Anda di halaman 1dari 38

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar – Dasar Komunikasi

Komunikasi pada prinsipnya adalah aktivitas pertukaran ide atau gagasan. Secara
sederhana komunikasi dipahami sebagai kegiatan penyampaian pesan dari satu pihak ke pihak
lain, dengan tujuan untuk mencapai kesamaan pandangan atas pesan yang dipertukarkan
tersebut.

Tiga elemen dasar yang terdapat dalam preoses komunikasi adalah komunikator, pesan,
dan komunikan, dan elemen lain yang sering menjadi bagian dalam proses komunikasi adalah
media dan umpan balik (Soehoet, 2003).2

Komunikator
Pemberi pesan baik itu individual, kelompok, atau lembaga organisasi.

Pesan
Materi atau gagasan yang dikomunikasikan antar pihak yang terlibat dalam proses
komunikasi, baik berbentuk verbal, non verbal, atau paralinguistik.

Media
Sarana atau instrumen pengirim pesan dari komunikator pada komunikan.

Komunikan
Sasaran dari komunikasi, bisa individu, kelompok, atau lembaga organisasi.

Umpan Balik
Tanggapan (feedback) atas pesan oleh komunikan kepada komunikator baik itu positif
maupun negatif.

Menurut tujuannya komunikasi dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu komunikasi


informatif, komunikasi instruksional, komunikasi persuasif, dan komunikasi hiburan (Soehoet,
2003).2
Komunikasi Informatif
Komunikasi informatif adalah jenis komunikasi yang bertujuan memberikan informasi atau
penjelasan. Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan agar komunikasi informatif ini dapat
berhasil, yaitu menarik perhatian komunikan, mengusahakan agar komunikan bersedia
menerima pesan, serta mengupayakan agar komunikan bersedia menyimpan pesan.

Komunikasi Intruksional
Komunikasi yang terjadi dalam proses belajar mengajar. Tahapan penerimaan pesan sama
dengan yang terjadi pada komunikasi informatif, tetapi di sini tingkat efektifitasnya lebih
tinggi karena terdapat kontrak antar komunikator dengan komunikan.

Komunikasi Persuasif
Tahapan penyampaian pesan sama dengan komunikasi informatif tetapi tujuan komunikasi
jenis ini lebih jauh lagi, yaitu mengajak komunikan untuk bertindak sesuai dengan isi pesan.
Komunikan diberikan pandangan baru lalu diajak meneliti kembali kerangka acuan tindakan
dan pola perilakunya selama ini, pada akhirnya dipengaruhi untuk merubah kerangka acuan
tindakan dan pola perilakunya sesuai dengan yang dikehendaki komunikator.

Komunikasi Hiburan
Komunikasi ini bertujuan untuk menghibur. Meskipun tahapan prosesnya sama dengan jenis
komunikasi lainnya, namun pencapaian tujuannya lebih ringan, karena tidak perlu mengubah
pandangan ataupun tindakan komunikan. Faktor situasi menjadi kunci keberhasilan dalam
komunikasi jenis ini.

Straubharr mengatakan, bahwa komunikasi kekinian adalah komunikasi yang termediasi


oleh berbagai bentuk media baru. Media baru ini adalah bentuk mass media dengan perubahan
konsep yang mengikuti perkembangan teknologi digital. Tumbuhnya media komunikasi baru ini
juga diikuti oleh meningkatnya konsumsi informasi oleh masyarakat (Mufid, 2005).3

Proses perkembangan komunikasi pada periode ini secara umum diikuti oleh beberapa
perubahan sudut pandang komunikasi.

Dari orientasi terhadap pesan menjadi orientasi terhadap penerima


Dari satu arah menjadi bolak-balik dan berputar (circular)
Dari statis menjadi process oriented
Dari penekanan makna informasi menjadi penekanan interpretasi informasi
Dari personal menjadi konteks hubungan organisasi, masyarakat, dan media
2.7.2. Model Komunikasi Shannon Weaver

Claude E. Shannon (1949) mengutarakan tentang Mathematical Theory of Communication.


Yang menjadi fokus perhatian pada teori ini adalah prinsip transmisi informasi.

“...that of reproducing at one point either exactly or approximity a message selected


at another point...” (Yearry, 2008 online).4

Teori Shannon pada dasarnya adalah pendekatan teknis matematis terhadap proses
komunikasi. Shannon menggambarkan komunikasi dalam perspektif matematis bagaimana
sebuah pesan mampu terkirimkan dari komunikator kepada komunikan. Sistem komunikasi yang
ditawarkan dianalogikan sebagai sebuah mesin, di mana komunikasi manusia dianggap bekerja
dengan cara yang sama.

Warren Weaver (1949) menjelasan proses komunikasi dalam asumsi bahwa ide yang ada di
dalam benak komunikator (source) pada mulanya diubah menjadi separangkat kode tertentu
(decode). Ide ini diubah menjadi seperangkat sinyal (signal) yang dikirim melalui pengirim
sinyal (transmiter). Sinyal tersebut bisa berupa suara melalui mulut kita, tulisan melalui surat,
pesan singkat melalui SMS, atau teks berita yang dituliskan pada surat kabar.

“...in oral speech the information source is the brain, the transmitter is the voice
mechanism producing the varying air pressure (signal) which is ttransmitted through
the air (channel)...” (Yearry, 2008 online).4

Sinyal dikirimkan kepada komunikan (destination) dan kemudian ditangkap oleh receiver
yang dimiliki oleh komunikan. Bila suara atau kata-kata yang disampaikan oleh komunikator
ditangkap oleh telinga komunikan, maka telinga adalah receiver bagi komunikan. Receiver inilah
yang bertugas untuk mengolah kembali (encode) sinyal suara menjadi seperangkat ide yang akan
dipersepsikan oleh komunikan (Yearry, 2008 online).4
Gambar 2.3. Model Komunikasi Shannon Weaver

Model komunikasi matematikal dikenal juga dengan nama model komunikasi Shannon
Weaver yang muncul pada tahun 1949 sebagai perpaduan gagasan Claude E. Shannon dan
Warren Weaver. Pada tahun 1948 Shannon mengetengahkan teori matematik dalam komunikasi
permesinan (engineering communication), yang kemudian bersama Weaver pada tahun 1949
diterapkan pada proses komunikasi manusia (human communication). Kajian utamanya adalah
bagaimana menentukan saluran (channel) komunikasi yang dapat digunakan secara lebih efisien.
Latar belakang keahlian teknik matematis tampak dalam penekanan teori ini. Faktor utama
dalam keberhasilan komunikasi adalah bukan pada pesan atau makna yang disampaikan (mazhab
semiotika), tetapi lebih pada jumlah sinyal yang diterima dalam proses transmisi pesan (Arni,
1995).5

Sumber Informasi (Information Source)


Dalam komunikasi manusia yang menjadi sumber informasi adalah otak. Pada otak terdapat
kemungkinan pesan yang tidak terbatas jumlahnya. Tugas utama dari otak adalah
menghasilkan suatu pesan atau suatu set kecil pesan dari berjuta-juta pesan yang ada.

Pengirim Sinyal (Transmitter)


Bentuk transmitter tergantung pada jenis komunikasi yang digunakan. Pada komunikasi tatap
muka yang menjadi transmitter adalah organ pembentuk suara dan dihubungkan dengan otot
serta organ tubuh lain yang terlibat dalam penggunaan bahasa non verbal, sedangkan pada
bentuk komunikasi yang menggunakan mesin, alat komunikasi yang berfungsi sebagai
transmitter adalah telepon, radio, televisi, foto, dan lain sebagainya.
Penyandian Pesan (Encoding)
Penyandian pesan (encoding) digunakan untuk mengubah pesan ke dalam suatu sandi yang
cocok dengan transmitter. Dalam komunikasi tatap muka sinyal yang cocok dengan organ
suara adalah kata-kata. Sinyal yang cocok dengan otot tubuh dan indera adalah anggukan
kepala, sentuhan, gerak tubuh, serta kontak mata. Pada komunikasi yang menggunakan mesin
terdapat alat yang digunakan sebagai perluasan dari indera, penyandian pesan yang berasal
dari tubuh diperluas dengan transmitter. Misalnya radio yang merupakan perluasan dari suara
atau televisi yang merupakan perluasan dari mata.

Penerima Sinyal (Receiver)


Pada proses komunikasi tatap muka transmitter menyandikan pesan dengan menggunakan
organ suara dan otot tubuh. Penerima (receiver) dalam hal ini adalah organ tubuh yang
sanggup menangkap sinyal, misalnya telinga menerima sandi pembicaraan, sementara mata
menerima sandi gerakan badan, kepala, dan sinyal lain yang dapat ditangkap mata.

Penginterpretasian Pesan (Decoding)


Istilah penginterpretasian pesan (decoding) berlawanan dengan istilah penyandian pesan
(encoding). Penerima pesan yang telah menerima sinyal melalui pendengaran, penglihatan,
dan sebagainya akan menguraikan sinyal tersebut dan diinterpretasikan oleh otak.

Tujuan (Destination)
Komponen terakhir adalah tujuan (destination). Destination ini adalah otak manusia yang
menerima pesan berupa, ingatan, ide, gagasan, atau pemikiran mengenai makna pesan.

Sumber Gangguan (Noise)


Noise merupakan faktor yang dapat mengganggu transmisi sinyal dari transmitter ke receiver.
Misalnya saat berbicara dengan seseorang terdengar suara mobil dapat mengganggu
pembicaraan. Gangguan dalam proses komunikasi dapat dikurangi atau dinetralkan. Untuk
menetralkan gangguan ini terdapat 4 teknik, yaitu :

Menambah kekuatan sinyal


Mengatur dan mengarahkan sinyal secara tepat
Menggunakan bantuan sinyal lain
Redudansi untuk memperjelas sinyal
Model komunikasi matematikal juga menjelaskan tentang bagaimana kita dapat melakukan
semacam prediksi terhadap tindakan komunikasi. Sebagai contoh, ketika komunikator
mengirimkan pesan kepada komunikan berupa pesan “sudah makan belum...?” menurut teori ini
dapat diprediksi respon apa atau informasi apa yang bisa kita dapatkan dari komunikan atas
pesan tersebut. Kita dapat memprediksi bahwa ada 50 persen kemungkinan jawaban “sudah” dan
50 persen kemungkinan muncul jawaban “belum” dari komunikan. Maka teori ini melihat bahwa
komunikasi pada hakikatnya dapat dikalkulasikan dan dilihat sebagai proses matematis (Fikse,
1999).6

Jika Claude Shannon hanya memfokuskan diri pada perihal seberapa akurat pesan mampu
terkirimkan, maka Weaver menjadikan cakupan teori ini menjadi lebih luas. Hingga kemudian
teori ini manpu membahas dimensi semantik dan efektifitas dalam praktek komunikasi.
Perspektif teori ini menjadi landasan yang kuat bagi perkembangan ilmu komunikasi itu sendiri
dan semakin mempertegas peran paradigma komunikasi sebagai alat transmisi ide (Fikse, 1999).6

Warren Weaver melakukan interpretasi terhadap teori Shannon dengan mengajukan konsep
tiga level communication problem atau hambatan dalam proses komunikasi.

Bagaimana akurat pesan komunikasi dapat ditransmisikan


Seberapa tepat pesan yang ditransmisikan mampu mendekati makna yang diinginkan
Seberapa efektif pesan yang tersampaikan mempengaruhi tindakan yang diinginkan
Komunikasi dikaji melalui pendekatan ilmu eksakta, dengan menganggap bahwa
efektifitas komunikasi dapat dihitung dan diukur secara matematis maka komunikasi dapat
dipakai sebagai alat kontrol. Karena pesan komunikasi dapat didesain dan diukur efektifitasnya
maka dalam perspektif propaganda, komunikasi bisa digunakan sebagai alat manipulasi.
Komunikasi dapat mempengaruhi pemikiran dan membentuk nilai orang lain sesuai dengan apa
yang diharapkan, dan dijadikan alat penyampai pesan yang efektif guna mencapai tujuan tertentu
sebagaimana diinginkan oleh pelaku komunikasi. Mathematical Theory of Communication dari
Shannon Weaver memberikan landasan dasar dalam sudut pandang transmisi informasi ini
(Fikse, 1999).6
II.2 Komunikasi Kesehatan

II.2.1 Definisi komunikasi kesehatan

Definisi komunikasi kesehatan sebenarnya melekat pada hubungan konseptual antara


“komunikasi” dengan “kesehatan” sehingga konsep komunikasi memberikan peranan pada kata
yang mengikutinya ( bandingngkan dengan bahwa komunikasi bisnis, komunikasi kultural,
komunikasi gender, dll). Berikut ini dikemukakan beberapa definisi komunikasi kesehatan.
Komunikasi kesehatan adalah:

Studi yang memepelajari bagaimana cara menggunakan strategi komunikasi untuk


menyebarluaskan informasi kesehatan yang dapat mempengaruhi individu dan komunitas agar
mereka dapat membuat keputusan yang tepat berkaitan dengan pengelolaan kesehatan.

Studi yang menekankan peranan teori komunikasi yang dapat digunakan dalam penelitian dan
praktik yang berkaitan dengan promosi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan.

Kegunaan tehnik komunikasi dan tehknologi komunikasi secara postif untuk mempengaruhi
individu, organisasi, komunitas, dan penduduk bagi tujuan mempromosikan kondisi yang
kondusif atau yang memungkinkan tumbuhnyakesehatan manusia dan lingkungan . Kegunaan ini
termasuk beragam aktivitas seperti interaksi antara profesional kesehatan dengan pasien di
klinik, sel-group, mailings, hotlines, kampanye media masa, dan penciptaan peristiwa.

Pendidikan kesehatan, yakni suatu pendekatan yang menekankan pada usaha mengubah perilaku
kesehatan audiens ( skala makro) agar mereka mempunyai kepekaan terhadap masalah kesehatan
tertentu yang sudah didefinisikan dalam satuan waktu tertentu ( Elayne Clift 7 Ficki Freimuth,
1995)
Proses untuk mengembangkan atau membagi pesan kesehatan kepada audiens tertentu dengan
maksud mempengaruhi pengetahuan, sikap, keyakinan mereka tentang pilihan perilaku hidup
sehat.

Seni dan tehnik penyebarluasan informasi kesehatan yang bermaksud mempengaruhi dan
memotivasi individu, mendorong lahirnya lembaga atau institusi baik sebagai peraturan ataupun
sebagai organisasi di kalangan audiens yang mengatur perhatian terhadap kesehatan. Komunikasi
kesehatan meliputi informasi tentang pencegahan penyakit, promosi kesehatan, kebijaksanann
pemeliharaan kesehatan , regulasi bisnis dalam bidang kesehatan, yang sejauh mungkin
mengubah dan memeperbaryui kualitas individu dalam suatu komunitas atau masyarakat dengan
mempertimbangkan aspek ilmu pengetahuan dan etika ( Health Communication Partnership’s
M/MC Health Communication Materials Database, 20004)

Proses kemitraan antara para partisipan bedasarkan dialog dua arah yang didalamnya ada suasana
interaktif, ada pertukaran gagasan, ada kesepakatan menegenai kesatuan gagasan mengenai
kesehatan , juga merupakan tehnik dari pengirim dan penerima untuk memperoleh informasi
mengenai kesehatan yang seimbang demi memperbarui pemahaman bersama ( Ratzan, S.C,
1994)

Komunikasi yang berkaitan dengan proses pertukaran pengetahuan, meningkatkan konsesnsus,


mengindetifikasi aksi – aksi yang berkaitan dengan kesehatan yang mungkin dapat dilakukan
secara efektif. Melalui proses dialog tersebut maka informasi kesehatan yang dipertukarkan di
antara dua pihak itu bertujuan membangun pengertian bersama demi penciptaan pengetahuan
baru yang dapat diwariskan bersama. Jadi , dasar dari persetujuan adalah aksi dan kerja sama
(Smith, W.A and Hornik , R, !999; US Departement of Health and Human Srvices 2000; Clift, E.
And Freimuth, 1995; dan Ratzan, S.C ed. 1994)

Dari beberapa definisi komunikasi kesehatan diatas dapat dapat disimpulkan bahwa komunikasi
kesehatan meliputi unsur-unsur:1

Proses komunikasi manusia (human communication) demi mengatasi masalah kesehatan.

Komunikasi yang sama dengan komunikasi pada umumnya, yaitu ada komunikator kesehatan,
komunikan, pesan, media, efek, ada konteks komunikan kesehatan.
Beroperasi pada level atau konteks komunikasi seperti komunikasi antar-personal, kelompok,
organisasi, publik dan komunikasi massa.

Belajar memanfaatkan strategi komunikasi.

Belajar tentang peranan teori komunikasi dalam penelitian dan praktik yang berkaitan dengan
promosi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan.

Penyebarluasan informasi tentang kesehatan.

Keterpengaruhan dari individu dan komunitas dalam pembuatan keputusan yang berkaitan
dengan kesehatan.

Pemanfaatan media dan teknologi komunikasi dan teknologi informasi dalam penyebarluasan
informasi kesehatan.

Pengubahan kondisi yang kondusif yang memungkinkan tumbuhnya kesehatan manusia dan
lingkungan.

Variasi interaksi dalam kerja kesehatan misalnya komunikasi dengan pasien di klinik, self-help
groups, mailings, hotlines, kampanye media massa hingga penciptaan peristiwa.

Pendidikan kesehatan.

Pendekatan yang menekankan usaha mengubah perilaku audiens agar mereka tanggap terhadap
masalah tertentu dalam satuan waktu tertentu.

Seni dan teknik untuk menyebarluaskan informasi.

Proses kemitraan dengan partisipan berdasarkan dialog dua arah.

II.2.2 Cakupan komunikasi kesehatan

Banyak sekali teori, model dan perspektif mengenai komunikasi kesehatan. Namun, semua
model teoretik maupun praksis itu meliputi:

Komunikasi persuasif atau komunikasi yang berdampak pada perubahan perilaku kesehatan.

Faktor-faktor psikologis individual yang mempengaruhi persepsi terhadap kesehatan.


Stimulus (objek persepsi) > sense organ dan pemaknaan stimulus (respons);

Bagaimana mengorganisir stimulus > berdasarkan aturan, skemata dan label;

Interpretasi dan evaluasi berdasarkan pengetahuan, pengalaman, dll;

Memory ; dan

Recall.

Pendidikan kesehatan ( health education) yang bertujuan memperkenalkan perilaku hidup sehat
melalui informasi dan pendidikan kepada individu dengan menggunakan aktivitas material
maupun terstuktur.

Cakupan pendidikkan kesehatan meliputi:

Jenis pendidikkan profesional di bidang kesehatan (kurikulum dll).

Penjejangan pendidikkan profesi

Pelatihan profesional

Pendidikkan masyarakat (informal)

SDM pendidik

Dll

Pemasaran sosial yang bertujuan untuk memperkenalkan atau mengubah perilaku positif melalui
penerapan prinsip – prinsip pemasaran dengan mengintervensi informasi kesehatan yang
bermanfaat bagi komunikasi.

Penyebar luasan informasi kesehatan; melalui media ( sosialisasi informasi, pendidikkan hiburan,
opini, pemberitaan, dll)

Advokasi, pendampingan melalui komunitas, kelompok atau media massa yang bertujuan untuk
memperkenalkan:

Kebijakkan
Peraturan

Progarm – progarm untuk memperbarui kesehatan

Resiko komunikasi, bertujuan untuk menyebarluaskan informasi yang benar mengenai resiko
yang dihadapi masyarakat terhadap informasi mengenai kesehatan, termasuk dampak
penggunaan informasi yang salah mengenai kesehatan, dan mengusulkan cara – cara untuk
mengatasi kesalahan informasi.

Komunikasi dengan pasien – meliputi informasi untuk seorang individu, misalnya informasi
yang berkaitan dengan kondisi kesehatan individu, bagaimana memaksimalkan perawatan,
pemberian terapi, atau penyampaian pendekatan alternatif, termasuk dalam tema ini adalah
bagaimana melayani pasien secara komunikatif

Informasi kesehatan untuk para konsumen – satu aktivitas komunikasi yang ditujukan kepada
para individu – konsumen demi membantu individu untuk memahami kesehatan individu,
bagaimana individu membuat keputusan yang berkaitan dengan kesehatan individu, kesehatan
keluarga, misalnya berhubungan dengan penyedia jasa kesehatan , asuransi kesehatan, atau aspek
pemeliharaan kesehatan jangka panjang.

Merancang health entertain atau hiburan yang ada di dalamnya mengandung informasi
kesehatan, yang dijadikan sebagai event untuk mengkomunikasikan tema – tema mengenai
kesehatan individu

Komunikasi kesehatan yang interaktif yakni komunikasi kesehatan yang dilakukan melalui
media interaktif sehingga terjadinya dialog dan diskusi antara sumber dengan penerima melalui
media massa

Strategi komunikasi, yang meliputi desain pilihan:

Komunikator kesehatan

Pesan – pesan kesehatan

Media kesehatan

Komunikan kesehatan ( audiens – sasaran komunikasi )


Mereduksi hambatan komunikasi

Menentukan atau memilih konteks komunikasi kesehatan dll. [ Health Communication


Partnership’s M / Mc Health Communication Materials, 2004 )

II.2.3 Tujuan komunikasi kesehatan

Tujuan Strategis

Pada umunya, progarm – progarm yang berkaitan dengan komunikasi kesehatan yang dirancang
dalam bentuk paket acara atau paket acara atau paket acara atau paket modul itu dapat berfungsi
untuk;

Relay information

Meneruskan informasi kesehatan dari suatu sumber kepada pihak lain secara
berangkai (hunting).

Enable informed decision making

Memberikan informasi akurat untuk memungkinkan pengambilan keputusan.

Promote healthy behavior

Informasi untuk memperkenalkan perilaku hidup sehat.

Promote peer information exchange and emotional support

Mendungkung pertukan informasi pertama dan mendukung secara emosional


pertukaran informasi kesehatan.

Promote self-care

Memperkenalkan pemeliharaan kesehatan diri sendiri.

Manage demand for health services

Memenuhi permitaan layanan kesehatan.


Tujuan Praktis

Menurut Taibi Kahler (Kahler communications), Washington, D.C . Course Process


Communication Model, 2003), sebenarnya secara praktis tujuan khusus komunikasi kesehatan
itu meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui beberapa usaha pendidikan dan
pelatihan agar dapat;

Meningkatkan pengetahuan - yang mecakup:

Prinsip – prinsip dan proses komunikasi manusia

Menjadi komunikator-yang memiliki etos, patos, logos, kredibilitas dan lain –lain

Menyusun pesan verbal dan non verbal dalam komunikasi kesehatan

Memilih media yang sesuai dengan konteks komunikasi kesehatan

Menetukan segmen komunikan yang sesuai dengan konteks komunikasi kesehatan

Mengelola umpan-balik atau dampak pesan kesehatan yang sesuai dengan kehendak
komunikator dan komunikan

Mengelola hambatan – hambatan dalam komunikasi kesehatan

Mengenal dan mengelola konteks komunikasi kesehatan

Prinsip – prinsip riset

Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan berkomunikasi efektif.

Praktis bebicara, berpidato, memimpin rapat, dialog, diskusi, negosiasi,


menyelesaikan konflik, menulis, wawancara, menjawab pertanyaan, argumentasi dan
lain – lain.

Membentuk sikap dan perilaku berkomunikasi.


Berkomunikasi yang menyenangkan, empati.

Berkomunikasi dengan kepercayaan pada diri.

Menciptakan kepercayaan publik dan pemberdayaan publik

Membuat pertukaran gagasan dan informasi makin menyenangkan

Memberikan apresiasi terhadap terbentuknya komunikasi yang baik (Report of the Liberal Arts
and Sciences Task Force, Truman State University,1994)

II.2.4 Manfaat mempelajari komunikasi kesehatan

Studi mengenai komunikasi kesehatan pada dasarnya menghubungakan studi komunikasi


dengan kesehatan. Dalam artian itu maka studi tentang kesehatan masyarakat “ ditambahkan”
satu tema penting yakni peranan komunikasi, terutama strategi komunikasi dalam merancang dan
menyebarluaskan informasi kepada individu, keluarga, komunitas, organisasi, maupun
masyarakat umum sehingga semua kelompok dapat membuat keputusan yang tepat terhadap
usaha pemeliharaan kesehatan.

Pengetahuan komunikasi kesehatan, terutama hasil komunikasi kesehatan yang efektif,


dapat membantu kita untuk meningkatkan kesadaran tentang resiko dan solusi terhadap masalah
kesehatan yang dihadapi masyarakat, juga memeberikan motivasi agar masyarakat dapat
mengembangkan ketrampilan untuk mengurangi resiko tersebut. Sedangkan bagi komunitas,
komunikasi kesehatan dapat digunakan untuk mempengaruhi agenda publik, mengadakan
pendampingan terhadap progarm dan kebijakkan di bidang kesehatan, memeperkenalkan
perubahan yang positif dalam lingkungan sosial dan ekonomi, politik, dan lingkungan alamiah
bagi pembaharuan kesehatan masyarakat serta layanan kesehatan berdasarkan norma – norma
sosial yang mengtuntungkan bagi kualitas hidup manusia.

Secara praktis, komunikasi kesehatan memberikan konstribusi bagi promosi kesehatan,


mencegah penyakit dalam suatu wilayah tertentu. Salah satu pembaruan atas itu, misalnya
membarui situasi klinik berupa interaksi antar personal maupun kelompok. Dalam teknologi
komunikas, misalnya membarui interaksi, misalnya membarui interaksi dan kerja sama antara
provider-pasien, provider –provider, dan diantara anggota tim pemelihara melalui pelatihan
profesionalkesehatan dalam kerangka membangun komunikasi yang efektif dengan pasien,
Kolaborasi itu dapat dibarui kalau semua pihak mempunyai kapasitas dalam melaksanakan
komunikasi yang baik.

Bidang lain yang juga diperhatikan adalah bagaimana mnyebarluaskan informasi tentang
kesehatan kepada masyarakat melalui kamapanye pendidikan tentang kesehatan terhadap
masyrakat agar mereka mengusahakan mencapai perilaku hidup sehat, mencipatakan kesadaran,
mengubah sikap, dan memeberikan motivasi kepada individu untuk mengadopsi perilaku yang
direkomendasikan. Kampanye tersebut secara tradisional memounyai kemampuan melalui
komunikasi massa dan pesan pendidiikkan yang ada dalam material tercetak seperti poster dan
pamflet. Bentuk kampanye yang lain telah diintergrasikan kedalam media massa dengan progarm
– progarm berbasis komunitas. Banyak kampanye telah menggunakan pemasaran sosial.

II.3 Peranan komunikator dalam komunikasi kesehatan

Sumber, Pengirim atau pihak yang mengambil prakarsa untuk berkomunikasi dengan pihak
lain kita sebut komunikator. Peranan komunikator dalam proses komunikasi kesehatan sangatlah
besar, karena komunikatorlah yang menetapkan peranan dari seluruh unsur proses komunikasi.
Seorang komunikator kesehatan (penyuluh kesehatan masyrakat) yang ingin agar warga
masyarakat sadar dan mau mencuci tangan sebelum makan, yang membuang limbah cucian dan
mandi atau yang membuang sampah pada tempatnya, harus mampu mengembangkan diri
sebagai penyebar pesan, memanipulasi pesan, memilih media, menganalisis audiens agar pesan –
pesan tersebut dapat mempengaruhi warga masyrakat.

Kalau kita katakan bahwa sumber, pengirim, komunikator adalah pihak yang meprakarsai
komunikasi, maka peranan utama komunikator adalah “ untuk mempengaruhi” yang dalam
bahasa psikologi – komunikasi disebut “persuasi”.

II.3.1 Persuasi

Persuasi adalah suatu kemauan yang disadari dari seseorang komunikator untuk
memodifikasi pikiran dan tindakan komunikan agar komunikan dapat berubah pikiran dan
tindakkan sebagaimana yang dikehendaki sumber.
Bedasarkan teori yang dikemukan oleh Huge Rank, seorang komunikator dapat berperan
baik jika memanfaatkan dua taktik untuk mencapai tujuan yaitu:

Taktik Intesify

Pada taktik ini komunikator melakukan intesify atau meningkatkan kualitas dan kuatitas
pesan yang ingin disampaikan agar menghasilkan pengaruh tertentu. Taktik ini terbagi lagi
menjadi:

Repetisi

Pengulangan ( repetisi) merupakan taktik dari komunikator untuk mengungkapkan


pesan dengan menyebutkan pesan berulang-ulang kali agar audiens menganggap
pesan itu penting sehingga mudah diingat ( contoh : saya ingatkan sekali lagi cuci
tangan, cuci tangan, cuci tangan , cuci tangan sebelum makan)

Asosiasi

Asosiasi adalah taktik dari komunikator untuk mengungkapkan suatu pesan secara
tidak langsung sehingga pesan tersebut hanya dipahami jika dihunungkan dengan (1)
seseorang atau event; (2) sesuatu yang disukai atau yang tidak disukai; dan (3)
dengan audiens tertentu. (Contoh: Ingat yah, kasus 100 orang anak SD Kuanpi yang
harus dirawat di RSD itu gara- gara minum susu kadaluarsa (event)> isi pesan jangan
membeli susu kadaluarsa

Komposisi

Komposisi merupakan taktik dari komunikator untuk mengungkapkan suatu pesan


melalui komposisi bahasa diksi, bias vokal atau visual, dan lain – lain. (contoh: iklan
susu Dancow > Aku suka dan Kau suka Dancow> catatan : kata Dan mengingatkan
kita pada kata “dan” dan kata “cow” mengingatkan kita pada kata “kau”. Atau orang
lebih mudah ingat kata yang salah Temorex atau termos es
Taktik Downplay

Omisi

Adalah taktik sederhana menyampaikan pesan yang kritis demi menghindari


( menutupi) kekurangan atau kelemahan dari apa yang diinformasikan. Kadang –
kadang ada yang menyebut omisi sebagai eufiesme, misalnya menghaluskan suatu
pernyataan yang terkandung dalam informasi sehingga membuat orang yang
mendengar tidak tersinggung. ( Contoh: Mama- mama ingat yah, waktu masak sayur
pakai garam yodium untuk mencegah gondok> komunikator tidak mau membuat para
ibu di kampung Kuanpoi tersinggung karena sebagian besar orang dewasa di daerah
tersebut menderita gondok endemik)

Diversi

Merupakan taktik untuk menyatakan keburukan kita atau menyatakan kebaikkan


orang. ( Contoh : Kebiasaan buruk dari ibu – ibu kita di RT 12 ini suka “bedodol”
waktu menunggu anak – anak ditimbang di posyandu, coba belajar dari ibu – ibu di
RT 17 mereka diajari masak bubur kacang ijo sambil menunggu anak- anak
ditimbang)

Konfusi

Adalah taktik untuk menyatakan sesuatu dengan jargon, atau menyampaikan


informasi secara kelewat detail, atau yang kontradiktif sehingga membingungkan
orang lain, bahkan menyampaikan sesuatu dengan logikanyang salah. (Contoh: Anak
Sehat – Remaja Sehat – Pemuda Sehat – Bangsa Sehat > Jargon; Kalau mau anak
demam berdarah dan mati di UGD maka biarkanlah dia bermain – main dengan
kaleng – kaleng kosong yang ada di halama rumah! > Kontradiktif dan logika yang
salah).

II.3.2 Prinsip umum komunikator

Kredibilitas merupakan suatu image atau gambaran kita mengenai sumber atau komunikator.
Seseorang pendengar akan mendengarkan komunikator yang dinilai mempunyai tingkat
kredibilitas yang tinggi, oleh karena itu dia lebih percaya pada orang itu daripada orang lain.
Berikut dijelaskan beberapa prinsip umum komunikator:

Daya tarik

Daya tatarik komunikan merupakan sesuatu yang sangat manusiawi. Kita tak dapat
memungkiri bahwa audiens itu kerap kali tertarik pada komunikator yang sama suku atau
agamanya dengan audiens, atau tertarik pada komunikator yang mempunyai hobi yang sama,
atau juga karena komunikator tampil dengan pakaian dan asesoris yang menawan.

Faktor dinamis

Pelbagai penelitian komunikasi antarpersonal meneunjukkan bahwa faktor dinamika


antarpersonal menunjukkkan bahwa faktor dinamika komunikator sangat memepengaruhi
penerimaan pesan oleh audiens. Audiens akan lebih mudah menerima pesan dari komunikator
yang tampil dengan dinamika tinggi. Artinya, audiens lebih mudah menerima informasi dari
komunikator yang tampil enerjik, gertak-gemertak, aktif dan hidup, menampilkan fisik yang
berdaya tahan tinggi

Motif

Ingatlah mengenai daya tarik yang sudah diuraikan di atas. Faktor motif atau alasan
pendorong komunikasi turut menentukan persuasi atau berpengaruh terhadap penerima pesan
audiens. Audiens lebih suka menerima pesan oleh audiens. Audiens lebih suka menerima
informasi dari komunikator secara terus terang dapat dipercayai, terbuka, jujnur, menyatakan
maksud berkomunikasi. Bila kita berkomunikasi antarpersonal, komunikator dianjurkan untuk
menyatakan motif komunikasi. Berikut ini ditampilkan beberapa kategori motif komunikasi
antarpersonal, yaitu:

Untuk senang –senang

Memenuhi afeksi

Keterlibatan atau inklusi

Menghindari sesuatu
Santai

Kontrol

Dan lain - lain

Kesamaan

Kesamaaan atau similiariyty merupakan salah satu faktor yang memepermudah


penerimaan pesan oleh audiens. Orang lebih tertarik pada komunikator yang mempunyai banyak
kesamaan dengan dia misalnya minat, hobi, pilihan politik, asal sekolah, asal suku bangsa, dan
lain – lain (jadi bisa kesamaan sosiologis, antropologis, atau psikologis).

Tidaklah mengherankan apabila dalam komunikasi dikenal istilah homofili, artinya


kesamaan antara audiens dengan komunikator. Hipotesis yang dapat dianjurkan adalah jika
makan banyak faktor kesamaan antara komunikator dengan pesan dari komunikator. Lawan dari
homofili adalah heterofili atau perbedaan. Lawan dari homofili adalah heterofili atau perbedaan,
artinya jika makin banyak faktor pembeda antara komunikator dengan audiens, maka makin
kecil peluang audiens menerima pesan dari komunikator.

Kepakaran

Masih berkaitan dengan kepercayaan adalah masalah kepakaran. Inilah kunci penerimaan
audiens terhadap seorang komunikator yang pakar dalam bidangnya lebih mudah dipercayai
daripda yang tidak pakar.Tidaklah mengherankan bahwa warga masyarakat lebih percaya pada
kepala desa atau pak camat, orang lebih percaya informasi tentang kejahatan yang dia peroleh
dari polisi daripada dari seseorang yang bukan polis, demikian pula orang lebih percaya pada
penyuluhan kesehatan yang belatar belakang pendidikan FKM daripada FISIP, dan lain –lain

Keaslian sumber pesan

Masalah keaslian sumber pesan atau originate the message sangat menentukan tingkat
penerimaan audiens. Keaslian pesan ini bersumber dari sumber informasi. Artinya, orang
lebih percaya informasi ilmiah kesehatan yang bersumber dari jurnal kesehatan daripada
surat kabar umum, orang lebih mudah percaya informasi tentang bahaya Narkoba yang
bersumber dari kesaksian seseorang bekas pecandu Narkoba daripada seseorang dokter
sekalipun, orang lebih mudah percaya pada dokter A yang selalu menawarkan pengobatan
alternatif daripada seseorang dokter yang “sangat akademis”, dan lain –lain.

II.2.3 Tipe Kredibilitas

De vito (1978: 80-84) mengemukakan bahwa ada tiga tipe kredibilitas komunikator, yaitu:
Devito, joseph A, Komunikasi Antarmanusia, Kuliah dasar, Edisi Kelima, Edisi Bahasa
Indonesia, Profesional Books, Jakarta, 1997

Initial credibility

Yakni inisial yang menunjukkan status atau posisi seseorang, misalnya jabatan, pangkat,
gelar – gelar akademik atau kebangsawanan, dan lain -lain

Derived credibility

Yakni sesuatu yang mengesankan bagi komunikasi sedang berlangsung, misalnya tentang
kemampuan intelektual, moral komunikator, tentang kompetensi hingga kemampuan untuk
mengekspresikan kata – kata melalui bahasa isyarat (non verbal).

Terminal credibility

Yakni hasil yang diperoleh akibat dua tipe kredibilitas terdahulu ( initial dan derived), tingkat
keterpengaruhan.

II.3 Mengelola pesan dalam komunikasi kesehatan

Suksesnya komunikasi kesehatan tergantung dari bagaimana komunikator menyusun pesan


sehingga dapat mempengaruhi perubahan sikap dari audiens.

Pesan sendiri memiliki hakikat sebagai berikut:

Isi (content) pesan (message) merupakan basis dari pengaruh komunikator ( juga media), inilah
yang paling penting untuk dipelajari.
Isi pesan dirancang secara cermat oleh perancang, produser, penulis, editor untuk mempengaruhi
audiens

Isi pesan tidak selalu terikat pada hal yang benar tetapi juga pada isu yang tidak benar

Studi tentang isi pesan menolong kita untuk meramalkan dampak terhadap audiens

II.3.1 Memahami Pesan komunikasi Non Verbal Dan Komunikasi Verbal

Dalam buku Silent message (1971), Albert Mehrabian menegmukakakn bahwa manusia
berkomunikasi secara verbal dan non verbal.

Pesan non verbal

Kinesik

Kinesik adalah pesan non verbal yang diimplementasikan dalam bentuk bahasa isyarat tubuh
atau anggota tubuh. Antara lain adalah Gesture yang merupakan bahasa isyarat yang
ditampilkan dengan gerakan anggota tubuh. Contoh gesture adalah mengacungkan jempol
yang menandakan hal yang baik. Facial expression yang berarti ekspresi wajah, di dunia ini
tercatat sekurang – kurangnya 30.000 lebih ekspresi wajah yang bebrbeda satu sama lain.
Eye contact atau yang berarti kontak mata merupakan simbol nonverbal yang sangat penting.

Proksemik

Prosemik adalah bahasa non verbal yang ditunjukkan oleh “ruang” dan ‘jarak” antara
individu dengan orang lain waktu berkomunikasi atau antara individu dengan objek.
Prosemik dibagi atas prosemik jarak, prosemik ruang, dan prosemik waktu.

Prosemik jarak

Prosemik jarak ialah simbol komunikasi yang sensitif. Jarak fisik kita dengan orang
lain dapat menentukan kedekatan psikologis dan sosial dengan lawan bicara. Semakin
dekat jarak kita dengan seseorang saat berkomunikasi makin dekat secara psikologis
maupun sosial orang tersebut dengan kita.
Prosemik ruang

Dalam kasus proksemik ruang, berikut ini beberapa contoh dimana kita dapat
mengintepretasikan makna terhadapnya, yakni: ukuran ruang, hawa atau udara dalam
ruang, warna, pencahayaan, jangkauan ruang.

Prosemik Waktu

Kronemik meliputi penggunaan waktu untuk berkomunikasi secara non- verbal.


Sebagaimana biasa para bawahan menunggu kedatangan pimpinan, atau dalam
pertemuan, bawahan diharuskan datang mendahului atasan mereka. Waktu
menggambarkan sebuah peristiwa yang dapat memberikan makna tertentu, maksud
dan tujuan tertentu.

Bahasa meliputi simbol :

Peluang diperkenankan datang terlambat- waktu yang diperkenankan oleh sebuah


kebudayaan atau subkultur bagi kita untuk terlambat mengikuti jadual atau progarm

Ambiguitas (tergantung kebudayaan, tingkat keluwesan waktu antara ketepatan waktu


dan keterlambatan waktu untuk mengikuti sebuah jadwal atau progarm formal
maupun informal.

Haptik

Haptik seringkali disebut sebagai zero proxemics, artinya tidak ada lagi jarak diantara dua
orang waktu berkomunikasi. Atas dasar itu maka ada ahli komunikasi non verbal yang
mengatakan haptik itu sama dengan menepuk – nepuk, meraba – raba, memegang, mengelus
dan mencubit.

Paralinguistik
Paralinguistik meliputi setiap penggunaan suara sehingga dia bermanfaat kalau kita hendak
menginterpretasikan simbol verbal. Sebagai contoh, orang – orang Muang Thai merupakan
orang yang rendah hati, mirip dengan orang Jawa yang tidak mengungkapkan kemarahan
dengan suara yang keras. Mengeritik orang lain biasanya tak diunkapkan secara langsung,
tapi secara anekdot. Ini berbeda dengan orang Batak dan Timor yang mengungkapkan segala
sesuatu dengan suara keras.

Artifak

Kita memahami artifak dalam komunikasi non verbal dengan pelbagai benda material di
sekitar kita, lalu bagaimana cara benda – benda itu digunakan untuk menampilkan pesan
tatkala dipergunakan. Sepeda motor, mobil, kulkas, pakaian, televisi, komputer mungkin
sekedar benda. Namun dalam situasi sosial tertentu benda – benda itu memberikan pesan
kepada orang lain. Kita dapat menduga status sosial seseorang dari pakaian atau mobil yang
mereka gunakan. Makin mahal mobil yang mereka pakai, maka makin tinggi status sosial
orang itu.

Logo dan warna

Kreasi para perancang untuk menciptakan logo dalam penyuluhan merupakan karya
komunikasi bisnis, namun model kerja ini dapat ditiru dalam komunikasi kesehatan.
Biasanya logo dirancang untuk dijadikan simbol dari suatu karya organisasi atau produk dari
suatu organisasi, terutama bagi organisasi swasta. Bentuk logo umumnya berukuran kecil
dengan pilihan bentuk, warna dan huruf yang mengadung visi dan misi organisasi.

Pesan verbal

Kalau kita bicara tentang komunikasi verbal maka terkandung pula di dalamnya pengertian
pesan – pesan verbal atau pesan berupa kata – kata yang diucapkan (Vokal) ditulis (visual).
Konsep komunikasi verbal ini tidak bisa dilepaskan dari ilmu bahasa atau linguistik. Dalam
prakteknya, cara manusia berkomunikasi melalui bahasa yang secara formal dilakukan
melalui bahasa yang secara formal dilakukan melalui bahasa lisan dan tulisan.

Berikut adalah hal – hal yang harus diperhatikan dalam berkomunikasi verbal

Penggunaan bahasa secara pragmatis

Seorang komunikator kesehatan hendaklah memerhatikan kebiasaan dan kepraktisan


bahasa di kalangan ibu – ibu di desa yang berkunjung ke Puskesmas, bapak – bapak
nelayan di pantai, para gadis di pasar umum, orang – orang yang berada dalam
perjalanan, dan lain – lain. Kadang – kadang kelompok – kelompok ini menggunakan
“Jargon” secara khusus yang hanya dimengerti oleh kalangan mereka.

Ingat variasi berbahasa

Dalam berkomunikasi kesehatan, apalagi dalam situasi antar budaya, hendaklah kita
meperhatikan beberapa variasi berbahasa yang bersumber pada (1) Dialek, yaitu variasi
penggunaan bahasa di suatu daerah. (2) Aksen, yaitu kekhasan tekanan dalam ucapan
bahasa lisan. (3) Jargon, adalah sebuah unit kata – kata atau istilah yang dipertukarkan
oleh mereka yang sama profesi atau pengalamannya. (4) argot adalah bahasa khusus
yang digunakan oleh suatu kelompok tertentu untuk mendifinisikan batas – batas
kelompok mereka dengan orang lain.

Berbahasa pada saat yang tepat

Dalam berkomunikasi ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain; (1)
kapan orang berbicara, contohnya pada orang sunda atau jawa, anak kecil lebih banyak
mendengarkan, orang yang lebih tua harus lebih banyak bicara. (2) Apa yang
dikatakan, contohnya orang aborigin yang tidak pernah mengajukan pertanyaan
“mengapa” karena dianggap terlalu keras. (3) Kecepatan dan jedah bicara. (4) Hal
memperhatikan,yang dimaksud dengan hal memperhatikan disini adalah pandangan
mata yang diperkenankan saat berbicara bersama. Contohnya, orang jawa tidak
mementingkan kontak mata saat berbicara, namun orang papua sangat mementingkan
kontak mata.

Stuktur pesan

1.Pola penyimpulan (tersirat atau tersurat)

Contoh:

Banyak anak terserang campak. Gejala campak antara lain : panas 2-3 hari berturut – turut,
muncul ruam – ruam merah di balik telinga, timbul batuk pilek dan mencret, bagian kulit yang
ruam – ruam mengelupas. Timbul bintik hitam pada kulit yang mengelupas.

Pada paragraf diatas terdapat pola penyimpulan tersurat karena jelas menampilkan
gejala penyakit campak, namun tersirat pula imbauan agar warga kota bersikap
memelihara kesehatan anak.

2.Pola urutan argumentasi

Ada dua jenis pola, Pertama argumentasi yang disenangi di jelaskan lebih dahulu
setelah itu argumentasi yang tidak disenangi. Pola kedua argumentasi yang tidak
disenangi dijelaskan terlebih dahulu setelah itu baru argumentasi yang disenangi.

Contoh:

Anda menampilkan gambar – gambar anak –anak yang sedang bermain –main tanah dengan
ceria, lalu di akhir anda menampilkan gambar anak yang kurus dan menjelaskan karena bermain
tanah akhirnya anak tersebut menjadi cacingan dan kurang asupan nutrisi karena diambil parasit
cacing.

Paragraf diatas merupakan contoh pola agurmentasi yang disenangi di ceritakan di


awal dan diakhiri dengan pola argumentasi yang tidak disenangi

3.Pola objektivitas

Terdiri dari satu sisi dan dua sisi. Tergantung berapa objek yang dijadikan pusat
informasi kesehatan. Jika satu sisi hanya satu objek yang di pusatkan sebagai informasi
kesehatan, kalau dua sisi dua objek yang dijadikan pusat informasi kesehatan. Contoh
paragraf sebelumnya termasuk pola objektivitas satu sisi karena hanya menampilkan
satu objek sebagai pusat informasi yaitu anak yang bermain tanah. Jika ingin diubah
menjadi pola dua sisi maka dapat ditambahkan potret seorang dokter yang memberi
pesan bahaya bermain tanah.

Gaya Pesan

Gaya pesan menunjukkan variasi linguistik dalam penyampaian pesan dengan (1)
perulangan; (2) mudah dimengerti, dan (3) pembendaharaan kata (4) humor

Daya tarik pesan

Yang dimaksudkan dengan daya tarik pesan mengacu pada motif – motif psikologis
yang dikandung pesan, yakni;

Rasional -emosional

Rasional

Adalah rancangan pesan yang menjelaskan suatu informasi secarara rasional sesuai
dengan syarat –syarat yang seharusnya, misalny asayarat ilmu kesehatan dan lain –
lain. Contoh : “ Penyakit diabetes tidak dapat sembuh, yang hanya dapat kita lakukan
adalah mengontrol gula darah dengan diet dan terapi farmakologis maupun dengan
suntik insulin”.

Emosional

Adalah rancangan pesan yang menjelaskan suatu informasi secara emosional sehingga
menggunakan emosi audiens. Contoh: merokok dapat menyebakan kanker, serangan
jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin; jika bapak teteap merok, berarti
bapak mau bunuh diri, Itukan kasihan anak istri, apalagi kalau bapak impoten, maka
rumah tangga bapak tidak akan bahagia!

Fear appeals

Sebelumnya telah dikemukakan bagaimana kita dapat mempengaruhi audiens malaui


lebih dahullu menyampaikan pesan atau informasi yang kurang menyeanangkan
kemudian baru diikuti dengan menampilkan pesan atau informasi yang menyenangkan.
Daya tarik pesan memannampilkan ketakutan rupanya lebih ditakutkan daripada pesan
yang tidak menakutkan. Fear appeals menampilkan daya tarik tertentu apalagi jika
ketakutan itu berkaitan dengan nyawa manusia.

Atas pertimbangan itu maka dalam penyuluhan kesehatan yang audiensnya


mepercayakan anak – anak mereka kepada para pembantu perlu ditampilkan kasus –
kasus bagaimana hubungan pembantu dengan anak – anak ketika orang tua sibuk
meluangkan lebih banyak waktuk memperhatikan anak –anaknya daripada kepada para
pembantu.

Reward Appeals

Ada banyak sekali cara untuk menciptakan daya tarik bagi para pembeli untuk mebeli
makanan atau minuman sehat. Semua pasta gigi memberikan iming – iming bagi
pembeli dengan hadiah uang jutaan rupiah setelah mengumpulkan sejumlah tertentu
pasta gigi. Jadi orang, dipersuasi untuk membeli produk bukan karena dia butuh produk
tersebut tetapi karena dia ingin mendapatkan hadiah karena membeli produk itu.

II.4 Media dalam komunikasi kesehatan

Ada tiga jenis media menurut John Fiske, antara lain :

presentational media
Adalah tampilan wajah, suara atau komunikasi tubuh atau dalam kategori pesan maka media
ini dimaksudkan dalam pesan verbal dan non verbal dalam komunikasi tatap muka.

Representational media

Adalah media yang diciptakan oleh kreasi manusia, yang termasuk dalam kelompok ini
adalah tulisan, gambar, fotografi, komposisi musik, arsitektur, pertamanan, dan lain – lain.
Semua jenis media ini memeiliki kovensi estetika baik secara teknis maupun praktis.

Mechanical media

Adalah radio, televisi, video, film, surat kabar dan majalah, telepon yang digunakan untuk
memperkuat dua fungsi media di atas. Misalnya surat kabar merekam tampilan wajah atau
memuat foto seseorang, televisi merekam wajah dan suara, dan video merekam suatu
komposisi musik.

Tujuan media dalam komunikasi kesehatan antara lain :

Menciptakan iklim bagi penerimaan dan perubahan nilai, sikap dan perilaku kesehatan.

Mengajarkan keterampilan mendengarkan, membaca, menulis hal – hal berkaitan dengan


kesehatan, dan lain – lain.

Pengganda sumber daya pengetahuan, kenikmatan dan ajuran tindakkan kesehatan.

Membentuk pengalaman baru tehrhadap perilaku hidup sehat dari statis ke dinamis.

Meningkatkan aspirasi di bidang masyarakat.

Mengajarkan masyarakat menemukan norma dan etika penyebarluasan informasi di bidang


kesehatan atau layanan komunikasi kesehatan.

Berpatisipasi dalam keputusan atas hal – hal yang berkaitan dengan kesehatan.

Mengubah stuktur kekuasaaan antara produsen dan konsumen di bidang kesehatan

Menciptakan rasa kebanggaan / kesetiaan terhadap produk.


Tabel jenis media dan penggunaaan
2.5 Analisis komunikan dalam komunikasi kesehatan

2.6 Komunikasi yang efektif dalam komunikasi kesehatan

Periksa dan atasi faktor – faktor penghambat komunikasi

Tidak mengenal audiens

Banyak orang gagal berkomunikasi karena tidak mengenal komunikan yang menjadi sasaran
komunikasi. Jika kita tidak mengenal karakteristik komunikan, komunikasi yang kita lakukan
tidak efektif. Apa yang anda informasikan tidak diterima, tidak dimengerti atau diterima namun
tidak mengubah sikap komunikan.

Tidak tahu bagaimana penerima menyerap komunikasi

Selain komunikator tidak mengenal komunikan, faktor lain yang menyebabkan gagalnya
komunikasi adalah kita tidak tahu bagaimana caranya komunikan menyerap informasi yang kita
kirimkan. Selidikilah, ada orang yang suka menerima informasi lisan tatap muka, namun ada
orang yang lebih suka menerima telepon, ada komunikan yang lebih suka pesan penting dari
anda dituliskan daripada lewat orang ketiga, adapula orang lebih suka mendengarkan radio
daripada televisi, dan lain – lain.

Tidak tahu pola komunikasi budaya

Periksalah diri anda melalui self – concept, ketrampilan manan yang paling banyak dibutuhkan
kalau anda melakukan komunikasi kesehatan di desa jika dibandingkan dengan di kota? Jika
anda berhadapan dengan orang yang datang daring latar belakang low contecxt culture,
sementara anda sendiri datang dari high context culture, anda tidak perlu menguraikan pesan
secara terinci. Keterampilan anda sangat ditentukan oleh bagaimana anda menyampaikan pesan
secara ringkas, tak perlu bertele –tele, sehingga maknanya mudah diterima tanpa ada perasaan
bosan. Mereka yang berasa dari kebudayaaan low context culture tak terlalu suka dengan rincian
pesan. Mereka lebih suka kalau pesan yang disampaikan itu hanya garis – garis besarnya saja.
Sebaliknya, mereka yang berasa dari high context culture sangat membutuhkan rincian pesan.
(catatan : low context culture adalah kebudayaan yang menampilkan semua perilaku secara
terbuka sehingga mudah ditafsirkan orang lain. Sedang kan high context culture adalah
kebudayaan yang tidak menampilkan semua perilaku secara terbuka sehingga untuk memaknai
perilaku tersebut membutuhkan penafsiran atas latar belakang nilai dan norma perilaku)

Jarang melakukan evaluasi respon komunikasi

Setiap kali anda berkomunikasi, evaluasilah selalu kecepatan respon anda terhadap pesan atau
tampilan orang lain. Apakah mungkin anda makin mudah berkomunikasi ataukah makin sulit
memahami orang lain. Apakah anda mudah percaya pada isi pesan atau pada orang yang
mengemukakan suatu gagasan atau informasi.

Tidak tahu kebiasaan berkomunikasi lisan

Kebanyakkan komunikasi antarpersonal dala budaya kita dilakukan secara lisan. Pelajarilah
kebiasaan berkomukasi lisan ;

Pengaruh status senioritas dalam komunikasi lisan, apakah orang tua dibiarkan lebih banyak
bicara daripada yang muda.

Perhatikan syarat apa yang boleh dikatakan dan tidak boleh dikatakan

Bagaimana cara anda mengatakan (langsung ke tujuan, atau berputar – putar)

Perhatikan dengan siapa anda berkomunikasi antar budaya.

Tidak terbiasa mendengarkan

Berbagai penelitian tentang kebiasaan mendengarkan menunjukkan bahwa lebih dari separuh
perhatian dalam berkomunikasi dicurahkan untuk mendengarkan (53%) 17 % untuk membaca,
16 % untuk berbicara dan 14 % untuk menulis. Lalu apa yang harus kita lakukan? Periksalah
sikap mendengarkan anda apakah termasuk kategori poor listening habits atau active listening
habits. Yang dimaksud dengan kebiasaan “ miskin mendengarkan” adalah perilaku komunikasi
yang tak suka mendengarkan percakpan orang lain. Akibat miskin mendengarkan, maka miskin
pula pesan yang dikirim dan diterima, yang dampaknya kita tak memahami makna pesan yang
menghasilkan komunikasi kesehatan yang tidak efektif.

Tidak bisa membuka diri dalam percakapan

Ada dua jenis percakapan : aggresive talk ( percakapan agresif) dan regretable talk ( percakapan
yang sebetulnya tak perlu terjadi). Kedua taktik percakapan bertujuan untuk membuka diri,
namun hal ini sangat tergantung dari asumsi bahwa semua relasi atau komunikasi antarpersonal
dibentuk oleh peran komunikator sebagaimana yang diharapkan oleh komunikan ( audiens).

Ada banyak teori yang membahas hal pengungkapan diri kita kepada komunikan dalam
relasi antarpersonal. Salah satu teori yang dibas disini adalah teori dari joseph Luft dan Harry
Ingham, yang menggambarkan self-disclosure dari seorang komunikator.

BAGAN JENDELA JOHARi

Bagan “jendela Johari” diatas menunjukkan 4 bidang, masing – masing bidang berfungsi
menjelaskan tentang status suatu informasi yang diketahui oleh komunikator (self) dengan yang
diketahui oleh komunikan ( others). Jika dirinci ke 4 bidang itu adalah:

Open Pane- bidang terbuka, yang menggambarkan situasi dimana ada suatu informasi tentang
diri kita ( komunikator) yang diketahui pula oleh komunikan

Blind Pane- bidang buta, yang menggambarkan situasi dimana ada suatu informasi tentang diri
kita yang tidak diketahui diri sendiri ( komunikator) namun itu diketahui orang lain
( komunikan).

Unknown Pane- bidang tidak dikenal, yang menggambarkan situasi dimana ada informasi
tentang diri kita yang tidak diketahui oleh diri sendiri (komunikator) maupun orang lain
(komunikan)

Joe dan Harry menawarkan jalan keluar untuk mengubah relasi antara
komunikator dengan komunikan melalui “pengungkapan diri” atau dalam model diatas
dapat dicoba melalui pebesaran bidang.
Jika bidang 1 diperbesar, kita akan menemukan seorang pribadi (komunikator) yang ideal, orang
yang selalu terbuka dengan orang lain (open minded person onf ideal window)

Jika bidang dua diperbesar, kita akan menemukan seseorang pribadi yang terlalu menonjolkan
diri namu buta terhadap dirinya sendiri, orang seperti ini seperti benteng mabuk menabarak toko
cina ( exhibitionist or bull in China Shop)

Jika bidang 3 diperbesar, kita akan menemukan seorang pribadi yang suka menyendiri. Sifat
orang ini seperti penyu ( loner and loner as turtle)

Jika bidang 4 diperbesar, kita akan menemukan seseorang pribadi yang tahu banyak tentang
ornag lain namun dia menutup dirinya sendiri ( tipe interview)

2.7 Perencanaan komunikasi kesehatan

Perencanaaan komunikasi kesehatan adalah: (1) perumusan atau pemberian definisi


terhadap tujuan dan sasaran komunikasi kesehatan; (2) aktivitas untuk mengembangkan strategi
menyeluruh dari komunikasi kesehatan untuk mengembangkan hirarki rencana yang
komprehensif dalam komunikasi kesehatan sehingga dapat mengintregasikan dan
mengoordinasikan aktivitas komunikasi kesehatan; dan (4) aktivitas yang berorientasi pada end
(apa yang akan kita buat)dengan komunikasi kesehatan sesuai dengan apa yang telah dirumuskan
dalam means ( bagaimana cara membuatnya) dari komunikasi kesehatan itu sendiri.

Secara sederhana, kita dapat mengatakan, perencanaan komunikasi kesehatan adalah


proses yang sederhana yang membantu mencapai tujuan komunikasi kesehatan yang sedang anda
pikirkan. Perencanaan komunikasi adalah pergulatan ke arah masa depan, proses selangkah –
demi selangkah yang dapat membantu anda memperjelas dan mempertajam logika anda untuk
meringkas apa yang anda katakan sebagai maksud kepada audiens, serta peta yang mengatur and
abagaiman anda akan menyebarkan pesan.

Tujuan perencanaan komunikasi kesehatan antara lain

Membantu mengembangkan koordinasi. Perencanaan komunikasi kesehatan mengarahkan kita


semua untuk bekerja sama, berkoordinasi, baik dalam organisasi kita maupun dengan pihak lain
di luar organisasi. Tujuannya adalah agar semua pihak dapat memberikan kontribusi terhadap
cara pencapaian tujuan dan sasaran komunikasi kesehatan.

Perencanaan komunikasi kesehatan dapat mengurangi ketidak pastian, mengantisipasi perubahan


yang bakal terjadi akibat komunikasi kesehatan, menjelaskan akibat dari tindakkan yang
mungkin akan terjadi jika ada perubahan, perencanaan membuat kita melihat ke depan,
mengantisipasi perubahan, memeperdulikan dampak dari perubahan dan mengembangkan
tanggapan yang tepat.

Perencanaan komunikasi kesehatan juga dapat mengurangi tumpang tindih dan aktivitas yang
tidak bermanfaat dalam komunikasi kesehatan, koordinasi sebelum berhadapan dengan fakta
yang tidak jelas, membuat kerja kita menjadi lebih jelas, terarah, tidak tumpang tindih dan kacau

Perencanaan komunikasi kesehatan membuat kita dapat mengawasi tujuan atau standarisasi dari
kerja komunikasi. Ada pepatah yang mengatakan kalau tidak ada perencanaan tidak ada
pengawasan.

Tipe – tipe perencanaan komunikasi kesehatan

Perencanaan strategis

Yaitu rencana pada tingkat komunitas atau organisasi, yakni perencanaan menyeluruh tentang
tujuan umum komunikasi kesehatan yang akan dicapai oleh kelompok atau suatu organisasi,
yakni perencanaan menyeluruh tentang tujuan umum komunikasi kesehatan yang akan
dicapai oleh kelompok atau suatu organisasi yang dikaitkan dengan posisi organisasi itu
dalam lingkungan.

Perencanaan operasional

Rencana khusus tentang komunikasi kesehatan dengan rincian tentang bagaimana


“menurunkan” tujuan yang menyeluruh ke konsep komunikasi kesehatan operasional
sehingga mudah di kerjakan untuk mencapai tujuan umum.

Perencanaan jangka panjang

Rencana untuk memperluas usaha dalam komunikasi kesehatan lima tahun mendatang
Perencanaan jangka pendek

Rencana untuk mengcover atau mencakup komunikasi kesehatan dalam satu tahun.

Perencanaan khusus

Rencana tertentu atau terbatas untuk melaksanakan suatu tugas, rencana itu demikian khusu,
terbatas dan ketat sehingga tidak ada ruang untuk diinterpretasi.

II.7.1 Cara sederhana merumuskan perencanaan komunikasi kesehatan

Bagan diatas menunjukkan bahwa proses perencannaan komunikasi perlu memperhatikan


beberapa hal

Penentuan tujuan dan sasaran utama

Perencanaan komunikasi kesehatan didahului oleh “penentuan tujuan utama” dan “sasaran
utama” yang akan dicapai oleh komunikasi kesehatan, atau nyatakan secara jelas apayang
ingin kita peroleh dari efek komunikasi, apakah perubahan sikap audiens pada aspek kognitif
saja, afektif saja, atau perubahan perilaku audiens.

Analisis Audiens

Analisis audiens bedasarkan kebutuhan, keinginan, karakterisitik demografis, psikologis,


sosiologis dan lain - lain

Karakterisik komunikator

Dari karakterisitik kebutuhan audiens diatas maka kita dapat menentukan karakteristik
komunikator antara lain :

Competence

Kemampuan komunikator yang diperlihatkan melalui kewenangan ( pangkat, jabatan,


kepakaran) diatas suatu subjek yang sedang dipercakapkan

Character
Yang diperlihatkan oleh moral komunikator

Intention

Motif atau maksud yang mendorong komunikator mengatakan sesuatu

Personality

Yakni perasaan kedekatan (proximity) antara komunikan dengan komuniktor (kesamaan


psikologis, sosiologis, antropologis sering mempengaruhi “rasa kedekatan” antara
komunikan dengan komunikator.

Charisma

Kualitas individu yang ditunjukkan oleh powerful language, social sensitivity, dan
attractiveness.

Dynamic

Yakni perasaan kedekatan (proximity) antara komunikan dengan komuniktor (kesamaan


psikologis, sosiologis, antropologis sering mempengaruhi “rasa kedekatan” antara
komunikan dengan komunikator.

Authority

Komunikator yang memegang kekuasaan dan wewenang tertentu lebih dipercayai


komunikan daripada yang tidak mempunyai kekuasaan atau wewenang.

Compliance

Komunikan lebih mudah mengadopsi perilaku komunikator karena hubungan diantara dua
pihak diiming – imingi oleh hukuman atau ganjaran.

Internalization

Komunikan kebih mudah menerima suatu pesan yang direkomendasikan komunikator karena
informasi itu merupakan indetifikasi diri/ pribadi komunikator.
Indetification

Komunikan juga lebih mudah menerima suatu pesan yang direkomendasikan komunikator
karena informasi itu erupakan indetifikasi diri/ pribadi komunikator.

Expertise

Kepakaran yang melekat pada seseorang komunikator, karena kepakaran dalam subyek yang
dipercakapkan atau yang diinformasikan akan memudahkan komunikan percaya kepada
komunikator.

Trusworthiness

Komunikan lebih mudah menerima komunikator yang dipercayai

Good will

Audiens lebih mudah menerima komunikan yang menurutnya memiliki kebaikkan tertentu

Emotional intteligence

Karakteristik pesan

Kita juga dapat memanipulasi pesan ( stukutur pesan, gaya pesan, dan daya tarik pesan)
seperti apakah yang dibutuhkan oleh audiens

Stuktur pesan

Penyimpulan

Tersirat

tersurat

Urutan argumentasi
Disenangi

Tidak disenangi

Gaya pesan

Perulangan

Mudah dimengerti

Pembedaharaan kata.

Daya tarikpesan

Rasional emotional

Fear appeals

Reward appeals

Karakteristik media

Karakteristik umum media:

Media sensoris

Media masa > cetak dan elektronik

Saluran> keluarga, kelompok, sekolah, gereja dll.

Dalam komunikasikesehatan, jarang kita hanya menggunakan satu saluran atau media, kita
dianjurkan menggunakan saluran campuran (mix Channel). Ingat pula bahwa setiap media
mempunyai keunggulan dan kelemahan, jadi pilihlah media yang paling disukai audiens artinya
dengan tingkat kelemahan yang paling kecil.

Anda mungkin juga menyukai