Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

PENYIMPANGAN KEGIATAN PEMBANGUNAN


PERUMAHAN BUKIT KENCANA JAYA PADA LAHAN
YANG TIDAK SESUAI STANDAR GEOLOGI

Disusun Oleh:
Kristina Sarah Yuliana 21100116120007
Irvan Sumantri Pakpahan 21100116120027
Muhammad Rafly Farinda 21100116140063
I Gusti Ngurah Krisna 21100116140083
Aldino Maulana R 21100117130067
Bella Tandumay 21100118110003
Bara Eka Giri A 21100118120016
Tieties Mentari P F 21100118130039
M. Satrio Ardian 21100118130061

DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
OKTOBER 2019
BAB I

URAIAN KASUS
Telah dilakukan sebuah survei lapangan terhadap beberapa kasus
penyimpangan regulasi di daerah Semarang, dimana penyimpangan regulasi
tersebut terkait dalam bidang geologi. Pada daerah Bukit Kencana Jaya, Meteseh,
Semarang ditemukan salah satu area perumahan yang sedang melakukan
pembangunan di beberapa titik lokasi pada bukit kencana jaya. Pada
pembangunan tersebut terdapat beberapa kejanggalan yang ditemui pada salah
satu lokasi pembangunannya.

Dimana salah satu lokasi pembangunannya berada pada suatu lahan yang
tidak layak dibangun, hal ini dikarenakan pada kondisi kemiringan dari tanahnya
sendiri tidak cocok untuk dilakukan pembangunan serta rawan terjadi pergeseran
tanah jika terjadi sebuah pembebanan diatasnya.

Kemudian dilakukan wawancara dengan salah satu pekerja proyek


pembangunannya yaitu Ade Satya yang merupakan lulusan dari teknik sipil salah
satu universitas negeri di Semarang. Berdasarkan wawancara kami dengan beliau,
diketahui memang lahan yang dijadikan sebagai pembangunan tersebut tidak
layak untuk dibangun karena menurut beliau kondisi tanahnya itu sendiri
merupakan tanah lempung yang dimana jika terkena air akan mengalami
penyusutan dan akhirnya dapat mudah sekali bergerak, hal tersebut telah
dibuktikan dengan rumah yang sudah dibangun sebelumnya mulai mengalami
peretakan, namun pembangunan tersebut tetap dijalankan karena masih terdapat
lahan yang memang belum dibangun.

Dilakukan juga wawancara dengan salah satu warga yang tinggal didekat
area pembangunan tersebut dan menurut beliau pembangunan tersebut cukup
membuat takut, karena beberapa tahun yang lalu lokasi yang dijadikan tempat
pembangunan tersebut sempat mengalami pergerakan, namun belum mencapai
tingkat menjadi longsoran.
BAB II
SAJIAN FAKTA DATA PRIMER DAN DATA SEKUNDER

2.1 Sajian fakta data primer


Data primer didapatkan melalui survei lapangan secara langsung
menuju lokasi pembangunan di perumahan Bukit Kencana Jaya. Kemudian
dilakukan wawancara dengan salah satu pekerja tim proyek yaitu Ade Satya
yang juga merupakan ahli sipil dari proyek pembangunan Perumahan Bukit
kencana Jaya. Secara geologi, lahan pembangunan Perumahan Bukit Kencana
Jaya berada pada lapisan tanah lempung, dimana tanah lempung memiliki sifat
mengembang atau swelling yang dapat memicu adanya pergerakan tanah.
Selain itu, lahan pembangunan Perumahan Bukit kencana Jaya juga berada di
bawah lereng yang cukup terjal. Lahan bawah lereng sangat rawan menjadi
daerah timbunan longsor, sehingga secara geologi lahan ini tidak layak untuk
menjadi pemukiman warga.
Berdasarkan hasil wawancara dengan warga sekitar proyek
pembangunan Perumahan Bukit kencana Jaya, diketahui bahwa pernah terjadi
longsor di musim hujan pada daerah ini. Bangunan-bangunan pada wilayah ini
juga mengalami peretakan akibat adanya gerakan tanah yang membuat
pondasi menjadi lemah. Hal ini semakin memperkuat bahwa lahan ini
sebaiknya tidak dijadikan lahan pemukiman warga dikarenakan faktor
keamanan yang kurang.
2.2 Sajian fakta data sekunder
Data primer didapatkan melalui studi kasus terhadap karya tulis ilmiah
yang menjelaskan tentang tanah lempung, dimana tanah lempung ini sendiri
dicirikan dengan kondisi tanah yang mudah menyerap air dan berbutir halus
sehingga memiliki tingkat tarik menarik antar partikel cukup kuat, namun dari
hal tersebut bisa menimbulkan suatu pergerakan tanah.
BAB III

IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB


Pada hasil pengambilan data di lokasi perumahan Bukit Kencana Jaya,
Meteseh, Semarang dimana data primer yang ditemukan adalah pada daerah
tersebut ditemukan sebuah lokasi lahan pembangunan yang tidak layak untuk
dibangun, kemudian berdasarkan data sekundernya menjelaskan mengenai ciri-
ciri atau karaktersitik dari tanah lempung.

Dari hasil survei yang telah dilakukan, didapatkan beberapa faktor-faktor


penyebab terjadinya pergerakan tanah tersebut yaitu :

1. Pembangunan yang terlalu dipaksakan pada lokasi lahan tersebut.


2. Pihak Perumahan Bukit Kencana Jaya tidak mendengarkan beberapa
pendapat mengenai tim ahli sipil untuk pembangunan di area tersebut.
3. Mengabaikan kondisi tanah pada lahan tersebut yang dimana beberapa
tahun yang lalu pernah terjadi pergerakan tanahnya.
4. Tidak adanya pencegahan terhadap pembangunan tersebut jika sewaktu-
waktu mengalami pergeseran tanah kembali.
5. Jenis tanah pada lokasi pembangunan berupa tanah lempung yang mudah
bergerak.
BAB IV

ANALISIS FAKTA DATA PRIMER DAN SEKUNDER

4.1. Analisis Fakta Data Primer


Secara geologi, lahan pembangunan Perumahan Bukit Kencana
Jaya berada diatas lapisan tanah lempung. Berdasarkan pendeskripsian
sampel tanah, diketahui tanah tersebut memiliki warna keabuan, dengan
ukuran butir > 1/256mm (Wentworth, 1922), memiliki kelembaban yang
lembab, serta antar butirnya tidak kompak. Sampel tanah ini memiliki
permeabilitas yang rendah, dan bersifat plastis apabila terkena air.
Berdasarkan pendeskripsian secara megaskopis ini, sampel tanah pada
lahan pembangunan Perumahan Bukit Kencana Jaya diinterpretasikan
sebagi tanah lempung.
Bangunan-bangunan pada wilayah ini juga mengalami peretakan
yang mengindikasikan pernah terjadi gerakan tanah di wilayah ini.
Berdasarkan hasil wawancara dengan warga sekitar proyek pembangunan
Perumahan Bukit kencana Jaya, diketahui bahwa pernah terjadi longsor di
musim hujan pada daerah ini.
Berdasarkan hasil dari wawancanra terhadap salah satu tim pekerja
proyek pembangunan yaitu Ade Satya diketahui bahwa pada daerah
tersebut memang tidak layak untuk dijadikan lokasi pembangunan. Hal ini
dikarenakan lahan berada diatas tanah lempung yang memiliki sifat
mengembang jika terkena air atau swelling, yang dapat memicu terjadinya
gerakan tanah. Ditambah lagi dengan struktur tanah yang tidak kompak
juga dapat memicu terjadinya gerakan tanah maupun penuruan tanah
apabila terjadi pembebanan berlebih diatasnya. Selain itu lahan juga
terletak di bawah lereng terjal yang sangat rawan untuk menjadi daerah
timbunan longsor.
4.2.Analisis Fakta Data Sekunder
Tanah (soil) adalah suatu hasil pelapukan biologi (Selley, 1988),
dimana komposisinya terdiri atas komponen batuan dan humus yang
umumnya berasal dari tumbuhan. Tanah lempung lunak merupakan tanah
kohesif yang terdiri dari tanah yang sebagian terbesar terdiri dari butir-
butir yang sangat kecil seperti lempung atau lanau. Sifat lapisan tanah
lempung lunak adalah gaya gesernya yang kecil, kemampatan yang besar,
koefisien permeabilitas yang kecil dan mempunyai daya dukung rendah
dibandingkan tanah lempung lainnya.

Sifat-sifat yang dimiliki tanah lempung (Hardiyatmo, 1999) yaitu


memiliki ukuran butir halus (kurang dari 0,002 mm), permeabilitas
rendah, kenaikan air kapiler tinggi, bersifat sangat kohesif, kadar kembang
susut yang tinggi, dan proses konsolidasi lambat. Kebanyakan jenis tanah
terdiri dari banyak campuran atau lebih dari satu macamukuran partikel.
Tanah lempung belum tentu terdiri dari partikel lempung saja, akantetapi
dapat bercampur butir-butiran ukuran lanau maupun pasir dan mungkin
jugaterdapat campuran bahan organik.

Tanah lempung memiliki tingkat gaya tarik menarik antar partikel


yang sangat baik, namun membahayakan dalam beberapa kondisi, dimana
ketika lahan pembangunan tersebut terkan hujan secara intens dan tanah
lempung tersebut mulai menyerap air, akan sangat membahayakan karena
karakteristik tanah lempung yang halus dapat membentuk suatu
pergerakan tanah akibat tanah lempungnya yang licin, ditambah dengan
adanya pembebanan dari pembangunan tersebut maka tanah lempung
tersebut akan semakin berpotensi menjadi lokasi pergerakan tanah.
BAB V
KORELASI JUDUL KASUS DENGAN TEMA

Tema yang terdapat pada studi kasus ini ialah pelaksanaan sila ketuhanan
Yang Maha Esa di bidang geologi. Dengan judul studi kasus Pembangunan
Perumahan Bukit Kencana Jaya Dilaksanakan pada Lahan yang Tidak Layak
Bangun Sesuai Standar Geologi. Pelaksanaan sila pertama, yaitu Ketuhanan Yang
Maha Esa tidak selamanya dapat dilihat dalam bentuk ibadah, namun bisa juga
dilihat dari perilaku manusia. Dalam studi kasus ini diketahui bahwa terdapat
pembangunan kawasan perumahan pada lahan yang tidak layak bangun secara
geologi, dimana lahan ini rawan akan terjadinya longsor, dibuktikan pula dengan
pernah terjadinya longsor di area tersebut saat terjadi musim hujan. Dapat
disimpulkan bahwa, jika dilakukan pembangunan kawasan perumahan di area
tersebut akan membahayakan calon – calon penghuni/pembeli rumah. Dan, hal ini
(pembangunan perumahan) dilakukan dalam keadaan sadar akan bahaya yang
dapat terjadi.
Jika seorang manusia percaya akan adanya Tuhan, yang dapat mengetahui
segala jenis perilaku dan pikiran kita, seharusnya ia tidak melakukan tindakan -
tindakan yang tidak terpuji, bahkan membahayakan orang lain. Dalam hal ini,
pihak pembangun dari perumahan Kencana Jaya sadar akan bahaya yang ada dan
tetap meneruskan pembangunan, maka dapat dikatakan bahwa terjadi adanya
pelanggaran terhadap sila pertama yang harusnya diamalkan oleh rakyat Indonesia
selaku pedoman hidup.
BAB VI
SOLUSI

Permasalahan yang berada di Perumahan Bukit Kencana Jaya, yaitu


mengalami pergerakan tanah sehingga kondisi rumah yang berada di Perumahan
Bukit Kencana Jaya mengalami kerusakan berupa adanya retakan pada rumah,
diakibatkan oleh susunan bawah permukaan yang mengembang dan tidak stabil.
Berdasarkan permasalahan tersebut, ditemukan solusi yang bisa diterapkan pada
permasalahan yang terjadi di Perumahan Bukit Kencana Jaya yaitu sebagai
berikut;

6.1 Relokasi Tempat


Pada Perumahan Bukit Kencana Jaya memiliki jenis tanah atau
batuan yang tidak stabil, yang berupa tanah lempung, tanah tersebut
sebagai bidang gelincir jika terkena air hujan. Akibatnya terjadi proses
gerakan tanah, untuk menghindari akibat tersebut, disarankan untuk
relokasi ke tanah yang lebih stabil ataupun lebih kuat untuk dibangun
rumah.
6.2 Penambahan Tanah Campuran Tras dan Campuran Gypsum
Tanah lempung yang berada di Perumahan Bukit Kencana Jaya,
yang memilki bidang gelincir yang tinggi bisa diatasi yaitu dengan
mencampurkan komposisi tanah campuran tras dan campuran gypsum.
Campuran tras an gypsum sebagai pengisi pada tanah tersebut. Proses
pencampuran tanah lempung dan campuran tras dan gypsum tersebut
diteliti terlebih dahulu untuk menggunakan campuran tras dan gypsum
sesuai dengan kadarnya untuk membuat tanah lempung mendapatkan
kepadatan tanah maksimum serta kadar air yang optimal. Fungsi dari
kepadatan tanah maksimum dan kadar air yang optimal yaitu sebagai
tambahan untuk nilai tegangan geser pada tanah lempung, agar saat
terkena hujan, tanah tersebut tidak menjadi bidang gelincir untuk
pembangunan di atasnya.
6.3 Matras Beton
Untuk mengurangi proses gerakan tanah, dapat diatasi dengan
pembuatan matras beton. Pada pembuatan tersebut butuh penelitian lebih
lanjut untuk mengetahui kondisi tanah dan bawah permukaan, sehingga
membuat matras beton yang sesuai dengan tanah yang berada di lokasi
permasalahan. Pada pembuatan matras beton tersebut dengan
menancapkan tiang ke bawah permukaan atau kedalam tanah untuk
membuat struktur tanah dibawah permukaan bersamaan dengan matras
beton menjadi lebih kokoh dan stabil, agar tidak terjadi gerakan tanah.
DOKUMENTASI LAPANGAN
REFERENSI

Wawancara ade satya selaku pekerja tim proyek pembangunan bukit kencana jaya

Rahmi, A., & Syarief, A. (2014). Uji Kualitas Tanah Lempung Dan Batu Bata
Merah Garegeh Bukittinggi. Jurnal Riset Fisika Edukasi Dan Sains, 1(1).
https://doi.org/10.22202/jrfes.2014.v1i1.1183

Yuliet, R., Hakam, A., & Febrian, G. (2011). UJI POTENSI MENGEMBANG
PADA TANAH LEMPUNG DENGAN METODA FREE SWELLING
TEST (Studi Kasus: Tanah Lempung Limau Manih – Kota Padang). Jurnal
Rekayasa Sipil (JRS-Unand), 7(1), 25. https://doi.org/10.25077/jrs.7.1.25-
36.2011

Sukamto, Yusuf. (2016). Studi Analisis Penurunan Tanah Lempung Lunak dan
Tanah Lempung Organik Menggunakan Pemodelan Box dan Matras Beton
Bendrat Dengan Tiang. Lampung: Universitas Lampung

Risvi, Claudiana Bella. (2018). Kuat Geser Tanah Lempung Desa Troketon,
Kecamatan Pedan, Kabupaten Klaten yang Distabilisasi dengan Tras dan
Gypsum Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta

Anda mungkin juga menyukai