Anda di halaman 1dari 10

APLIKASI TEORI KEPERAWATAN KOMUNITAS MODEL CALISTA ROY

PADA KELOMPOK LANSIA DI DESA A

Disusun Sebagai Laporan Penugasan


Mata Kuliah Blok 4.1 Keperawatan Komunitas
Dosen Pengampu : Muflih, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.Kom

Disusun Oleh :
Kelompok 4 (Kelas A.13.02)
Ida Ayu Deva Wulandari (16130082)
Reynaldi Dippos Lubis (16130083)
Ansi Utami Ndapa Doda (16130084)
Gusti Ayu Saraswati (16130085)
Natalia Diyan Putri (16130086)
Luh Putu Ayu Mahendra Yanti (16130087)
Aridayanti Fajar Putri (16130088)
Amelya Megayanti Br. Sembiring (16130089)
Elisabeth Oktavenieka Fillia Kaut (16130090)

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2019/2020
I. Latar Belakang
Komunitas adalah suatu unit yang terdiri dari satu atau lebih kelompok yang
mana memiliki nilai atau tujuan yang sama (Dermawan, 2012). Akan tetapi, kelompok
satu dengan kelompok lainnya memiliki karakteristik yang berbeda. Oleh karena itu,
masalah yang dihadapi berbeda pula antara kelompok satu dan kelompok lain.
Keperawatan komunitas merupakan suatu proses pemberian pelayanan yang berfokus
pada pengaruh lingkungan terhadap komunitas (Dermawan, 2012).
Dalam memberikan pelayanan ini, diperlukan acuan dalam prakteknya sehingga
dapat membantu klien menyelesaikan masalahnya (Dermawan, 2012). Pada cabang
ilmu keperawatan komunitas, para ahli mengembangkan beberapa konsep yang dapat
dijadikan sebagai acuan dalam memberikan pelayanan di komunitas (Mubarak &
Chayatin, 2011). Dalam komunitas, tidak semua teori dapat diterapkan karena
memiliki masalah yang berbeda-beda pada setiap komunitas. Sister Callista Roy
mengembangkan teori model adaptasi (Mubarak & Chayatin, 2011; Dermawan, 2012;
dan Chilton, dkk., 2013). Penerapan teori ini akan membantu klien terhadap perubahan
pada fisologis, konsep diri, fungsi peran, dan interpendensi (Mubarak & Chayatin,
2011). Selain itu, teori ini juga dapat diterapkan dalam meningkatkan koping klien
yang dihadapkan dengan perubahan zaman yang begitu pesat sehingga tetap adaptif
bagi komunitas (Chilton, dkk., 2013).
II. Tujuan
A. Umum
Mahasiswa mengetahui teori/konsep model dari Calista Roy.
B. Khusus
Mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan biografi dari Calista Roy.
2. Menjelaskan 4 definisi paradigma keperawatan berdasarkan sudut pandang
Calista Roy.
3. Mengidentifikasi variabel dari masing-masing komponen paradigma dari
teori/konsep model Calista Roy.
4. Menjelaskan keterkaitan masing-masing variabel dalam diagram/gambar.
5. Menjelaskan aplikasi teori dengan kasus.
6. Menjelaskan implikasi dalam praktek/keilmuan keperawatan.
III. Tinjauan Teori
A. Biografi
Sister Callista Roy adalah salah satu ahli yang berasal
dari Amerika yang mengembangkan teori keperawatan
komunitas. Teori keperawatan yang dikembangkan
Roy dikenal dengan teori adaptasi. Sister Callista Roy
lahir pada 14 Oktober 1939 di Los Angeles,
California, Amerika. Sister Calista Roy menempuh
pendidikan sarjana keperawatan di Mount St. Mary’s
College pada tahun 1963. Kemudian, ia melanjutkan
pendidikan dengan mengambil magister keperawatan di University of California,
Los Angeles pada tahun 1966. Setelah menyelesaikan pendidikannya, ia
mendapatkan gelar master dan doktor dalam sosiologi dari UCLA. Kini, Sister
Callista Roy mejabat sebagai profesor keperawatan neuroscience di University of
California, San Fransisco. Selain itu, Roy juga menulis beberapa buku terkait ilmu
keperawatan seperti Conceptual Models for Nursing Practice (1974), Introduction
to Nursing: An Adaption Model (1976), Teoria da enfermagem: o modelo de
adaptação de Roy (1981) dan Generating Midle Range Teori: From Evidence to
Practice (2013).

B. Paradigma Keperawatan
1. Manusia
Menurut Roy, manusia adalah individu yang dipandang sebagai makhluk
holistik yang harus berinteraksi dengan lingkungan kemudian beradaptasi
dalam segala aspek untuk dapat meningkatkan dan mempertahankan perilaku
adaptif, atau mengubah perilaku maladaptif menjadi adaptif (Mubarak &
Chayatin, 2011).
2. Kesehatan
Menurut Roy, kesehatan adalah suatu keadaan dimana individu menjadi
terintegritas yang meliputi integritas fisik, psikologis, dan sosial sehingga dapat
beradaptasi dengan perubahan apapun(Mubarak & Chayatin, 2011).
3. Lingkungan
Menurut Roy, lingkungan adalah semua keadaan dari kondisi tertentu
yang dapat menjadi penyebab perilaku adaptif maupun maladaptif terhadap
perkembangan dan perilaku individu maupun komunitas (Mubarak &
Chayatin, 2011; Dermawan, 2012).
4. Keperawatan
Menurut Roy, keperawatan merupakan suatu proses untuk memanipulasi
faktor penyebab dengan cara yang telah direncanakan sehingga pasien dapat
meningkatkan atau mempertahankan perilaku adaptif, dan atau untuk
mengubah perilaku maladaptif menjadi adaptif (Dermawan, 2012).
Menurut Roy, teori model adaptasi adalah bagaimana cara individu
mampu meningkatkan atau mempertahankan kesehatan saat dihadapkan
dengan perubahan lingkungan yang berjalan terus-menerus dengan cara
mempertahankan perilaku adaptif dan mengubah perilaku maladaptif pada
suatu komunitas (Mubarak & Chayatin, 2011).
Menurut Roy, dalam memberikan asuhan keperawatan dilakukan
pengkajian pada tingkat I dan II. Kemudian, dilanjutkan dengan menegakkan
diagnosa, penentuan tujuan, intervensi, dan evaluasi (Dermawan, 2012).
a. Pengkajian
Pada pengkajian tingkat I, fokus pengkajian yaitu menentukan
perilaku klien termasuk adaptif atau maladaptif yang dapat dilakukan
dengan wawancara, observasi, ataupun pengukuran. Sementara,
pengkajian tingkat II berfokus pada stimulus atau faktor yang
menyebabkan perilaku maladaptif. Berikut merupakan fokus pengkajian
pada tingkat II (Dermawan, 2012).
1) Identifikasi stimuli focal, yaitu mengidentifikasi perubahan
perilaku langsung dan berpengaruh kuat setelah diberikan stimulus
(Dermawan, 2012).
2) Identifikasi stimuli kontekstual, yaitu mengkaji penyebab
terjadinya perilaku maladaptif baik dari internal maupun eksternal
(Dermawan, 2012). Menurut Roy (1989) dalam Dermawan (2012),
faktor kontekstual yang dapat mengakibatkan perilaku maladaptif
yaitu genetik, sex, tahap perkembangan, obat, alkohol, tembakau,
konsep diri, peran fungsi, interdependensi, pola interaksi sosial,
koping mekanisme, stress emosi dan fisik religi, dan lingkungan
fisik.
3) Identifikasi stimuli residual, yaitu mengkaji ciri tambahan seperti
adanya pengaruh masa lalu yang mengakibatkan perilaku
maladaptif sekarang (Dermawan, 2012).
b. Diagnosa
Menurut teori adaptasi yang dikemukakan Roy, diagnosa keperawatan
merupakan hasil dari proses analisis pengkajian yang berhubungan
dengan kurang atau ketidakmampuan adaptasi perilaku klien
(Dermawan, 2012).
c. Penentuan Tujuan
Menurut Roy, dalam menentukan tujuan dikategorikan menjadi dua
yaitu tujuan jangka panjang dan pendek.Hal-hal yang menjadi tujuan
jangka panjang yaitu hidup, tumbuh, reproduksi, dan kekuasaan.
Sementara, hal-hal yang menjadi tujuan jangka pendek yaitu
tercapainya tingkah laku yang adaptif setelah diberikan intervensi
terhadap penyebab perilaku maladaptif (Dermawan, 2012).
d. Intervensi
Menurut Roy, intervensi keperawatan yang dilakukan berusaha
membantu meningkatkan atau mempertahankan perilaku adaptif atau
mengubah perilaku yang maladaptif menjadi adaptif. Selain itu, fokus
intervensi menurut Roy juga pada kemampuan individu untuk
beradaptasi menghadapi segala perubahan yang terjadi pada lingkungan
(Dermawan, 2012).
e. Evaluasi
Menurut Roy, evaluasi dilakukan dengan menilai keberhasilan
intervensi yang telah diberikan dalam meningkatkan atau
mempertahankan perilaku adaptif, atapun merubah perilaku maladaptif
menjadi adaptif (Dermawan, 2012).
C. Variabel Komponen Paradigma Keperawatan
1. Input
Input artinya masukan. Dalam teori Roy, input yang dimaksud adalah
masuknya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku klien baik dari
faktor internal maupun eksternal (Aini, 2018).
2. Kontrol
Kontrol dalam teori yang dikemukakan Roy yaitu digambarkan sebagai
mekanisme koping individu dalam menghadapi stimulus. Menurut Roy, ada
dua mekanisme kontrol yaitu regulator dan kognator. Regulator merupakan
respon fisiologis tubuh seperti perubahan pada sistem endokrin, sedangkan
kognator merupakan respon otak terhadap stimulus baik dalam bentuk
pengambilan keputusan ataupun emosi (Nursalam, 2008).
3. Efektor
Efektor digambarkan oleh Roy sebagai suatu proses internal yang terdiri
dari fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan interpedensi (Aini, 2018).
4. Output
Output yang dimaksud Roy yaitu respon berupa perilaku maladaptif atau
adaptif setelah stimulus diproses (Aini, 2018).
D. Keterkatan Variabel
HUMAN
SYSTEMS

Self-Concept
Physiologic- Group
Physical Identity
STIMULI
COPING BEHAVIOR
PROCESSES

BEHAVIOR
Inter-
dependence
Role Fuction

ADAPTATION
Perubahan lingkungan merupakan stimuli yang dapat mempengaruhi perilaku
kelompok (Dermawan, 2012; Aini, 2018). Saat ada stimuli, kelompok akan berekasi
terhadap perubahan lingkungan sesuai dengan proses koping masing-masing. Melalui
proses kontrol regulator, stimuli lingkungan direspon secara otomatis melalui
fisiologis tubuh, sedangkan proses kontrol kognator diproses melalui kognitif dan
emosi (Nursalam, 2008). Setelah melalui proses kontrol (proses koping), hasil proses
dapat dilihat fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan interpedensi kelompok
(Aini, 2018). Hasil dari proses ini dapat berupa perilaku yang adaptif atau maladaptif
tergantung proses kontrol (proses koping) yang dilakukan setiap kelompok
(Dermawan, 2012; Aini, 2018).

IV. Tinjauan Kasus


A. Deskripsi Kasus
Di desa A perawat melakukan pengkajian terkait masalah kesehatan pada
kelompok lansia. Setelah dilakukan pengkajian, didapatkan data 75% lansia
mengatakan suka mengkonsumsi makanan manis, 50% lansia mengatakan
mempunyai riwayat merokok dan 25% lansia mengatakan memiliki orang tua
yang juga menderita DM. Dari hasil pemeriksaan didapatkan hasil 80% lansia
memiliki nilai gula darah yang tinggi. Setelah dikaji lebih lanjut, 80% lansia
mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit diabetes melitus. Perawat
kemudian memberikan penyuluhan mengenai penyakit diabetes melitus, hingga
terapi yang dapat dilakukan. Setelah menerima materi, 60% kelompok lansia
memutuskan menggunakan insulin dan akan menjaga pola makannya, sedangkan
40% lansia mengatakan tidak mau menggunakan insulin dan lebih suka makan
makanan manis.
B. Aplikasi Teori dengan Kasus
Model konsep teori adaptasi Roy mengatakan adanya input dari
lingkungan dapat merubah status kesehatan yang kemudian mempengaruhi respon
perilaku (Aini, 2018). Pada teori model adaptasi yang diterapkan pada kasus ini
adalah adanya upaya perawat mengidentifikasi input dari lingkungan yang
menyebabkan kelompok lansia mengalami diabetes melitus. Kemudian, setelah
mengetahui penyebabnya menurut teori Roy harus dilakukan manipulasi faktor
penyebab (Dermawan, 2012). Teori model adaptasi yang diterapkan pada kasus
yaitu dengan memberikan penyuluhan. Setelah, diberikan intervensi menurut teori
Roy harus dilakukan evaluasi terkait respon perilaku apakah maladaptif atau
adaptif (Dermawan, 2012). Teori model adaptasi yang diterapkan pada kasus yaitu
sebagian kelompok lansia memiliki keinginan untuk memutuskan menggunakan
insulin dan menjaga pola makan merupakan respon yang adaptif, sedangkan
sekelompok lansia yang memutuskan tidak menggunakan insulin dan memilih
tetap mengkonsumsi makanan manis merupakan respon maladaptif. Menurut Roy,
teori model adaptasi adalah bagaimana cara individu mampu meningkatkan atau
mempertahankan kesehatan saat dihadapkan dengan perubahan lingkungan yang
berjalan terus-menerus dengan cara mempertahankan perilaku adaptif dan
mengubah perilaku maladaptif pada suatu komunitas (Dermawan, 2012).
Berdasarkan teori tersebut, kelompok lansia yang memiliki respon adaptif
dipertahankan atau ditingkatkan, sedangkan kelompok lansia yang memiliki
respon maladaptif dimanipulasi lagi stimulusnya sehingga dapat berubah menjadi
adaptif.
V. Pembahasan
A. Kelebihan Aplikasi Teori dengan Kasus
Model adaptasi yang di kemukakan oleh Roy perawat bisa lebih mengetahui
dan memahami penyebab kelompok lansia mengalami perubahan status
kesehatan, proses mekanisme koping dan effektor sebagai upaya kelompok untuk
mengatasi masalah.
B. Kekurangan Aplikasi Teori dengan Kasus
Kekurangan dari Model adaptasi Roy terletak pada sasarannya, hanya
berfokus pada perubahan perilaku kelompok menjadi adaptif tanpa
memperhatikan hal lainnya seperti upaya caring saat mengidentifikasi stimulus.
Selain itu, penerapan teori ini untuk diaplikasikan dalam kelompok membutuhkan
waktu yang lama serta upaya yang lebih.
C. Hasil Riset Aplikasi Teori dalam Praktik Keperawatan
1. Ita Susanti melakukan riset aplikasi teori model callista roy dalam pemberian
asuhan keperawatan pada Ny.S dengan kista ovarium di sukamaju kota
bengkulu pada Desember tahun 2017. Pada hasil riset ini didapatkan hasil
bahwa teori adaptasi Roy efektif diaplikasikan pada penderita kista ovarium
dengan mengelola stimulus-stimulus serta meningkatkan koping (Susanti, I.,
2017).
2. Zuhrotul Rofiqoh, Nurfika Asmaningrum, dan Dodi Wijaya melakukan riset
tentang hubungan model adaptif konsep diri berbasis teori callista roy dengan
kemampuan interaksi sosial anak tunagrahita di SLB-C TPA kaupaten jember
pada Mei tahun 2018. Pada hasil riset ini dapat disimpulkan bahwa konsep diri
yang disampaikan dalam teori Roy dapat mempengaruhi perilaku anak yang
yang mengalami perubahan status kesehatan. Anak yang memiliki konsep diri
baik cenderung memiliki perilaku yang adaptif (Rofiqoh, A., dkk., 2018).
3. Syane A.F, Djaruu, Esrom Kanine,dan Tinneke Tololiu melakukan riset
aplikasi konsep stres adaptasi menurut calista roy terhadap pengalaman ibu
rumah tangga pasca trauma kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) pada
Februari tahun 2016. Pada penelitian ini menerapkan teori Roy dengan
mengamati perilaku ibu rumah tangga pasca menerima kekerasan dalam rumah
tangga apakah adaptif atau maladaptif (A., Syane F., 2016).
VI. Implikasi
A. Perawat harus mampu mengenal terlebih dahulu karakteristik kelompok, membina
hubungan saling percaya, dan menghormati nilai dan budaya kelompok agar dapat
mengidentifikasi stimulus yang menyebabkan perubahan status kesehatan, yang
selanjutnya dapat diidentifikasi respon perilaku maladaptif atau adaptif yang
ditunjukkan terhadap perubahan yang terjadi. Selain itu, dengan teori adaptasi Roy
perawat dapat mengembangkan intervensi promosi kesehatan dengan perilaku
adaptif.
B. Penerapan teori ini dapat diterapkan pada cabang ilmu keperawatan jiwa, medikal
bedah, maternitas, lansia, keluarga, dan komunitas.
C. Kendala yang dihadapi dalam menerapkan teori ini misalnya perbedaan keyakinan,
persepsi, nilai dan budaya yang mengakibatkan hambatan dalam proses pengkajian
stimulus pada kelompok agregat.
VII. Kesimpulan
Pada kelompok lansia yang sudah berperilaku adaptif terkait perubahan status
kesehatan dapat ditingkatkan atau dipertahankan agar tetap adaptif, sedangkan
kelompok lansia yang berperilaku maladaptif agar diberikan manipulasi stimulus agar
perilaku dapat adaptif.
VIII. Daftar Pustaka
A., Syane F., dkk. (2016). Aplikasi Konsep Stres Adaptasi Menurut Callista Roy
terhadap Pengalaman Ibu Rumah Tangga Pasca Trauma Kekerasan dalam Rumah
Tangga (KDRT). Jurnal Sariputra, 3(1), 88-97.
Aini, N. (2018). Teori Model Keperawatan. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang.
Chilton, S., dkk. (2013). Keperawatan Komunitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dermawan, D. (2012). Buku Ajar Keperawatan Komunitas. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.
Efendi, F. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Mubarak, W. I. & Chayatin, N. (2011). Ilmu Keperawatan Komunitas. Jakarta:
Salemba Medika.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Rofiqoh, Z. Asmaningrum, N., & Wijaya, D. (2018). Hubungan Mode Adaptif
Konsep Diri Berbasis Teori Callista Roy dengan Kemampuan Interaksi Sosial Anak
Tuna Grahita di SLB-C TPA Kabupaten Jember. Jurnal Pustaka Kesehatan, 6(2), 312-
318.
Susanti, I. (2017). Aplikasi Teori Model Callista Roy dalam Pemberian Asuhan
Keperawatan pada Ny. S dengan Kista Ovarium di Sukamaju Kota Bengkulu. UPTD
Puskesmas Padang Serai Kota Bengkulu, 5(2), 42-49.

Anda mungkin juga menyukai