Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Laut Tengah dalam sejarah kuno merupakan laut yang mempertemukan tiga benua
yaitu Asia, Eropa, dan Afrika. Iklim di wilayah ini cukup nyaman sepanjang tahun dan
curah hujan pun cukup pula apalagi di zaman dulu, misalnya di pulau Sisilia, Italia dan
Balkan. Akan tetapi majunya peternakan domba membuat hutan-hutan banyak yang
ditebang untuk tempat pengembalaan ternak. Kontak antar bangsa berlangsung melalui
perdagangan sejak zaman kuno hingga sekarang sehingga mengakibatkan terjadinya
pertukaran budaya antar bangsa. Seperti pertemuan peradaban Mesir di Afrika dengan
peradaban Arabia yang dipertemukan oleh bangsa pelaut Funisia dari Sidon dan Tyrus
yang sekarang di kenal dengan Lebanon.

Bersamaan dengan pertemuan peradaban-peradaban itu telah mengalir bangsa-


bangsa baru ke pinggiran Laut Tengah seperti bangsa Semit dari Asia, bangsa Berber dari
Afrika, dan bangsa Indogermani dari Eropa. Pada bangsa-bangsa tersebut memiliki watak
yang hampir sama yaitu kebebasan dalam berfikir ataupun dalam kehidupan. Peradaban
Yunani dan Romawi adalah suatu produk dari keistimewaan geografis dari wilayah di
sekitar Laut Tengah. Wilayah tersebut merupakan dunia tersendiri. Baik iklim maupun
tetumbuhannya, berbeda dengan yang ada di daerah lain. Keadaan alam yang dimiliki
oleh Yunani dan Romawi sangat membantu penduduknya untuk bisa mempertahankan
kehidupannya yang tidak bisa dipenuhi di wilayahnya dan mencari ke wilayah lainnya di
sekitar Laut Tengah. Oleh karena itu, Bangsa Yunani dan Romawi mampu menguasai
hampir seluruh pantai yang ada di laut tengah sesuai zamannya.

Orang Yunani tinggal jazirah Balkan yang paling ujung yang menjorok ke laut.
Secara geografis yunani mewujudkan suatu keutuhan dengan ciri-ciri alam yang lain
dibandingkan dengan daerah balkan lainnya. Daerah yunani dari utara sampai ke selatan
dipenuhi dengan perbukitan batu kapur. Banyak pantai-pantai yang berkelok-kelok
mengakibatkan banyaknya teluk dengan pelabuhan-pelabuahan alam yang baik untuk
pelayaran dan perniagaan. Kebanyakan penduduk yunani hidup di daerah pinggiran
pantai karena miskinnya daerah pedalaman yang penuh bebatuan sehingga tanaman
jarang yang tumbuh. Meskipun orang yunani harus hidup dalam berbagai kesulitan alam,
tetapi mereka tidak tercepit dan hidup celaka. Dengan keadaan seperti itulah penduduk
Yunani bisa mengarungi lautan tengah. Dengan alam seperti itu penduduk Yunani telah
menguasai wilayah yang ada di sekitar Laut Tengah dan melakukan kolonialisasi,
menjual hasil tambang dan hasil lautnya dan “mengimpor” segala kebutuhannya seperti
makanan pokok atau segala yang berhubungan dengan pertanian yang tidak bisa tumbuh
di negerinya.

Kawasan Romawi adalah daerah yang terletak di laut Mediterania, di bagian


sebelah barat merupakan daerah pantai yang berkontur landai dengan sungai Tiber
sebagai muara. Sehingga daerah ini kemudian berkembang menjadi sebuah daerah
pelabuhan dan pelayaran. Bagian Timur memiliki jenis tanah pegunungan dengan kontur
pantai yang curam. Sedangkan kawasan utara merupakan daerah pegunungan Alpen.
Kondisi alam yang membuat kecenderungan untuk bertahan hidup lebih diutamakan.,
dibidang seni tidak terlalu menjadi perhatian utama masyarakat Romawi Kuno. Leluhur
bangsa Romawi adalah bangsa Latinum, disamping terdapat percampuran dengan bangsa
Etruskia dan bangsa Yunani. Hal ini mempengaruhi dan member sumbangan besar
kepada kebudayaan Romawi. Walaupun begitu ciri khas kepribadian orang Romawi yang
bersifat strategis, menonjolkan kekuatan, fungsionsl, dan realistis tidak hilang. bahkan
telah membuat campuran kebudayaan serapan mereka menjadi suatu kebudayaan baru
dan menjadi asal usul peradaban Eropa di masa depan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah makalah ini adalah
sebagai berikut:

1. Bagaimana Geografi Sejarah Yunani Kuno dan Romawi?

2. Bagaimana Sejarah Awal Yunani Kuno dan Romawi?

3. Bagaimana Kebudayaan Yunani kuno dan Romawi?

4. Bagaimana perkembangan Yunani Kuno dan Romawi?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Geografi Sejarah Yunani Kuno dan Romawi.

2. Untuk mengetahui Sejarah Awal Yunani Kuno dan Romawi.


3. Untuk mengetahui Kebudayaan Yunani Kuno dan Romawi.

4. Untuk mengetahui Perkembangan Yunani Kuno dan Romawi Kuno.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Geografi Sejarah Yunani Kuno dan Romawi

1. Geografi Sejarah Yunani Kuno

Orang Yunani tinggal jazirah Balkan yang paling ujung yang menjorok ke laut.
Secara geografis yunani mewujudkan suatu keutuhan dengan ciri-ciri alam yang lain
dibandingkan dengan daerah balkan lainnya. Daerah yunani dari utara sampai ke
selatan dipenuhi dengan perbukitan batu kapur. Banyak pantai-pantai yang berkelok-
kelok mengakibatkan banyaknya teluk dengan pelabuhan-pelabuahan alam yang baik
untuk pelayaran dan perniagaan. Kebanyakan penduduk yunani hidup di daerah
penggiran pantai karena miskinnya daerah pedalaman yang penuh bebatuan sehingga
tanaman jarang yang tumbuh.

Wilayah Yunani memiliki keadaan alam yang cukup unik, beragam dan
kontras, antara daratan dengan lautan yang mengelilinginya, pegunungan yang ganas
dan dingin di satu sisi dengan lembah-lembah sungai yang subur dan senantiasa
disinari matahari di sisi lainnya. Kondisi alamnya dikenal tidak mempunyai kekayaan
yang melimpah. Keadaan alam inilah yang kemudian diperkirakan membentuk
masyarakat dengan perbedaan watak yang beragam dan kontras pula.

Ada beberapa keuntungan negeri Yunani mengarah ke Mediterian, diantaranya


perkembangan peradaban terlebih dahulu muncul di daerah Asia, di sana telah ada
pelabuhan-pelabuhan dagang yang ramai, sehingga penduduk yunani bisa berinteraksi
dengan penduduk yang ada di sekitar Mediterian. Di tambah alam geografisnya, telah
memunculkan berbagai Kesatuan Politik yang disebut Polis atau Negara Kota (City
State) yang wilayahnya meliputi kota itu sendiri dan daerah-daerah sekitarnya “Polis”
yang lokasinya terpisah satu sama lainnya. Isolasi seperti itu lebih memudahkan
perkembangan peradaban kota-kota yang tidak banyak terganggu oleh serbuan musuh
dari luar maupu dari dalam.

Sejarah Yunani banyak dipengaruhi sifat-sifat gunung yang ada di wilayah


semenanjung Balkan. Yunani dibatasi oleh deretan pegunungan dari jazirah Balkan,
fungsinya mengamankannya dari serbuan musuh dari luar. Puncak yang tertinggi
bernama “Olimpus” yang oleh orang Yunani kuno dipandang sebagai tempat para
dewa mereka. Gunung-gunung dan teluk-teluk di Yunani yang tak terhitung banyaknya
pada waktu itu menghalangi komunikasi melalui darat. Lembah-lembah dan daratan
rendah yang terpisah-pisah merupakan unit-unit geografis dan ekonomi yang bersifat
alami, dan menjadi pemisah kesatuan unit politik.

Struktur Geografis Yunani adalah kompleks, sangat beragam. Di wilayah yang


kecil dan ditambah berpulau-pulau ini daerah satu dengan yang lain dipisahkan oleh
gunung kapur, lembah curam atau selat. Keadaan geografis seperti ini berbeda dengan
Mesir atau Mesopotamia yang relatif terbuka dan datar bergurun pasir yang secara
militer menguntungkan untuk kontrol dari Pusat. Dengan keadaan yang terpisah-pisah
itu maka setiap tempat (topos) menjadi istimewa, punya karakter, punya “Genius” atau
“Spirit”, dan spirit itu dianggap menghasilkan tatanannya sendiri, yang pada
gilirannya nanti dipersonifikasikan sebagai dewa-dewa yang menguasai tempat itu.
Kepercayaa Yunani mengenal banyak dewa yang terhimpun menjadi sebuah keluarga,
kumpulan itu disebut sebagai “Pantheon” ( Pan = perhimpunan, Theon = dewa).
Gagasan pantheon ini sebenarnya adalah gagasan politis untuk menyatukan daerah-
daerah yang amat beragam tadi menjadi sebuah kerajaan besar di bawah Alexander.

Penduduk Yunani sangat giat berkerja, hal ini dipengaruhi oleh suasana alam
yang indah pada musim panas yang disebabkan oleh angin yang bertiup dari negeri
Rusia, sebaliknya udara pada musim panas sangat kering di negerinya. Ditambah lagi
adanya tambang emas dan besi yang menawarkan cukup pekerjaan sebagai pengganti
dari ketandusan tanah yang sulit untuk pertanian dan perkebunan. Selain kegiatan
pertanian, masyarakat Yunani juga mengembangkan perekonomian melalui kegiatan
pelayaran dan perdagangan karena letaknya yang strategis di perairan Laut Tengah.
Ketandusan tanah yang dimiliki bangsa Yunani telah mengilhami mereka untuk
berlayar dan kolonis di berbagai dunia kuno di Laut Tengah. Dengan demikian,
penduduk yunani banyak memperoleh pengetahuan dari daerah-daerah yang ia
kunjungi disekitar Mediterian, sehingga dapat dikatakan “alamnya telah memberi
rangsangan untuk menjadikan mereka menjadi ahli-ahli pikir yang paling subur di
dunia Barat Kuno. Keadaan alam memiliki andil yang tidak kecil dalam pembentukan
peradaban Yunani. Keadaan geografis ini juga mempermudah adanya “desentralisasi
politik”. Gunung-gunung dan teluk-teluk di Yunani yang tak terhitung banyaknya
menghalangi komunikasi melalui darat. Lembah-lembah dan dataran-dataran rendah
yang terpisah-pisah merupakan unit-unit geografis dan ekonomi yang bersifat alami.

Meskipun orang yunani harus hidup dalam berbagai kesulitan alam, tetapi
mereka tidak tercepit dan hidup celaka. Dengan keadaan seperti itulah penduduk
Yunani bisa mengarungi lautan tengah. Dengan alam seperti itu penduduk Yunani telah
menguasai wilayah yang ada di sekitar Laut Tengah dan melakukan kolonialisasi,
menjual hasil tambang dan hasil lautnya dan “mengimpor” segala kebutuhannya
seperti makanan pokok atau segala yang berhubungan dengan pertanian yang tidak
bisa tumbuh di negerinya.

Tanah Yunani yang bergunung-gunung pada umumnya kurang subur. Di lereng


pegunungan masyarakat dapat menanam gandum serta anggur. Untuk mencari daerah
yang subur maka para petani (disebut Colonus) meninggalkan negerinya dan
mendirikan daerah koloni di sekitar Yunani. Daerah koloni Yunani antara lain terdapat
di Italia Selatan, Mesir, Palestina dan Asia Kecil (Turki sekarang). Dari kegiatan
tersebut muncullah istilah kolonialisme. Antara kaum kolonis dengan negeri induknya
tetap terjalin hubungan.

2. Geografi Sejarah Romawi

Induk kerajaan Romawi ialah Italia sekarang yang menempati Jazirah Apenina,
bersama pulau Sisilia Jazirah tersebut terbentuk seperti kaki yang meyipak bola.
Secara geografis keduanya mewujudkan jembatan terputus yang membujur utara-
selatan dan membagi laut tengah atas dua bagian barat dan bagian timur. Kondisi alam
Romawi (Italia) secara geologis mirip dengan kondisi alam Yunani. Hal ini di lihat dari
banyaknya pegunungan. Pegunungan yang ada pada masing-masing daerah memiliki
fungsi yang sama sebagai pelindung dari serangan musuh dari luar, tapi di utara
Romawi terdapat lembah dan sungai yang menghubungkan daerahnya dengan Eropa
Tengah.

Tanah di sepanjang Jazirah Apenina tak sekering dan segundul tanah di negeri
Yunani. Tepi pantainya berhutan lebat dan ada hamparan rumput untuk ternak sejak
zaman kuno. Sungai Tiber yang berada di tengah-tengah Italia membentuk lembah di
mana kota Roma dapat berkembang dengan baik dan disanalah kemudian berkembang
peradaban Bangsa Latin. Di bandingkan dengan negeri Yunani, pantai-pantai di Italia
tidak mempunyai pelabuhan akan tetapi pantai-pantai baratnya memiliki banyak teluk
yang baik untuk berlabuhnya kapal-kapal layar di zaman kuno. Lembah “Po” yang
ada di timur laut negeri ini pun memiliki pelabuhan yang ramai perdagangannya
dengan pantai-pantai Barat Yunani.

Dari uraian sifat-sifat geografis Italia di atas, telah menentukan jalannya


sejarah bangsa Romawi dari zaman ke zaman. Di Italia utara dapat dimasuki bangsa-
bangsa yang berasal dari Eropa Tengah sedangkan di pantai timur berlabuhlah para
imigran Yunani dan Asia Kecil. Orang-orang Italia awal terdiri dari banyak suku yang
masing-masing mempunyai bahasa dan kebudayaan sendiri. Pemukim yang paling
awal adalah “Suku Liguria” kemudian berdatangan “Suku Umbria, Latin dan
Samnite” yang kemungkinan berasal dari Eropa Tengah. Setelah itu datanglah Suku
“Etruska” dari Asia Kecil lalu orang-orang “Kartago” dan “Yunani” yang mendirikan
koloninya di Italia Selatan. Iklim yang baik untuk tetumbuhan yang hijau sepanjang
tahun menjadikan penduduk Italia sebagai pengembala dan petani yang makmur.
Orang Romawi senang menciptakan sesuatu secara besar-besaran karena
mereka suka sesuatu yang megah, mewah, dan monumental, serta menarik perhatian.
Semua hasil karya budaya terutama karya seni rupa, baik berupa seni bangunan, seni
patung atau relief, maupun seni lukisnya dibuat serba besar, megah, dan penuh hiasan.
Orang-orang Romawi menciptakan karya teknik bangunan yang menggumkan, seperti
bangunan saluran air, jembatan, gedung besar untuk balai pertemuan dan pasar,
bangunan untuk olahraga dan pentas seni (Thermen, Theater, Amphitheater). Selain
bangunan diatas, juga terdapat banguan kuil untuk persemayaman dewa. Orang
Romawi melanjutkan pengetahuan orang Yunani antara lain bangunan dengan
kontruksi lengkung untuk membuat ruangan-ruangan menjadi luas.

Lokasi Jazirah Apenina yang melintang di bagian tengah Laut Tengah


sebenarnya bukan jaminan bahwa penduduk di situ mengerti pentingnya lautan untuk
berdagang dan strategi perluasan wilayah. Sebelum pembauran antara orang romawi
dengan orang Yunani tidak ada keinginan bagi orang Romawi terhadap perniagaan laut
di karenakan jalur ke Eropa Tengah sangat terbuka lebar ditambah lagi pengetahuan
tentang kelautan yang belum memadai pada saat itu. Kesadaran itu baru tumbuh
setelah banyaknya kekalahan yang terjadi dan hilangnya daerah kekuasaan bagian
selatan yang direbut oleh orang-orang Kartago dan Yunani yang menyerang dari laut.
Kesadaran itu membuat orang Romawi terdorong untuk melakukan ekspansi ke daerah
lain. Daerah yang harus dikuasai terlebih dahulu sebelum menguasai lautan tengah
ialah Yunani di Italia bagian selatan dan selatan Jazirah Balkan. Di dalam wilayah
Yunani, perperangan antar Polis marak-maraknya terjadi sehingga penguasa yunani
meminta bantuan kepada raja Seleucid di Asia ( Macedonia ). Politik yang dipakai
oleh orang Romawi ialah mendamaikan pereperangan antar Polis, sehingga Yunani
dapat dikuasai pada abad ke-2 SM.

Sambil berekspansi ke luar daerah, kerajaan Romawi juga belajar dari hal-hal
yang dirasa baik dari daerah-daerah yang dikuasainya. Seperti penerapan sistem Polis
di Roma. Meskipun alam di Romawi tidak seperti di yunani yang berbukit-bukit, tetapi
penerapan itu dapat berlangsung selama dua abad setelah penaklukan Yunani.
Kemudian tatanan pemerintahan ini juga diterapkan di wilayah jajahannya yang ada di
Eropa.

B. Sejarah Awal Yunani Kuno dan Romawi

1. Sejarah Awal Yunani Kuno


a. Peradaban Yunani Kuno

1). Peradaban Pulau Kreta

Kebudayaan yang ditemukan di Pulau Kreta adalah Kebudayaan Minos


(Minoa). Nama Minos diambil dari nama raja yang pernah berkuasa, yakni
Raja Minos. Kebudayaan ini terlahir dari penduduk asli orang Yunani.
Kebudayaan Pulau Kreta menyisakan bangunan-bangunan tua tersusun dengan
tata kota yang rapih. Peninggalan kebudayaan Pulau Kreta ditemukan pada
tahun 1900 oleh Sir Arthur Evans daat dilakukan pengalian istana Knossos.
Istana Knossos dibuat dengan indah yang di dalamnya terdapat ruang
pertemuan antarmenteri. Selain itu, keberadaan peradaban ini didapat pada
cerita Yunani Kuno, Odysseus karangan Homerus. Di dalam ceritanya
digambarkan bahwa Kreta sebagai Kerajaan sembilan puluh kota yang
makmur. Sebagai negara maritim, masyarakat Pulau Kreta sudah melakukan
perdagangan dengan negara-negara tetangga, seperti Mesir, Pulau Sicilia, Syria
dan Asia Kecil. Nama pelabuhan yang terkenalnya adalah Phaestus.

Bangsa Pulau Kreta sudah mengenal tulisan, ini dibuktikan dengan


penemuan tiga manuskrip. Huruf yang terdapat pada manuskrip-manuskrip
tersebut adalah pictograf, namun huruf tersebut masih sukar dibaca tetapi 88
simbol di antaranya sudah dapat diterjemahkan oleh Michael Ventris pada
1953. Keper- cayaan yang dianut oleh masyarakat Pulau Kreta adalah Poly-
theisme, sebagai dewa utama adalah Dewi Kesuburan atau Ibu Agung. Ibu
Agung memiliki bawahan yang bernama Velhanos, ia digambarkan sebagai
sosok seorang lelaki yang memiliki kekuatan luar biasa dan disamakan dengan
kekuatan banteng.

Sejarah peradaban Minos dibagi dalam tiga tahap, yaitu Minos Kuno (3500-
2300 SM), Minos Tengah (2300-1600 SM) dan Minos Akhir (1600-1100 SM).
Puncak kejayaannya terjadi pada 1700-1400 SM, secara perlahan mengalami
kemunduran akibat serbuan bangsa Achea ke Yunani dan sering terjadinya
bencana alam. Kebudayaan Minos melahirkan kebudayaan-kebudayaan yang
sangat berpengaruh terhadap Yunani, tidak hanya itu ke- budayaannya pun
berkembang hingga ke Eropa dan menjadi cikal-bakal peradaban selanjutnya.

2). Peradaban Pulau Mycenae


Selain ditemukannya kebudayaan Minos, para ahli menemukan pula
kebudayaan Pulau Mycenae. Penemuan kebudayaan tersebut menunjukkan
bahwa kebudayaan Mycenae mengalami kemajuan bersamaan dengan
kebudayaan Minos yang sedang mengalami kemunduran. Awalnya Mycenae
merupakan bagian dari kerajaan yang berada di Pulau Kreta, namun Mycenae
mulai memainkan peranan dalam perdagangan dan kemudian bangkit menjadi
besar. Walaupun hidup dalam zaman yang sama dengan Pulau Kreta, Mycenae
memiliki kebudayaan yang berbeda, ini dapat dilihat pada bentuk bangunannya
yang lebih kokoh. Pada tahun 1981 dilakukan penggalian bekas kebudayaan
Mycenae dan ditemukan sisa-sisa kota berlapis sembilan. Lapisan yang
dimaksud adalah tingkatan-tingkatan tanah yang ditandai dengan bentuk sisa-
sisa kota berbeda di setiap tingkatnya. Pada salah satu lapisan tersebut
diperkirakan sebagai kota Troya seperti yang diceritakan Homerus dalam buku
Illyas.

3). Sparta

Secara geografis Yunani memiliki jajaran pegunungan yang mem-


bentang ke segala penjuru. Dalam kondisi geografi seperti ini, orang-orang
Yunani hidup secara berkelompok, karena sukarnya transportasi dan
komunikasi maka setiap kelompok memperkuat daerahnya dan hidup secara
mandiri membangun sebuah negara kota yang mereka namakan polis. Polis
Sparta terlahir sejak kedatangan bangsa Doria yang jago berperang datang ke
Yunani di Lacottia, Peloponessos bagian Timur. Tahun 736-716 SM terjadi
perang Messenia I, pada saat itu Sparta menyerang orang Messania yang
tinggal di sebelah Barat Peloponessos dan berhasil dikuasai. Orang Messania
dijadikan helot (petani yang mengerjakan tanah negera). Tahun 650-630 terjadi
Perang Messenia II, kala itu ter- jadi pemberontakan orang Messenia yang
ingin melepaskan dari kekuasaan Sparta namun perang ini dapat ditumpas.
Kekuatan Sparta menyebabkan kekuasaannya semakin meluas di wilayah
Peloponessos kecuali Argois dan Achaea. Dalam keadaan seperti ini Sparta
harus memperkuat dirinya dengan sistem pemerinta- han dan pertahanan yang
kokoh dari serbuan para pemberontak. Dengan alasan tersebut maka seorang
negarawan Sparta yang ber- nama Lycurgus menggariskan pembaharuan
terhadap peraturan dan undang-undang yang mesti ditaati oleh setiap penduduk
di wilayah Peloponessos. Di antaranya adalah peraturan wajib militer bagi
setiap anak lakilaki yang sudah menginjak umur 7 hingga 60 tahun tahun,
sedangkan anak perempuan tidak diberlakukan demikian.

Sistem pemerintahan di Sparta memiliki corak seperti berikut:

(a). Kepala pemerintahan sekaligus panglima militer adalah dua orang raja
dengan kekuasaan tak terbatas dan dilanjutkan secara turun menurun
kepada anaknya.

(b). Ephor adalah dewan yang terdiri dari 5 orang, bertugas membantu kepala
pemerintahan. Pada kenyataanya Ephor yang menjadi kepala pemerintahan
yang sebenarnya.

(c). Apella adalah dewan yang berganggotakan semua warga negara Sparta.

(d). Dewan Penatua adalah 28 anggota dewan yang sudah berusia 60 tahun ke
atas.

Dalam sidang dewan, Dewan Penatua mengajukan usulan undang-undang


kepada Apella, lalu Apella mempertimbangkan usulan, masukan dan
memutuskan, namun Dewan Penatua dapat memveto keputusan Apella
seandainya terjadi kejanggalan. Apabila tidak ditemukan titik temu maka Ephor
yang memutuskan.

3). Athena

Orang Athena adalah orang pendatang dari bangsa Ionia, mereka tinggal
di Attica. Dibandingkan dengan Sparta, orang-orang Athena hidup lebih bebas
dan dapat mengembangkan kemampuan dalam bidangnya, seperti filsafat, seni
pahat dan theater.

Sistem pemerintahan di Athena diatur oleh seorang negarawan yang


bernama Solon (594 SM). Aturan yang dibuat oleh Solon merupakan pengganti
undang-undang buatan Draconia yang ditentang oleh orang-orang golongan
bawah dengan alasan merasa dirugikan. Untuk menghindari pertumpahan
darah, Solon mengatur perubahan undang-undang yang telah ada dengan cara
menghapus sistem perbudakan, memberi lahan garapan baru kepada budak
yang telah merdeka, petani gandum yang berutang banyak diberi lahan baru
untuk membudidayakan anggur dan membentuk lembaga pengadilan yang
telah dipilih oleh rakyat.

Untuk menjamin berjalannya pemerintahan dengan benar, Athena


memperkenalkan sistem pemerintahan demokrasi dengan ke- kuasaan tertinggi
berada di tangan para dewan eksekutif (archon) sebanyak 9 orang yang
dianggap mewakili rakyat. Dalam jalannya pemerintahan, archon mendapat
pengawasan ketat dari dewan pengawas (aeropagos) yang merangkap sebagai
ketua pengadilan. Cleisthenes memperkenalkan sistem ostracisme, yaitu hak
warga Yunani untuk mengganti dan mengasingkan penguasa yang diang- gap
berkuasa secara berlebihan. Dengan demikian, pemerintahan pun mendapatkan
pengawasan langsung dari rakyatnya. Keadaan negara yang aman seperti ini,
dimana hak setiap setiap warga ne- gara sama dan bebas mengeluarkan
pendapat, Athena melahirkan para pemikir yang ahli dalam bidang filsafat,
hukum, tata negara bahkan matematika yang dipakai hingga sekarang, seperti
Plato, Socrates, Aristoteles, Phytagoras, Hippocrates, dan lain-lain.

b. Perang Yunani dan Persia

Persia berhasil masuk dan menguasai bagian Yunani tahun 556 SM, pada
kala itu Persia dipimpin oleh Raja Cyrus. Keberadaan orang Persia, tidak disenangi
oleh orang-orang di wilayah Yunani. Pada tahun 499 SM Aristogoras dan Milletus
mencoba mela- kukan pemberontakan dan dibantu oleh orang-orang Athena dan
Eretria dengan mengirim 25 buah kapal perang. Tetapi ban- tuan tidak mampu
menandingi kekuatan laut pasukan Persia, pemberontak-an tersebut dikalahkan.
Kala itu Persia di bawah pimpinan Raja Darius.

Keterlibatan Athena dan Eretna diketahui oleh Darius maka tahun 492 SM
dikirim pasukan laut Persia untuk melakukan penyerangan ke Yunani. Penyerangan
kali ini, Persia mengalami kegagalan karena terjadi badai di Gunung Athos dan
menghancurkan kapal perangnya. Usaha Darius terus dilanjutkan dengan ekspedisi
kedua pada tahun 490 SM. Saat itu, Persia menyerang Yunani dari Laut Aegea
dengan mendarat di Marathon dan menghancurkan Eretria dan Athena. Di bawah
pimpinan Miltiades, Athena berhasil memukul mundur pasukan Persia dari Yunani.
Pada masa inilah muncul cerita Marathon, yaitu kisah seorang lelaki yang berlari
sejauh 40 km untuk mengabarkan berita kedatangan pasukan Persia di Marathon.
Pada tahun 490 SM terjadi ekspedisi ketiga usaha ekspansi Persia ke Yunani
melalui darat dengan jumlah pasukan yang sangat besar, bahkan lebih banyak dari
gabungan seluruh pasukan Yunani. Akibatnya, keperkasaan dan perjuangan pasukan
Yunani yang dipimpin oleh Leonidas gagal menahan serangan Persia dari darat,
bahkan pasukan Persia berhasil menguasai dan membakar kota Athena. Pada tahun
480 SM, kekuatan armada laut Athena di bawah pimpinan Themistocles berhasil
menghancurkan ke- kuatan Persia di Salamis. Kemenangan ini merupakan awal
dari kemenangan Yunani atas Persia, dilanjutkan setahun kemudian giliran pasukan
Sparta mengalahkannya di Myclae.

c. Kejayaan dan Kemunduran Athena di Yunani

Kemenangan angkatan laut Athena saat menghadapi pasukan Per- sia,


menarik minat polis-polis di Yunani tertarik untuk berkoalisi dengan Athena dan
membentuk Liga Delia pada tahun 478 SM, Athena sebagai ditunjuk pemimpin
liga. Liga Delia mengubah kebijakan politik luar negeri Athena terutama saat di
bawah pimpinan Pericles, dengan menjadikan liga sebagai kaki tangan Athena.
Pericles membuat peraturan perpajakan yang dipungut dari polis-polis Liga Delia
sehingga Athena mengalami kemajuan yang pesat dalam bidang seni dan ilmu
pengetahuan. Kota Athena dipercantik dengan berdirinya bangunan yang tinggi dan
mem- buat benteng yang panjang dari Athena ke Piraueus. Pericles juga
mengembangkan ilmu pemerintahan demokrasi menjadi lebih baik dengan
memberikan kebebasan setiap individu untuk bekerja, mengeluarkan pendapat, dan
menentukan pilihan hidiupnya sendiri.

Awal kemunduran Athena ditandai dengan terjadinya perselisihan antara


polis Corinthus dan Corcyca. Athena bersama Liga Delia membantu Corcyca,
sedangkan Corinthus membantu Liga Peloponnessos. Kedua kekuatan polis di
Yunani saling bersaing dan terjadilah perang Peloponnessos (431-404 SM).
Perjanjian damai yang dilakukan antara Athena dan Sparta tahun 421 tidak berarti
bagi keduanya dan hanya bisa bertahan selama 1 tahun. Perseku- tuan Sparta
dengan Persia berhasil menurunkan mental pasukan Athena, dan berhasil mengubah
kejayaan Athena menjadi kehan- curan terutama setelah kekalahan perang di
Aegosopotami tahun 405 SM. Setahun kemudian dilakukan perjanjian damai,
Athena sebagai pihak yang kalah diharuskan merobohkan benteng panjang dan
menjadi bagian dari koloni Sparta.
d. Kerajaan Macedonia

Perang Athena dan Sparta tidak berhenti seketika, namun berjalan sangat
panjang dan lama hingga kedua polis tersebut sudah tidak memiliki kekuatan
pertahanan lagi. Keadaan buruk ini tidak hanya terjadi pada Athena dan Sparta,
namun merebak sampai ke seluruh Yunani. Sehingga dengan sendirinya, Yunani
pun menjadi lemah tidak sekuat saat menghadapi pasukan Raja Darius dari Persia.
Tidak adanya persatuan dan melemahnya kekuatan di Yunani, dimanfaatkan oleh
Raja Philipus, raja Macedonia. Tahun 338 SM, Raja Philipus menyerang Yunani di
wilayah kota Chaerona, keberhasilannya meluas hingga ke seluruh kota di Yunani.
Raja Philip memiliki hasrat ingin menguasai Persia, namun usaha tersebut tak dapat
direalisasikannya karena terbunuh oleh pengawal pribadinya. Iskandar Zulkarnaen
(Alexander Agung) putra Philip melanjutkan cita-cita ayahnya untuk menguasai
Persia. Perjalanannya ke Persia dimulai dengan ditaklukannya negara Asia Kecil
pada tahun 333 SM dan dilanjutkan dengan menyerang Persia yang dipimpin Raja
Darius III di daerah Isos. Kemenangan Macedonia atas Persia tidak membuat
Iskandar Zulkarnaen berhenti, namun ekspansinya dilanjutkan hingga kenegara-
negara di mesopotamia seperti Syria dan Palestina, lalu Mesir. Di Mesir, Iskandar
Zulkarnaen mendirikan sebuah kota yang dinamainya Iskandariyah (Alexandria).

Tahun 330 SM, Iskandar Zulkarnaen terus maju hingga ke India, namun
karena ada penolakan dari pasukannya dengan alasan kelelahan maka ekspansi
dihentikan dan diputuskan kembali ke Susa, Persia. Dalam perjalanan pulang
Iskandar Zulkarnaen wafat di Babylonia, peristiwa ini terjadi pada tahun 323 SM.
Penaklukan Kerajaan Macedonia ke Persia menimbulkan terciptanya kebudayaan
baru sebagai perpaduan kebudayaan Yunani (Hellas) dengan Persia dan Mesir.
Kebudayaan ini dinamakan dengan Hellenisme, pusat kebudayaannya berada di
kota Iskandariyah. Sepeninggalnya Iskandar Zulkarnaen, Kerajaan Macedonia
terbagi menjadi tiga negara kecil (diadochos) yang masing-masing dipimpin oleh
seorang jenderal.

Ketiga kerajaan tersebut antara lain:

1). Kerajaan Mesir dipimpin oleh Ptolomeus, meliputi Mesir, Palestina dan
Cyprus.
2). Kerajaan Macedonia dipimpin oleh Antigonus, meliputi Yunani, Balkan dan
Asia Kecil.

3). Kerajaan Syria dipimpin Seuleucos, meliputi Syria, sebagian Asia Kecil,
sebagian India.

e. Kepercayaan

Sejak peradaban awal sampai kerajaan, masyarakat Yunani mem- percayai


banyakdewa. Dewa ini digambarkan seperti manusia, tetapi memiliki kekuatan dan
keindahan yang lebih dibandingkan manusia dan hidup abadi. Dewa-dewa ini
tinggal di Gunung Olympus, dengan Dewa Zeus sebagai dewa tertinggi. Sebagai
penghormatan, dibuatlah Kuil Dewa Zeus yang ditempatkan di perbukitan Gunung
Olympus. Sosok dewa digambarkan sama dengan kehidupan manusia, bisa saling
berpasangan baik sifat (baik dan buruk) maupun jenis kelaminnya (dewa dan dewi)
bahkan saling berperang satu dengan lainnya.

Dewa-dewa yang dipuja disesuaikan dengan pilihan masing-masing atau


berdasarkan jenis usaha yang dijalani, misalnya Apollo sebagai dewa kesenian dan
matahari, Artemis sebagai dewi bulan dan pemburu, Area sebagai dewa perang,
Athena sebagai dewi kearifan dan ilmu pengetahuan, Poseidon sebagai dewa laut,
Demeter sebagai dewi tanaman, Hefaistus sebagai dewa api, dan sebagainya.
Sebagai penghormatan orang Yu nani tidak banyak membangun kuil-kuil
peribadatan, namun membuat altar pe- ribadatan dengan pendeta yang kebanyakan
terdiri dari kaum perempuan. Olympiade yang dikenal sekarang ini adalah sisa
peninggalan kebudayaan Yunani kuno, pada saat itu orang Yunani setiap 4 tahun
sekali melakukan festival pertandingan olahraga antar polis-polis.

f. Peninggalan Kebudayaan Yunani Kuno

Seni pahat dan bangunan menjadi salah satu kebanggaan Yunani masa lalu
dan sekarang. Peninggalan-peninggalanya dibangun dengan gaya arsitektur yang
tinggi juga kokoh, misalnya Acropolis yang dibangun pada masa peradaban
Mycenae, Epidaurus (gedung kesenian) Kuil Pathenon (Kuil Dewi Athena), Kuil
Erectheum. Karya sastra yang ditulis lebih banyak menceritakan tentang perjuangan
(heroik), seperti Homerus yang mengarang Illyas (penyerbuan ke Troya, sekitar
tahun 11194 SM) dan Odyssea, (pengembaraan Odyssea setelah perang Troya),
cerita perang Yunani dan Persia karya Herodotus dan cerita tentang perang Sparta
dan Athena karya Thuchydiades. Tidak jarang pula ditemukan sastra yang berisi
cerita lucu karya Aristofane, dan cerita tragedi karya Aiskhilos dan Sofokles. Dalam
bidang ilmu pengetahuan, orang Yunani yang menjadikan konsep alam dan hidup
keseharian ma- nusia ke dalam bentuk filsafat. Filsafat ini berisi penalaran dalam
bentuk metode yang masuk akal (logis) dan penyelidikan suatu objek pengamatan
hingga ke bagian terkecil.

Tokoh-tokoh filsuf (ahli filsafat) asal Yunani yang dikenal hingga sekarang di
antaranya:

1). Thales, adalah Bapak Pengetahuan Yunani yang mengambil pelajaran


astronomi dari Mesir dan Persia.

2). Socrates, ahli etika dan kesusilaan.

3). Plato, ahli bidang tata negara dan hukum.

4). Pithagoras, ahli matematika dan ilmu ukur.

5). Hippocrates, ahli kedokteran.

6). Heraclitus, ahli ilmu pengetahuan alam.

Pada masa kekuasaan Iskandar Zulkarnaen dari Macedonia, kebudayaan campuran


antara Asia dan Eropa atau kebudayaan Hellenisme berkembang dengan cepat dan
sangat maju bila dibandingkan dengan kebudayaan asalnya. Kota Iskandariyah
merupakan pusat kebudayaan yang dibuat oleh Iskandar Zulkarnaen mengasilkan
ahli filsafat yang termasyhur yaitu Erastothenes dan Aristarchus, keduanya
merupakan ahli dalam bidang astronomi dan geografi.

2. Sejarah Awal Romawi

Tidak banyak yang diketahui tentang sejarah Kerajaan Romawi karena tidak
ada sumber tertulis yang berasal dari zaman tersebut dan kebanyakan sumber ditulis
berasal dari legenda. Hal ini dikarenakan pada tahun 390 SM, bangsa Galia menyerang
Roma dan menghancurkan semua catatan sejarah, sehingga tidak ada catatan sejarah
dari masa kerajaan. Berdasarkan benda pecah belah yang ditemukan pada situs
Romawi di sungai Tiber di daratan Latium, diperkirakan benda tersebut sudah ada di
sana sekitar 1400 SM. Sedangkan sarjana kuno mengandalkan mitos yang ada untuk
menentukan berdirinya Romawi, yaitu pada tahun 753 SM. Meski terdapat tumpang
tindih mengenai fakta dan legenda dalam berdirinya Kota Romawi, namun ada
beberapa tempat dan tokoh yang disebutkan dalam sejarah yang memiliki kesamaan
dengan dalam legenda.

Menurut legenda, Kota Roma didirikan pada tahun 753 SM oleh suku bangsa
lokal yang telah membangun perkemahan di tujuh bukit di sekeliling Roma. Tempat
tersebut di sekitar Bukit Palatine di sepanjang sungai Tiber di Italia Tengah. Wilayah
itu subur dan bukit-bukitnya menyediakan perlindungan sehingga tempat itu mudah
dipertahankan. Hal ini ikut berperan dalam kejayaan Roma kelak. Berdasarkan
legenda tersebut, Roma didirikan oleh kakak beradik cucu Raja Numitor, Romulus dan
Remus. Namun mereka bertikai hingga Remus terbunuh sehingga Romulus menjadi
raja Roma yang pertama. Faktanya, memang terdapat tujuh bukit yang mengelilingi
Roma yang nantinya dijadikan pusat perdagangan yang didirikan pada tahun 625 SM
yang disebut Forum.

Warga Roma terdiri atas orang Sabin dan Latin yang bersatu membangun
sebuah kota. Akan tetapi, mereka merasa bahwa mereka adalah bangsa Romawi.
Sebagai masyarakat baru, mereka berusaha untuk menjadi yang lebih baik dari yang
lainnya. Mereka memperoleh berbagai pemikiran baru mengenai kebudayaan dan
masyarakat dari bangsa Etruska, serta para pedagang dari Yunani dan Kartago. Bangsa
Etruska sendiri memiliki kebudayaan yang mengadopsi dari bangsa Yunani, di
antaranya adalah huruf atau abjad, baju serta dewa yang mereka sembah adalah Dewa
Yunani. Hal ini membuat budaya Yunani menjadi sama dengan budaya Romawi,
bahkan bangsa Romawi mengambil alih budaya-budaya tersebut menjadi budaya
utama bangsa Romawi.

Legenda mengisahkan ada tujuh raja yang memerintah Romawi selama 240 tahun.
Raja-raja tersebut adalah:

1. Romulus adalah satu-satunya raja Romawi yang tidak dipilih rakyat karena ia
merupakan raja pertama sekaligus pendiri Romawi.

2. Numa Pompilius adalah orang Sabin yang dipilih karena reputasinya sebagai
orang yang adil dan beriman. Numa memerintah selama 43 tahun dan meninggal
secara alami
3. Tullus Hostilius adalah raja yang lebih suka berperang dibanding mengurusi
masalah keagamaan. Dia membangun tempat baru untuk senat, Curia Hostilia,
yang bertahan sampai 500 tahun setelah kematiannya.

4. Ancus Marcius Setelah kematian Tullus Hostilius yang misterius, senat Romawi
memilih cucu Numa Pompilius, Ancus Marcius sebagai raja. Seperti kakeknya,
Ancus Marcius lebih suka perdamaian dan hanya berperang jika dia diserang. Dia
melakukan kesepakatan damai dengan kerajaan tetangga Roma dan membuat
mereka bersekutu dengan Roma. Dia banyak membangun infrastruktur, seperti
penjara pertama Roma, pelabuhan, pabrik garam, membangun jembatan pertama
yang melalui sungai Tiber. Dia memimpin selama 25 tahun dan meninggal secara
alami seperti kakeknya.

5. Tarquinius Priscus Priscus merupakan keturunan Etruska dan diadopsi oleh Ancus
Marcius. Dalam masa pemerintahannya, dia memenangkan banyak peperangan,
menambahkan 100 anggota dari suku Etruska ke dalam senat, membangun kuil
Jupiter, Circus Maximus (arena balap kereta kuda), mendirikan Forum Romawi,
mengadakan kompetisi olahraga Romawi. Dia menjadi raja selama 25 tahun, dia
dibunuh oleh anak kandung Ancus Marcius.

6. Servius Tullius Tarquinius Priscus digantikan oleh menantunya, Servius Tullius.


Servius adalah raja Roma kedua yang merupakan keturunan Etruska. Dia
mendirikan Dewan Centuria dan Dewan Suku. Dia membangun kuil Diana dan
tembok yang mengelilingi tujuh bukit di Roma. Dia memerintah selama 44 tahun
kemudian dibunuh oleh putrinya (Tullia) dan menantunya (Tarquinius Superbus).

7. Tarquinius Superbus anak dari Tarquinius Priscus dan menantu Servius Tullius.
Tarquinius Superbus juga adalah orang Etruska. Masa pemerintahan Tarquinius
Superbus diisi dengan kekejaman dan teror sehingga rakyat memberontak
padanya. Kekuasaan Tarquinius Superbus berakhir pada 509 SM, sekaligus
menandai berakhirnya pengaruh Etruska di Romawi dan pembentukan Republik.
Sementara Tarquinius Superbus melarikan diri ke kota Tusculum dan kemudian ke
Cumae, di mana ia meninggal dunia pada 496 SM.

Masa pemerintahan di bawah pimpinan raja pada saat itu tidak sama dengan
kebanyakan. Hal ini dikarenakan raja tidak memiliki kekuasaan mutlak, mereka harus
menghadapi satu majelis bangsawan. Majelis tersebut memiliki suara untuk memilih
raja maupun menentukan apa yang dapat dilakukan oleh raja, terutama dalam
peperangan.

Cara pemilihan raja pada saat itu adalah ketika seorang raja mati, maka
memasuki masa interregnum. Kekuasaan tertinggi negara berpindah ke Senat, yang
bertanggung jawab untuk mencari raja baru. Senat akan berkumpul dan menunjuk
salah satu anggotanya sendiri (interrex) untuk bertugas selama lima hari dengan tujuan
mengusulkan raja berikutnya. Dan berlanjut ke senator lainnya dan akan terus
berlanjut sampai raja yang baru terpilih. Setelah interrex menemukan calon yang
cocok, ia akan mengusulkannya pada Senat untuk dipertimbangkan. Jika Senat
menyetujuinya, interrex akan mengusulkan kepada Majelis Curiate dan melakukan
pemilihan oleh rakyat Romawi, menerima atau menolaknya. Raja terpilih harus
menjalani upacara keagamaan yang dipimpin oleh seorang Augur sekaligus pemberian
kewenangan dari Majelis Curiate.

Adanya pemerintahan yang kejam oleh raja ketujuh Romawi, akhirnya pada
tahun 509 SM, para kaum elit bangsawan dapat menggulingkan monarki dan
mendirikan sebuah pemerintahan baru yang dikenal sebagai republik yang diperintah
oleh kaum patricia (kaum penguasa). Roma menjadi republik pertama dalam sejarah
dunia.

Pada tahun 270 SM, mereka berhasil menguasai sebagian besar daerah Italia.
Pada mulanya, Romawi tidak bermaksud menjadi kekuatan imperialis raksasa, mereka
hanya melindungi diri dan memerangi tetangga yang ingin ikut campur dalam
permasalahan mereka. Dengan alasan tersebut, bangsa Romawi terlibat dalam
beberapa peperangan, di antaranya Perang Punik, yaitu bentrok dengan Kartago akibat
sengketa dagang di laut Mediterania. Namun karena Romawi memiliki Jenderal
Perang yang pemberani yang bernama Scipio, sehingga Romawi dapat memenangkan
petempuran di Kartago dan mendirikan kota-kota baru. Mereka juga memberikan
ketentraman, kemakmuran dan kewarganegaraan Romawi kepada penduduk taklukan
yang mau bekerja sama. Hal ini menjadikan Romawi mampu menjadi pusat dunia
Barat, mengambil alih peran Yunani dalam kurun waktu 500 tahun dan menjadi
kekuatan yang dominan di Eropa dalam waktu kurang dari 200 tahun.

Setelah sistem monarki berakhir, Romawi memiliki beberapa jabatan atau


lembaga baru yang masing-masing menangani persoalan yang dulunya di bawah
wewenang seorang Raja.
Jabatan atau lembaga tersebut adalah sebagai berikut:

1. Konsul terdiri dari dua orang yang menggantikan kepemimpinan raja. Konsul
dipilih untuk masa jabatan satu tahun dan konsul dapat membatalkan konsul yang
lain. Pada awalnya, konsul memiliki kekuasaan seperti raja, namun kemudian
dikurangi dengan adaya hakim-hakim yang memegang wewenang tertentu, misal
Praetor (Otoritas Yudisial) dan Censor (hak melakukan sensus).

2. Diktator memiliki jabatan yang mirip dengan raja, namun masa jabatannya
terbatas, yaitu enam bulan. Diktator memiliki wewenang penuh atas masalah-
masalah sipil dan militer. Kekuasaannya mutlak sehingga hanya berlaku pada
masa-masa darurat. Diktator Romawi dipilih secara bebas, biasanya berasal dari
jajaran konsul.

3. Rex Sacrorum dan Pontifex Mazimus adalah pejabat agama tertinggi di republik
secara de jure yang mengadakan pengorbanan tahunan untuk Jupiter. Sedangkan
Pontifex Maximmus adalah pejabat agama tertinggi secara de facto yang
memegang sebagian besar wewenang keagamaan. Selain itu, seorang Pontifex
juga memiliki kekuasaan untuk menunjuk dan mengangkat pejabat-pejabat
keagamaan, bahkan mengangkat seorang Rex Sacrorum dan memperoleh hampir
seluruh kewenangan keagamaan Romawi.

Romawi hampir memiliki raja kembali setelah terpilihnya Gaius Julius Caesar sebagai
Pontifex Maximus dan Diktator seumur hidup yang memberinya kekuasaan lebih
banyak daripada raja-raja terdahulu. Julius Caesar adalah seorang jenderal yang sangat
kuat dan ambisius dan juga salah satu Jenderal Triumvirat, ia menaklukkan bangsa
Celtik dan Gaul. Jauh sebelum Caesar lahir, Republik Romawi dipenuhi dengan
perang saudara, pemberontakan kekuatan militer, korupsi dan ketidakpuasan terhadap
dewan Senat sebagai pusat pemerintahan.

Di bawah pimpinan Julius Caesar, Romawi mulai mewujudkan mimpinya dan


berhasil menguasai hampir setengah Eropa. Namun, Caesar membuat suatu yang
merusak tatanan politik Romawi iu sendiri dengan membuat hukum sendiri
berdasarkan pemikirannya, menganggap dirinya sebagai Konsul dan Diktator. Hal ini
membuat para tetua berpikir tentang adanya ancaman dari Caesar. Mengetahui hal
tersebut, Caesar melakukan kudeta dan menyerang pemerintahan Romawi.
Kemenangan penyerangan yang dilakukannya menyebabkan Caesar menjadi penguasa
Romawi dan menciptakan jabatan Kaisar (baru terealisasi oleh Octavianus).
Pengangkatannya sebagai diktator Romawi seumur hidup, memicu kemarahan kaum
Republik sehingga mereka membunuh Caesar pada tahun 44 SM.

Gaius Julius Caesar Octavianus adalah penggantinya. Octavianus merupakan


anak angkat sekaligus keponakan Julius Caesar. Bukan hanya jabatan yang besar yang
ia warisi, ia juga harus menyelesaikan masalah-masalah yang ditimbulkan pamannya,
mendapatkan perlawanan dari para pesaingnya dan mengungkap pembunuhan
pamannya. Setelah mengungkap pembunuhan Caesar, ia membagi wilayah
pemerintahan kepada Triumvirat yang ia bentuk (Triumvirat kedua). Akan tetapi, salah
satu Triumvirat (Antonius) dikabarkan akan memberikan kota Roma kepada Ratu
Mesir (Cleopatra) sehingga menimbulkan peperangan (Pertempuran Actium pada 31
SM). Kemenangan berada di tangan Octavianus. Kemudian Octavianus kembali ke
Romawi dan mendeklarasikan dirinya sebagai Kaisar Romawi (29 M) dengan berbagai
gelar baru, termasuk Imperator dan Kaisar Augustus (Augustus Caesar) pada 27 M.
Dengan pendeklarasian ini, maka Kekaisaran Romawi yang dibangun selama 7 abad,
resmi berdiri tepat pada tahun 27 SM.

Selama periode antara 28 SM dan 12 SM, Augustus memperoleh konsuler


kekaisaran dan kekuasaan Tribun Rakyat, dikombinasikan dengan posisi Pontifex
Maximus dan Princeps Senatus sehingga membuat Augustus menjadi sangat berkuasa.
Augustus kemudian mendirikan Kekaisaran Romawi, ini adalah awal dari masa
Principatus. Meskipun menjadi kekaisaran, lembaga-lembaga republik masih tetap ada
sampai masa Dominatus, bahkan Kaisar tetap berbagi gelar konsul sampai era
Bizantium. Pada masa pemerintahan Augustus, Kekaisaran Romawi mengalami masa
keemasan. Hal ini dapat dilihat dengan adanya perluasan daerah, kedamaian dan
kemakmuran ekonomi terasa di seluruh penjuru kekaisaran.

Namun pada abad ketiga Masehi, kekaisaran dihadapkan pada krisis dimana
serangan bangsa bar-bar, perang saudara, dan hiperinflasi terjadi dalam waktu yang
bersamaan dan terus menerus dan hampir menyebabkan runtuhnya Kekaisaran
Romawi. Selain itu, sejak meninggalnya Augustus tanpa menunjuk penerus kekaisaran
menyebabkan banyak kekacauan saat pergantian kekuasaan terjadi. Hal ini
dikarenakan Augustus sendiri tidak memiliki anak untuk diwarisi tahta. Hingga
terdapat dua puluh lima kaisar yang menggantikan. Perseteruan ini berakhir pada masa
pemerintahan Diocletian berkuasa.
Pada tahun 14 M, agama Kristen mulai tumbuh dan berkembang di Roma.
Agama Kristen mempertobatkan mereka yang belum percaya, hal ini berbeda dengan
agama sebelumnya yang diwariskan dari generasi ke generasi. Pada mulanya,
kedatangan agama ini bisa ditoleransi oleh orang-orang Romawi, tetapi lambat laun
mereka mereka mulai khawatir agama tersebut akan memecah belah persatuan bangsa
Romawi. Orang-orang Romawi mulai menganiaya dan menindas orang-orang yang
beragama Kristen. Keadaan ini kemudian berubah ketika Constantinus yang memeluk
Kristen berkuasa. Constantinus mengambil langkah untuk menyelamatkan orang-
orang Kristen dari kehancuran.

Pada masa pemerintahan Diocletian, ia memahami bahwa kekuasan Romawi


terlalu besar dan luas. Hal ini mengakibatkan terhambatnya informasi dari pusat ke
daerah terpencil serta kurangnya pengawasan dan penjagaan dari serangan bangsa lain.

Berawal dari hal tersebut, maka Diocletian memutuskan untuk membagi kekaisaran
menjadi dua, yaitu :

1. Kekaisaran Romawi Barat dengan ibukota Milan di bawah pimpinan Diocletian,


serta

2. Kekaisaran Romawi Timur dengan ibukota Nicomedia di bawah pimpinan s


ahabat Diocletian, Maximian.

Setelah kekaisaran dibagi menjadi dua, masing-masing wilayah memiliki


Augustus sebagai pemimpin utama. Setiap Augustus memilih Caesar (kaisar muda
sebagai pembantu urusan administratif dan sebagai penerus kekaisaran jika Augustus
meninggal dunia). Diocletian memilih Galerius sebagai Caesar Romawi Barat dan
Maximian memilih Constantius Chlorus sebagai Caesar Romawi Timur. Pemerintahan
seperti ini berhasil mencegah kehancuran Romawi dan setiap penurunan kekuasaan
pun berlangsung damai. Setiap Caesar di barat dan timur menggantikan Augustus dan
mengangkat Caesar baru. Galerius mengangkat keponakannya Maximinus, dan
Constantius mengangkat Flavius Valerius Severus sebagai Caesar nya. Namun
keadaan berubah ketika Constantius Chlorus meninggal pada tanggal 25 Juli 306.
Pasukan Constantius di daerah Eboracum segera mengangkat Constantine, anak
Constantius, sebagai Augustus. Dan pada bulan agustus pada tahun yang sama,
Galerius juga memutuskan untuk mengangkat Severus menjadi Augustus. Selain itu,
terdapat pula beberapa orang yang menginginkan anak dari Maximian, Maxentius
menjadi Augustus (28 Oktober 306) yang didukung oleh kaum Praetorian. Hal ini
menyebabkan Kekaisaran memiliki 5 pemimpin: Empat Augustus (Galerius,
Constantine, Severus dan Maxentius dan seorang Caesar (Maximinus).

Pada tahun 307, Maximian juga memproklamirkan dirinya sebagai Augustus,


bersebelahan dengan anaknya Maxentius. Namun tidak disetujui oleh Galerius dan
Severus, sehingga menimbulkan perang saudara di daerah Italia. Serverus terbunuh di
tangan Maxentius pada tanggal 16 September 307 M. Maximinus dan Maxentius pun
berusaha memikat Constantine untuk bekerjasama dengan cara menjodohkan
Constantine dengan Fausta, anak Maximian sekaligus kakak kandung Maxentius.
Keadaan semakin rumit ketika Domitius Alexander, Vicarius (semacam Gubernur) dari
Provinsi Afrika memproklamirkan diri sebagai Augustus pada 308 M.

Dengan keadaan yang demikian kacau tersebut, maka diadakanlah Kongres


Carnuntum yang dihadiri oleh Diocletian, Maximian, dan Galerius yang menghasilkan
keputusan sebagai berikut:

1. Galerius menjadi Augustus di Kekaisaran Romawi Wilayah Timur

2. Maximinus menjadi Caesar di Kekaisaran Romawi Wilayah Timur

3. Maximian dipecat

4. Maxentius tidak diakui, kepemimpinannya dianggap ilegal

5. Constantine mendapat pengakuan, namun jabatannya di turunkan menjadi Caesar


di Kekaisaran Romawi Bagian Barat

6. Licinius menggantikan Maximian sebagai Augustus di Kekaisaran Romawi


Wilayah Barat

Namun Maximinus menuntut agar gelarnya sebagai Augustus dikembalikan dan


memproklamirkan dirinya kembali sebagai Augustus pada tanggal 1 Mei 310 M yang
diikuti oleh Maximian yang memproklamairkan dirinya kembali untuk yang ketiga
kalinya, menjadi Augustus. Namun Maximian tewas dibunuh oleh Constantine pada
bulan Juli 310 M. Hingga akhir tahun 310 M, Kekaisaran Romawi masih dipimpin
oleh 4 Augustus resmi (Galerius, Maximinus, Constantine, dan Licinius) dan seorang
Augustus ilegal (Maxentius).

Galerius tewas pada bulan Mei 311 M meninggalkan Maximinus sebagai


penguasa tunggal Kekaisaran Romawi Wilayah Timur. Disaat bersamaan, Maxentius
mendeklarasikan perang terhadap Constantine, sebagai balas dendam karena
membunuh ayahnya. Namun ia tewas dalam suatu pertempuran melawan Constantine
pada tanggal 28 Oktober 312 M. Hal ini menyebabkan menyisakan 3 Augusti (kata
jamak dari Augustus): Maximinus, Constantine, dan Licinius.

Licinius kemudian menikahi Constantia, adik Constantine, untuk mengikat


persahabatan dengan Constantine. Pada bulan Agustus 313 M, Maximinus tewas
menyisakan Licinius dan Constantine. Mereka akhirnya sepakat membagi 2 wilayah
Kekaisaran Romawi, Constantine di Kekaisaran Romawi Bagian Barat, dan Lucinius
di Kekaisaran Romawi Bagian Timur. Pembagian kekuasaan ini berlangsung selama
sepuluh tahun. Pada tahun 324 M, terjadi peperangan antara dua Augusti yang tersisa
terjadi dan berakhir dengan kekalahan Lucinius, menjadikan Constantine sebagai
penguasa tunggal di seluruh Kekaisaran Romawi. Ia memutuskan memindahkan pusat
pemerintahan ke kota kuno Byzantium dan mengubah namanya menjadi Nova Roma
(namun dikemudian hari, kota ini dikenal dengan Constantinople, kota Constantine).
Constantinople atau Konstantinopel terus menjadi pusat pemerintahan Constantine
yang agung sampai kematiannya pada tanggal 22 Mei 337 M.

Kekuasaan Romawi kembali terbagi menjadi dua ketika Theodosius I


meninggal pada tahun 395 M. Ia membagi dua kekaisaran untuk kedua putranya.
Romawi Barat dengan ibukota Milan di bawah pimpinan Arcadius dan Romawi Timur
dengan ibukota Konstantinopel di bawah pimpinan Honorius. Kekaisaran Timur
terhindar dari kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh Barat pada abad ketiga dan
keempat. Romawi Barat kemudian runtuh pada tahun 476 M akibat serangan dari
bangsa Barbar dari Eropa utara. Lain halnya Romawi Timur, karena memiliki budaya
urban yang lebih mapan dan sumber daya finansial yang lebih kuat, sehingga mampu
menghentikan penyerang dengan upeti dan menyewa tentara-tentara bayaran.

Theodosius II memperkuat tembok Konstantinopel, sehingga kota tersebut


aman dari serangan-serangan; tembok tersebut tidak dapat ditembus hingga tahun
1453 oleh pasukan Islam di bawah pimpinan Sultan Mahmud II atau lebih dikenal
sebagai Muhammad Al Fatih, Sultan Turki Utsmani. Kekaisaran Romawi Timur ini
selanjutnya disebut sebagai Kekaisaran Byzantium35 yang merupakan kelanjutan dari
Kekaisaran Romawi dalam Zaman Pertengahan. Begitu banyak anasir-anasir
kekaisaran Romawi lama, sehingga tidak dapat dipastikan kapan kekaisaran Romawi
berakhir dan kapan Byzantium lahir. Henry S. Lucas dalam bukunya Sejarah
Peradaban Barat: Abad Pertengahan menyebutkan bahwa dari segi pemerintahan, masa
transisi tersebut adalah masa pemeruintahan Justianus, yakni 527 hingga 565 M.

Bangsa Romawi berasal dari masyarakat Agrikultur-militer yaitu bangsa/kaum


petani yang suka berperang dan berekspansi ke sekitar Laut Tengah, Eropa Utara dan
Barat serta sebagian Asia dan Afrika. Bangsa ini berasal dan berbagai macam suku
bangsa yang mendiami suatu wilayah. Kebudayaan Romawi berawal dan seni Eropa
Barat yang diambil secara komprehensif. Mula-mula dianggap tahap dekadensi
periode setelah Yunani pada bidang seni, namun secara total menyerap nilai seni yang
sudah ada dari kebudayaan tersebut dan nilai-nilai yang terkandung ternyata sudah
tidak asli dan bermutu rendah, sehingga Bangsa Romawi bisa dianggap sebagai
penyebar dan pelestari peninggalan kebudayaan klasik, jadi dapat dikatakan sebagai
Asimilator (menyatukan hasil karya orang lain) dan bukan Kreator.

Kekaisaran Romawi mempunyai wilayah kekuasaan yang menyebar dan


berkembang (ekspansif) di sekitar daratan Spanyol, Armenia, Inggris hingga Mesir.
Dengan demikian masing-masing daerah tersebut diperlukan suatu koordinator
wilayah kekuasaannya (Teritorial). Akibat luasnya daerah kekuasaan, bangsa Romawi
mencetuskan kebudayaannya menjadi Internasionalisme Budaya (Cultur
lnternationalism). Perbedaan-perbedaan gaya kekuasaan teritorialnya disatukan dalam
satu gaya kepemimpinan yang dinamakan Gaya Imperial. Kerajaan Romawi
merupakan suatu negara yang digolongkan sebagai “statesmanship” yaitu bangsa yang
memiliki kemampuan sebagai negarawan (dengan kekuasaan yang bertumpu pada
kekaisaran), atau Imperium Romanium. Sedangkan Yunani dapat digolongkan sebagai
negara “negara kota atau negara federasi. Romawi dikenal sebagai bangsa yang ”love
of power” sedang Yunani dikenal sebagai bangsa ”love of beauty”.

Kota Roma mengalami kemunduran yang mengakibatkan Romawi Barat


terpecah menjadi beberapa kerajaan yang diperintah oleh raja-raja Germnia Goth
Timur dan Goth Barat. Dan Romawi Timur muncul menjadi tempat yang memiliki
nilai strategis dan sangat tinggi, secara politik dan ekonomi. Wilayah Romawi Timur
meliputi semenanjung Balkan, Asia kecil (Sampai Armenia), Syiria, dan Mesir. Setelah
tahun 476 M hubungan Romawi Barat dan Romawi Timur terputus. Romawi Timur
dapat bertahan sampai tahun 1453 H, namun wilayah ini kemudian dikuasi oleh Turki.

C. Kebudayaan Yunani Kuno dan Romawi


1. Kebudayaan Yunani Kuno

Masyarakat Yunani cinta pada keindahan (seni) yang tidak mengarah pada hal-
hal yang berlebihan (penuh penahanan diri dan prestasi). Karya seni yang penuh
penahanan diri tersebut menghasilkan-keseimbangan yang sempurna serta-keutuhan
yang seterusnya disebut sebagai klasik. Karya seni diperuntukkan bagi persembahan
pada dewa-dewanya.

Paham tentang seni dan arsitektur adalah :

1. Kepolosan.

2. Keanggunan.

3. Kegunaan.

a. Arsitektur Yunani Kuno

1). Arsitektur Aegea (3000-1100 BC)

Arsitektur di pulau Kreta dan Mikena serta pulau lain disekitarnya


berbeda dengan karakter arsitektur di daratan Yunani. Penduduk kepulauan
tersebut berasal dari Asia Kecil yang berimigrasi ke pulau Kreta dan sekitarnya
serta membawa budaya asalnya.

Bangunan rumah tinggal menggunakan atap datar yang merupakan


typical daerah timur, sedangkan cahaya dimasukkan melalui celah-celah lubang
atap. Ruang menggunakan Cella, yaitu ruang yang keempat sisinya tertutup
(massif dengan satu sisi sebagai bukaan (pintu).

Megaron adalah unit rumah tinggal dengan fasilitas sebagai berikut :

a). Berbentuk cella yang dilengkapi dengan lobby/vestibule.

b). Entrance dan serambi depan yang mengarah kedalam.

c). Thelamus (ruang tidur) yang diletakkan dibagian paling belakang.

Bahan bangunan :

a). Memakai batu pecah ataupun batu gamping/gibs yang dikeraskan untuk
lapisan lantai.

b). Bata yang dikeringkan untuk dinding

c). Atap memakai kayu.


2). Arsitektur Yunani Daratan (650-30 BC)

Ada dua fase peradaban Yunani Daratan, yaitu :

1. Fase Hellenic.

2. Fase Hellenistic.

Fase Hellenic (650-323 BC)

a). Karakter masyarakatnya sangat menjunjung tinggi kepercayaan dan seni,


sehingga kuil menjadi bagian yang terpenting. Pada mulanya kuil
mengambil bentuk dasar dari Megaron selanjutnya dikembangkan.

b). Konstruksi utama memakai system kolom (tiang) dan balok (gelagar).

c). Bentuk-bentuk dari konstruksi kayu ditiru pada bahan yang lain yaitu
marmer Carpentry in marble mulai tahun 600 BC.

d). Dinding memakai bata yang dikeringkan atau dengan terakota.

e). Penyelesaian eksterior lebih dipentingkan karena masyarakat Yunani


berkosentrasi pada elemen yang cocok dengan iklim serta masyarakat
pemakainya (masyarakat Yunani senang dengan udara terbuka) terutama
Kuil dan Agora.

f). Hubungan dengan dewanya terjadi di udara terbuka dengan angin yang
berhembus sepoi melalui Collonade‖ yaitu barisan tiang yang menopang
atap pada serambi memanjang serta Portico‖ yaitu barisan tiang penopang
atap pada serambi depan (memendek), sebagai ucapan selamat datang
dengan permainan bayangan gelap terang oleh tiang (kolom) gaya Doric
yang tertimpa sinar matahari.

Fase Hellenistic (323-30 BC)

a). Pada tahun 480 BC Persia menghancurkan Yunani, Akropolis kota diatas
bukit sebagai kompleks bangunan suci juga ikut hancur. Oleh Perikles
pemimpin Yunani, Athena dibangun kembali.

b). Pada phase ini banyak dibangun public building (bangunan umum) yang
berkembang sangat pesat, bervariasi dan berkesan megah.

c). Banyak dibangun Stoa yaitu teras memanjang bertiang banyak yang
menghubungkan antara bangunan yang satu dengan yang lainnya serta
berfungsi sebagai tempat untuk diskusi yang beratap agar terhindar dari
hujan dan terik matahari. Stoa merupakan pasangan dari Agora‖ yaitu tempat
untuk pertemuan umum di luar juga sekaligus sebagai pasar bagi
masyarakat Yunani (terutama di Athena).

b. Bangunan pada masa Yunani

1). Propilae di Akropolis Athena

Merupakan gerbang ke tempat-tempat suci di Akropolis dan sekaligus juga


sebagai tempat pagelaran seni dan tempat pertemuan umum. Gayanya
mengandung campuran antara tiang corak Doric dan Ionic yang terbuat dari
batu pualam setempat yang diambil dari gunung Pentelikus di dekat Athena.
Pualam ini berubah warna menurut perubahan cahaya matahari dari warna
emas dan coklat ke merah jambu kelabu.

2). Agora

Agora merupakan tempat umum yang dipakai untuk tempat berkumpulnya


masyarakat kota, semacam alun-alun yang berfungsi sebagai pasar

3). Stoa

Suatu bangunan memanjang (teras) dengan banyak tiang yang fungsinya


untuk tempat masyarakat umum berteduh dari hujan ataupun panas, merupakan
pasangan agora yang terbuka juga untuk menghubungkan antar bangunan.

4). Akropolis

Komplek bangunan suci yang terletak di puncak/ tempat tertinggi di


Athena, paling atas dipakai sebagai kuil/ tempat tinggal dewa-dewi yunani.
Theater Merupakan bangunan terbuka setengah lingkaran yang menempel pada
lereng-lereng gunung (karena belum ada teknologi untuk penyelesaian
konstruksi yang berdiri sendiri dengan skala besar), dengan batu cadas yang
dibuat berundak-undak sebagai tempat duduk, dan berakhir pada stage yang
digunakan sebagai area persembahan yang berbentuk lingkaran. Fungsi
bangunan tersebut adalah untuk persembahan drama tari dan nyanyi bagi dewa
Dionisious (Dewa Seni).
Agar suaranya dapat didengar oleh seluruh warga yang menjalani upacara
persembahan tersebut, maka dengan membentuk area seperti gentong (sistem
akustiknya), persoalan suara dapat diatasi.

5). Langgam

Ada beberapa langgam yang dapat dikenali pada arsitektur Yunani (dari
masa kebudayaan Aegea sampai dengan Hellenistik), yaitu:

1. Langgam Doric

Merupakan langgam yang berasal dari daerah Doria, merupakan kepala


tiang tanpa hiasan (polos), lengkung sederhana dan tanpa alas pada dasar
tiangnya, sehingga langsung menempel pada lantai.

2. Langgam Ionic

Merupakan langgam yang berasal dari pesisir yaitu ionia, kepala


tiangnya mengambil bentuk noctilus (kerang besar). Bentuknya melingkar
pada kedua sisinya, sedangkan pada dasar tiang memakai alas.

3. Langgam Corinthian

Merupakan langgam dari daerah pegunungan mengambil alih bentuk-


bentuk alam (flora) daun Achantus. Pada dasar tiang menggunakan alas,
bertumpu pada lantai berundak.

2. Kebudayaan Romawi

Kebudayaan Romawi terbentuk berdasarkan elernen-elernen yang diambil dari


kebudayaan Yunani, kebudayaan Etruscan (engineering ability dan utiliter
architecture) dan kebudayaan Syria. Penduduk asli Romawi adalah bangsa prajurit
sejati yang suka berperang sehingga memiliki karakter yang kuat dan lebih
mencurahkan perhatiannya pada pekerjaan, negara, dewa dan juga keluarga. Bangsa
Romawi mempunyai disiplin dan ambisi yang tinggi terhadap kekayaan dan
penguasaan terhadap bangsa lain.

Beberapa hal yang dapat dibedakan atau lebih diunggulkan dengan bangsa lain yailu:

1. Organisasi dalam masyarakat dan negara telah terbentuk mulai dari rakyat
biasa atau prajurit hingga pimpinan yang tertinggi (kaisar).
2. Asimilasi budaya berasal dari gabungan kebudayaan Yunani, Etruscan dan
Syria. Namun dengan perpaduan kebudayaan tersebut muncul satu karakter
atau sifat kebudayaan baru, yaitu kebudayaan Romawi.

3. Hubungan dengan masyarakat pendatang sangat toleran dan bersifat terbuka,


terutama pedagang yang berasal dari sekitar kekuasaan Romawi. Selama
penduduk pendatang mau mengikuti peraturan yang berlaku dan
menguntungkan bagi kepentingan kerajaan Romawi hubungan pendatang dan
pribumi sangat baik.

4. Bangsa Romawi memiliki satu prinsip yang sangat ambisius dalam hidup.
Pandangan mereka adalah hanya melalui prinsip kerja yang keras maka akan
menghasilkan apapun yang diinginkan. Ambisi menguasai alam dan
lingkungan akhirnya melahirkan satu keterampilan yang dominan dalam
konsep teknik dan ruang.

Karakteristik Arsitektur Romawi dan Yunani

1). Kemampuan dalam teknologi bangunan lebih maju dari pada bangsa Yunani,
seperti dalam pembuatan saluran air dan pembuatan konstruksi
busur/lengkung.

2). Penafsiran terhadap makna kehidupan dari segi fungsi dan sistem struktur
sosial sangat kompleks. Kondisi ini sangat besar pengaruhnya terhadap
perilaku, tata cara hidup dan termasuk dalam tata bangunan. Setiap aktifitas
kehidupan dalam struktur social kemasyarakatan seringkali diperingati dengan
upacara-upacara atau pesta-pesta besar.

3). Konsep penataan bangunan dan landscape perkotaan dirancang secara


integratif. Perancangan bangunan selalu berorientasi kedalan skala yang lebih
luas atau dalam skala kota demikian juga sebaliknya.

4). Konsep perancangan menekankan pada pengertian bahwa ruang merupakan


media ekspresi arsitektural. pada skala kota dan interior.

5). Skala bangunan bersifat monumental atau mengutamakan kesan agung.


Ekspresi a rsitekturnya terungkapkan melalui peralihan artikulasi detail.

6). Bentuk arsitektur mengesankan keanggunan formal yang berorientasi


birokratik, tersusun secara sistematik, praktis dan variatif dalam langgam.
Langgam Arsitektur Romawi dan Yunani

1). Memanfaatkan kosa klasik Yunani sebagai motif dekorasi, bukan elemen dasar
yang mengungkap karakter ideal secara utuh.

2). Superimposisi (menggahungkan order kiasik yang diatur dalam posisi saling
tumpang tindih untuk satu tingkatan yang berbeda) berbagai langgam, untuk
mencapai suatu totalitas sistem yang dinamis dan bentuk simbolik yang baru.

3). Dinding sebagai bidang penerus, diperkuat dengan pembagian bidang, tekstur,
elemen vertikal dan horizontal.

4). Kontruksi busur dan lengkung untuk gugus ruang yang kompleks.

Konsep Ruang

Ruang merupakan konkretisasi dimensi waktu dan tindakan, bukan keabadian atau
keteraturan statis.

1). Ruang bersifat self-contained bukan merupakan batasan fisik belaka, karena itu
harus dibentuk, diartikulasikan dan diaktifkan.

2). Karakter lingkungan spatial terpadu, tidak ditentukan oleh ikatan situasi
geografis tertentu.

3). Artikulasi ruang merupakan kontinuitas, irama, variasi, keteraturan, dinamis,


sekuens dan aksialitas.

Perbedaan Arsitektur Romawi dan Yunani

1). Arsitektur Yunani bagian struktur nampak jelas pada bagian kolom, sedangkan
arsitektur Romawi terjadi pemisahan bentuk dan struktur, bentuk tidak selalu
mencerminkan strukturnya, struktur hanyalah merupakan hiasan atau omamen.
Menurut Van Ramont ini merupakan penyakit arsitektur barat yaitu pemaksaan
pemisahan antara bentuk dan struktur. Kuda kuda sederhana (architrave), tiang
dan balok (post and linted) pada arsitektur Yunani, sedangkan arsitektur
Romawi konstruksi kuda-kuda lebih kompleks ditandai dengan penambahan
setengah kuda-kuda pada kedua sisi bangunan. Selain itu terdapat konstruksi
busur dan rusuk (Barrel Vault).

2). Arsitektur Romawi lebih mengutamakan fungsi (utilitarian), kontruksi


bangunan dan suasana (grandeur), sedangkan arsitektur Yunani lebih
mengesankan nilai-nilai estetika.
3). Massa bangunan dalam arsitektur Romawi disusun secara komposit, yaitu
terdiri dari gabungan beberapa bentuk geometris atau elemen yang terpisah
(contoh bangunan pantheon yang terdiri dan dua bentuk : partico di bagian
depan dan rotunda di bagian belakang, sedangkan arsitektur Yunani tidak ada.

D. Perkembangan Yunani Kuno dan Romawi

1. Perkembangan Yunani Kuno

Secara umum perkembangan Yunani dapat dibagi menjadi 4 periode, yaitu sebagai
berikut :

1. Fase pembentukan negara-negara kota (Polis) yang berlangsung antara 1000-800


SM.

2. Fase ekspansi negara-negara kota atau fase kolonisasi polis-polis Yunani.


Ekspansi polis-polis Yunani ke arah barat sampai ke Italia Selatan, sedangkan ke
arah Timur sampai ke Asia Kecil (Troya).

3. Masa kejayaan polis-polis Yunani (600-400SM).

4. Masa Keruntuhan Yunani (400-300 SM), tetapi kebudayaan Yunani berkembang


di luar daerah Yunani itu sendiri.

Selama periode Kalsik (Abad ke-5 SM), Yunani terdiri dari daerah-daerah bagian kecil
dan besar dalam bermacam-macam bentuk internasional (sederhana, federasi, federal,
konfederasi) dan bentuk-bentuk internal (kekerajaan, tirani, oligarkhi, demokrasi
konstitusional, dan lain-lain) yang paling terkenal ialah Athena, diikuti oleh Sparta dan
Thebes.

Sebuah semangat kebebasan dan kasih yang membara membuat bangsa Yunani
dapat mengalahkan bangsa Persia, adikuasa pada saat itu, didalam peperangan yang
terkenal dalam sejarah kemanusiaan- Marathon, Termopylae, Salamis dan Plataea.
Pada paruh kedua abad ke 4 SM, banyak daerah-daerah bagian di Yunani membentuk
sebuah Aliansi (Cœnon of Corinth) yang dipimpin oleh Alexander Agung sebagai
Presiden dan Panglima (Kaisar) dari Aliansi, Raja dari Macedonia menyatakan perang
dengan Persia, membebaskan saudara-saudara mereka yang terjajah, Ionian, dan
menguasai daerah-daerah yang diketahui selanjutnya. Menghasilkan sebuah
masyarakat yang berkebudayaan Yunani mulai dari India Utara sampai Laut Tengah
barat dan dari Rusia Selatan sampai Sudan.
Hukum dan Pemerintahan Yunani Kuno

Antara wilayah-wilayah di Yunani tersebut sulit untuk berhubungan yang


disebabkan oleh alam yang berbukit-bukit, sehingga jadilah kota-kota yang disebut
Polis. Ada dua polis yang terkenal:

1. Athena

Athena merupakan Polis yang menerapkan sistem Demokrasi. Sistem itu


diperkenalkan oleh Solon (638 SM-559 SM). Dengan sistem itu, kekuasaan berada
di tangan dewan rakyat. Pelaksanaan pemerintahan dilakukan oleh sembilan orang
Archon yang setiap tahun diganti. Para Archon diawasi oleh Aeropagus (Mahkamah
Agung) yang para anggotanya berasal dari mantan anggota Archon. Athena banyak
menghasilkan para filosof yang pemikirannya sangat berpengaruh pada kehidupan
manusia hingga dewasa ini. Para Filosof itu antara lain sebagai berikut:

a. Thales

Dia terkenal sebagai ahli matematika dan astronomi. Thales dikenal


dengan perhitungannya tentang gerhana, menghitung ketinggian piramida
dan menghitung bayangannya. Selain itu Thales berpendapat bahwa bumi
ini berasal dari air.

b. Anaximander

Dia berpendapat bahwa segala apa yang ada di dunia ini berasal dari bahan
tunggal yang bukan air. Selain itu, Anaximander berpendapat bahwa bumi itu
seperti silinder yang mempunyai ukuran lebih kecil daripada matahari.

c. Anaximenes

Dia berpendapat bahwa bahan pembentuk alam adalah udara.

d. Pytagoras

Dia terkenal sebagai ahli matematika, dia percaya bahwa segala sesuatu itu
pada aturannya menurut bilangan tertentu. Sehubungan dengan hal itu, Pytagoras
berpendapat bahwa melalui pengetahuan tentang bilangan, kita akan memahami
tentang kenyataan.
e. Heraclitus

Dia adalah seorang filosof mengembangkan pemikiran tentang logika.

f. Parmenindes

Filosof ini mengemukakan pentingnya logika dalam mengembangkan ilmu


pengetahuan

g. Hippocartus

Dia adalah seorang filosof yang ahli dalam bidang kedokteran.

h. Socrates

Ajarannya tentang filsafat etika atau kesusilaan dengan logikasebagai


dasar untuk membahasnya. Socrates mengajarkan agarmanusia dapat
membedakan apa yang baik atau buruk, benar atausalah, adil atau tidak adil.
Ajarannya ditujukan kepada anak mudayang diajaknya berdiskusi. Ia akhirnya di
hukum mati dengan minumracun karena tuduhan telah merombak dasar-dasar
etikamasyarakat Yunani kuno serta tidak percaya kepada dewa-dewayang
disembah masyarakat.

i. Plato

Ajaran filsafatnya disebut filsafat idea. Ia menulis banyak buku,salah


satunya berjudul Republica. Dalam buku tersebut diuraikantentang kebahagiaan
hidup yang dapat dicapai bila manusia bekerjadengan wataknya dan wanita
diangkat derajatnya. Plato jugamendirikan pusat pendidikan bernama Academus.

j. Aristoteles

Ia adalah murid Plato, merupakan ahli di bidang biologi


danketatanegaraan. Karyanya yang terkenal antara lain Klasifikasi Floradan
Fauna di Kepulauan Aegeia. Di bidang ketatnegaraan, iaberpendapat bahwa
sistem pemerintahan yang baik adalah republik.Pemerintahan yang baik
mengutamakan kebahagiaan sebesar-besarnya untuk seluruh rakyat. Aristoteles
adalah pendiri pusat pendidikan bernama Peripatetis. Salah seorang muridnya
ialah Alexandar Agung, raja Macedonia.

Lahirnya tradisi intelektual dari bangsa Yunani disebabkan oleh faktor-faktor


berikut ini :
1. Faktor geografis dari Yunani bergunung-gunung dan tidak subur. Hal ini
memacu para penduduknya untuk berpikir dan berkreasi agar mampu bertahan
hidup.

2. Orang Yunani membangun hubungan dengan bangsa-bangsa lain seperti Mesir,


Babylonia, dan yang lainnya, sehingga terjadi tukar-menukar pengetahuan.

3. Penduduk Yunani memiliki hak otonomi kemerdekaan dan kemakmuran di


bidang ekonomi, sehingga mereka lebih berkonsentrasi untuk
menumbuhkembangkan pengetahuan.

4. Bangsa Yunani menghargai logika dan cara berpikir yang rasional.

5. Bangsa Yunani selalu terlibat aktif dalam urusan politik, ekonomi, dan sosial.
Hal itu membuat mereka selalu berusaha untuk mencari pemecahan dalam setiap
masalah yang muncul.

2. Sparta

Pemerintahan Sparta didasari oleh pemerintahan yang bergaya militeristik. Pola


ini diperkenalkan oleh Lycurgus tahun 625 SM. Pemerintahan dipegang oleh dua
orang raja, sementara pelaksana tertinggi dipegang oleh suatu dewan yang bernama
Ephor yang terdiri dari lima orang. Setiap Ephor memiliki dewan tua yang berusia
lebih dari 60 tahun, yang bertugas untuk mempersiapkan UU yang diajukan kepada
dewan rakyat (perwakilan dari semua warga kota). Para pemuda yang terseleksi
secara fisik dan mental, dijadikan tentara. Keberadaan polis-polis di Yunani
mengakibatkan mereka saling bersaing dalam memperebutkan hegemoni kekuasaan
atas wilayah Yunani. Sehingga tidaklah mengherankan apabila di Yunani selalu
terjadi peperangan di antara sesama polis-polis tersebut. Tetapi, datang tentara
Persia yang akan menginvasi daerah Yunani, maka polis-polis yang ada di Yunani
terutama Spharta dan Athena, bersatu untuk menghadapi Persia tersebut.
Pertempuran antara Yunani dan Persia terjadi beberapa kali.

Perang Persia-Yunani I (492 SM). Peperangan antara Yunani dan Persia tidak
terjadi karena armada tempur Persia dihancurkan oleh badai dan terpaksa harus
pulang kembali. Perang Persia-Yunani II (490 SM). Pertempuran terjadi di
Marathon, pertempuran itu berhasil dimenangkan oleh bangsa Yunani. Para prajurit
Yunani harus lari sepanjang 42 km antara Marathon dan Athena dalam rangka
berkonsolidasi dan meminta bantuan. Perang Yunani dan Persia III. Bangsa Persia
datang kembali, dan pasukan Yunani menghadapinya di Termopile. Persia dapat
dipukul mundur, namun Raja Spartha terbunuh dalam pertempuran itu. Pada tahun
448 SM diadakan perdamaian antara Yunani dan Persia. Dengan menangnya Yunani
atas Persia, maka hal ini membuat kemajuan, seperti pada kesenian dan ilmu
pengetahuan serta adanya filosof-filosof. Hal ini membuat Sparta iri sehingga
terjadi perang Peloponessos yang membuat Athena kalah sehingga membuat yunani
terpecah-pecah. Dengan lemahnya Yunani membuat mudahnya Yunani ditaklukkan
oleh kerajaan Macedonia di bawah pimpinan Philipus pada 338 SM.

Perjuangan Philipus untuk menguasai Persia diteruskan anaknya Alexander


Agung (336-323 SM) dan ia berhasil menguasai Tunisia, Palestina, Mesir, dan di
Mesir mendirikan kota yang bernama Iskandariyah. Niatnya menguasai India tak
terkabul karena prajuritnya yang tidak mematuhi perintahnya. Setelah Iskandar
meninggal, maka kerajaannya terpisah-pisah menjadi Kerajaan Macedonia,
Kerajaan Syria (Jenderal Seuleueos) dan Kerajaan Mesir (Jenderal Ptelomeus).

Peninggalan-peninggalan Yunani Kuno

1. Seni Sastra

Sastrawan terkenal dari Yunani adalah Homerus yang menulis kitab Illiad
dan Odysseia. Kedua kitab tersebut berkaitan erat dengan kejadian sejarah yang
disebut perang Troya. Kota Troya terletak di Semenanjung Anatolia di Selatan Selat
Dardanella. Seorang peneliti dari Jerman yang bernama Heinrich Schlieman telah
menemukan beberapa bukti peninggalan peradaban kota Troya seperti yang
dilukiskan dalam karya Komerus tersebut. Kitab Illiad menceritakan kejadian perang
Troya yang disebabkan karena puteri Helena dari Sparta dilarikan oleh Pangeran
Paris dari Troya Terjadilah peperangan antara raja Agamemmon dari Yunani dengan
raja Priamus dari Troya. Pahlawan Troya yang bernama Hector dapat dikalahkan
oleh pahlawan Yunani yang bernama Achilles. Tentara Yunani dapat memenangkan
perang melalui siasat Kuda Troya atas ide raja Odysseus.

Kuda Troya merupakan sebuah kuda kayu raksasa yang di dalamnya


digunakan untuk bersembunyi tentara Yunani. Kuda tersebut diletakkan di luar
benteng kota Troya. Orang Troya tertipu, kuda kayu dikira hadiah lalu ditarik ke
dalam benteng. Ketika dibuka tentara Yunani berhamburan dan menyerang secara
mendadak. Sementara itu armada yang berpura-pura meninggalkan Troya datang
kembali ikut menyerbu. Sehingga pasukan Troya mengalami kekalahan. Kitab
Odysseia mengisahkan tentang pengembaraan Odysseus sepulang dari Troya. Karena
isterinya yang bernama Penelope menikah lagi maka puteranya yang bernama
Telemachos menyusulnya mengembara. Bagi bangsa Yunani kisah Illias dan
Odysseia ini menjadi salah satu kebanggaan dan alat pemersatu bangsa Yunani.

2. Seni Bangunan dan Seni Pahat

Pada awalnya seni patung/pahat Yunani menghasilkan patung seperti patung


bangsa Mesir, kemudian dikembangkan menjadi lebih hidup dengan gaya naturalis.
Patung dibuat dari marmer dan perunggu. Pemahat yang terkenal di Yunani bernama
Phidias, sedangkan arsitek bangunan yang terkenal antara lain bernama Ikhtinus.
Seni pahat menghasilkan berbagai patung para dewa maupun tokoh yang terkenal
misalnya Dewa Zeus, Perikles, Plato, Aristoteles dan lain-lain Pada masa
pemerintahan Perikles seni bangunan Yunani berkembang pesat. Peninggalan
bangunan kuno Yunani antara lain kuil pemujaan. Di bukit Acropolis berdiri megah
kuil Parthenon dan kuil Erechteum yang di dalamnya terdapat patung dewi Palas
Athena. Di bukit Olympus dibangun kuil untuk dewa Zeus yang disebut kuil Altis.Di
daerah koloni Yunani juga dibangun kuil misalnya kuil Zeus di Italia Selatan, kuil
Apollo di Milate dan lain-lain. Teater adalah panggung di lapangan terbuka untuk
pementasan misalnyakomedi. Penonton duduk di bangku-bangku yang terbuat dari
batu. Bagiorang Yunani, teater merupakan bagian pendidikan dan setiap
orangdianjurkan untuk menonton.

3. Filsafat

Filsafat: Seperti ilmu fikir (logika), ilmu alam (physica), ilmu kesusilaan
(Ethica), dan ilmu negara (politica). Seperti sudah disinggung pada uraian
pemerintahan Yunani,ternyata polis Athena melahirkan banyak ahli pikir yang
mewariskan pengetahuannya bagi umat manusia. Beberapa filusuf yang banyak
mencetuskan ilmu pengetahuannya antara lain yaitu Socrates (469-399 SM), Plato
(427-347 SM), dan Aristoteles (384-322 SM).

4. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Bangsa yunani telah memiliki berbagai macam pengetahuan dan teknologi


yang tinggi. Beberapa ilmuwan yang terkenal antara lain Pythagoras, Thucydides,
Archimedes, Thales, Analisagoras, Democritus, Euclid, Herodotus, dan Hipocrates.
Pada waktu itu mereka sudah mampu membuat teknologi-teknologi yang canggih
seperti:

1. Menciptakan perahu layar yang ramping sebagai sarana untuk mengarungi laut
tengah dan menghubungkan daratan yunani dengan daerah-daerah pantai timur
pulau sicilia.

2. Membuat barang-barang dari tanah liat.

3. Menghasilkan karya arsitektur yang megah seperti kuil zeus, kuil partenon dan
gedung teater raksasa.

4. Mengembangkan industri untuk menunjang perdagangannya, yakni keramik yang


bentuknya beraneka ragam dan dihiasi dengan indah.

5. Menghasilkan karya-karya benda logam berkembang pesat terutama untuk


menyediakan alat-alat perang.

2. Perkembangan Romawi

Periode Hellenistik merupakan zaman klasik bagi arsitektur dan merupakan


peralihan perencanaan bangunan dari Yunani ke Romawi. Kota Romawi pada waktu
itu telah dirancang dengan gaya klasik oleh Vitruvius (arsitek). Teori dan filosofi
rancangannya dipandang menyamai masa modern pada abad ke dua puluh yang akan
datang. Sebagaimana telah dikemukakan Socrates, peradaban bisa berkembang dan
juga merosot. Begitulah yang terjadi di Roma pada waktu itu, akibat penyalahgunaan
wewenang para politikus yang korup, penyimpangan sistem demokrasi. Kota
dimanipulasi sebagai tempat tinggal pribadi atau investasi. Akibatnya muncul
pemukiman masyarakat dengan kondisi yang semakin memburuk dan mempersulit
orang untuk mendapatkan tempat tinggal. Bangsa Romawi tidak sepenuhnya
melaksanakan demokrasi. Hal ini terjadi pada masa raja-raja Etruskan pada tahun 500
SM hingga kekaisaran Julius Caesar pada tahun 100 SM. Bangsa Romawi selalu
mengagungkan pimpinannya bagaikan Dewa dengan kekuasaan mutlak.

Secara turun-temurun kekaisaran Romawi menginginkan perluasan daerah


kekuasannya sehingga salah satu kota bekas pemerintahan Yunani, Athena menjadi
pusat dunia pada waklu itu. Konsekuensinya kota tersebut harus menerima orang asing
dalam hubungan dagang dan berusaha menetapkan hukum-hukum yang diberlakukan
bagi kota tersebut. Perkembangan ini mencapai puncaknya akibat kegiatan
perdagangan yang berlangsung di daerah tersebut. Pada abad ke-3 SM, secara cepat
dapat dibangun lebih dari 45.000 blok apartemen dan sekitar 2.000 rumah pribadi.
Bangunan bertingkat paling tinggi yang pernah dicapai setinggi 21 meter pada masa
kekaisaran Agustinus dan merupakan contoh tata wilayah pertama di abad pertama
SM. Kekaisaran Roma yang berkembang dengan sistem pemerintahan dengan
kekuatan dan kekuasaannya berhasil mencapai jumlah rakyatnya berkisar 250.000
hingga 2.000.000 penghuni tetap. Karena itu, masalah kekurangan rumah, air bersih
dan transportasi muncul. Namun demikian tidak mempengaruhi setiap kekaisaran baru
atau penggantinya untuk mendirikan monumen-monumen besar sebagai bentuk
peringatan kebesaran kekaisaran mereka sendiri. Setiap kaisar baru mendirikan forum
yang lebih besar daripada sebelumnya.

Forum-forum ini berfungsi sebagai pusat bagi kehidupan politik dan


perniagaan kota. Bangsa Romawi memahami pentingnya transportasi dan masalah
distribusi air bersih. Mereka mulai merencakan jaringan jalan di seluruh kekuasaan
kekaisaran yang membentang dari Spanyol, Armenia, Inggris sampai Mesir. Jalan-
jalan diperhitungkan untuk melancarkan komunikasi dan memudahkan transportasi
perdagangan serta dapat meninjau dan memelihara ketertiban dalam upayanya
menumpas para pemberontak. Kolonialisasi daerah teritorial lain dilakukan atas
kebijaksanaan kaisar untuk mengakomodasi imigran ke Roma dan menetapkan status
hukum serta tata tertib bagi rakyat Romawi. Untuk menunjang peraturan tersebut
Romawi membangun kawasan atau kota-kota militer di seluruh perbatasan kekaisaran.
Pelaksanaan pembangunannya pada umumnya telah mengikuti rencana induk yang
disepakati dengan cepat meskipun ada sedikit perbedaan dalam aplikasinya.
Pembangunan kota dengan pola empat persegi diperuntukkan pada kawasan bangunan
pemerintahan yang diletakkan di persimpangan jalan utama. Karena upaya ini berhasil
maka perencanaan dengan pola grid digunakan pula untuk kawasan pemukiman,
terutama apartemen besar yang bergaya atrium untuk kalangan kaya. Kedigjayaan
Romawi dengan konsep bentuk kota yang sampai sekarang terkenal dan dipakai di
kota-kota besar Amerika Serikat akhimya harus runtuh secara bertahap akibat
pertentangan yang terjadi di kalangan atas. Keputusan cenderung apatis dan kehidupan
masyarakat menjadi hedonistik dan lamban.

Kondisi demikian, justru merupakan kelemahan suatu bangsa yang akan


menarik bangsa lain diantaranya golongan Barbar untuk menguasai kekaisaran
Romawi. Golongan ini mulai menyerang untuk pertama kalinya selama Iima abad,
Roma mempunvai musuh yang siap menyerang di tepi perbentengannya. Dalam
perkembangannya agama Nasrani turut mempengaruhi sebagian masyarakat yang
tidak menyukai kepemimpinan kaisar Romawi. Maka terjadilah peperangan antar
mazhab dan partai oposisi. Benteng-benteng bawah tanah yang dibangun para kaisar
digali dan diburu untuk bahan bangunan. Tempat-tempat publik seperti forum
dibongkar oleh massa yang bertarung. Romawi runtuh di akhir abad ke tiga.

Karakteristik Romawi

1. Jenjang jalan terdiri dari : Jalan Arteri (Cardo) untuk kawasan pemerintahan
yang menghubungkan jalur Utara-Selatan kota Roma, Jalan Kolektor
(Decusmanus) untuk daerah Pemerintahan (Domain), Apartemen (Insule) dan
Ruang Terbuka (Tempulum) yang menghubungkan jalur Timur-Barat, Jalan
lingkungan (Prinsipia) dan Lorong (Path) untuk hunian. Pada pertemuan jenis
jalan tersebut dinamakan simpul (Nodes), biasanya diletakkan pintu-pintu
gerbang (Triumphal-Arches). Jalur Utara-Selatan dan Timur-Barat diakhiri
dengan empat benteng Kota. Citra kota menekankan pada aspek keteraturan
kosmik (Cosmik Order) dengan mengacu pada lata letak berskala besar dengan
pola “grideon”. Citra spatial kota ini mempunyai sifat tidak berubah-ubah (non
arbitrary), ortogonal, dan memasukkan unsur-unsur ruang memusat, vertikal
dan berorientasi arah mata angin (Cardinal).

2. Pemisahan yang jelas antara daerah sekitar pemukiman (Periphery Bloks)


dengan kawasan penghijauan taman kota/lanskap. Ruang-ruang kota
mempunyai interaksi sistematik dengan bangunan di sekitarnya.

3. Fasade bangunan kota merupakan rangkaian (sequence) dan tipikal kolonade


yang menampilkan efek perspektif meluas.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Peradaban Yunani dan Romawi merupakan fondasi kebudayaan Eropa (Barat).
Jika peradaban Mesir adalah hadiah dari Sungai Nil, demikian pula Mesopotamia dari
Sungai Efrat dan Tigris, maka peradaban Yunani dan Romawi adalah pemberian dari
lingkungan geografi di sekitar Laut Tengah. Wilayah ini merupakan dunia tersendiri, baik
iklimnya yang khas (disebut iklim Laut Tengah) maupun tumbuh-tumbuhannya, berbeda
dengan yang ada di daerah lain. Pantai-pantainya berbatuan keras. Dalam musim dingin,
Laut Tengah terkenal praharanya yang dahsyat. Meski demikian, lautan itu pernah
berfungsi sebagai jalan raya dunia. Kondisi itulah yang melahirkan mental bangsa Yunani
yang memposisikan dirinya tersendiri, tidak bergantung pada alam lingkungannya,
sehingga berupaya keras berpikir dan berperilaku dalam upaya eksistensinya.

Situasi polis yang selalu saling menyerang (perang) menyebabkan pelatihan fisik
(militer) menjadi fokus pembinaan, utamanya di Sparta dengan kebijakan wajib
militernya. Sementara Athena lebih berfokus (bukan mengabaikan militer) pada dunia
non-militer, utamanya soal kebudayaan. Walhasil, di polis yang terakhir ini terlahir
sejumlah filsuf dan pemikir besar Yunani yang “abadi”. Di antara para pemikir itu ialah
Socrates, Plato, dan Aristoteles yang banyak diperbincangkan ide-idenya sampai
sekarang.

Wilayah Yunani dan wilayah Romawi merupakan wilayah yang memiliki kondisi
alam yang berbeda meskipun memiliki kemiripan dalam berapa hal. Wilayah Yunani yang
gersang dan tandus yang sulit duntuk bercocok tanam lebih mengutamakan hasil laut dan
perdagangan sambil melakukan koloni di berbagai wilayah yang ada di sekitar laut
tangah.

Wilayah Romawi yang terkenal dengan lembah sungai “po” dan lembah
“campania” yang memiliki curah hujan yang cukup untuk bertani membuat
masyarakatnya lebih banyak tinggal di pedalaman. Hal ini juga di dukung kurangnya
pengetahuan mereka terhadap dunia pelayaran sebelum kedatangan bangsa Yunani dan
Kartago. Suburnya daerah yang ada di pedalaman membuat mereka lebih suka
melakukan aktivitasnya di daratan karena hasil yang mereka kelola dari pertanian sudah
lebih dari cukup untuk penghidupan pada masa itu.
DAFTAR PUSATAKA

Daldjoeni, N. 1982. Geografi Kesejarahan I: Peradaban Dunia. Bandung: Alumni.

Henderson, J. 2004. Roman Book of Gardening. London: Routledge.

Soetjipto. 1997. Geografi Kesejarahan. Malang: IKIP Malang.

White, K. D. 1970. Roman Farming. Cornell University Press.


Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta

Sejarah Arsitektur Perumahan – TA hal. 34-38.

Anda mungkin juga menyukai