Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOSITEMATIKA HEWAN
MODUL I
ANNELIDA (Polypheretima Sp.)

DI SUSUN OLEH :
NAMA : SAFIRA
STAMBUK : G 401 18 079
KELOMPOK : 6 (ENAM)
ASISTEN : NURHASANAH

LABORATORIUM BIOSISTEMATIKA HEWAN


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO

NOVEMBER, 2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Annelida berarti “cacing kecil” dan tubuh bersegmen yang mirip dengan
serangkaian cincin yang menyatu merupakan ciri khas cacing filum Annelida
terdapat sekitar 15.000 spesies filum Annelida yang panjangnya berkisar
antara kurang dari 1 mm sampai 3 m pada cacing tanah Australia. Anggota
filum Annelida hidup di laut, sebagian besar habitat air tawar, dan tanah
lembab. Kita dapat menjelaskan anatomi filum Annelida menggunakan
anggota filum yang terkenal, yaitu cacing tanah. Selom cacing tanah terpartisi
oleh septa, tetapi saluran pencernaan, pembuluh darah longitudinal, dan tali
saraf menembus septa itu dan memanjang di sekujur tubuh hewan itu
(pembuluh utama memiliki cabang bersegmen) (Campbell, 2003).

Filum Annelida merupakan cincin kecil bentuk, berarti cacing yang berbentuk
cincin kecil. Cacing-cacing yang termasuk dalam filum ini, tubuhnya
bersegment- segment. Mereka hidup di dalam tanah yang lembab, dalam laut,
dan dalam air tawar. Pada umumnya Annelida hidup bebas, beberapa bersifat
komensal pada hewan-hewan aquatic dan ada juga yang bersifat parasit pada
vertebrata. Annelida di samping tubuhnya bersegment-segment, juga tertutup
oleh kultikula yang merupakan hasil sekresi dari epidermis dan sudah
mempunyai sistem nervosum, sistem kardiovaskula tertutup, dan sudah ada
rongga badan atau celom (Radiopoetro, 1996).

1.2 Tujuan

Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengenal karakteristik


filum Annelida khususnya kelas Oligochaeta yang penting dalam proses
identifikasi serta belajar mengidentifikasi menggunakan kunci determinasi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Annelida (dalam bahasa latin, annulus = cincin) atau cacing gelang, adalah
kelompok cacing dengan tubuh bersegmen. Berbeda dengan platyhelminthes dan
nematelminthes, annelida merupakan hewan triploblastik yang sudah memilki
rongga tubuh sejati (hewan selomata), nama Annelida merupakan hewan yang
struktur tubuhnya paling sederhana. Hewan ini bersifat hermafrodit tetapi tidak
pernah mengalami pembuahan sendiri, hidup di dalam tanah dan menggemburkan
tanah. Letak cliteluim pada Pheretima sp. terdapat pada segmen 13-15, sedangkan
pada Lumbricus terestilis terletak pada segmen ke 32-37 bagian tubuh (Susanti,
2010).

Filum Annelida berbentuk cincin kecil, yang berarti cacing berbentuk cincin
kecil. Cacing-cacing yang termasuk dalam filum ini, tubuhnya bersegment-
segment. Mereka hidup di dalam tanah yang lembab, dalam laut, dan dalam air
tawar. Pada umumnya Annelida hidup bebas, ada yang hidup dalam liang,
beberapa bersifat komensal pada hewan-hewan aquatic, dan ada juga yang bersifat
parasit pada vertebrata. Annelida di samping tubuhnya bersegment-segmen, juga
tertutup oleh kutikula yang merupakan hasil sekresi dari epidermis sudah
mempunyai sistem nervosum, sistem kardiovaskula tertutup, dan sudah ada
rongga badan atau celom (Radiopoetro, 1996).

Annelida menguasai komunitas cacing yang hidup di pantai laut dan dapat dikenal
dari tubuhnya yang panjang juga bergelang-gelang. Setiap gelang atau ruas terkait
dengan satu kompartemen atau ruang di dalam tubuhnya. Organ-organ yang sama
terdapat di masing-masing ruas. Filum Annelida terdiri dari lima kelas, yakni:
kelas Chaetopoda, yakni Annelida yang hidup di laut, air tawar dan di darat,
dengan ruas-ruas tubuh yang kelihatan nyata. Kelas Archiannelida, cacing kecil
tanpa bulu-kaku atau tanpa parapodia. Kelas Hirudinea , lintah, hidup di darat dan
di laut. Tubuhnya pipih atas bawah dengan sebuah prostomium. Kelas Gephyrea,
cacing Annelida tanpa ruas, bulu kaku dan parapodia. Kelas Myzostomaria, cacing
parasit pada Echinodermata (Rohmimohtarto, 2007).

Nama ilmiah maupun nama biasa untuk filum ini menunjukkan suatu ciri yang
nyata pada hewan-hewan yang tergolong di dalamnya. Tubuh Annelida terdiri dari
deretan segment-segment yang serupa. Kita telah melihat segmentasi pada
Arthropoda, tetapi segmentasi pada Annelida berkembang lebih lanjut. Tiap-tiap
alur di luar menunjukkan suatu penyekatan di dalam, sehingga cacing tadi terdiri
dari suatu deretan rongga-rongga yang kira-kira serupa. Banyak alat-alat dalam
dibentuk berulang dalam setiap bilik. Dari muka terus ke belakang dan menembus
tiap-tiap sekat, terdapat suatu tabung makanan, untuk mencerna makanan. Pada
umumnya Annelida mempunyai apendiks-apendiks, tetapi apendiks ini tidak
bersendi seperti pada Arthropoda. Saraf pusat Annelida terdapat dekat permukaan
bawah (Sastrodinoto, 1998).

Cacing tanah merupakan hewan hemafrodit, mereka melakukan pembuahan


secara silang. Sel sperma yang dipertukarkan disimpan dalam klitelum untuk
kemudian diselubungi mukus (lendir) mebentuk kokon. Kokon dilepas dalam
tanah dan berkembang menjadi embrio yang siap menjadi individu baru.
Perkembangan vegetatifnya dengan cara fragmentasi tubuh yang diikuti dengan
regenerasi. Cacing-cacing yang termasuk dalam filum ini, hidup didalam tanah
yang lembab, dalam laut, dan dalam air. Pada umumnya annelida hidup bebas,
beberapa juga termasuk parasit. Disamping tubuhnya bersegmen, juga tertutupi
oleh kutikula yang merupakan hasil sekresi dari epidemis dan sudah ada rongga
tubuh. Simetri bilateral berbentuk seperti gelang. Memiliki ronnga badan
tripblastik. Ruas tubuhnya segmen disebut sistem pencernaan lengkap atau
sempurna. Annelida yang hidup ditanah berperan penting dalam memperbaiki
struktur tanah untuk pertanian dan mengembalikan mineral yang penting untuk
menjaga kesuburan tanah. Bersifat metameri (antara segmen yang satu dengan
segmen yang lainnya sama baik bentuk luar maupun alat-alat tubuhnya. Memiliki
tiga penyusun tubuh yaitu endoderma, mesoderma, dan ektoderma (Unaya, 2012).
Spesies Polypheretima sp. adalah cacing berbentuk tabung yang pada umumnya
ditemukan hidup ditanah, memakan bahan organik hidup dan mati. System
pencernaan berjalan melalui panjaang tubuhunya. Cacing tanah ini melakukan
respirasi melalui kulitnya dan memiliki system transportasi ganda yang terdiri dari
cairan selom yang bergerak dalam selom yang berisi cairan dan system peredaran
darah tertutup sederhana (Barnes, 1987).

Menurut Brotowidjoyo (1995) hewan ini hermafrodit tetapi tidak pernah


mengalami pembuahan sendiri, hidup di dalam tanah dan menggemburkan tanah.
Letak cliteluim pada Pheretima sp. terdapat pada segmen 14-16, sedangkan pada
Lumbricus terestilis terletak pada segmen ke 32-37 bagian tubuh. Klasifikasi dari
cacing tanah (Pheretima sp) yaitu

Kingdom : Animalia

Phylum : Annelida

Class : Oligochaeta

Ordo : Ophistophora

Familia : Meganscoleci dae

Genus : Pheretima

Species : Pheretima sp
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Waktu dan tempat dilaksanakan praktikum ini pada hari Senin tanggal 25
November 2019 pukul 10.00 WITA sampai selesai. Di Laboratorium
Biosistematika Hewan dan Evolusi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tadulako.

3.1 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu mikroskop, cawan
petri, papan bedah, alat bedah, jarum pentul, handscoon dan cacing tanah
(Polypheretima sp.)

3.2 Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dillakukan pada praktikum ini yaitu :


1. Morfologi cacing tanah diamati.
2. Setelah itu cacing dibedah menggunakan alat bedah.
3. Kemudian di amati bagian anatomi cacing
4. Lalu di gambar bagian anatomi dan morfologi caciing menggunakan alat
tulis.
BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Hasil dari pengamatan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :


No Hasil pengamatan Keterangan
1. Morfologi 1. Prostomium (mulut)
2. Peristomium (segmen
pertama/bibir)
3. Chaeta (rambut halus)
4. Segmen
5. Klitellum (bagian
penebalan)
6. Female pore (alat
kelamin betina)
7. Male pore (alat kelamin
jantan)
8. Pygidium
9. Anus
2. Anatomi 1. Mulut
2. Ganglia subrapharynx
3. Faring
4. Kelenjar darah
5. Septa
6. Kerongkongan
7. Spermatheca
8. Tenggorokan
9. Vesikula seminalis
10. Jantung
11. Usus
12. Pembuluh darah dorsal
13. Kelenjar prostat
14. Saluran prostat
15. Sekum usus
16. Kelenjar getah bening

3. Spermathecae 1. Female pore


2. Male pore
3. Spermathecae sederhana
4. Spermathecae kompleks

4. Tipe Prostomium
1. Tipe prolobus
4.2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini, kami telah mengamati cacing tanah (Pheretimasp).
Pengamatan dilakukan dengan mengamati bagian morfologi, anatomi,
spermatecheca dan tipe prostomium dengan hasil yang kami dapati sebagai
berikut:

Morfologi cacing tanah memiliki bentuk tubuh bulat, panjang silindris. Tubuh
bersegmen-segmen, di tengah-tengah segmen terdapat setae/rambut yang
berfungsi membantu pergerakan. Disebelah anteriornya terdapat prostomium
(mulut) dan peristomium (bibir) kemudian pada bagian posterior terdapat
pygidium (segmen terakhir) dan anus (lubang pengeluaran sisa makanan.
Warna tubuh merah kecoklatan, permukaan atas berwarna merah dan dari luar
aorta dorsalis kelihatan jelas permukaan bawah lebih pucat. Terdapat
clitellum yang merupakan bagian penebalan kulit yang terletak pada segmen
14-16 serta terdapat female pore (lubang kelamin betina) dan male pore
(lubang kelamin jantan).

Anatomi tubuh cacing tanah sebagian besar terdiri dari air dan tersusun atas
segmen-segmen (sekitar 95 segmen) yang dapat menyusut dan meregang
untuk membantu cacing bergerak didalam tanah. Bagian anatomi cacing
tanah terdiri dari mulut, ganglia suprapharynx, faring, kelenjar darah, septa,
kerongkogan, spermatheca, tenggorokan, vesikula seminalis, jantung, usus,
pembuluh darah dorsal, kelenjar prostat, saluran prostat, sekum usus dan
kelenjar getah bening aerta memiliki lima jantung, memiliki organ perasa
yang sensitif terhadap cahaya dan sentuhan (reseptor sel) untuk membedakan
perbedaan intensitas cahaya dan merasakan getaran di dalam tanah. Selain itu,
terdapat kemoreseptor khusus yang bereaksi terhadap ransangan kimia.
Organ-organ perasa pada cacing tanah terletak di bagian anterior
(depan/muka). Kepala cacing tanah terletak pada bagian yang paling dekat
dengan clitellum biasanya bergerak searah bagian kepala menghadap saat
berpindah tempat. Clitelium adalah segmen pada cacing tanah tempat kelenjar
sel untuk bersenggama fungsinya untuk membentuk kokon (kepompong) dari
sekresi lendir dimana sel-sel telur akan diletakkan nantinya didalam kokon
ini.
Sistem organ
1. Sistem pencernaan
Cacing tanah akan memakan apa saja yang bersifat organik yang dapat
diuraikan dan harus lembab. Cacing tanah tidak bisa makan makanan yang
kering. Mula-mula makanan dicerna di mulut, dan diteruskan ke esofagus,
kemudian di bawah ke crop. Setelah menuju crop, makanan tersebut
diteruskan ke empedal, lalu ke proventrikulus, dan dilanjutkan ke usus,
kemudian keluar melalui kloaka. Kotoran tersebut bermanfaat bagi
tanaman.

2. Sistem ekskresi
Cacing tanah dengan cacing pipih memiliki sistem ekskresi yang berbeda.
Cacing tanah memiliki sistem ekskresi khusus yang terdapat pada setiap
segmen tubuhnya. Alat ekskresi ini dinamakan nefridium. Pada setiap
segmen tubuh cacing tanah terdapat sepasang nefridium. Hanya tiga
segmen pertama dan segmen terakhir saja yang tidak terdapat alat ekskresi
ini. Nefridium dilengkapi dengan corong bersilia dan terbuka yang terletak
pada sekat pemisah antar segmen tubuh. Alat ini disebut nefrostom.
Nefrostom berfungsi sebagai penarik cairan tubuh dari satu segmen ke
segmen lainnya. Sedangkan sisa metabolisme akan dikelauarkan melalui
sebuah lubang yang disebut nefridiopori. Saat silia pada nefrostom
bergetar, cairan tubuh dari segmen di sebelahnya akan mengalir kedalam
nefridium. Pada nefridium ini, zat berguna seperti glukosa dan ion-ion
diserap oleh darah untuk dialirkan melalui pembuluh kapiler. Sedangkan
zat sisa seperti air, senyawa nitrogen, dan garam yang tidak berguna oleh
tubuh dikeluarkan melalui nefridiopori.

Spermatheca lubang spermatheca terletak pada bagian vertical terdapat pada


segmen ke 9 dan 10. Spermateka terdiri dari dua yaitu spermateka sederhana
dan spermateka kompleks yang berfungsi dalam menghasilkan sel kelamin
jantan atau sel sperma. Pada pengamatan yang kami lakukan spermatheca
tidak dapat terlihat hal ini disebabkan oleh organ cacing yang sudah
mengkerut karena lama perendaman cacing. female pore (lubang kelamin
betina) terletak pada klitellum dan male pore (lubang kelamin jantan) terletak
pada segmen ke 18 (tepat di segmen setelah klitelum).

Tipe prostomium pada cacing tanah yang kami amati dibawah mikroskop
memiliki tipe prostomium prolobus yaitu prostomium yang mulai memiliki
sekat atau garis.

Untuk menetukan spesies cacing tanah yang didapatkan, harus menggunakan


kunci determinasi dan komponen penyusun spesies cacing tanah dari
kelompok Pheretima sangat mudah dibedakan dengan genus lainnya sehingga
membentuk family Megascolescidae yaitu letak oesophageal gizzard atau
rampela esophagus di segmen VII. Oesophageal gizzard dapat berkembang
atau membesar dengan baik, oleh sebab itu juga sering terdapat di segmen IX
dan X.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pada praktikum ini diperoleh kesimpulan yaitu morfologi, anatomi,


spermatheca dan tipe prostomium dari cacing tanah (Pheretima sp). Pada
morfologi bentuk tubuh bulat dan terdapat prostomium (mulut), chaeta
(rambut halus), peristomium (segmen pertama/bibir), segmen, klitellum
(bagian penebalan), female pore (alat kelamin betina), male pore (alat
kelamin jantan), pygidium. Anatomi meliputi mulut, gangglia subrapharynx,
faring, kelenjar darah, septa, kerongkongan, spermatheca, tenggorokan,
vesikula seminalis, jantung, usus, pembuluh darah dorsal, kelenjar prostat,
saluran prostat, sekum usus dan kelenjar getah bening. Spermatheca meliputi
female pore, male pore, spermathecae sederhana dan spermathecae kompleks
serta tipe prostomium yaitu tipe prolobus.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan adalah sebaiknya praktikan lebih hati-hati dan
fokus dalam melaksanakan praktikum agar berjalan dengan lancar dan waktu
dapat lebih efisien.
DAFTAR PUSTAKA

.
Brotowidjoyo. (1995). Zoologi Dasar. Jakarta. Erlangga.

Campbell, N. A. (2003). Biologi Edisi Kelima Jilid II. Jakarta. Erlangga.

Radiopoetro. (1996). Zoologi. Jakarta. Erlangga.

Rohmimohtarto, K. (2007). Biologi Laut Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut.


Jakarta. Djambatan.

Sastrodinoto, S. (1998). Biologi Umum. Jakarta. Erlangga.

Susanti, B. (2010). Pengantar Zoologi Vertebrata. Jakarta. Lembaga Penelitian


UIN. Jakarta.

Unaya, W. (2012). Annelida. Surabaya. Jaya.

Barnes, R. D. (1987). Invertebrete Zoologi. New York. Sounders College


Publishing.

.
LEMBAR ASISTENSI

Nama : Safira
Stambuk : G 401 18 079
Kelompok : I (Satu)
Asisten : Nurhasanah

No Hari/Tanggal Koreksi Paraf


LAMPIRAN

Doudenum

Bronkiolus
Hepar

Trakea

Bronkus

Anda mungkin juga menyukai