ANALISIS KESALAHAN
4.1. PENGUKURAN
4.1.1. Angka Penting (Significant Figure)
Angka penting adalah angka hasil pengukuran yang terdiri dari angka pasti (eksak)
dan angka perkiraan kesalahan. Untuk pengukuran tunggal angka pasti diperoleh dari
penghitungan skala alat ukur, sedangkan angka taksiran kesalahan diperoleh dari setengah
skala terkecil.
Penulisan angka nol pada angka penting, ternyata memberikan implikasi yang amat
berharga. Untuk mengidentifikasi apakah suatu angka tertentu termasuk angka penting
atau bukan, dapat diikuti beberapa kriteria di bawah ini:
Semua angka bukan nol termasuk angka penting.
Contoh: 2,45 memiliki 3 angka penting.
Semua angka nol yang tertulis setelah titik desimal termasuk angka penting.
Contoh: 2,60 memiliki 3 angka penting 16,00 memiliki 4 angka penting.
Angka nol yang tertulis di antara angka-angka penting (angka-angka bukan
nol), juga termasuk angka penting.
Contoh: 305 memiliki 3 angka penting 20,60 memiliki 4 angka penting.
Angka nol yang tertulis sebelum angka bukan nol dan hanya berfungsi sebagai
penunjuk titik desimal, tidak termasuk angka penting.
Contoh:
0,5 memiliki 1 angka penting.
0,0860 memiliki 3 angka penting.
Hasil pengukuran 186.000 meter memiliki berapa angka penting?. Sulit untuk
menjawab pertanyaan ini. Angka 6 mungkin angka taksiran dan tiga angka nol di
belakangnya menunjukkan titik desimal.Tetapi dapat pula semua angka tersebut
merupakan hasil pengukuran. Ada dua cara untuk memecahkan kesulitan ini.
Pertama: titik desimal diubah menjadi satuan, diperoleh 186 km (terdiri 3
angka penting) atau 186,000 km (terdiri 6 angka penting).
Kedua: ditulis dalam bentuk notasi baku, yaitu 1,86 x 105 m (terdiri 3 angka
penting) atau 1,86000 x 105 m (terdiri 6 angka penting).
Penulisan tersebut tergantung pada tingkat kepresesian/ketelitian alat ukurnya di mana
jumlah angka di belakan titik decimal merepresentasikan kepreseian alat ukur. Semakin
banyak jumlah anka di belakang titik decimal semakin kecil besaran fisis yang dapat
diukur oleh alat ukur bersangkutan.
Notasi ilmiah adalah cara penulisan hasil pengukuran dalam bentuk 10 berpangkat.
Notasi ilmiah digunakan untuk mempermudah penulisan angka yang sangat kecil maupun
angka yang sangat besar. Notasi ilmiah dirumuskan dengan
a x 10 b
dimana : a dalam satuan dan b bilangan bulat.
contoh
a. 0,000003 kg ditulis dengan 3x10-6kg. (=3 kg)
b. 298 000 000 m/s ditulis dengan 2,9x108 m/s
Pengukuran dan kesalahan eksperimental harus memiliki dijit penting terakhir pada
tempat yang sama (relatif terhadap titik desimal). Sebagai contoh : 54,1 ± 0,1; 121 ± 4;
8,764 ± 0,002; (7,63 ± 0,10).103.
2. Jika dijit paling kanan pada deretan angka setelah angka penting setelah koma
desimal kurang dari angka 5, angka yang paling kurang berarti tidak perlu
dinaikan nilainya.
Contoh :Jika dalam suatu pengukuran hanya terdapat angka penting, bilangan
1,284 dibulatkan menjadi 1,28
3. Jika dijit paling kanan pada deretan angka setelah angka penting setelah koma
desimal adalah angka 5, maka dilakukan pembulatan ke atas jika angka
sebelumnya/didepannya adalah bilangan ganjil dan ditiadakan bila angka
sebelumnya adalah bilangan genap.
Contoh :
Jika dalam suatu pengukuran hanya terdapat 3 angka penting,
1,285 dibulatkan menjadi 1,28
1,275 dibulatkan menjadi 1,28
Di samping memberikan keseimbangan antara jumlah yang dibulatkan ke atas dan ke
bawah pembulatan di atas juga memberikan nilai rata-rata yang mendekati nilai rata-rata
sesungguhnya. Perhatikan contoh berikut. baris terakhir adalah nilai rata-ratanya
Pembulatan Pembulatan
Data Asli sesuai Data Asli sesuai
ke atas ke atas
aturan aturan
4,15 4,2 4,2 4,55 4,6 4,6
4,25 4,3 4,2 4,65 4,7 4,6
4,35 4,4 4,4 4,75 4,8 4,8
4,45 4,5 4,4 4,85 4,9 4,8
4,55 4,6 4,6 4,95 5,0 5,0
4,35 4,4 4,36 4,75 4,8 4,76
Jelas tampak pembulatan ke atas memberikan nilai rata-rata yang lebih besar dari pada
nilai rata-rata sesungguhnya, dan pembulatan sesuai aturan memberikan nilai mendekati
nilai rata-rata sesungguhnya.
Contoh:
24,681 ketelitian hingga seperseribu
2,34 ketelitian hingga seperseratus
3,2 + ketelitian hingga sepersepuluh
30,221
Penulisan hasil yang benar adalah 30,2 ketelitian hingga sepersepuluh. Bila jawaban
ditulis 30,22 ketelitiannya hingga seperseratus. Hal ini menunjukkan hasil perhitungan
lebih teliti dibanding hasil pengukuran, karena hasil pengukuran yang dijumlahkan ada
yang ketelitiannya hanya sampai sepersepuluh, yaitu 3,2. Apalagi bila hasil perhitungan
ditulis 30,221, berarti ketelitian hasil perhitungan hingga seperseribu.
b. Perkalian dan pembagian.
Bila angka-angka penting dibagi atau dikalikan, maka jumlah angka penting
pada hasil operasi pembagian atau perkalian tersebut paling banyak sama dengan
jumlah angka penting terkecil dari bilangan-bilangan yang dioperasikan.
Contoh: 3,22 cm x 2,1 cm = 6,762 cm2, ditulis 6,8 cm2.
Gambar 1. Ilustrasi perbedaan presesi dan akurasi hasil eksperimen. Nilai yang
sesungguhnya diberikan oleh garis lurus, hasil pengukuran diberikan oleh titik-
titik data. Garis pada setiap titik-titik data menunjukkan besarnya kesalahan
Sedangkan Gambar 1. (b) memperlihatkan titik-titik data (hasil pengukuran) yang kurang
presesi, ditunjukkan oleh besarnya garis kesalahan pata setiap titiktitik data. Tetapi titik-
titik datanya sedemikian rupa menyebar dekat di sekitar garis lurus yang diharapkan.
Serara rata-rata nilai hasil pengukuran tersebut mendekati rata-rata nilai yang sebenranya.
Misalnya, beberapa orang A, B, C, D, E, dan F membuat alat ukur untuk mengukur
besaran fisis y dengan variabel bebas x. Hasil pengukurannya dengan alat standard dan
alat ukur yang berhasil dibuat oleh orang tersebut seperti Tabel 1 dan 2. Dari Tabel 1 dan
2 dapat dibuat grafik sebagai mana diberikan oleh Gambar 2 dan 3
Hasil Pengukuran y
10 R² = 1 y = x
8 R² = 1
y = x - 0.5
6 Ref
R² = 1
4 Alat A
2 Alat B
Alat C
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Variabel x
Gambar 2. Grfik dibuat dari Tabel 1
Alat ukur yang mana paling presesi dan akurat ?
18
y = 19.702x + 0.0964
16 R² = 0.9975
14
12
y = x + 1.653
10 R² = 0.961
HasilPengukuran, y
y = 10x + 4E-15
8 R² = 1
6 y = x - 0.396 Ref
R² = 0.998 Alat D
4
Alat E
2
Alat F
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Variabel bebas x
Gambar 3. Grfik dibuat dari Tabel 2
Alat ukur yang mana paling presesi dan akurat ?
4.2.2. Kesalahan (Error) dalam Eksperimen
Dalam pengumpulan data, terdapat dua jenis kesalahan eksperimen yaitu kesalahan
sistematik (systematic error) dan kesalahan acak (random error) yang akan memberi andil
terhadap kesalahan pada pengukuran suatu besaran.
A. Kesalahan sistemik
Kesalahan sistimatik ditimbulkan oleh sebab yang teridentifikasi, pada umumnya
dapat dikontrol atau mengkonpensasikannya. Kesalahan sistematik dapat berasal dari:
a. Instrumental (alat ukur) – titik nol alat ukur yang tidak sesuai. Kesalah karena
peralatan yang tidak terkalibrasi dengan benar. Misalnya mahasiswa melakukan
pengukuran panjang meja dengan menggunakan penggaris dari logam steel secara
berulang. Hasil pengukurannya adalah (1,982 0,001) m. Penggaris telah
terkalibrasi pada suhu 250C dengan koefisien ekspansi linier 0,00050C-1. Karena
pengukuran dilakukan pada suhu 200C maka hasil pengukuran seharusnya dikoreksi,
yaitu dengan mengalikan hasil pengukuran dengan factor koreksi sebesar 1 +
(0,0005x(20-25)) = 0.9975. Maka hasilnya adalah 1,977 m, Atau pengukuran
dilakukan pada suhu yang sama dengan mengontrol suhu, Dengan demikian
kesalahan dapat dikompensasi atau dikontrol sehingga keakuratan hasil pengukuran
dapat diperbaiki.
b. Pengamatan/pembacaan – contoh: paralaks dalam pembacaan skala
c. Lingkungan – contoh: tenaga listrik yang turun sehingga menyebabkan pengukuran
arus menjadi terlalu rendah. Ini dapat dikontrol dengan pemasangan UPS/penstabil
tegangan.
d. Teori – disebabkan oleh penyederhanaan dari suatu model atau pendekatan pada
persamaan, contoh: jika gaya gesek bekerja saat eksperimen namun gaya tersebut
tidak dimasukan dalam teori, yang mengakibatkan antara eksperimen dan teori tidak
sama.
Kesalahan di atas tidak mudah dipelajari secara statistik, tetapi dapat diperkirakan dari
analisa kondisi dan tehnik eksperimen, alat ukur, dan cara pengamatan/deteksinya.
B. Kesalahan acak
Kesalahan acak muncul karena fluktuasi pengamatan yang mengakibatkan setengah
dari pengukuran akan terlalu tinggi atau terlalu rendah, data terdistribusi di sekitar nilai
pusat tertentu. Sumber kesalahan acak tidak selalu dapat diidentifikasi. Sumber kesalahan
acak yang mengkin adalah
a. Pengamatan – contoh : kesalahan pengamat saat pembacaan skala alat ukur pada
bagian-bagian terkecil
b. Lingkungan – contoh : perubahan yang tidak dapat diperkirakan pada rangkaian
tegangan, temperatur atau getaran mekanis dari sebuah peralatan
c. Besaran fisis yang diukur adalah acak – radiasi radioaktif di mana datangnya radiasi
adalah acak
Kesalahan acak dapat dikuantisasi dengan analisa statistik, sehingga efek
kesalahan acak pada besaran dan hukum fisika pada suatu eksperimen dapat ditentukan.
Efek kesalahan acak dan kesalahan sistimatik dapat digambarkan sebagaimana diberikan
pada Gambar 4. Gambar tersebut memperlihatkan pengukuran secara berulang suatu
kuantitas fisis x di mana nilai yang rata-ratanya (nilai yang sebenarnya) adalah x0. Efek
kesalahan random adalah menghasilkan penyebaran terhadap nilai pengukuran.
Gambar 4. (a), data terdistribusi di sekitar titik pusat x0 dapat mengikuti distribusi
normal (Gausian) atau Poison. Efek kesalahan sistemik diperlihatkan pada Gambar 4. (b),
data hasil pengukuran kurang menyebar tetapi bergeser (dapat kearah yang lebih
besar/lebih kecil) dari titik x0. Jika terdapat kesalahan sistemik dan random, maka hasil
pengukuran selain bergeser dari titik (nilai) x0, dan datanya juga menyebar terdistribusi di
sekitar nilai x tertentu.
Kuantitas x adalah dapat berupa standar deviasi (akar kuadrat rata-rata deviasi) dari
distribusi hasil N pengukuran. Kita mengacu pada x sebagai kesalahan (eror) dari hasil
pengukuran, sering x diungkapkan sebagai x = + di mana adalah kontribusi dari
kesalahan random (statistik) dan adalah kontribusi dari kesalahan sistemik. Kesalahan
eksperimen tersebut merepresentasikan keakuratan hasil pengukuran dalam eksperimen
dan digunakan untuk memprediksi, membandingkan seberapa jauh pengukuran
menyimpang dari nilai yang sebenarnya. Dengan demikian nilai numerik dari kesalahan
menjadi krusial dalam menginterpretasikan hasil pengukuran.
Misalnya, beberapa hasil pengukuran laju gelombang elektromagnet secara
eksperimen :
Michelson (Amerika Serikat, 1926) dengan metode cermin berputar :
(299.798 4) km/s
Bergstrand (Swedia, 1950) dengan metode Geodimeter:
(299.792,50 0,25) km/s
Evenson dkk. (Amerika Serikat, 1973) dengan metode Laser :
(299.792,4574 0,0012) km/s
Hasil pengukuran memperlihatkan kesalahan (eror) yang berbeda, dan dengan tingkat
keakuratan dan kepresesian yang berbeda. Sementara itu, hasil perhitungan laju cahaya
secara teoritis (pers. Maxwel):
299.803,0513 km/s.
Bila hasil pengukuran di atas dibandingkan dengan hasil perhitungan teoritis di mana hasil
perhitungan sebagai acuan, maka :
1. Dilihat dari akurasinya maka hasil pengukuran oleh Michelson yang paling
akurat (konsisten), tetapi dengan presesi yang rendah.
2. Dilihat dari presesianya maka hasil pengukuran Evenson dkk. yang paling
presesi tetapi dengan akurasi yang kurang baik (tidak konsisten)
Perbandingan hasil pengukuran Bergstrand dan Evenson dkk. memperlihatkan hasil yang
konsiten satu sama lain dengan tingkat kepresesian yang sedikit berbeda. Jadi dengan
megetahui nilai numerik kesalahannya kita dapat memutuskan signifikansi hasil
pengukuran/eksperimen.
Cara yang benar untuk menuliskan hasil pembacaan/pengukuran adalah dengan
menuliskan hasil pengukuran dan ketidakpastiannya. Misalnya, aturan dalam Gambar 5,
nilai panjang dalam meter terbaca sekali pengukuran adalah 128,9. Berkaitan dengan
ketidakpastian dari mistar adalah 0,05 cm, kita menulisnya (128,90±0,05)cm. dengan
demikian nilai yang sesungguhnya adalah dalam kisaran antara 128,85 dan 128,95 cm.
Kesalahan yang dilaporkan di sisni adalah 0,05 cm karena mistar memiliki skala terkecil
1 mm (0,1 cm) dan kita tidak dapat melakukan pengukuran lebih kecil dari 1 mm.
Gambar 5
Nilai yang terukur x = xrata-rata ± x. Karena x adalah hanya perkiraan
ketidakpastian, oleh karena itu kita harus tidak menuliskannya dengan presisi terlalu
banyak. Misalnya, menulis nilai percepatan gravitasi sebagai g = 9,82 ± 0,02385 ms-2
adalah tidak benar. Nilai rata-ratanya hanya 2 angka di belakang koma sehinngga ketidak-
pastiannya dilaporkan paling banyak dua angka penting. Menerapkan prinsip ini, kita
dapat menulis ulang nilai g sebagai, g = 9.82 ± 0.02 ms-2
Contoh lain, anggaplah kecepatan sebuah roket diukur v = 6050,78 m/s. Jika
menyajikan hasil pengukuran tersebut dengan ketidakpastian 30 m/s maka v = 6050,78 ±
30 m/s adalah tidak benar. Dengan bilangan ±30 menunjukkan bahwa kecepatan terendah
adalah 6020 dan tertingginya adalah 6080. Ini berarti bahwa dua bilangan 7 dan 8 tidak
memiliki arti penting karena kita hanya dapat secara akurat mengukur pada digit puluhan
dan tidak ada nilai-nilai desimal. Menulisnya dalam bentuk 6050 ± 30 m/s akan lebih
masuk akal. Jika, ketidakpastian adalah 0,3 m/s kita dapat menulis nilai sebagai 6050,8 ±
0,3 m/s.
Ternyata deviasi rata-rata adalah nol. Kuantitas yang lebih berguna adalah menyatakannya
dalam kuadrat deviasi. Jumlah kuadrat deviasi adalah 0,16 dan rata-rata akar kuadrat
deviasinya adalah 0,03
Ketidakpastian adalah berkaitan dengan standar deviasi. Jika µ adalah nilai yang
sebenarnya dari beberapa kuantitas; xi adalah hasil dari suatu pengukuran, dan diperoleh
dalam beberapa pengukuran. Dalam hubungannya dengan penyimpangan dapat
didefinisikan dua bentuk penyimpangan, yaitu
a. Kesalahan (error)
ei = xi - µ
adalah selisih antara hasil pengukuran dan nilai sebenarnya.
b. Deviasi
d i = xi - x
adalah jarak antaya hasil pengukuran dari nilai rata-ratanya.
N
Standar kesalahan (error) :
s = 0.25 x 1011Nm-2
N 1
1
Standar kesalahan dalam rata-rata : m s = 0.08 x 1011Nm-2
N 1
Sehingga nilai perkiraan terbaik hasil eksperimen Modulus Young dapat ditulis
dalam bentuk : E = (1.98 ± 0.08) x 1011Nm-2
.3000
.25000
Distribusi Poison
.2000
.15000
.1000
.05000
.000
0 2 4 6 8 10
x
Gambar. 6. 10 koin dilempar keatas masing-masing
sebanyak 10 kali. Distribusi Binomial, = 5 dan p=0.5
4.4.2. Distribusi Poison
Distribusi Poison adalah merepresentasikan pendekatan keadaan khusus dari
distribusi binomial di mana jumlah rata-rata lebih kecil dari pada jumlah yang mungkin,
<< n karena p << 1. Yang dibicarakan adalah kejadian dengan probabilitas yang sangat
kecil, kejadian yang langka terjadi, kejadian yang acak di mana kita tidak tahu akan
terjadinya suatu kejadian. Variabelnya adalah acak dan diskrit.
8
7
6
5
Frekuensi
4
3
2
1
0
0 5 10 15 20
Jumlah cacahan per 15 detik
0.7
0.6
0.5
Distribusi Gaussian
0.4
0.3
0.2
0.1
0
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4
x-
Nilai rata-ratanya adalah tepat di tengah-tengah sehingga deviasi di sebelah kanandan kiri
dari rata-ratanya adalah seimbang
x
2 x x
i
2
2
N
Deviasi xi - x dapat dinyatakan dalam bentuk deviasi ui - u , vi - v , …. Sehingga
x x
xi x (ui u ) (vi v) .... 3
u v
Kombinasi dari persamaan 2 dan 3 diperoleh
x x
2
1
x (ui u ) (vi v) ....
2
N u v
1 x
2
x
2
x x
(ui u ) 2 (vi v) 2 2(ui u )(vi v) ....
N u v u v
Dua suku pertama persamaan di atas didefinisikan sebagai varian u2 dan v2, yaitu
1
u 2 (ui u ) 2
N
1
v 2 (vi v) 2
N
4
Suku ke tiga, didefinisikan kovarian uv2 antara variabel u dan v sebagai
1
uv 2 (ui u )(vi v)
N
5
Dari ketiga definisi tersabut dapat diperoleh varian x2 untuk x, yaitu
2 x 2 x x x
2 2
x u v 2 uv 2 ....
2
6a
u v u v
x x
2 2
x u v 2 ....
2 2
6b
u v
Persamaan 6a ini dikenal sebagai persamaan perambatan kesalahan. Suku ke tiga dari
persamaan dapat diabaikan hanya jika kuantitas u dan v, …..adalah bebas satu sama lain
(independent) dan bernilai sangat kecil. Dengan demikian perasamaan 6a sering
diungkapkan dalam bentuk perasamaan 6b tanpa suku ke tiga.
4.5.2. Formula Kesalahan Khusus
Persamaan 6 merupakan bentuk umum varian dari suatu kuantitas sebagai fungsi
sembarang. Dalam keadaan khusus dari fungsi x=(u,v….), di mana u dan v adalah
variabel dengan parameter a dan b adalah konstan.
x u u2
2 2
7a
u
karena turunan parsial (x/u) =1. Ketidakpastian relatifnya diberikan oleh persamaan
x u u
7b
x x ua
b. Jika x adalah jumlah dari u dan v dengan relasi
x = au + bv
Turunan parsial (x/u) = a dan (x/v) = b, sehingga dari pers. 6a diperoleh
C. Perpangkatan
Jika x diperoleh dari perpangkatan dalam bentuk
x = aub
dimana b adalah bilangan. Turunan x terhadap u adalah
x bx
abu b 1
u u
Kesalahan relatif terhadap x adalah
x u
b 11
x u
D. Eksponensial
a. Jika x diperoleh dari eksponensial u dalam bentuk
x=aebu
Turunan x terhadap u
x
abebu bx
u
Kesalahan relatif terhadap x adalah
x
b u 12
x
b. Jika x diperoleh dari bilangan berpangkat u dalam bentuk
x = ab.u
Ini dapat diungkapkan dalam bentuk eksponensial
x = (eln(a))bu = e(b.ln(a)).u
= ecu
Dengan mendefiniskan c=b.ln(a). Dengan cara seperti di atas dapat diperoleh
kesalahan relatifnya,
x
c. u (b. ln a). u 13
x
E. Logaritma
Jika x diperoleh dari logaritma u dari relasi
x= a.ln(bu)
Turunan x terhadap u
x ab
u u
Sehingga dapat diperoleh standar deviasinya sebagai
x a.b u 14
u
G. Fungsi Sudut
Jika x sebagai fungsi u dengan relasi
x = a.cos(bu)
Turunan x terhadap u
x
a.b.sin( bu )
u
Sehingga standar deviasinya adalah
x u .a.b.sin( bu) 15