Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN TUTORIAL BLOK 4.

3
KEDOKTERAN OLAHRAGA
MODUL 1
SKENARIO 1 : DOKTER OLAH RAGA?

Kelompok 22C:
Tutor: dr. Efrida, SpPK, M. Kes

Anggota kelompok:
1. Mecy Alvinda Sari (1310312033)
2. Arina Saufi Ardi (1310312034)
3. Indah Ridhoila (1310312035)
4. Arudita Nuarianti T (1310312036)
5. Ghinna Pretty W (1310312037)
6. Wirza Rahmania Putri (1310312038)
7. Arizki Nuzulardi Rumasa (1310312039)
8. Sri Ayu Rihana (1310312040)
9. Putri Zeahan RY (1310312041)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2015
MODUL 1
SKENARIO 1 : DOKTER OLAH RAGA?

Dokter Parto yang baru selesai pendidikan ditempatkan pada sebuah


puskesmas yang berada di kota kecil. Siang itu dr. Parto diundang oleh kepala
daerah mengikuti rapat persiapan pekan olah raga daerah. Ia agak gugup karena
akan berhadapan dengan berbagai pihak yang terkait dengan kegiatan olah raga
tersebut. Sebelum pergi rapat, Ia kembali mempelajari bahan tentang kedokteran
olah raga yang pernah didapatkan dulu ketika masih menjalani pendidikan di FK-
Unand.
Dokter Parto mengetahui bahwa sekarang dia akan bertugas pada
kegiatan olah raga prestasi, berbeda dengan kegiatan olah raga senam massal yang
biasa dilakukan oleh masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. Pada rapat
tersebut, dr. Parto diminta untuk mengidentifikasi alat dan bahan yang diperlukan
untuk pemeriksaan pre-partisipasi bagi atlet dan juga persiapan untuk pertolongan
jika terjadi cedera selama kegiatan olah raga. Dokter Parto mengusulkan agar juga
disediakan fasilitas laboratorium untuk pemeriksaan penunjang bagi peserta.
Bagaimana anda menjelaskan tentang kegiatan yang dilakukan oleh
dokter Parto ?
I. TERMINOLOGI
1. Kedokteran olah raga adalah cabang spesifik kedokteran berfokus pada
kebugaran fisik, pengobatan dan pencegahan cedera yang berhubungan
dengan olahraga dan latihan fisik.
2. Olahraga prestasi adalah olahraga yang dilakukan secara profesional
untuk prestasi yang optimal dicabang olah raga tertentu.
3. Pemeriksaan pre-partisipasi adalah pemeriksaan untuk identifikasi dan
mengeksklusi seseorang dengan keadaan kesehatan tertentu yang
membuatnya berisiko jika melakukan latihan jasmani.
4. Cedera adalah suatu keadaan terjadinya trauma atau kesakitan akibat
kontak fisik atlet.

II. IDENTIFIKASI MASALAH


1. Siapa saja pihak-pihak yang terkait dengan kegiatan olah raga di daerah
dr. Parto?
2. Apa peran dr. Parto dalam rapat persiapan pekan olah raga daerah?
3. Mengapa dr. Parto perlu mempelajari kembali bahan yang pernah didapat
dahulu?
4. Apa saja ruang lingkup kedokteran olah raga?
5. Apa bedanya dokter olah raga dengan dokter orthopedi?
6. Apa perbedaan olah raga prestasi dengan olah raga senam massal? Dan
apa jenis olah raga yang lain?
7. Apa saja pemeriksaan pada pemeriksaan pre partisipasi?
8. Bagaimana pertolongan pertama jika terjadi cedera selama kegiatan olah
raga?
9. Apa saja pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang yang
dilakukan?
III. HIPOTESIS
1. Ditingkat daerah:
- Kepala daerah : camat
- Institusi kesehatan : Puskesmas, Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat
(BKOM), Rumah Sakit
- Dispora
- Organisasi kesehatan kedokteran olahraga : dokter, dokter gigi,
fisioterapi, massage therapist, paramedik
2. dr. Parto merupakan utusan puskesmas koordinator kesehatan.
Tugas koor kesehatan:
 Mengatur siapa saja yang terlibat dalam tim kesehatan
 Mengatur dan menyampaikan apa saja tugas masing-masing anggota
 Memberi tahu alat-alat yang dibutuhkan timmedis
3. dr. Parto perlu mempelajari kembali bahan yang pernah didapat dahulu
karena untuk me-recall memories dan dapat melakukan penatalaksanaan
awal jika ada atlet yang mengalami cedera.
4. Olahraga menurut jenisnya dibagi atas olahraga prestasi dan non prestasi.
Olahraga mencakup ilmu medis (ilmu penyakit dalam, bedah, pediatrik,
jiwa, orthopedi, dll) dan non medis (kepelatihan, manajemen, olahraga,
psikologi, dll).
Olahraga dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan. Upaya
peningkatan derajat kesehatan yaitu :
- Promotif : memotivasi masyarakat untuk latihan sesuai dengan kaidah
dan kebutuhan.
- Preventif : mencegah timbulnya penyakit akibat kurang gerak.
- Kuratif : latihan fisik dianggap sebagai bagian penatalaksanaan
penyakit.
- Rehabilitatif : mengembalikan kondisi seseorangseperti sebelum
sakit.
5. Dokter olahraga bertugas untuk memantau dan mengontrol kekuatan
massa otot serta melakukan tatalaksana awal terhadap pasien cedera dan
kemudian merujuk ke dokter orthopedi untuk tatalaksana lanjutan.
6. Berdasarkan UU No. 3 tahun 2005 pasal 17:
 Olahraga pendidikan
 bagian proses pendidikan
 Olahraga rekreasi
 Kesenangan masyarakat, mis : senam massal
 Olahraga prestasi
 Untuk mengasah kemampuan dan potensi oleh atlet
7. Pemeriksaan pre partisipasi dilakukan pada individu yang akan olahraga
untuk:
- Menjamin keamanan dan melihat kondisi secara keseluruhan
- Identifikasi dan eksklusi bisa atau tidak mengikuti program latihan
jasmani
- Faktor risiko yg dapat membahayakan kondisi jika melakukan
program latihan jasmani
- Individu dengan kebutuhan khusus
- Individu dengan penyakit klinis tertentu
Pemeriksaan yang dilakukan, yaitu:
1. Identitas
2. Anamnesis : tujuan, kondisi sekarang, riwayat cedera sebelumnya,
riwayat penyakit dahulu, riwayat alergi, dll
3. Pemeriksaan fisik umum
 Tanda vital
 Pemeriksaan sistemik (kepala – ekstremitas)
4. Pemeriksaan kebugaran
 Health related fitness
- Antropometri : TB, BB, BMI
- Fleksibilitas
- Kekuatan otot
- Daya tahan otot
- Volume O2 maksimal
- Contraction test
 Skill related fitness
- Keseimbangan
- Koordinasi
Pemeriksaan juga bisa dengan menggunakan kuisioner pre partisipatif,
mengenai:
- Penyakit jantung
- Nyeri dada saat aktifitas fisik
- Nyeri dada saat istirahat
- Kehilangan keseimbangan
- Masalah tulang, otot dan sendi
- Konsumsi obat hipertensi atau penyakit jantung
8. Pertolongan pertama jika terjadi cedera selama kegiatan olah raga:
1. Nilai ABCD : fungsi kardirespirasi
2. PRICE :
- Protection : melindungi bagian cedera dengan alat tertentu untuk
meminimalkan perluasan cedera dan meghindari komplikasi
- Rest : mengistirahatkan bagian cedera untuk membantu proses
pemulihan
- Ice : beri es atau etil kloride untuk ↓ rasa sakit, ↓ perdarahan, ↓ edema
- Compression : pembalutan dengan perban elastis
- Elevation : bagian cedera diposisikan 20-30° lebih tinggi dari jantung
Prinsip pertolongan pertama adalah meminimalisir perluasan cedera dan
imobilisasi.
9. Pemeriksaan laboratorium:
- Darah rutin
- Urin lengkap
- Feses
- Kimia darah
Pemeriksaan penunjang
- EKG : jantung
- EEG dan MRI kepala : trauma sebelumnya pada peserta tinju
IV. SISTEMATIKA

V. LEARNING OBJECTIVE
1. Mahasiswa mampu menjelaskan ruang lingkup ilmu kedokteran
olahraga
2. Mahasiswa mampu menjelaskan ilmu kedokteran olahraga dalam
olahraga prestasi
3. Mahasiswa mampu menjelaskan ilmu kedokteran olahraga dalam
olahraga non prestasi
4. Mahasiswa mampu menjelaskan teknik dan cara pemeriksaan pre-
partisipasi dan interpretasinya
5. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan penunjang dalam ilmu kedokteran olahraga
VI. PEMBAHASAN LEARNING OBJECTIVE
1. Ruang Lingkup Ilmu Kedokteran Olahraga
Ruang Lingkup Ilmu Kedokteran Olahraga adalah:
 Pemilihan jenis latihan yang adekuat
Latihan yang paling tepat bagi seseorang merupakan tanggung
jawab bersama antara dokter olahraga dan pelatih fisik yang
melaksanakan bentuk dan variasi latihan fisik.
Tujuan dari latihan jasmani dan cara melakukannya harus jelas,
agar jenis latihan dan dosis pembebanan sesuai dengan batas-batas
observasi klinis untuk tiap-tiap individu.
 Supevisi medis pada kegiatan fisik
Supervisi kegiatan fisik perlu, karena dalam melaksanakan
program latihan hendaknya sesuai dengan data klinis yang didapatkan.
Dan juga supevisi medis pada kegiatan fisik penting, karena untuk
menghindari cedera yang berakibat fatal. Supervisi medis dilakukan
untuk keselamatan latihan.
 Latihan fisik dalam pencegahan penyakit
Dari hasil penelitian dikatakan bahwa kebiasaan kurang gerak
cenderung mengakibatkan berbagai penyakit. Ditambah dengan pola
hidup yang salah, maka akan mendatangkan kemunduran kesehatan yang
lebih cepat. Akibatnya muncul penyakit-penyakit degeneratif lebih dini.
 Terapi fisik
Latihan jasmani dapat digunakan untuk pengobatan berbagai
penyakit, minimal meringankan penderitaan. Namun sifat olahraga
sangat individual dan butuh penentuan dosis latihan yang tepat dan
evaluasi fungsional oleh ahlinya. Latihan secara rutin seumur hidup
merupakan salah satu terapi yang tepat.

Jenis Olahraga
a. Aerobik
Tipe 1 : naik turun nadi relatif stabil (contoh: jalan, jogging)
Tipe 2 : naik turun nadi secara bertahap (contoh: senam, renang)
Tipe 3 : naik turun nadi secara mendadak (contoh: sepak bola)
b. Anaerobik
contoh: angkat besi, lari cepat 100 m (sprint)

Kaidah Olahraga
a. Baik (sejak usia dini – lansia, bervariasi, disenangi, bertahap)
b. Benar (sesuai kondisi fisik)
c. Terukur (dengan mengukur denyut nadi latihan, waktu latihan
semampunya)
d. Teratur (menurut WHO dibagi 4: hidup aktif, aktivitas untuk sehat, latihan
fisik untuk bugar, latihan fisik untuk olahraga).

Upaya dalam mencapai derajat kesehatan:


a) Promotif: memotivasi masyarakat untuk latihan sesuai dengan kaidah dan
kebutuhan dan dapat memfasilitasi kebutuhan masyarakat terhadap
latihan-latihan yang bermanfaat.
b) Preventif: memperlambat atau menahan perkembangan penyakit dan
mencegah timbulnya penyakit akibat kurang gerak.
c) Kuratif: latihan fisik dianggap sebagai bagian penatalaksanaan penyakit.
d) Rehabilitatif: mengembalikan kondisi seseorang seperti sebelum sakit.

Berdasarkan UU No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional,


mengatur:
- Pasal 17 : Jenis olahraga
- Pasal 18 : Olahraga Pendidikan
- Pasal 19 : Olahraga Rekreasi
- Pasal 20 : Olahraga Prestasi
Olahraga pendidikan adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang
dilaksanakan sebagai bagian proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan
untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian, keterampilan, kesehatan dan
kebugaran jasmani.
Olahraga rekreasi adalah olahraga yang dilakukan oleh masyarakat dengan
kegemaran dan kemampuan yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondisi
dan nilai budaya masyarakat setempat untuk kesehatan, kebugaran dan
kesenangan.
Olahraga prestasi adalah olahraga yang membina dan mengembangkan
olahragawan secara terencana, berjejang dan berkelanjutan melalui latihan dan
kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan
teknologi keolahragaan.

2. Ilmu Kedokteran Olahraga dalam Olahraga Prestasi


Peran tim medis :
o Menjaga kesehatan atlet
o Evaluasi kesehatan atlet sebelum latihan
o Conditioning
o Pendidikan kesehatan
o Mencegah terjadinya cedera
o Rehabilitasi medis
Organisasi tim medis dalam olahraga prestasi terdiri dari:
- Dokter
- Dokter gigi
- Physiotherapist
- Masase terapis
- Paramedic
- Sport Nutritionist
- Sport Psychologist
- Physical Trainer
- Exercise Physiologist
- Podiatrist
- Strength and conditioning specialist
- Asisten dokter
- Athletic trainer
- Ahli biomekanika
- Pelatih
- Pekerja sosial
Tim medis akan bekerja saat:
 Pre kompetisi
o Pemeriksaan pre-partisipasi
o Pemeriksaan tahunan
 Kompetisi
o Hadapi cedera yang masih belum sembuh selama pra-kompetisi
o Hadapi lingkungan pertandingan jika : cuaca panas  heat stroke
dan cuaca dingin  frosbite
o Awasi atlet yang baru sembuh  rentan trauma
o Jika terjadi cedera lakukan PRICE
o Cedera yang paling sering terjadi adalah sprain, strain, luka lecet,
fraktur, dan dislokasi
 Post kompetisi
o Tangani cedera
o Rehabilitasi  percepat penyembuhan, kembalikan fungsi

Atlet dapat bertanding setelah cedera, jika :


o Pre-kompetisi :
 Jantung, muskuloskeletal pulih
 Semua faktor predisposisi cedera sudah dikoreksi
o Kompetisi :
 Tidak memburuk selama pertandingan
o Post-kompetisi :
 Psikologis dipulihkan

Dalam melakukan latihan dan pertandingan, peserta kadang mealakukan


kecurangan yaitu dengan melakukan doping. Doping Menurut IOC (International
Olympic Committee) pada tahun 1990, doping adalah upaya meningkatkan
prestasi dengan menggunakan zat atau metode yang dilarang dalam olahraga dan
tidak terkait dengan indikasi medis.
Jenis Obat Doping
Obat-obatan yang dilarang oleh Badan Anti Doping Dunia dalam daftar
tahun 2004 dapat dimasukan dalam delapan golongan. Ke delapan golongan
tersebut adalah sebagai berikut :
1) Stimulants
Stimulan adalah obat yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas fisik
dan kewaspadaan dengan meningkatkan gerak jantung dan pernapasan serta
meningkatkan fungsi otak. Dengan berkerja pada sistem saraf pusat, stimulan bisa
merangsang tubuh baik secara mental dan fisik.
Contohnya adalah adrafinil, kokain, modafinil, pemoline, selegiline
Dilarang karena dapat merangsang pikiran atau tubuh, sehingga meningkatkan
kinerja dan memberi atlet keuntungan yang tidak adil.
Atlet menggunakannya untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam
latihan pada tingkat yang optimal, menekan kelelahan tempur dan nafsu makan.

2) Narcotic Analgesics
Analgesik narkotik biasanya mengambil bentuk obat penghilang rasa sakit
yang bekerja pada otak dan sumsum tulang belakang untuk mengobati rasa sakit
yang terkait dengan stimulus yang menyakitkan.
Contohnya buprenorfin, dextromoramide, heroin, morfin, petidin
Analgesik narkotik dilarang karena dapat digunakan untuk mengurangi atau
menghilangkan nyeri dirasakan dari cedera atau sakit sehingga untuk membantu
atlet dalam latihan yang lebih keras dan untuk jangka waktu yang lama. Bahaya
dalam hal ini adalah bahwa obat itu hanya menyembunyikan rasa sakit tidak
mengobati sakitnya itu sendiri.
Akibatnya, atlet mungkin memiliki rasa aman yang palsu, dan dengan
terus melatih dan bersaing, resiko kesehatan menjadi meningkat. Oleh karena itu
obat ini dilarang digunakan dalam kompetisi.

3) Cannabinoids
Cannabinoids adalah bahan kimia psikoaktif berasal dari tanaman ganja
yang menyebabkan perasaan relaksasi. Contohnya adalah hashis, minyak hashis,
marijuana. Marijuana umumnya tidak dianggap meningkatkan kinerja, tapi
dilarang karena penggunaannya merusak citra olahraga. Ada juga faktor
keamanan terlibat karena penggunaan ganja dapat melemahkan kemampuan atlet,
sehingga mengorbankan keselamatan atlet dan pesaing lainnya.
Atlet menggunakannya untuk meningkatkan waktu pemulihan mereka
setelah latihan, meningkatkan denyut jantung mereka, mengurangi kelemahan
mereka. Obat ini Dilarang dalam kompetisi.

4) Anabolic Agents
Anabolik steroid androgenik (AAS) adalah versi sintetis dari hormon
testosteron. Testosteron adalah hormon kelamin laki-laki ditemukan dalam jumlah
besar pada kebanyakan laki-laki dan di beberapa perempuan.
Anabolik steroid androgenik masuk ke dalam salah satu dari dua kategori:
1) steroid eksogen adalah substansi yang tidak mampu diproduksi oleh tubuh
secara alami, dan 2) steroidendogen adalah mereka zat yang mampu diproduksi
oleh tubuh secara alami.
Contoh steroid eksogen adalah drostanolone, metenolone dan oksandrolon,
sedangkan contoh steroid endogen adalha androstenediol (andro),
dehydroepiandrosterone (DHEA) dan testosterone.
Agen anabolik hanya boleh diresepkan untuk penggunaan medis saja.
Dilarang karena penggunaan agen anabolik dapat meningkatkan kinerja seorang
atlet, memberikan mereka keuntungan yang tidak adil. Kemungkinan lain adalah
efek samping yang serius medis bagi pengguna.
Atlet menggunakannya untuk meningkatkan ukuran dan kekuatan otot,
mengurangi jumlah waktu yang diperlukan untuk pulih setelah latihan,dan untuk
melatih lebih keras dan untuk jangka waktu yang lama. Obat ini dilarang di dalam
dan di luar kompetisi

5) Peptides Hormones
Hormon peptida adalah zat yang diproduksi oleh kelenjar dalam tubuh
,dan setelah beredar melalui darah, dapat mempengaruhi organ-organ dan jaringan
lain untuk mengubah fungsi tubuh.
Contohnya adalah eritropoietin, hormon pertumbuhan manusia, insulin,
corticotrophins Hormon Peptida yang merupakan pelayan pembawa pesan antara
organ berbeda, dilarang karena merangsang berbagai fungsi tubuh seperti
pertumbuhan, perilaku dan sensitifitas terhadap rasa sakit.
Atlet menggunakannya untuk merangsang produksi hormone alami,
meningkatkan pertumbuhan otot dan kekuatan, dan meningkatkan produksi sel
darah merah yang bisa meningkatkan kemampuan darah untuk membawa oksigen.
Obat ini filarang di dalam dan di luar kompetisi.

6) Beta-2 Agonists
Beta-2 agonis adalah obat yang biasa digunakan untuk mengobati asma
dengan relaksasi otot-otot yang mengelilingi jalan napas dan membuka saluran
udara.
Contohnya bambuterol hidroklorida, hidroklorida reproterol, hidroklorida
tulobuterol. Dilarang karena mereka dapat memberikan keuntungan yang sama
dengan Stimulan (no 1) atau, jika diberikan ke dalam aliran darah, memiliki efek
anabolic (lihat no 4). Atlet menggunakannya untuk meningkatkan ukuran otot
mereka dan mengurangi lemak tubuh. Bila dimasukan melalui mulut atau pun
dengan suntikan, Beta-2dapat memiliki efek stimulasi yang kuat. Obat ini dilarang
di dalam dan di luar kompetisi

7) Masking Agents
Agen masking adalah produk yang berpotensi dapat menyembunyikan
keberadaan zat terlarang dalam urin atau sampel lainnya.
Contohnya epitestosterone, dekstran, diuretik, probenesid Dilarang karena
Masking Agen dapat menyembunyikan keberadaan zat terlarang dalam urin
seorang atlet atau sampel lainnya, yang memungkinkan mereka untuk menutupi
penggunaan dan memperoleh keunggulan kompetitif yang tidak adil.
Atlet memang menggunakannya untuk menyembunyikan penggunaan zat
terlarang dalam proses pengujian. Obat ini dilarang di dalam dan di luar kompetisi
8) Glucocorticosteroids
Dalam pengobatan konvensional, glukokortikosteroid digunakan terutama
sebagai obat anti-inflamasi dan untuk meringankan rasa sakit. Mereka umumnya
digunakan untuk mengobati asma, demam, peradangan jaringan dan rheumatoid
arthritis.
Contohnya deksametason, flutikason, prednison, triamsinolon asetonid
danrofleponide Dilarang karena ketika diberikan secara sistemik (ke dalam darah)
glukokortikosteroid dapat menghasilkan perasaan euforia, berpotensi memberikan
keuntungan yang tidak adil atlet.
Atlet menggunakanya biasanya untuk menutupi rasa sakit yang dirasakan
dari cedera dan penyakit. Obat ini dilarang di dalam kompetisi saja.

Larangan Penggunaan Obat Doping


Banyak organisasi olahraga melarang penggunaan anabolika yang dimuat
dalam suatu daftar khusus dengan alasan terutama mengacu pada ancaman
kesehatan (gangguan fungsi hati dan tumor hati) atas obat peningkat performa,
kesamaan kesempatan bagi semua atlet dan efek olahraga “bersih” (bebas doping)
yang patut dicontoh dalam kehidupan umum. Selain obat, bentuk lain dari doping
ialah doping darah, baik melalui transfusi darah maupun penggunaan hormon
eritropoietin atau steroid anabolik tetrahidrogestrinon.
Atlet yang ketahuan menggunakan doping atas dasar tes urin selalu
didiskualifikasi dan didenda berat. Meskipun demikian sampai sekarang masih
sering kali dilaporkan terjadinya pelanggaran.

Dampak Penggunaan Obat Doping


Berikut ini merupakan dampak buruk atau bahaya doping bagi orang yang
mengkonsumsinya :
1. Konsumsi obat doping pada atlet dapat meningkatkan prestasi yang
melampai batas kemampuan normal. Keadaan ini tidak wajar dan
berbahaya, karena rasa letih merupakan peringatan dari tubuh bahwa
seseorang tersebut telah sampai batas kemampuannya. Jika dipaksakan
bisa menimbulkan “exhaustion” yang membahayakan
kesehatan. Overdose dapat berbahaya, dapat menimbulkan kekacauan
pikiran, delirium, halusinasi, perilaku ganas, dan juga aritmia jantung yang
dapat menimbulkan masalah serius. Untuk mengatasi gejala ini digunakan
sedative misalnya diazepam.
2. Doping dengan suntikan darah akan menimbulkan reaksi alergi,
meningkatnya sirkulasi darah di atas normal, dan mungkin gangguan
ginjal. Golongan obat peptide hormonis dan analognya dapat berakibat si
atlet menderita sakit kepala, perasaan selalu letih, depresi, pembesaran
buah dada pada atlet pria, dan mudah tersinggung.
3. Dampak buruk dari suntikan eritropoetin adalah darah menjadi lebih pekat
sehingga mudah menggumpal dan memungkinkan terjadinya stroke
(pecahnya pembuluh darah di otak).
4. Pemakaian deuretika yang terlalu berlebihan dapat menyebabkan
pengeluaran garam mineral yang berlebihan. Sehingga mengakibatkan
timbulnya kejang otot, mual, sakit kepala, dan pingsan. Pemakaian yang
terlalu sering mungkin akan menyebabkan gangguan ginjal dan jantung.
5. Pemakaian obat analgesic pada atlit perempuan berfungsi menghilangkan
rasa sakit ketika haid. Namuan dampak buruknya jika salah memilih obat
bisa menyebabkan sulit bernapas, mual, konsentrasi yang hilang, dan
mungkin menimbulkan adiksi atau ketagihan.
6. Salah satu jenis obat doping yang paling sering digunakan para atlet
adalah obat-obatan anabolik, seperti hormon androgenik steorid. Jenis
hormon ini punya efek berbahaya, baik bagi atlet pria maupun atlet
perempuan karena mengganggu keseimbangan hormon tubuh dan dapat
juga meningkatkan risiko terkena penyakit hati dan jantung. Jika atlit
wanita mengkonsumsi obat ini, dapat menyebabkan tumbuhnya sifat pria,
seperti berkumis, suara berat, dan serak. Selanjutnya, menimbulkan
gangguan menstruasi, perubahan pola distribusi pertumbuhan rambut,
mengecilkan ukuran buah dada, dan meningkatkan agresivitas. Bagi atlet
remaja, penggunaan obat ini dapat menyebabkan timbulnya jerawat. Dan
yang paling mengkhawatirkan adalah pertumbuhannya akan berhenti.
7. Beta-blockers membendung penyampaikan rangsangan ke jantung, paru-
paru dan aliran darah, memperlambat rata-rata detak jantung. Itu dilarang
dalam olahraga seperti panahan dan menyelam karena menghindarkan
getaran. Efek merugikan yang terjadi antar alain mimpi buruk, susah tidur,
kelelahan, depresi, gula darah rendah dan gagal jantung.
8. HGH atau Human Growth Hormone (hormon pertumbuhan manusia),
somatotrophin. menyamai hormon pertumbuhan dalam darah yang
dikendalikan oleh mekanisme kompleks yang merangsang pertumbuhan,
membantu sintesa protein dan menghancurkan lemak. HGH
disalahgunakan oleh saingan untuk merangsang otot dan pertumbuhan
jaringan. Efek yang merugikan termasuk kelebihan kadar glukosa,
akumulasi cairan, sakit jantung, masalah sendi dan jaringan pengikat,
kadar lemak tinggi, lemahnya otot, aktivitas thyroid yang rendah dan
cacat.

3. Ilmu Kedokteran Olahraga dalam Olahraga Non Prestasi


Peran Ilmu Kedokteran Olahraga di Bidang non Prestasi
a. Promotif
Latihan fisik yang teratur dapat meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Oleh karena itu diperlukan sosialisasi kepada masyarakat
bahwa latihan fisik teratur dapat meningkatkan derajat kesehatan tentunya
dengan kaidah-kaidah olahraga yang dianjurkan.
b. Preventif
Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit
atau keadaan yang tidak nyaman. Banyak penyakit-penyakit yang dapat
dicegah dengan berolahraga sesuai aturan dan kemampuan, seperti
pencegahan penyakit jantung koroner, pencegahan penyakit gangguan
metabolisme.
c. Kuratif
Bentuk penatalaksanaan penyakit yang diderita seseorang melalui latihan
fisik. Contoh: latihan untuk pengendalian kadar gula darah pada diabetes
melitus.
d. Rehabilitatif
Pengembalian kondisi seseorang pada keadaan sebelum sakit pada orang
yang baru mengidap penyakit dengan latihan fisik. Contohnya latihan
rehabilitasi post-stroke.

4. Teknik dan Cara Pemeriksaan Pre-Partisipasi Dan Interpretasinya


Tujuan pemeriksaan pre-partisipasi adalah untuk mengetahui kondisi
keseluruhan masalah kesehatan yang mungkin dialami partisipan, juga sebagai
kepentingan medikolegal serta jaminan asuransi kesehatan. Pemeriksaan
dilakukan secara menyeluruh ke semua bagian tubuh, dan menurut aturan.

a) Anamnesis
- Identitas lengkap pasien
- Tanyakan tujuan mengikuti program latihan, berguna untuk menentukan
jenis olahraga yang cocok
- Tanyakan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut status kesehatan saat
ini dan dahulu
- Tanyakan riwayat cedera
b) Pemeriksaan Fisik Umum
- Didahului dengan pemeriksaan vital sign tubuh
- Lakukan pemeriksaan sistem organ secara menyeluruh mulai dari kepala
sampai kaki
- Dilakukan dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi
- Catat apabila ada gangguan
c) Pemeriksaan Kebugaran Jasmani
Serangkaian pemeriksaan yang dilakukan terhadap seseorang untuk
menilai tingkat kebugaran jasmani yang dimilikinya.
Tujuan:
- Sebagai parameter awal untuk menentukan jumlah latihan yang
akan diberikan pada seseorang
- Evaluasi terhadap kemajuan suatu program latihan yang
berlangsung
- Menentukan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh partisipan
yang diperiksa

Persiapan sebelum pemeriksaan:


- Tidur cukup minimal 6 jam
- Makan besar paling cepat 2 jam yang lalu
- Tidak melakukan aktivitas berat dalam 24 jam terakhir
- Tidak merokok menjelang pemeriksaan
- Sebaiknya dilakukan pada pagi hari
- Partisipan diharap memakai pakaian olahraga lengkap

Jenis pemeriksaan:
a. Health related fitness
1. Antropometri
- Tinggi badan & berat badan
- Persentase lemak
- BMI
- Lingkar pinggang
- Postur rating
2. Fleksibilitas
- sit and reach
Dilakukan untuk mengetahui kelenturan tulang belakang dan lebih dipilih
dibandingkan stand and reach karena pertimbangan keamanan dan
kemudahan bagi lansia.
3. Kekuatan otot
- Tes bicep dengan dumble
Mudah untuk dilakukan dan harus diperhatikan beban yang aman jika
dilakukan oleh lansia.
Kelemahan :
Memerlukan set dumble yang lengkap dan pada lansia yang osteoporosis
perlu perhatian yang khusus terutama untuk pemilihan beban dan tehnik
tes.
- Handgrip dinamometer
Mudah dilakukan
Kelemahan :
Memerlukan alat dynamometer dan perlu teknik yang dalam melakukan
tes untuk menghindari terjadinya manuver valsava
4. Daya tahan otot
- Tes push up (bertumpu pada lutut dan dialasi)
Manfaat : mengetahui daya tahan otot
Kelemahan : dapat terjadi kesulitan pada pasien lansia dengan obesitas
ataupun dengan kekuatan otot yang lemah
4. Kapasitas paru
- Spirometer
Manfaat : mengetahui fungsi paru
Kerugian : ketersediaan alat dan perlu tehnik yang mungkin sulit dilakukan
oleh lansia.
Alternatif pemeriksaan : rontgen thorax
5. VO2 max
a. Tes sepeda metode Astrand
- Dipilih karena mudah dilakukan
- Aman untuk sendi dan tulang
- Core stability pasien lebih stabil karena posisi duduk di kursi sepeda
- Digunakan tes submaksimal
- Dilakukan dalam ruangan sehingga lebih nyaman dan meminimalisir
pengaruh lingkungan luar
b. Tes bangku YMCA 3 menit
- Dipilih sebagai alternatif bila tidak ada ergocycle
- Mudah dilakukan
- Waktu tes singkat sehingga meringankan pasien dan meminimalisasi
resiko kardiovaskuler
- Dilakukan dalam ruangan sehingga lebih nyaman dan meminimalisir
pengaruh lingkungan luar
- Tidak bisa dilakukan pada pasien dengan gangguan keseimbangan dan
sendi
c. Tes jalan/lari 12 menit
- Alternatif lain bila tidak tersedia ergocycle dan bangku step test
- Mudah dilakukan
- Tidak bisa dilakukan pada pasien dengan gangguan keseimbangan dan
sendi
- Memerlukan lintasan jalan.lari yang aman dan nyaman
b. Skill related fitness
1. Tes keseimbangan
- Romberg tes
- Single leg tes
2. Tes koordinasi
Tes keseimbangan dan koordinasi dilakukan untuk mengetahui potensi
jatuh yang cukup besar pada lansia

5. Pemeriksaan Laboratorium dan Pemeriksaan Penunjang dalam Ilmu


Kedokteran Olahraga
 Pemeriksaan Laboratorium
- Darah rutin : Hb, Ht, leukosit, hitung trombosit, LED, hitung eritrosit
- Profil lipid : kolesterol total, HDL, LDL, Trigliserida
- Fungsi ginjal : ureum, kreatinin, asam urat
- Fungsi hepar : SGOT, SGPT
- Gula darah puasa dan sewaktu
 Pemeriksaan Penunjang
- EKG : jantung
- EEG dan MRI kepala : trauma sebelumnya pada peserta tinju

Hasil dari pemeriksaan laboratorium jika nilainya dalam batas nomal, maka
peserta dapat melanjutkan latihan dan pertandingan. Namun jika hasilnya sedikit
dibawah nilai normal maka kondisi peserta harus dikembalikan ke kondisi normal
dengan penatalaksanaan awal dan harus dibawah pengawasan. Bila hasil yang
diinginkan tidak didapatkan atau semakin menjauhi nilai normal, maka peserta
tidak boleh melakukan latihan dan pertandingan.
Misalnya Hb, nilai normalnya untuk laki-laki adalah 14-18 gr/dL sedangkan
untuk perempuan 12-15 gr/dL. Jika nilainya dibawah rentang nilai normal, maka
perlu dievaluasi terlebih dahulu, sehingga dapat diputuskan apakah peserta dapat
melakukan latihan dan pertandingan atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai