Tugas Makalah Pil Reby Oktarianda (Rev Iv Acc) PDF
Tugas Makalah Pil Reby Oktarianda (Rev Iv Acc) PDF
OLEH:
REBY OKTARIANDA
1910247115
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ..............................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................................. v
I. PENDAHULUAN ................................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang......................................................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ................................................................................................................. 4
II. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN KAWASAN TAMAN
NASIONAL TESSO NILO DI DESA LUBUK KEMBANG BUNGA KECAMATAN UKUI
KABUPATEN PELALAWAN PROPINSI RIAU ................................................................... 5
2.1. Taman Nasional ....................................................................................................................... 5
2.2. Pengelolaan Taman Nasional .................................................................................................. 7
2.3. Taman Nasional Tesso Nilo .................................................................................................... 8
2.3.1. Karakteristik Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo ................................................ 12
2.3.2. Keanekaragaman Hayati di Taman Nasional Tesso Nilo ......................................... 13
2.4. Pemberdayaan Masyarakat .................................................................................................... 16
2.5. Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo di Desa
Lubuk Kembang Bunga Kecamatan Ukui Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau .................. 18
2.5.1. Administrasi Desa Lubuk Kembang Bunga ............................................................. 18
2.5.2. Kondisi Geografis Kecamatan Ukui ......................................................................... 19
2.5.3. Penduduk dan Mata Pencaharian Masyarakat Desa Lubuk Kembang Bunga .......... 19
2.5.4. Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo
di Desa Lubuk Kembang Bunga Kecamatan Ukui Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau ............. 22
III. DAMPAK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN KAWASAN
TAMAN NASIONAL TESSO NILO DI DESA LUBUK KEMBANG BUNGA KECAMATAN
UKUI KABUPATEN PELALAWAN PROPINSI RIAU ....................................................... 28
3.1. Dampak Ekonomi .................................................................................................................. 28
3.2. Dampak Sosial dan Budaya ................................................................................................... 29
3.3. Dampak Lingkungan ............................................................................................................. 30
IV. OPTIMALISASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN
KAWASAN TAMAN NASIONAL TESSO NILO DI DESA LUBUK KEMBANG BUNGA
KECAMATAN UKUI KABUPATEN PELALAWAN PROPINSI RIAU ............................... 32
4.1. Rendahnya Tingkat Partisipasi Masyarakat atas Program Pemberdayaan Balai TN Tesso Nilo
untuk Peningkatan Ekonomi Alternatif di Desa Lubuk Kembang Bunga ............................. 32
4.2. Belum Optimalnya Peran Balai TN Tesso Nilo dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat
Desa Lubuk Kembang Bunga untuk melindungi keberadaan TN Tesso Nilo ....................... 33
4.3. Tidak adanya Peran Pemerintah Daerah dalam Mendukung Pengelolaan Kawasan TN Tesso
Nilo sehingga Perambahan Kawasan Masih Terjadi ............................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 36
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................... 40
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
I. PENDAHULUAN
ditawarkan pihak Balai TN Tesso Nilo. Idealnya melalui program partisipatif yang
dirancang bersama antara pihak Balai TN Tesso Nilo dan masyarakat diharapkan ke
depan dapat mewujudkan dampak positif diantara keduanya.
Adapun peran Balai TN Tesso Nilo dirasa belum optimal di dalam melakukan
pemberdayaan masyarakat. Hal ini terlihat dari tingkat musyawarah masyarakat dan
komunikasi yang terjalin antar masyarakat dengan pihak Balai TN Tesso Nilo sangat
kurang. Manurung (2015) menjelaskan kegiatan musyawarah yang terjadi antara pihak
Balai TN Tesso Nilo dengan masyarakat Desa LKB hanya berkisar 65% dan ditambah
komunikasi yang baik antara pihak Balai TN Tesso Nilo dengan masyarakat hanya
sebesar 35%. Komunikasi masyarakat terhadap TN Tesso Nilo yang sangat rendah
sehingga koordinasi antar kedua belah pihak juga rendah. Sehingga dalam
berkolaborasi tidak efektif, jika tidak ada sinkronisasi antar kedua belah pihak, hal ini
tentu akan berdampak dalam keberhasilan program pemberdayaan maupun menjaga
Kawasan TN Tesso Nilo.
Selain itu permasalahan yang lain ada pada tingkat pemerintah daerah.
Pemerintah Daerah Kabupaten Pelalawan tidak memiliki wewenang untuk mengurusi
TN Tesso Nilo di dalam pengelolaan TN Tesso Nilo. Hal ini terjadi karena Pemerintah
Daerah Kabupaten Pelalawan terbentur dengan peraturan yang ada, yakni Peraturan
Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam, Pasal 35 yang berbunyi Pengelolaan Kawasan Taman Nasional,
Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam, dilakukan oleh Pemerintah. Dalam hal
ini pemerintah berarti Pemerintah Pusat yaitu berdasarkan Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor : SK. 255/Menhut-II/2004 yang memerintahkan kepada Direktur
Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam untuk melakukan pengelolaan atas
Taman Nasional Tesso Nilo.
Karena peraturan dan segala hal yang berkaitan dengan TN Tesso Nilo adalah
kewenangan langsung dari pusat, maka peran Pemerintah Daerah Kabupaten
Pelalawan tidak memiliki peraturan khusus untuk mengelola TN Tesso Nilo maupun
membantu dalam bentuk program apapun terkait kegiatan yang ada di TN Tesso Nilo.
Hal ini jelas akan berdampak terhadap kurangnya perlindungan TN Tesso Nilo
terhadap aktivitas perambahan dan lain-lain.
4
2. Zona Rimba
Kriteria dalam penetapan zona rimba adalah kawasan yang merupakan habitat atau
daerah jelajah untuk melindungi dan mendukung upaya perkembangbiakan dari
jenis satwa liar, memiliki ekosistem dan atau keanekaragaman jenis yang mampu
menyangga pelestarian zona inti dan zona pemanfaatan serta merupakan tempat
6
kehidupan bagi jenis satwa migran. Zona rimba bisa dikatakan sebagai Zona
Penyangga dimana sebagai wilayah cadangan untuk melindungi zona inti dari
pengaruh aktifitas manusia. Fungsi dari zona rimba adalah untuk kegiatan
pengawetan dan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan alam bagi
kepentingan penelitian, pendidikan konservasi, wisata terbatas, habitat satwa
migran dan menunjang budidaya serta mendukung zona inti.
3. Zona Pemanfaatan
Kriteria dalam penetapan zona pemanfaatan adalah mempunyai daya tarik alam
berupa tumbuhan, satwa atau berupa formasi ekosistem tertentu serta formasi
geologinya yang indah dan unik, mempunyai luasan yang cukup untuk menjamin
kelestarian potensi dan daya tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi
alam, kondisi lingkungan yang mendukung pemanfaatan jasa lingkungan,
pengembangan pariwisata alam, penelitian dan pendidikan, merupakan wilayah
yang memungkinkan dibangunnya sarana prasarana bagi kegiatan pemanfaatan
jasa lingkungan, pariwisata alam, rekreasi, penelitian dan pendidikan dan tidak
berbatasan langsung dengan zona inti. Fungsi dari zona pemanfaatan adalah untuk
pengembangan pariwisata alam dan rekreasi, jasa lingkungan, pendidikan,
penelitian dan pengembangan yang menunjang pemanfaatan dan kegiatan
penunjang budidaya.
timbul karena dibukanya kawasan hutan Tesso Nilo untuk daerah pemukiman
transmigrasi. Sejak itu gajah selalu mendatangi kampung dan merusak lahan tanaman
masyarakat. Sejarah pembentukan TN Tesso Nilo disajikan pada Tabel 1.
Meski Tesso Nilo telah ditunjuk sebagai kawasan konservasi, hal ini tidak serta
merta menjadikan TN Tesso Nilo terlepas dari isu dan permasalahan di dalam
pengelolaannya. Pada kenyataannya saat ini, kawasan hutan Tesso Nilo sebagian
besar telah digunakan masyarakat sekitar untuk menanam komoditas perkebunan.
10
Terus bertambahnya lahan yang digarap yang sebagian besar ditanami sawit dan karet
berakibat bertambahnya orang yang menggarap. Dalam kurun waktu 10 tahun, jumlah
luasan yang telah dikultivasi seluas 52.244 ha dengan laju rata-rata perluasan 23.251
ha/tahun. Jumlah penggarap tahun 2005 yang hanya 4.250 orang bertambah hingga
empat kali lipat menjadi 16.130 dalam waktu empat tahun (WWF Indonesia, 2013).
Dari hasil investigasi WWF bersama Balai TNTN hingga 2011 luas perambahan
mencapai 52.266,50 hektar telah menjadi kebun kelapa sawit sekitar 36.353,50 hektar,
tanaman karet capai 993.000 hektar (Suara Tesso Nilo 2013).
Qomar (2008) mengungkapkan bahwa interaksi masyarakat dengan hutan alam
semakin tinggi melalui praktek pembalakan liar dan perambahan sehingga
menimbulkan tekanan besar terhadap TN Tesso Nilo. Handoyo (2015)
mengungkapkan penyebab kerusakan langsung TN Tesso Nilo adalah adanya
kebijakan pemerintah daerah dan lokal yang membuka peluang terjadinya
penggarapan tanpa ijin di dalam kawasan, antara lain: penerbitan Surat Keterangan
Ganti Rugi (SKGR) oleh kepala desa, Surat Keterangan Tanah (SKT) oleh
kades/camat, Surat Ijin Menggarap Lahan (SIML) oleh tokoh adat. Lebih lanjut
Handoyo (2015) juga menjelaskan penyebab kerusakan tidak langsung TN Tesso Nilo,
yaitu; (1) kerja sama yang kolusif antara oknum pemerintah, masyarakat dan pemilik
modal; (2) eksodus penduduk mencari lokasi berkebun dan pemukiman, dan; (3)
perubahan sosial masyarakat khususnya para tokoh adat karena adanya pemegang
konsesi dan para pemodal.
Balai TN Tesso Nilo telah memiliki tata batas kawasan hutan Tesso Nilo yang
jelas. Berdasarkan Keputusan Gubernur Riau No. Kpts.662/V/2011 tanggal 5 Mei
2011 tentang Tata Batas Fungsi dan Luar Kawasan Hutan Taman Nasional Tesso Nilo
(Lampiran 6). Meskipun telah memiliki tata batas dan mensosialisasikan tata batas
tersebut kepada masyarakat setempat namun tekanan terhadap TN Tesso Nilo terus
terjadi. Pihak Balai TN Tesso Nilo yang berideologi kelestarian lingkungan,
memperjuangkan kelestarian ekologi TN Tesso Nilo. Sementara di lain pihak para
pemodal tanaman perkebunan yang berafiliasi dengan masyarakat dan “oknum” aparat
cenderung bertolak belakang dengan ideologi kelestarian dimana mereka
menggunakan areal TN Tesso Nilo secara eksploitatif untuk mendapatkan keuntungan
ekonomi yang sebesar-besarnya (Menhut, 2018). Sabir (2018) menjelaskan bahwa di
11
pihak lain, masyarakat lokal yang sudah bertempat tinggal dan berbudaya di areal
tersebut membutuhkan wilayah untuk bertahan hidup dan melanjutkan kehidupan
bersosial dan berbudaya.
Pola-pola perlindungan dan pengamanan hutan konvensional yang dilakukan
selama ini belum menunjukkan hasil yang optimal, sehingga diperlukan terobosan
baru. Upaya yang ditempuh perlu melibatkan berbagai pihak (masyarakat, akademisi,
pemerintah daerah dan aparat penegak hukum lainnya). Sehubungan dengan hal
tersebut, Balai TN Tesso Nilo (2019) melaksanakan kegiatan pengelolaan kolaboratif
hutan konservasi bersama masyarakat di kawasan hutan konservasi TN Tesso Nilo
dengan melibatkan masyarakat desa sekitar. Upaya pemberdayaan masyarakat yang
dilakukan diantaranya, yaitu:
1. Program Pemulihan Ekosistem. Balai TN Tesso Nilo membentuk kelompok mitra,
dimana anggota kelompok berasal dari masyarakat. Adapun tujuan program ini
adalah memproduksi bibit tanaman dan merawat bibit tersebut untuk selanjutnya
dilakukan penanaman pada kawasan ekosistem di zona rehabilitasi TN Tesso Nilo.
Tenaga kerja pembibitan sepenunhnya diambil semua dari masyarakat.
2. Program Pemberdayaan Ekonomi. Balai TN Tesso Nilo memberikan bantuan
pembinaan dan pendampingan kepada kelompok petani madu hutan Tesso Nilo
bagaimana upaya pemanfaatan madu sialang dan konservasi lebah madu hutan
serta bantuan pemasaran produk madu.
3. Program Ekowisata TN Tesso Nilo. Balai TN Tesso Nilo melihat adanya potensi
kawasan konservasi di sekitar TN Tesso Nilo dapat dimanfaatkan sebagai obyek
wisata alam, dimana hal ini akan memberikan dampak perekonomian masyarakat
Adapun potensi wisata TN Tesso Nilo yang sudah dilaksanakan oleh pemerintah,
kelompok masyarakat, dan mitra kerja (yayasan WWF) diantaranya; (1)
pemanenan madu hutan sialang; (2) susur sungai; (3) jelajah hutan; (4) atraksi
gajah latih; (5) patroli gajah liar, dan: (6) atraksi silat Pangean.
12
Rata‐rata curah hujan tahunan sebesar 2.395,39 mm/tahun. Jumlah hari hujan
terbanyak pada bulan Juni dengan rata‐rata 21,7 hari/bulan dan terendah pada bulan
September dengan rata‐rata 15,1 hari/bulan. Kawasan TN Tesso Nilo dan sekitarnya
merupakan daerah tangkapan air bagi beberapa sungai antara lain Sungai Tesso (di
bagian Barat (Gambar 3)), Sungai Segati (di bagian Utara), dan Sungai Nilo (di
bagian Timur). Ketiganya merupakan sub DAS dari DAS Kampar, tepatnya di antara
DAS Tesso dan DAS Nilo di Propinsi Riau. Sungai Sawan dan Sungai Nilo merupakan
jalur jelajah gajah yang sering diseberangi oleh kelompok gajah dalam mencari
makan.
Ditemukan juga 33 jenis Herpetofauna yang terdiri dari 15 jenis reptilia yaitu
delapan jenis ular, dua jenis londok/bunglon, satu jenis cicak terbang, satu jenis kadal,
satu jenis biawak, satu jenis buaya air tawar, dan satu jenis bulus/labi‐labi. Delapan
belas jenis lainnya dari amfibia yaitu satu jenis katak serasah, dua jenis kodok, satu
jenis katak precil, satu jenis katak lekat, dua belas jenis katak (lima jenis katak, satu
jenis bancet dan enam jenis kongkang), dan satu jenis katak pohon. Untuk avifauna,
hutan Tesso Nilo banyak didominasi jenis burung‐burung tipe hutan seperti Enggang
Cula (Buceros rhinoceros), Julang Mas (Antracoceros malayanus), Rangkong Gading
(Rhinoplax vigil), Merbah Mata merah (Pycnonotus brunneus), Cucak Kuricang
(Pycnonotus atriceps), Empuloh Janggut (Criniger bres), Empuloh Leher‐kuning
(Criniger finchii), Srigunting Batu (Dicrurus paradiceus), Takur Tenggeret
(Megalaima australis), Takur Topi‐merah (Megalaima henrichii), Takur Ampis
(Calorhampusfuliginosus), Kuau Raja (Argusianus argus), Sempur hujan Darat
(Eurylaimus ochromalus) dan berbagai jenis lainnya (Balai TN Tesso Nilo, 2019).
Oktarianda (2014) juga mencatat terdapat 79 jenis burung yang tergabung ke
dalam 11 ordo dan 27 famili di TN Tesso Nilo dengan indeks keanekaragaman burung
yang tinggi yaitu 3,67. Burung yang dilindungi berdasarkan kriteria red list IUCN,
yaitu, Puyuh sengayan (Rollulus roulul), Punai bakau (Treron fulvicollis), Nuri tanau
(Psittinus cyanurus), Luntur putri (Harpactes duvacelli), Rangkong badak (Buceros
16
Desa LKB berada pada jarak ±180 Km dari kota Pekanbaru yang merupakan
ibu kota Provinsi Riau. Sedangkan dari ibu kota Kabupaten Pelalawan berjarak ±90
Km dan dari Desa LKB menuju kawasan TN Tesso Nilo hanya berjarak sejauh ±3
Km.
Secara keseluruhan Kecamatan Ukui terdiri dari empat dusun, empat RW, dan
32 RT (BPS Ukui, 2018). Secara topografi Desa LKB memiliki lokasi datar (dataran
rendah). Desa LKB secara administrasi wilayah berada di daerah/kawasan penyangga
TN Tesso Nilo. Selain Desa LKB terdapat beberapa desa lainnya yang berada di
daerah penyangga, diantaranya (1) Desa Kesuma; (2) Desa Air Hitam; (3) Desa
Situgal; (4) Desa Bagan Limau; (5) Desa Lubuk Batu Tinggal, dan; (6) Desa Gunung
Melintang. Meskipun berada di dalam kawasan TN Tesso Nilo, Desa LKB memiliki
status hukum Desa Definitif dan diakui oleh Pemerintah Kabupaten Pelalawan.
Pembentukan Desa LKB ini berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Pelalawan No
10 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kecamatan
Kerumutan, Kecamatan Ukui, Pangkalan Lesung, Kecamatan Pelalawan, Dan
Kecamatan Teluk Meranti, pada Bab II Pasal 5. Pembentukan Desa LKB lebih dahulu
dibentuk jauh sebelum TN Tesso Nilo berdiri. Desa LKB diakui secara resmi oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Pelalawan pada tahun 2001, sementara Tesso Nilo
ditunjuk sebagai Kawasan Taman Nasional pada tahun 2004.
19
Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa LKB disajikan pada Tabel
3.
Jumlah persentase pemeluk agama oleh masyarakat yang ada di Desa LKB disajikan
pada Tabel 4.
Kahfi (2015) mencatat bahwa mata pencaharian utama masyarakat Desa LKB
saat ini adalah perkebunan sawit dan karet, di desa ini terjadi perubahan yang
signifikan terhadap pengalihan mata pencaharian utama, yaitu sebelum tahun 2004
sekitar 60% masyarakat Desa LKB mengambil hasil hutan kayu. Adapun mata
pencaharian masyarakat desa setelah tahun 2004 antara lain: sektor perikanan,
pertanian, perdagangan, pegawai negeri, ternak ayam, mengambil madu, buruh harian
lepas dan karyawan perusahaan. Adapun data sosial masyarakat Desa LKB disajikan
pada Tabel 6.
21
pemanfaatan rotan, damar, getah, menangkap ikan dan pemanfaatan madu sialang
sebagai komoditas utama
Masyarakat asli Desa LKB merupakan Suku Melayu Petalangan, dimana Suku
Petalangan telah memiliki kawasan adat pada wilayah Tesso Nilo, sehingga Desa LKB
ini telah ada sebelum TN Tesso Nilo dibentuk pada tahun 2004. Secara resmi Desa
LKB diakui definitif oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Pelalawan pada tahun 2001
melalui Perda No. 10 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kecamatan Pangkalan
Kerinci, Kecamatan Kerumutan, Kecamatan Ukui, Pangkalan Lesung, Kecamatan
Pelalawan, Dan Kecamatan Teluk Meranti, pada Bab II Pasal 5.
Hampir sebagian besar mata pencaharian masyarakat Desa LKB adalah
berkebun sawit, karet, dan petani madu. Balai TN Tesso Nilo (2019) mengungkapkan
permasalahan utama di TN Tesso Nilo yaitu perambahan kawasan hutan. Perambahan
terjadi karena upaya ilegal masyarakat akan kebutuhan lahan untuk berkebun kelapa
sawit. Perambahan yang terjadi di TN Tesso Nilo adalah serangkaian aktivitas tindak
pidana kehutanan (TIPIHUT) mulai dari klaim areal, jual/beli areal, illegal logging,
23
Pemerintah dalam hal ini Balai TN Tesso Nilo sebagai badan yang ditunjuk
untuk mengelola TN Tesso Nilo memainkan perannya sebagai pengayom masyarakat
di dalam dan di sekitar kawasan Tesso Nilo. Keharusan ini sejalan dengan Lima Target
Sukses Departemen Kehutanan yang dicanangkan pada tahun 2004, dimana satu
diantaranya adalah mengembangkan ekonomi masyarakat sekitar hutan melalui
25
disalahartikan sebagai kehadiran publik secara massal atau menggerakkan orang untuk
berkumpul dan melakukan sesuatu (mobilisasi).
Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan kawasan konservasi TN Tesso
Nilo pada fungsi partisipasi dalam program tersebut ditentukan oleh partisipasi
masyarakat itu sendiri. Solusi yang dapat ditawarkan melalui paradigma pengelolaan
berbasis masyarakat, maka pemerintah harus mereduksi perannya yang terlalu
dominan dan mulai berbagi peran dengan pihak lain yang terkait, sehingga konsep
kebijakan menjadi lebih partisipatif.
DAFTAR PUSTAKA
. 20192). https://petatematikindo.wordpress.com/2013/03/13/administrasi-
kabupaten-pelalawan/diakses tanggal 28/11/2019
20194).https://tntessonilo.com/2019/07/10/http://tntessonilo.com/role-
model//diakses tanggal 28/10/2019.
.20195).https://tntessonilo.com/2019/07/10/tn-tesso-nilo-
inventarisasi-keanekaragaman-hayati/diakses tanggal 28/10/2019.
Badan Pusat Statistik Kecamatan Ukui. 2018. Kecamatan Ukui dalam Angka 2018.
Ukui.
Bupati Pelalawan. 2001. Peraturan Daerah Kabupaten Pelalawan No. 10 Tahun 2001
tentang Pembentukan Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kecamatan Kerumutan,
Kecamatan Ukui, Pangkalan Lesung, Kecamatan Pelalawan, Dan Kecamatan
Teluk Meranti. Sekretariat Daerah, Pelalawan.
37
Diantoro, D.T. 2011. Perambahan Kawasan Hutan pada Konservasi Taman Nasional
(Studi Kasus Taman Nasional Tesso Nilo. Mimbar Hukum. 23 (3): 431-645.
Effendy, O.U. 2009. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Handoyo. 2015. Resolusi Konflik di Taman Nasional Tesso Nilo Riau, Indonesia:
Tinjauan Relasi Pemangku Kepentingan. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
12 (2): 89-104.
Presiden RI. 1990. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Sekretariat Negara,
Jakarta.
Suara Tesso Nilo. 2013. Menelusuri Sawit Ilegal dari Kompleks Hutan Tesso Nilo:
Perambahan Ekosistem Kunci Sumatera oleh Industri Minyak Sawit Riau,
Pelalawan.
Suyanto, A., M.H Sinaga dan A. Saim. 2009. Mammals Biodiversity in Tesso Nilo,
Riau Province, Indonesia. Zoo Indonesia 18 (2): 79-88
Qomar, N. 2008. Interaksi Masyarakat dengan Hutan di Tesso Nilo (Sebelum dan
Sesudah Operasi Pemberantasan Illegal Logging). Jurnal Penelitian. 17 (1): 5-
10.
WWF Indonesia. 2013. Strategi Penanganan Perambah di Taman Nasional Tesso Nilo.
Riau (Tidak dipublikasikan).
40
DAFTAR LAMPIRAN
UKUI
Desa Lubuk
Kembang Bunga
Lampiran 6. Peta Tata Batas Kawasan Hutan Taman Nasional Tesso Nilo