Laporan Tutorial Blok 4 3 Minggu 3
Laporan Tutorial Blok 4 3 Minggu 3
3
KEDOKTERAN OLAHRAGA
MODUL 1
SKENARIO 1 : DOKTER OLAH RAGA?
Kelompok 22C:
Tutor: dr. Efrida, SpPK, M. Kes
Anggota kelompok:
1. Mecy Alvinda Sari (1310312033)
2. Arina Saufi Ardi (1310312034)
3. Indah Ridhoila (1310312035)
4. Arudita Nuarianti T (1310312036)
5. Ghinna Pretty W (1310312037)
6. Wirza Rahmania Putri (1310312038)
7. Arizki Nuzulardi Rumasa (1310312039)
8. Sri Ayu Rihana (1310312040)
9. Putri Zeahan RY (1310312041)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2015
MODUL 1
SKENARIO 1 : DOKTER OLAH RAGA?
V. LEARNING OBJECTIVE
1. Mahasiswa mampu menjelaskan ruang lingkup ilmu kedokteran
olahraga
2. Mahasiswa mampu menjelaskan ilmu kedokteran olahraga dalam
olahraga prestasi
3. Mahasiswa mampu menjelaskan ilmu kedokteran olahraga dalam
olahraga non prestasi
4. Mahasiswa mampu menjelaskan teknik dan cara pemeriksaan pre-
partisipasi dan interpretasinya
5. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan penunjang dalam ilmu kedokteran olahraga
VI. PEMBAHASAN LEARNING OBJECTIVE
1. Ruang Lingkup Ilmu Kedokteran Olahraga
Ruang Lingkup Ilmu Kedokteran Olahraga adalah:
Pemilihan jenis latihan yang adekuat
Latihan yang paling tepat bagi seseorang merupakan tanggung
jawab bersama antara dokter olahraga dan pelatih fisik yang
melaksanakan bentuk dan variasi latihan fisik.
Tujuan dari latihan jasmani dan cara melakukannya harus jelas,
agar jenis latihan dan dosis pembebanan sesuai dengan batas-batas
observasi klinis untuk tiap-tiap individu.
Supevisi medis pada kegiatan fisik
Supervisi kegiatan fisik perlu, karena dalam melaksanakan
program latihan hendaknya sesuai dengan data klinis yang didapatkan.
Dan juga supevisi medis pada kegiatan fisik penting, karena untuk
menghindari cedera yang berakibat fatal. Supervisi medis dilakukan
untuk keselamatan latihan.
Latihan fisik dalam pencegahan penyakit
Dari hasil penelitian dikatakan bahwa kebiasaan kurang gerak
cenderung mengakibatkan berbagai penyakit. Ditambah dengan pola
hidup yang salah, maka akan mendatangkan kemunduran kesehatan yang
lebih cepat. Akibatnya muncul penyakit-penyakit degeneratif lebih dini.
Terapi fisik
Latihan jasmani dapat digunakan untuk pengobatan berbagai
penyakit, minimal meringankan penderitaan. Namun sifat olahraga
sangat individual dan butuh penentuan dosis latihan yang tepat dan
evaluasi fungsional oleh ahlinya. Latihan secara rutin seumur hidup
merupakan salah satu terapi yang tepat.
Jenis Olahraga
a. Aerobik
Tipe 1 : naik turun nadi relatif stabil (contoh: jalan, jogging)
Tipe 2 : naik turun nadi secara bertahap (contoh: senam, renang)
Tipe 3 : naik turun nadi secara mendadak (contoh: sepak bola)
b. Anaerobik
contoh: angkat besi, lari cepat 100 m (sprint)
Kaidah Olahraga
a. Baik (sejak usia dini – lansia, bervariasi, disenangi, bertahap)
b. Benar (sesuai kondisi fisik)
c. Terukur (dengan mengukur denyut nadi latihan, waktu latihan
semampunya)
d. Teratur (menurut WHO dibagi 4: hidup aktif, aktivitas untuk sehat, latihan
fisik untuk bugar, latihan fisik untuk olahraga).
2) Narcotic Analgesics
Analgesik narkotik biasanya mengambil bentuk obat penghilang rasa sakit
yang bekerja pada otak dan sumsum tulang belakang untuk mengobati rasa sakit
yang terkait dengan stimulus yang menyakitkan.
Contohnya buprenorfin, dextromoramide, heroin, morfin, petidin
Analgesik narkotik dilarang karena dapat digunakan untuk mengurangi atau
menghilangkan nyeri dirasakan dari cedera atau sakit sehingga untuk membantu
atlet dalam latihan yang lebih keras dan untuk jangka waktu yang lama. Bahaya
dalam hal ini adalah bahwa obat itu hanya menyembunyikan rasa sakit tidak
mengobati sakitnya itu sendiri.
Akibatnya, atlet mungkin memiliki rasa aman yang palsu, dan dengan
terus melatih dan bersaing, resiko kesehatan menjadi meningkat. Oleh karena itu
obat ini dilarang digunakan dalam kompetisi.
3) Cannabinoids
Cannabinoids adalah bahan kimia psikoaktif berasal dari tanaman ganja
yang menyebabkan perasaan relaksasi. Contohnya adalah hashis, minyak hashis,
marijuana. Marijuana umumnya tidak dianggap meningkatkan kinerja, tapi
dilarang karena penggunaannya merusak citra olahraga. Ada juga faktor
keamanan terlibat karena penggunaan ganja dapat melemahkan kemampuan atlet,
sehingga mengorbankan keselamatan atlet dan pesaing lainnya.
Atlet menggunakannya untuk meningkatkan waktu pemulihan mereka
setelah latihan, meningkatkan denyut jantung mereka, mengurangi kelemahan
mereka. Obat ini Dilarang dalam kompetisi.
4) Anabolic Agents
Anabolik steroid androgenik (AAS) adalah versi sintetis dari hormon
testosteron. Testosteron adalah hormon kelamin laki-laki ditemukan dalam jumlah
besar pada kebanyakan laki-laki dan di beberapa perempuan.
Anabolik steroid androgenik masuk ke dalam salah satu dari dua kategori:
1) steroid eksogen adalah substansi yang tidak mampu diproduksi oleh tubuh
secara alami, dan 2) steroidendogen adalah mereka zat yang mampu diproduksi
oleh tubuh secara alami.
Contoh steroid eksogen adalah drostanolone, metenolone dan oksandrolon,
sedangkan contoh steroid endogen adalha androstenediol (andro),
dehydroepiandrosterone (DHEA) dan testosterone.
Agen anabolik hanya boleh diresepkan untuk penggunaan medis saja.
Dilarang karena penggunaan agen anabolik dapat meningkatkan kinerja seorang
atlet, memberikan mereka keuntungan yang tidak adil. Kemungkinan lain adalah
efek samping yang serius medis bagi pengguna.
Atlet menggunakannya untuk meningkatkan ukuran dan kekuatan otot,
mengurangi jumlah waktu yang diperlukan untuk pulih setelah latihan,dan untuk
melatih lebih keras dan untuk jangka waktu yang lama. Obat ini dilarang di dalam
dan di luar kompetisi
5) Peptides Hormones
Hormon peptida adalah zat yang diproduksi oleh kelenjar dalam tubuh
,dan setelah beredar melalui darah, dapat mempengaruhi organ-organ dan jaringan
lain untuk mengubah fungsi tubuh.
Contohnya adalah eritropoietin, hormon pertumbuhan manusia, insulin,
corticotrophins Hormon Peptida yang merupakan pelayan pembawa pesan antara
organ berbeda, dilarang karena merangsang berbagai fungsi tubuh seperti
pertumbuhan, perilaku dan sensitifitas terhadap rasa sakit.
Atlet menggunakannya untuk merangsang produksi hormone alami,
meningkatkan pertumbuhan otot dan kekuatan, dan meningkatkan produksi sel
darah merah yang bisa meningkatkan kemampuan darah untuk membawa oksigen.
Obat ini filarang di dalam dan di luar kompetisi.
6) Beta-2 Agonists
Beta-2 agonis adalah obat yang biasa digunakan untuk mengobati asma
dengan relaksasi otot-otot yang mengelilingi jalan napas dan membuka saluran
udara.
Contohnya bambuterol hidroklorida, hidroklorida reproterol, hidroklorida
tulobuterol. Dilarang karena mereka dapat memberikan keuntungan yang sama
dengan Stimulan (no 1) atau, jika diberikan ke dalam aliran darah, memiliki efek
anabolic (lihat no 4). Atlet menggunakannya untuk meningkatkan ukuran otot
mereka dan mengurangi lemak tubuh. Bila dimasukan melalui mulut atau pun
dengan suntikan, Beta-2dapat memiliki efek stimulasi yang kuat. Obat ini dilarang
di dalam dan di luar kompetisi
7) Masking Agents
Agen masking adalah produk yang berpotensi dapat menyembunyikan
keberadaan zat terlarang dalam urin atau sampel lainnya.
Contohnya epitestosterone, dekstran, diuretik, probenesid Dilarang karena
Masking Agen dapat menyembunyikan keberadaan zat terlarang dalam urin
seorang atlet atau sampel lainnya, yang memungkinkan mereka untuk menutupi
penggunaan dan memperoleh keunggulan kompetitif yang tidak adil.
Atlet memang menggunakannya untuk menyembunyikan penggunaan zat
terlarang dalam proses pengujian. Obat ini dilarang di dalam dan di luar kompetisi
8) Glucocorticosteroids
Dalam pengobatan konvensional, glukokortikosteroid digunakan terutama
sebagai obat anti-inflamasi dan untuk meringankan rasa sakit. Mereka umumnya
digunakan untuk mengobati asma, demam, peradangan jaringan dan rheumatoid
arthritis.
Contohnya deksametason, flutikason, prednison, triamsinolon asetonid
danrofleponide Dilarang karena ketika diberikan secara sistemik (ke dalam darah)
glukokortikosteroid dapat menghasilkan perasaan euforia, berpotensi memberikan
keuntungan yang tidak adil atlet.
Atlet menggunakanya biasanya untuk menutupi rasa sakit yang dirasakan
dari cedera dan penyakit. Obat ini dilarang di dalam kompetisi saja.
a) Anamnesis
- Identitas lengkap pasien
- Tanyakan tujuan mengikuti program latihan, berguna untuk menentukan
jenis olahraga yang cocok
- Tanyakan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut status kesehatan saat
ini dan dahulu
- Tanyakan riwayat cedera
b) Pemeriksaan Fisik Umum
- Didahului dengan pemeriksaan vital sign tubuh
- Lakukan pemeriksaan sistem organ secara menyeluruh mulai dari kepala
sampai kaki
- Dilakukan dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi
- Catat apabila ada gangguan
c) Pemeriksaan Kebugaran Jasmani
Serangkaian pemeriksaan yang dilakukan terhadap seseorang untuk
menilai tingkat kebugaran jasmani yang dimilikinya.
Tujuan:
- Sebagai parameter awal untuk menentukan jumlah latihan yang
akan diberikan pada seseorang
- Evaluasi terhadap kemajuan suatu program latihan yang
berlangsung
- Menentukan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh partisipan
yang diperiksa
Jenis pemeriksaan:
a. Health related fitness
1. Antropometri
- Tinggi badan & berat badan
- Persentase lemak
- BMI
- Lingkar pinggang
- Postur rating
2. Fleksibilitas
- sit and reach
Dilakukan untuk mengetahui kelenturan tulang belakang dan lebih dipilih
dibandingkan stand and reach karena pertimbangan keamanan dan
kemudahan bagi lansia.
3. Kekuatan otot
- Tes bicep dengan dumble
Mudah untuk dilakukan dan harus diperhatikan beban yang aman jika
dilakukan oleh lansia.
Kelemahan :
Memerlukan set dumble yang lengkap dan pada lansia yang osteoporosis
perlu perhatian yang khusus terutama untuk pemilihan beban dan tehnik
tes.
- Handgrip dinamometer
Mudah dilakukan
Kelemahan :
Memerlukan alat dynamometer dan perlu teknik yang dalam melakukan
tes untuk menghindari terjadinya manuver valsava
4. Daya tahan otot
- Tes push up (bertumpu pada lutut dan dialasi)
Manfaat : mengetahui daya tahan otot
Kelemahan : dapat terjadi kesulitan pada pasien lansia dengan obesitas
ataupun dengan kekuatan otot yang lemah
4. Kapasitas paru
- Spirometer
Manfaat : mengetahui fungsi paru
Kerugian : ketersediaan alat dan perlu tehnik yang mungkin sulit dilakukan
oleh lansia.
Alternatif pemeriksaan : rontgen thorax
5. VO2 max
a. Tes sepeda metode Astrand
- Dipilih karena mudah dilakukan
- Aman untuk sendi dan tulang
- Core stability pasien lebih stabil karena posisi duduk di kursi sepeda
- Digunakan tes submaksimal
- Dilakukan dalam ruangan sehingga lebih nyaman dan meminimalisir
pengaruh lingkungan luar
b. Tes bangku YMCA 3 menit
- Dipilih sebagai alternatif bila tidak ada ergocycle
- Mudah dilakukan
- Waktu tes singkat sehingga meringankan pasien dan meminimalisasi
resiko kardiovaskuler
- Dilakukan dalam ruangan sehingga lebih nyaman dan meminimalisir
pengaruh lingkungan luar
- Tidak bisa dilakukan pada pasien dengan gangguan keseimbangan dan
sendi
c. Tes jalan/lari 12 menit
- Alternatif lain bila tidak tersedia ergocycle dan bangku step test
- Mudah dilakukan
- Tidak bisa dilakukan pada pasien dengan gangguan keseimbangan dan
sendi
- Memerlukan lintasan jalan.lari yang aman dan nyaman
b. Skill related fitness
1. Tes keseimbangan
- Romberg tes
- Single leg tes
2. Tes koordinasi
Tes keseimbangan dan koordinasi dilakukan untuk mengetahui potensi
jatuh yang cukup besar pada lansia
Hasil dari pemeriksaan laboratorium jika nilainya dalam batas nomal, maka
peserta dapat melanjutkan latihan dan pertandingan. Namun jika hasilnya sedikit
dibawah nilai normal maka kondisi peserta harus dikembalikan ke kondisi normal
dengan penatalaksanaan awal dan harus dibawah pengawasan. Bila hasil yang
diinginkan tidak didapatkan atau semakin menjauhi nilai normal, maka peserta
tidak boleh melakukan latihan dan pertandingan.
Misalnya Hb, nilai normalnya untuk laki-laki adalah 14-18 gr/dL sedangkan
untuk perempuan 12-15 gr/dL. Jika nilainya dibawah rentang nilai normal, maka
perlu dievaluasi terlebih dahulu, sehingga dapat diputuskan apakah peserta dapat
melakukan latihan dan pertandingan atau tidak.