Disusun Oleh :
Muhammad Farhan
1920070001
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. H. Edi Safri
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kritik matan hadis?
2. Bagaimana sejarah kritik matan hadis?
3. Apa saja ruang lingkup bahasan kritik matan hadis?
4. Bagaimana metodologi kritik matan hadis?
5. Bagaimana langkah-langkah dalam melakukan kritik matan hadis?
6. Apa urgensi mempelajari kritik matan hadis?
4
BAB II
PEMBAHASAN
1
Buchari, Kaidah Keshahihan Matan Hadis, (Padang, Penerbit Azka, 2004), h.
98
5
Sedangkan kata “matan” berasal dari bahasa Arab متن yang berarti
punggung jalan (muka jalan), tanah yang tinggi dan keras. 2 Sedangkan
menurut ilmu hadis matan adalah perkataan yang berbatasan dengan ujung
sanad. Yakni sabda Nabi Muhammad SAW yang disebut setelah
disebutkannya sanad.3
Istilah kritik matan hadis, dipahami sebagai upaya pengujian atas
keabsahan matan hadis, yang dilakukan untuk memisahkan antara matan-
matan hadis yang shahih dan yang tidak shahih. dengan demikian, kritik
matan tersebut bukan dimaksudkan untuk mengoreksi atau menggoyahkan
dasar ajaran Islam dengan mencari kelemahan sabda Rasulullah, akan tetapi
diarahkan kepada tela’ah redaksi dan makna guna menetapkan keabsahan
suatu hadis. Karena itu kritik matan merupakan upaya positif dalam rangka
menjaga kemurnian matan hadis, di samping juga untuk mengantarkan kepada
pemahaman yang lebih tepat terhadap hadis Rasulullah.4
2
Muhammad ibn Mukarram ibn Manzhur, Lisan al-‘Arab, (Bairut: Al-Dar al-
Mishriyyah, [t. th.] ), jilid III, h. 507.
3
Bustamin, M. Isa H. A. Salam, Metodologi Kritik Matan, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2004), h. 59
4
Umi Subulah, Kritik Hadis: Pendekatan Historis Metodologis, (Malang: UIN-
Malang Press, 2008) h. 94
6
lebih lanjut dengan kriteria dan standar mereka ternyata terdapat satu atau
beberapa syarat yang dinilai tidak memenuhi kriteria mereka.5
Terlepas dari kritikan para orientalis terhadap hadis di atas, yang jelas
bahwa awal mula kritik matan ini telah dilakukan oleh para sahabat. Mereka
menolak berbagai riwayat hadis yang tidak sesuai dengan kaedah-kaedah
dasar keagamaan. Sebagai contoh misalnya dapat disimak reaksi Aisyah
tatkala mendengar sebuah hadis yang disampaikan oleh Ibnu Abbas dari
Umar, bahwa menurut versi Umar, Rasulullah bersabda:
5
Ibid, h. 95
7
6
Ibid, h. 97
7
Ibid, h. 99
8
8
Bustamin, M. Isa H. A. Salam, op. cit., h. 61
9
pemalsuan hadis dan sebagainya. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, di
antaranya adalah kesenjangan, baik itu untuk menyerang dan
menghancurkan Islam, maupun untuk pembelaan terhadap kepentingan
kelompok atau golongan, atau ketidak-sengajaan, seperti kekeliruan pada
diri periwayat, dan lain-lain.9
Ulama ahli hadis sepakat bahwa unsur-unsur yang harus dipenuhi
oleh suatu hadis yang berkualitas shahih ada dua macam, yaitu terhindar
dari syadz ( kejanggalan) dan terhindar dari illat (cacat). Apabila mengacu
pada pengertian hadis sahih yang dikemukakan oleh ulama, sebagaimana
telah disebutkan terdahulu, maka dapat dinyatakan bahwa kaidah mayor
bagi kesahihan matan hadis adalah 1). terhindar dari syadz dan 2). terhindar
dari ‘illat. Syadz dan ‘illat selain terjadi pada sanad juga terjadi
pada matan hadis.10
Dari keberagaman tolok ukur yang ada, terdapat unsur-unsur yang
oleh Syuhudi Ismail merumuskan dan mengistilahkannya dengan kaedah
minor bagi matan yang terhindar dari syadz dan ‘illat.11
Adapun kaedah minor bagi matan yang terhindar dari syadz adalah :
1. Matan bersangkutan tidak menyendiri.
2. Matan hadis tidak bertentangan dengan hadis yang lebih kuat.
3. Matan hadis itu tidak bertentangan dengan Al-Qur’an.
4. Matan hadis itu bertentangan dengan akal sehat, indera dan sejarah
Adapun kaedah minor yang tidak mengandung ‘illat adalah :
1. Matan hadis tidak mengandung idraj (sisipan).
2. Matan hadis tidak mengandung ziyadah (tambahan).
9
Shalahuddin Ahmad al-Dhabi, Manhaj Naqd al-Matn ‘inda Ulama al-Hadis al-
nabawi. Terj. M. Qodirun Nur dan Ahamad Musyafiq, Kritik Metodologi
Hadits, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2004), h. 33
10
M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabawi, (Jakarta: Bulan
Bintang, 2007,) h. 117
11
M. Syuhudi Ismail, Kaedah Keshahihan Sanad Hadis; Telaah kritis dan
Tinjauan dengan Pendekatan Sejarah (Jakarta: Bulan Bintang, 1995), h.145-149.
10
12
Bustamin, M. Isa H. A. Salam, op. cit., h. 65
11
13
Ibid, h. 68
12
14
Ibid, h. 71
15
Ibid, h. 76
13
16
Ibid, h. 85
17
Shalahuddin Ibn Ahmad al-Dhabi, op. cit., h. 7
18
Ibid, h. 11
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, penulis dapat menarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Kritik matan hadis adalah kegiatan yang mempunyai cara-cara sistimatis
dalam mengkaji dan menelusuri kebenaran suatu hadis, sehingga ditemukan
status hadis sahih dan tidak sahih dari segi matannya, ini juga dimaksudkan
sebagai pengecekan kembali kebenaran sumber hadis yang disandarkan
kepada Nabi tersebut memang berasal dari nabi atau tidak dan kegitan
kritik matan memang sudah ada sejak zaman Nabi masih hidup
2. Metodologi kritik matan bersandar pada kriteria hadis yang diterima
(maqbul, yakni yang shahih dan hasan), atau matan tidak jangkal (syadz)
dan tidak memiliki cacat (illat). Untuk itu metodologi yang digunakan atau
dikembangkan untuk kritik matan adalah metode perbandingan dengan
menggunakan pendekatan rasional.
3. Langkah-langkah dalam melakukan kritik matan hadis adalah:
a. Menghimpun hadis-hadis yang terjalin dalam tema yang sama
b. Penelitian matan hadis dengan pendekatan hadis sahih
c. Penelitian matan hadis dengan pendekatan al-Qur’an
d. Penelitian matan hadis dengan pendekatan bahasa
e. Penelitian matan dengan pendekatan sejarah