PERBELANJAAN GROSIR
BUTUNG DI MAKASSAR
Lebar jalur pejalan harus dapat melayani volume pejalan yang ada. Lebar jalur pejalan disarankan
tidak kurang dari 2 meter. Hal ini diperkuat dengan adanya peraturan lebar minimum menurut
penggunaan lahan sekitar, yaitu bila penggunaan lahan sekitar pertokoan/perbelanjaan, perkantoran dan
halte/stop bus, maka lebar jalur pejalan yang direncanakan mempunyai batasan lebar minimum 2 meter.
Batasan yang termasuk intensitas pemanfaatan lahan adalah Koefisien Dasar bangunan (KDB),
Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Dasar Hijau (KDH). Penerapan batasan intensitas bangunan
mengacu pada peraturan yang berlaku pada kawasan komersial setempat. Koefisien Dasar Bangunan
adalah suatu nilai dari hasil perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan dan luas daerah
perencanaan yang hasilnya dinyatakan dalam persen. Koefisien Lantai bangunan adalah nilai hasil
perbandingan natara luas seluruh lantai bangunan dan luas daerah perencanaan. Sedangkan Koefisien
Dasar Hijau (KDH) adalah nilai hasil pengurangan antara luas daerah perencanaan dengan luas proyeksi
tapak bangunan dan tapak basement dibagi luas daerah perencanaan.
Pengendalian terhadap ketinggian maksimal bangunan dimaksudkan untuk memberi skala yang
manusiawi terhadap pejalan dan memberi kesempatan sinar matahari masuk ke dalam kawasan sehingga
tidak lembab. Batasan ketinggian bangunan tergantung pada daya dukung dan daya tampung lahan,
intensitas pemanfaatan lahan, serta potensi sarana/prasarana lingkungan yang bersangkutan. Signage
(papan informasi) tersedia pada tempat yang membutuhkan orientasi jelas seperti: di luar bangunan
dalam tapak, entrance, dekat tangga, blok retail, dsb. Kebutuhan pengunjung akan fasilitas hiburan dan
rekreasi terpenuhi untuk bersantai dan bersosialisasi. Kebutuhan pengunjung akan fasilitas penunjang
tersedia dan terencana baik dalam penataan ruang. Perabot jalan berfungsi sebagai fasilitas pelayanan
bagi pejalan, meliputi: signage, pencahayaan, kursi taman, bak sampah dan elemen lainnya. Pengaturan
letak perabot jalan diperlukan untuk pencapaian keamanan, keselamatan dan keindahan (tidak tampak
semrawut) bagi pengguna.
KENYATAAN/FAKTA
Pusat Perbelanjaan Grosir Butung yang berada di Jalan Tentara Pelajar tidak memiliki lahan parkir
yang memadai. Padatnya pengunjung dengan perbandingan luas gerai dan barang dagangan serta antara
luas gerai dengan banyaknya karyawan yang tersedia tidak setara sehingga pergerakan di dalam Toko ini
terbatas. Lebar pendistrian kurang dari 2 meter. Tidak adanya cahaya matahari yang masuk kedalam
bangunan serta tidak terdapatnya ruang terbuka hijau yang menjadikan standar pembangunan. Dan
kurang memadainya fasilitas penunjang seperti atm center yang tidak setara dengan pengunjung yakni
hanya ada 3 mesin sementara pengunjung sangat padat sehingga memerlukan antri yang panjang jika
ingin melakukan aktivitas didalamnnya.
MASALAH
Tata ruang luar tidak memiliki ruang terbuka hijau dan pola tata parkir yang tidak memadai
menyebabkan kemacetan disekitar Pusat Perbelanjaan Grosir tersebut. Pendistrian yang kurang dari 2
meter yang dijadikan sebagai lahan parkir menyebabkan tidak ada ruang untuk pejalan kaki. Tata ruang
dalamnya sangat bermasalah, Penghawaan alaminya tidak nyaman, jika berada didalam Pusat
Perbelanjaan ini sangat pengap dan gelap akibat tidak adanya sinar matahari yang masuk. Penghawaan
buatannyapun tidak berfungsi dengan baik, hanya tempat tempat tertentu ditambah lagi di pusat grosir
ini padat pengunjung sehingga sangat membutuhkan penghawaan yang maksimal.
STANDAR BANGUNAN PERDAGANGAN PUSAT BELANJA
Secara umum, standar bangunan ditetapkan ditetapkan sebagai acuan secara teknis yang diperlukan
dalam mengatur dan mengendalikan tata bangunan, dalam hal ini meliputi: intensitas pemanfaatan lahan,
garis sempadan bangunan, arsitektur dan lingkungan serta tata bangunan. Adapun tujuan standar
bangunan pusat belanja antara lain bangunan pusat belanja dibangun berdasarkan ketentuan tata
bangunan yang telah ditetapkan sehingga selain memenuhi fasilitas dan kelengkapan bangunan yang
seharusnya ada, juga memberikan rasa nyaman dan aman bagi para pengguna, masyarakat dan
lingkungan serta tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
1. Sirkulasi Kendaraan.
Lebar jalan kendaraan dalam tapak harus dapat dilalui oleh kendaraan darurat seperti mobil ambulans
dan pemadam kebakaran. Dengan mempertimbangkan dimensi mobil ambulans dan pemadam
kebakaran, maka lebar jalan di tapak adalah lebar mobil ditambah dengan ruang bukaan pintu atau sekitar
3,5 meter.
2. Sirkulasi Pejalan.
Lebar jalur pejalan harus dapat melayani volume pejalan yang ada. Lebar jalur pejalan disarankan tidak
kuarng dari 2 meter. Hal ini diperkuat dengan adanya peraturan lebar minimum menurut penggunaan
lahan sekitar, yaitu bila penggunaan lahan sekitar pertokoan/perbelanjaan, perkantoran dan halte/stop
bus, maka lebar jalur pejalan yang direncanakan mempunyai batasan lebar minimum 2 meter. Menurut
Chiara (1994), lebar jalur pejalan di tiap kawasan berbeda sesuai dengan jumlah dan jenis lalu lintas yang
melalui kawasan tersebut. Lebar minimum adalah 4 kaki (1,2 meter) hingga 5 kaki 6 inchi (1,6 meter) dan
disarankan minimum 6 kaki (1,8 meter) untuk lalu lintas dua arah yang sederhana. Pengguna jalur pejalan
mempunyai banyak karakter yaitu pejalan dengan tingkat usia (anak-anak, remaja, dewasa, orang tua),
pejalan yang membawa barang, orang yang cacat yang menggunakan alat bantu untuk berjalan, pedagang
keliling, pengendara sepeda.
Kemiringan Jalur Pejalan
Permukaan jalur pejalan harus rata dan mempunyai kemiringan melintang 2,4% agar tidak terjadi
genangan air. Kemiringanmemanjang trotoar disesuaikan dengan kemiringan memanjang jalan dan
disarankan kemiringan memanjang maksimum 10%. Lintasan pejalan dengan kemiringan dibawah 5%
masih dianggap sebagai trotoar, tetapi bila lebih dari 5% dianggap ramp dan memiliki persyaratan
rancangan khusus. Lintasan dengan kemiringan sampai 5% dapat dilalui oleh pengguna kursi roda tetapi
kemiringan 4%-5% yang menerus harus mempunyai daerah rata yang pendek (±5) setiap ±100 kak untuk
memungkinkan para pengguna kursi roda untuk berhenti dan beristirahat. Untuk kemiringan sampai 3%
cukup memadai apabila penggunaannya memungkinkan.
Batasan yang termasuk intensitas pemanfaatan lahan adalah Koefisien Dasar bangunan (KDB), Koefisien
Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Dasar Hijau (KDH). Penerapan batasan intensitas bangunan mengacu
pada peraturan yang berlaku pada kawasan komersial setempat. Koefisien Dasar Bangunan adalah suatu
nilai dari hasil perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan dan luas daerah perencanaan yang
hasilnya dinyatakan dalam persen. Koefisien Lantai bangunan adalah nilai hasil perbandingan natara luas
seluruh lantai bangunan dan luas daerah perencanaan. Sedangkan Koefisien Dasar Hijau (KDH) adalah nilai
hasil pengurangan antara luas daerah perencanaan dengan luas proyeksi tapak bangunan dan tapak
basement dibagi luas daerah perencanaan.
4. Tata Bangunan
Pengendalian terhadap ketinggian maksimal bangunan dimaksudkan untuk memberi skala yang
manusiawi terhadap pejalan dan memberi kesempatan sinar matahari masuk ke dalam kawasan sehingga
tidak lembab. Batasan ketinggian bangunan tergantung pada daya dukung dan daya tampung lahan,
intensitas pemanfaatan lahan, serta potensi sarana/prasarana lingkungan yang bersangkutan. Batasan
ketinggian bangunan seringkali didasari atas pertimbangan estetika, faktor keselamatan
udara/penerbangan dan keselamatan bangunan akan bencana. Untuk persyaratan tinggi bangunan dan
jarak bangunan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
0 – 8 meter 3 meter
8 – 14 meter 3 – 6 meter
14 – 40 meter 6 – 8 meter
5. Kelengkapan Bangunan
Kelengkapan bangunan pusat belanja ini meliputi hal-hal sebagai berikut ini:
Signage (papan informasi) tersedia pada tempat yang membutuhkan orientasi jelas seperti: di luar
bangunan dalam tapak, entrance, dekat tangga, blok retail, dsb.
Kebutuhan pengunjung akan fasilitas hiburan dan rekreasi terpenuhi untuk bersantai dan bersosialisasi.
Kebutuhan pengunjung akan fasilitas penunjang tersedia dan terencana baik dalam penataan ruang.
Perabot jalan berfungsi sebagai fasilitas pelayanan bagi pejalan, meliputi: signage, pencahayaan, kursi
taman, bak sampah dan elemen lainnya. Pengaturan letak perabot jalan diperlukan untuk pencapaian
keamanan, keselamatan dan keindahan (tidak tampak semrawut) bagi pengguna.
Jarak lampu diatur dengan mempertimbangkan kekuatan cahaya yang dipancarkan. Penerangan
disepanjang trotoar harus berkisar antara 0,5 sampai 5 footcandle, tergantung padaintensitas
penggunaan jalur pejalan, bahaya yang ada dan kebutuhan relatif akan faktor keamanan. Lampu pejalan
harus cukup terang di malam hari. Cahaya lampu disarankan setinggi 7 kaki (2 meter) sehingga pejalan
masih terlihat jelas. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya kejahatan.
Jarak bak sampah diatur dengan mempertimbangkan kegiatan yang berdekatan dengan jalur pejalan dan
ditempatkan pada tiap jarak tertentu. Bila jalur pejalan melalui atau dekat dengan tempat/bangunan yang
banyak menarik pengunjung seperti tempat perbelanjaan, taman, tempat bermain, pujasera (pusat jajan
serba ada) atau disekitar jalur pejalan ada pedagang kaki lima, maka diharuskan menyediakan tempat/bak
sampah pada tempat tersebut.
Pusat Perbelanjaan adalah suatu area tertentu yang terdiri dari satu atau
beberapa bangunan yang didirikan secara vertikal maupun horisontal,
yang dijual atau disewakan kepada pelaku usaha atau dikelola sendiri
untuk melakukan kegiatan perdagangan barang.
4. Toko adalah bangunan gedung dengan fungsi usaha yang digunakan
untuk menjual barang dan terdiri dari hanya satu penjual.
5. Toko Modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual
berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk Minimarket,
Supermarket, Department Store, Hypermarket ataupun grosir yang
berbentuk Perkulakan.
Batasan luas lantai penjualan Toko Modern adalah sebagai berikut:
a. Minimarket, kurang dari 400 m2 (empat ratus meter persegi);
b. Supermarket, 400 m2 (empat ratus meter persegi) sampai dengan
5.000 m2 (lima ribu meter persegi);
c. Hypermarket, lebih dari 5.000 m2 (lima ribu meter persegi);
d. Department Store, lebih dari 400 m2 (empat ratus meter persegi);
dan
e. Perkulakan, lebih dari 5.000 m2 (lima ribu meter persegi).
(2) Usaha Toko Modern dengan modal dalam negeri 100% (seratus persen)
adalah:
a. Minimarket dengan luas lantai penjualan kurang dari 400 m2 (empat
ratus meter persegi);
b. Supermarket dengan luas lantai penjualan kurang dari 1.200 m2
(seribu dua ratus meter persegi); dan
c. Department Store dengan luas lantai