dan tujuan organisasi Menghindari komunikasi, mengeluh, dan mengomel terkait kondisi tanpa memperbaiki secara bersama Menghindari konflik Adanya perencanaan strategis tanpa adanya perencanaan operasional
C. Manajemen Perubahan Kepemimpinan kolaboratif memerlukan adaptasi berkelanjutan dari pemimpin dan anggota tim terhadap perubahan yang terjadi. perubahan