Disusun Oleh:
Kelompok 2
UNIVERSITAS TRILOGI
JURUSAN AKUNTANSI
JAKARTA
2020
Akun dan Kelas Transaksi dalam Siklus Penjualan serta Penagihan
Tujuan keseluruhan dari audit siklus penjualan dan penagihan adalah mengevaluasi apakah
saldo akun yang dipengaruhi oleh silus tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan
standar akuntansi.
Gambar 1.1 menunjukkan cara informasi akuntansi mengalir melalui berbagai akun dalam
siklus penjualan dan penagihan. Gambar ini menunjukkan bahwa ada lima kelas transaksi
dalam siklus penjualan dan penagihan, yaitu:
1. Penjualan
2. Penerimaan kas
3. Retur dan pengurangan penjualan
4. Penghapusan piutang tak tertagih
5. Estimasi beban piutang tak tertagih
1
Pesanan Pelanggan (Customer Order)
Pesanan pelanggan adalah permintaan akan barang dagang yang diajukan oleh pelanggan.
Pesanan Penjualan
Pesanan penjualan adalah dokumen untuk mengomunikasikan deskripsi, kuantitas, dan
informasi terkait mengenai barang yang dipesan oleh pelanggan. Dokumen tsb sering kali
digunakan untuk menunjukkan persetujuan kredit dan otorisasi pengiriman. Praktik
pemberian kredit yang lemah ini seringkali menghasilkan piutang ragu-ragu yang berlebihan
dan piutang usah yang mungkin saja tidak dapat ditagih.
Dokumen Pengiriman
Dokumen ini dibuat untuk mengawali pengiriman barang yang menunjukkan deskripsi
barang, kuantitas yang dikirimkan, dan data relevan lainnya. Perusahaan mengirimkan
dokumen pengiriman yang asli kepada pelanggan dan menyimpan salinannya. Dokumen ini
juga berfungsi sebagai signal untuk menagih pelanggan dan dapat secara elektronik atau
bentuk kertas. Salah satu jenis pengiriman adalah bill of loading.
Aspek penting dalam penagihan adalah :
1. Semua pengiriman telah ditagih (kelengkapan).
2. Tidak ada pengiriman yang ditagih lebih dari satu kali (keterjadian)
3. Setiap pengiriman ditagih dalam jumlah yang tepat (keakuratan)
Faktur Penjualan
Dokumen ini menunjukkan deskripsi dan kuantitas barang yang dijual, harga, ongkos angkut,
asuransi, syarat, dan data relevan lainnya. Faktur penjualan merupakan metode untuk
menunjukkan kepada pelanggan jumlah penjualan dan tanggal jatuh tempo pembayaran.
2
mencantumkan semua informasi yang akan dimasukkan ke dalam system dan informasi
tentang setiap transaksi, seperti nama pelanggan, tanggal, jumlah, klasifikasi atau klasifikasi-
klasifikasi akun.
Laporan Bulanan
Dokumen ini dikirimkan melalui surat atau secara elektronik kepada setiap pelanggan yang
menunjukkan saldo awal piutang usahanya, jumlah, dan tanggal setiap penjualan,
pembayaran kas yang diterima, memo kredit yang diterbitkan, dan saldo akhir yang jatuh
tempo. Keempat fungsi transaksi penjualan sangat diperlukan untuk menyerahkan barang ke
tangan pelanggan, menagihkannya dengan benar, dan mereflrksikan informasi dalam catatan
akuntansi sedangkan empat fungsi lainnya melibatkan penagihan dan pencatatan kas, retur
dan pengurangan penjualan, penghapusan piutang tak tertagih, dan penyediaan beban piutang
tak tertagih.
3
Jurnal Penerimaan Kas atau Listing
Laporan ini berasal dari file transaksi penerimaan kas dan mencantumkan semua transaksi
selama suatu periode waktu.
Memo Kredit
Memo kredit merupakan dokumen yang mengindikasikan pengurangan jumlah dari
pelanggan akibat retur barang atau pengurangan harga. Apabila seorang pelanggan merasa
tidak puas dengan barang yang dibelinya, sering kali penjual menerima retur barang atau
memberikan pengurangan harga. Perusahaan akan menyiapkan laporan penerimaan atas
barang yang diretur dan mengembalikan ke gudang. Retur dan pengurangan penjualan dicatat
dalam file transaksi retur penjualan dan pengurangan, serta file induk piutang usaha.
4
Metodologi untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian
Substanstif atas Transaksi Penjualan
Dalam memahami pengendalian internal, auditor menggunakan salah satu pendekatan umum
untuk penjualan. Auditor memperlajari bagan arus klien, menyiapkan kuisioner tentang
pengendalian internal, dan melaksanakan pengujian penjualan walkthtough.
Auditor menggunakan informasi yang diperoleh dalam memahami pengendalian internal
untuk menilai risiko pengendalian. Terdapat empat langkah yang penting dalam penelitian
ini, yaitu :
1. Auditor memerlukan kerangka kerja untuk menilai risiko pengendalian. Enam tujuan
audit yang berkaitan dengan transaksi akan menyediakan kerangka kerja ini.
2. Auditor harus mengidentifikasikan pengendalian internal kunci dan kelemahannya
bagi penjualan. Hal tsb akan berbeda bagi setiap audit karena setiap klien memiliki
pengendalian internal yang beberda.
3. Setelah mengidentifikasian pengendalian dan kelemahannya, auditor lalu
mengaitkannya dengan tujuan.
4. Auditor menilai risiko pengendalian untuk setiap tujuan dengan mengevaluasi
pengendalian dan kelemahannya bagi setiap tujuan. Langkah ini sangat penting
karena mempengaruhi keputusan yang akan diambil auditor baik mengenai pengujian
pengendalian maupun pengujian substantif.
5
Pemisahan Tugas yang Memadai
Pemisahan tugas yang memadai dapat membantu mencegah berbagai jenis salah saji, baik
akibat kesalahan maupun penipuan atau kecurangan. Untuk mencegah kecurangan,
manajemen harus menolak akses ke kas bagi siapapun yang bertanggungjawab memasukkan
informasi transaksi penjualan dan penerimaan kas ke dalam computer. Fungsi pemberian
kredit harus terpisah dari fungsi penjualan karena pengecekan kredit ditujukan untuk
mengatas kecenderungan alami dari pada personil penjualan untuk mengoptimalkan volume
meskipun dengan beban penghapusan piutang tak tertagih yang tinggi.
Laporan Bulanan
Pengiriman laporan bulanan merupakan pengendalian yang bermanfaat karena mendorong
para pelanggan untuk segera merespons jika ada saldo yang dinyatakan dengan tidak benar.
Prosedur Verifikasi Internal
Program komputer atau personil yang independen harus mengecek bahwa pemrosesan dan
pencatatan transaksi penjualan memenuhi setiap tujuan audit yang berkaitan dengan
transaksi.
6
Menentukan Luas Pengujian Pengendalian
Setelah mengidentifikasi pengendalian internal kunci dan kelemahannya, auditor mulai
menilai risiko pengendalian. Untuk audit perusahaan publik, auditor harus melaksanakan
pengujian yang ekstensi atas pengendalian kunci dan mengevaluasi dampak kelemahannya
terhadap laporan auditor mengenai pengendalian internal atas laporan keuangan. Luas
pengujian pengendalian dalam audit perusahaan nonpublik tergantung pada keefektifan
pengendalian dan sejauh mana auditor yakin bahwa pengujian itu dapat diandalkan untuk
mengurangi risiko pengendalian.
Dua jenis salah saji yang pertama dapat disebabkan oleh kesalahan atau kecurangan,
sementara jenis yang terakhir selalu disebabkan oleh kecurangan. Konsekuensi potensial dari
ketiga jenis salah saji tersebut sangatlah besar karena akan menimbulkan lebih saji
(overstatement) aset dan laba.
Pengujian substansif atas transaksi yang sesuai untuk menguji tujuan keterjadian tergantung
pada apakah auditor yakin bahwa salah saji mungkin akan terjadi. Banyak auditor akan
melakukan pengujian substansif atas transaksi untuk tujuan keterjadian hanya jika mereka
7
yakin bahwa ada defisiensi pengendalian. Karena itu, sifat dari pengujian tergantung pada
sifat salah saji yang potensial sebagai berikut:
1. Penjualan Dicatat Sementara Pengiriman Tidak Pernah Dilakuakan
Auditor dapat memvouching ayat jurnal tertentu dalam jurnal penjurnalan ke salinan
pengiriman dan dokumen pendukung lainnya yang terkait untuk memastikan bahwa
penjualan tersebut benar-benar terjadi.
2. Penjualan Dicatat Lebih Dari Satu Kali
Penjualan duplikat dapat ditentukan dengan mereview secara numeris daftar transaksi
penjualan yang dicatat untuk melihat apakah ada nomor yang sama atau duplikat.
3. Pengiriman Dilakukan kepada Pelanggan Fiktif
Biasanya jenis kecurangan ini hanya akan terjadi jika orang yang mencatat penjualan
juga mengotorisasi pengiriman. Pengendalian internal yang lemah akan sulit
mendeteksi pengiriman fiktif ini, seperti pengiriman ke lokasi lain perusahaan. Untuk
menguji apakah ada pelanggan fiktif, auditor dapat menelusuri informasi tentang
pelanggan pada faktur penjualan ke file induk pelanggan. Kecurangan pendapatan ini
dikenal sebagai “penjualan pura-pura atau sham sales”.
8
Tabel 1.1. Perancangan pengujian pengendalian untuk penjualan
Tujuan Audit yang Berkaitan dengan
Pengendalia Kunci yang Ada Pengujian Pengendalian Pengujian Substantif atas Transaksi Penjualan
Transaksi
Penjualan yang dicatat adalah yang - Kredit disetujui secara otomatis oleh komputer - Memerikas pesanan pelanggan - Memeriksa urutan faktur penjualan
benar-benar dikirim kepada pelanggan setelah dibandingkan dengan batas kredit yang menyangkut bukti persetujuan kredit.
nonfiktif (keterjadian) diotorisasi.
- Penjualan didukung oleh dokumen pengiriman - Memeriksa faktur penjualan untuk - Mereview jurnal penjualan dan file induk untuk
yang diotorisasi dan pesanan pelanggan yang mendukung bill of lading dan pesanan transaksi dan jumalh yang tidak biasa
disetujui. pelanggan
- Total batch kuantitas yang dikirim - Memeriksa file total batch untuk melihat - Menelusuri ayat jurnal penjualan ke dokumen
dibandingkan dengan kuantitas yang ditagih tanda tangan klerk pengendalian data pendukung, yang mencakup faktur penjualan
duplikat, bill of lading , pesanan penjualan, dan
pesanan pelanggan.
Transaksi penjualan yang ada telah - Dokumen pengiriman dipranomori dan - Memeriksa urutan dokumen pengiriman - Menelusuri dokumen pengiriman terpilih ke jurnal
dicatat (kelengkapan) diperhitungkan setiap minggu penjualan untuk memastikan bahwa semuanya telah
- Total batch kuantitas yang dikirim - Memeriksa file total batch menyangkut dimasukkan
dibandingkan dengan kuantitas yang ditagih tanda tangan klerk pengendalian data
Penjualan yang dicatat adalah sebesar - Penjualan didukung oleh dokumen pengiriman - Memeriksa dokumen pendukung dari - Menelusuri ayat jurnal dalam jurnal penjualan ke
jumlah barang yang dikirimkan dan yang diotorisasi dan pesanan pelanggan yang faktur penjualan faktur penjualan
ditagih serta dicatat dengan benar disetujui
(keakuratan) - Total batch kuantitas yang dikirim - Memeriksa file total batch menyangkut - Menghitung kembali harga dan perkalian dpada
dibandingkan dengan kuantitas yang ditagih tanda tangan klerk pengendalian data faktur penjualan
- Harga jual per unit diperoleh dari file induk - Memeriksa daftar harga yang disetujui - Menelusuri rincian pada faktur penjualan ke
daftar harga yang disetujui untuk melihat keakurtan dan otorisasi dokumen pengiriman, pesanan penjualan, dan
yang tepat pesanan pelanggan
Transaksi penjualan dimasukkan dengan benar
-Komputer
ke dalam
secara
file otomatis
induk piutang
akan memposting
usaha dan diikhtisarkan
- Memeriksa
dengan
bukti
benar
bahwa
(posting
file induk
dan ikhtisar) - Menelusuri faktur penjualan terpilih dari jurnal
transaksi ke file induk piutang usaha dan buku piutang usaha telah direkonsiliasi dengan penjualan ke file induk piutang usaha dan menguji
besar. buku besar umum jumlah, tanggal serta nomor faktur
- File induk piutang usaha direkonsiliasi dengan - Memeriksa bukti bahwa file induk - Menggunakan perangkat lunak audit untuk
buku besar umum atas dasar bulanan piutang usaha telah direkonsiliasi dengan memfoot dan crossfoot jurnal penjualan dengan
buku besar umum salinan faktur penjualan dan bill of lading
9
Transaksi Penjualan yang Ada Telah Dicatat.
Dalam banyak audit, tidak ada pengujian substansif atas transaksi yang dilakukan untuk tujuan
kelengkapan menyangkut lebih saji aset dan laba mendapat perhatian yang lebih besar dalam
audit transaksi penjualan ketimbang yang menyangkut kurang saji. Jika pengendalianya tidak
memadai, maka jika klien tidak melakukan penelusuran internal yang independen dari
dokumen pengiriman ke jurnal penjualan, pengujian substansif mungkin akan diperlukan.
Arah pengujian, auditor harus memahami perbedaan antara menelusuri dari dokumen sumber
ke jurnal dan memvouching dari jurnal kembali ke dokumen sumber. Pengujian yang pertama
adalah untuk transaksi yang dihilangkan (tujuan kelengkapan); sementara yang kedua adalah
untuk transaksi yang tidak ada (tujuan keterjadian). Untuk mengujia tujuan keterjadian, auditor
dapat mengawalinya dengan memilih sampel nomor faktur dari jurnal dan memvouchingnya ke
salinan faktur penjualan, dokumen pengiriman, dan pesanan pelanggan. Dalam menguji tujuan
kelengkapan, biasanya auditor memulai dengan memilih sampel dokumen pengiriman dan
menelusurinya ke salinan faktur penjualan serta jurnal penjualan sebagai pengujian
penghilangan.
Ketika merancang prosedur audit untuk tujuan keterjadian dan kelengkapan titik awal
pengujian merupakan hal yang sangat penting. Ini disebut sebagai arah pengujikan dan
diilustrasikan pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1 Arah Pengujian Pengendalian
Kelengkapan Keterjadia
Dimulai nDimulai
Secara umum auditor membandingkan harga pada salinan faktur penjualan dengan daftar harga
yang disetujui, menghitung kembali perkalian serta penjumlahan atau footing, dan
membandingkan rincian pada faktur dengan catatan pengiriman menyangkut deskripsi,
kuantitas, serta identifikasi pelanggan.
10
Perbandingan pengujian pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi untuk tujuan
keakuratan adalah contoh yang baik mengenai bagaimana waktu audit dapat dihemat jika ada
pengendalian internal yang efektif. Jika pengendalian ini efektif, ukuran sampel untuk
pengujian substansif atas transaksi dapat dikurangi, sehingga menghasilkan penghematan yang
signifikan.
Transaksi Penjualan Dimasukkan dengan Benar dalam File Induk dan Diikhtisarkan
dengan Benar
Pencatuman semua transaksi penjualan dengan benar ke dalam file induk piutang usaha
merupakan hal yang penting karena keakuratan catatan tersebut akan mempengaruhi
kemampuan klien untuk menagih piutnag yang beredar. Demikian juga, jurnal penjualan harus
dijumlahkan dan diposting dengan benar ke buku besar umum agar laporan keuangan menjadi
tepat. Pengujian posting dan pengikhtisaran berbeda dengan pengujian untuk tujuan audit yang
berkaitan dengan transaksi lainnya karena memasukkan jurnal footing, catatan file induk, dan
buku besar, serta menelusuri dari salah satu ke yang lainnya di antara ketiga item tersebut.
11
Metodelogi Untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian
Substantif Atas Transaksi Penerimaan Kas
Auditor menggunakan metodelogi yang sama untuk merancang pengujian pengendalian dan
pengujian substantive atas transaksi penerimaan kas seperti yang digunakan untuk penjualan.
Berdasarkan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi, auditor mengikuti proses berikut ini:
1. Menentukan pengendalian internal kunci untuk setiap tujuan audit
2. Merancang pengujian pengendalian bagi setiap pengendalian yang digunakan untuk
mendukung pengurangan resiko pengendalian
3. Merancang pengujian substantive atas transaksi untuk menguji salah saji moneter bagi
setiap tujuan
Bagian penting dari tanggung jawab auditor ketika mengaudit penerimaan kas adalah
mengidentifikasi defisiensi pengendalian internal yang mengingkatkan kemungkinan terjadinya
kecurangan. Untuk memperluas penekanan prosedur audit yang terutama dirancang untuk
menemukan kecurangan. Kita akan mengabaikan pembahasan mengenai beberapa prosedur
hanya karena tujuan dan metodelogi untuk menerapkannya.
Prosedur audit yang bermanfaat untuk menguji apakah semua penerimaan kas yang dicatat
telah disetorkan dalam akun atau rekening bank adalah bukti penerimaan kas (proof of cash
receipts) jika ada perbedaan maka perbedaan diantara keduanya mungkin diakibatkan oleh
setoran dalam perjalanan (deposit in transit) dan pos pos lainnya, tetapi jumlahnya dapat
direkonsiliasi dan dibandingkan.
Estimasi beban piutang tak tertagih yang merupakan kelas transaksi kelima dalam siklus
penjualan dan penagihan, berkaitan dengan penghapusan piutang tak tertagih. Akan tetapi
karena estimasi piutang tak tertagih didasarkan pada saldo piutang usaha akhir tahun, auditor
mengevaluasi estimasi piutang tak tertagih sebagai bagian dari pengujian rincian saldo piutang
usaha akhir.
12
Pengaruh Hasil Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atas
Transaksi
Hasil dari pengujian pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap sisa audit, terutama terhadap pengujian substantive atas rincian saldo.
Jika hasil pengujian tidak memuaskan, auditor harus melakukan pengujian substantive
tambahan atas penjualan, retur dan pengurangan penjualan, penghapusan piutang tak tertagih,
dan pemrosesan penerimaan kas. Auditor perusahaan public juga harus mempertimbangkan
dampak hasil pengujian yang tidak memuaskan terhadap audit pengendalian internal atas
pelaporan keuangan.
Pada tahap penyelesaian pengujian pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi,
auditor harus menganalisis setiap pengecualian baik dalam audit perusahaan public maupun
nonpublic, untuk menentukan penyebab dan implikasi dari pengecualian itu terhadap penilaian
resiko pengendalian yang mungkin mempengaruhi risiko deteksi yang didukung dan pengujian
substantive terkait yang tersisa. Metodelogi dan implikasi dari analisis pengecualian.
13
Jenis Pengujian Audit untuk Siklus Penjualan dan Penagihan
Pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi untuk siklus penjualan dan
penagihan. Kedua jenis pengujian ini merupakan bagian dari tahap II proses audit.
14
Metodologi yang ditunjukkan gambar diatas yaitu berhubungan langsung dengan kertas kerja
perencanaan bukti. Bukti yang tepat yang akan diperoleh dari pengujian atas rincian saldo harus
diputuskan berdasarkan tujuan per tujuan, karena beberapa interaksi mempengaruhi kebutuhan
akan bukti dari pengujian atas rincian saldo, dan keputusan audit ini dapat menjadi kompleks,
seperti contoh auditor harus mengevaluasi potensi terjadinya kecurangan dan
mempertimbangkan risiko intern yang bisa saja bervariasi menurut tujuannya serta hasil
pengujian pengendalian dan penilaian risiko pengendalian terkait, yang mungkin saja juga
bervariasi menurut tujuannya. Auditor juga harus mempertimbangkan hasil pengujian
substantif atas penjualan dan penerimaan kas.
Dalam merancang pengujian atas rincian saldo untuk piutang usaha auditor harus memenuhi
masing-masing dari 8 tujuan audit yang berkaitan dengan saldo. Kedelapan tujuan umum
tersebut sama bagi semua akun, jika diterapkan secara khusus pda piutang usaha hal itu disebut
sebagai tujuan audit yang berkaitan dengan saldo piutang usaha (accounts receivable balance-
related audit objectives), sbb :
1. Piutang usaha dalam neraca saldo sama dengan jumlah file induk terkait dan totalnya
telah ditambahkan dengan benar serta sama dengan buku besar umum
2. Piutang usaha yang dicatat ada (keberadaan)
3. Piutang usaha yang ada telah dicantumkan (kelengkapan)
4. Piutang usaha sudah akuran (keakuratan)
5. Piutang usaha telah diklasifikasikan dengan benar (klasifikasi)
6. Pisah batas piutang usaha sudah benar (pisah batas)
7. Piutang usaha dinyatakan pada nilai realisasi (nilai realisasi)
8. Klien memiliki hak atas piutang usaha (hak)
Pengujian piutang usaha didasarkan pada prosedur penilaian risiko auditor yang memberikan
pemahaman mengenai bisnis dan industri klien. Sebagai bagian dari pemahaman ini auditor
mempelajari industri dan lingkungan eksternal klien serta mengevaluasi tujuan manajemen dan
proses bisnis untuk mengidentifikasi risiko bisnis klien yang signifikasn yang dapat
mempengaruhi laporan keuangan termasuk piutang usaha sebagai bagian dari perolehan
pemaham tersebut, auditor juga melaksanakan prosedur analitis pendahuluan untuk dapat
menunjukkan kenaikan risiko salah saji piutang usaha.
Auditor akan memutuskan pertimbangan pendahuluan mengenai materialitas laporan keuangan
secara keseluruhan dan kemudian mengalokasikan jumlah pertimbangan pendahuluan ke setaip
akun neraca yang signifikan termasuk piutang usaha. Alokasi ini disebut sebagai penetapan
materialitas kinerja.
Ketika menilai risiko intern bagi setiap tujuan untuk akun-akun seperti piutang usaha, auditor
mempertimbangkan risiko bisnis klien dan sifat klien serta industrinya. Standar auditing
mengindikasikan bahwa auditor harus mengidentifikasi secara formal risiko kecurangan
15
tertentu menyangkut pengakuan pendapatan, hal ini mungkin akan mempengaruhi penilaian
risiko intern oleh auditor untuk tujuan-tujuan berikut :
1. Keberadaan atau eksistensi
2. Pisah batas penjualan
3. Serta pisah batas retur dan pengurangan penjualan
Jadi sudah biasa bagi klien untuk menyalahsajikan pisah batas baik karena kesalahan maupun
kecurangan, dan juga menyalahsajikan secara tidak sengaja atau secara sengaja atau curang
dalam penyisihan piutang tak tertagih (nilai realisasi) karena sulit menentukan saldo yang
benar.
Bagi sebagian besar perusahan, pengendalian internal terhadap penjualan dan penerimaan kas
serta piutang usaha terkait setidaknya harus cukup efektif karena manajemen sangat
menginginkan catatan yang akurat untuk mempertahankan hubungan baik dengan pelanggan.
Auditor terutama baru memperhatikan 3 aspek pengendalian internal :
1. Pengendalian yang mencegah atau mendeteksi penggelapan
2. Pengendalian terhadap pisah batas
3. Pengendalian yang terkait dengan penyisihan piutang tak tertagih
Gambar dibawah ini menunjukkan hubungan dari dua kelas transaksi utama dalam siklus
penjualan dan penagihan. Sebagai contoh diasumsikan auditor menyimpulkan bahwa risiko
pengendalian baik untuk transaksi penjualan maupun penerimaan kas adalah rendah bagi tujuan
audit yang berkaitan dengan transaksi keakuratan, karena itu auditor dapat menyimpulkan
bahwa pengendalian bagi tujuan audit yang berkaitan dengan saldo keakuratan untuk piutang
usaha sudah efektif karena satu-satunya transaksi yang mempengaruhi piutang usaha adalah
penjualan dan penerimaan kas. Jika retur dan pengurangan penjualan serta penghapusan
piutang usaha tak tertagih berjumlah signifikan, penilaian risiko pengendalian juga harus
dipertimbangan untuk kedua kelas transaksi tersebut.
16
Hubungan antara tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi untuk siklus penjualan dan
penagihan serta tujuan audit yang berkaitan dengan saldo piutang usaha
Dua aspek hubungan yang disajikan dalam gambar perlu disinggung secara khusus :
1. Untuk penjualan, tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi keterjadian mempengaruhi
tujuan audit yang berkaitan dengan saldo eksistensi atau keberadaan. Untuk penerimaan
kas, tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi keterjadian mempengaruhi tujuan audit
yang berkaitan dengan saldo kelengkapan. Bahwa kenaikan penjualan meningkatkan
piutang usaha, tetapi kenaikan penerimaan kas justru menurunkan piutang usaha. Contoh
pencatatan penjualan yang sebenarnya tidak ada melanggar tujuan audit yang berkaitan
dengan saldo-eksistensi (keduanya lebih saji). Pencatatan penerimaan kas yang
sebenarnya tidak ada melanggar baik tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi
keterjadian maupun tujuan audit yang berkaitan dengan saldo-kelengkapan untuk piutang
usaha karena piutang yang masih beredar tidak lagi dicantumkan dalam catatan.
2. Tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan, tidak terpengaruhi
oleh penilaian risiko pengendalian untuk kelas transaksi. Agar penilaian risiko
pengendalian untuk tujuan-tujuan tersebut berada dibawah maksimum, auditor harus
mengidentifikasi dan menguji pengendalian secara terpisah demi mendukung tujuan-
tujuan tersebut.
17
Auditor menggunakan hasil pengujian substantif atas transaksi untuk menentukan sejauh mana
risiko deteksi yang direncanakan akan dipenuhi bagi setiap tujuan audit yang berkaitan dengan
saldo piutang usaha.
Prosedur analitis yang dilaksanakan selama tahap pengujian yang terinci dilakukan setelah
tanggal neraca tetapi sebelum pengujian atas rincian saldo, jadi masih diperbolehkan
melakukan prosedur analitis yang ekstensif sebelum klien mencatat semua transaksi selama
tahun tersebut dan menyelesaikan laporan keuangannya.
Auditor melaksanakan prosedur analitis untuk siklus penjualan dan penagihan secara
keseluruhan bukan hanya piutang usaha ini memang harus demikian karena hubungan yang erat
antara akun-akun laporan laba rugi dan neraca, jika auditor mengidentifikasi salah saji yang
mungkin terjadi dalam retur dan pengurangan penjualan dengan menggunakan prosedur
analitis.
Membandingkan penjualan per bulan Lebih saji atau kurang saji penjualan dan piutang
(per lini produk) selama beberapa waktu usaha
18
Membandingkan jumlah hari piutang
Lebih saji atau kurang saji penyisihan piutang
usaha beredar dengan tahun sebelumnya
tak tertagih dan beban piutang tak tertagih,
dan perputaran piutang usaha yang
mungkin juga menunjukkan piutang usaha fiktif
terkait
Contoh ketika auditor melaksanakan prosedur analitis untuk penjualan, bukti mengenai
penjualan dan piutang usaha akan dipeoleh.
Auditor juga harus mereview piutang usaha yang memiliki jumlah yang besar dan tidak biasa,
seperti saldo yang besar, piutang yang telah lama beredar, piutang dari perusahaan afiliasi
pejabat, direktur, dan pihak lain yang terkait, serta saldo kredit. Untuk mengidentifikasi jumlah-
jumlah tersebut, auditor harus mereview daftar akun (aged trial balance) pada tanggal neraca
untuk menentukan akun mana yang harus diselidiki lebih lanjut.
19
6. Pisah Batas. Pisah batas piutang sudah benar.
7. Nilai Realisasi. Piutang usaha dinyatakan pada nilai realisasi.
8. Hak. Klien memiliki hak atas piutang usaha.
Menetapkan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi dan Menilai Risiko Inheren (Tahap I)
Dalam melakukan tugasnya, auditor pertama-tama akan memutuskan pertimbangan
pendahuluan mengenai materialitas laporan keuangan secara keseluruhan, dan kemudian
mengalokasikan jumlah pertimbangan pendahuluan ke setiap akun neraca yang signifikan,
termasuk piutang usaha. Alokasi ini disebut sebagai penetapan salah saji yang dapat ditoleransi.
20
Konfirmasi Piutang Usaha
Konfirmasi Piutang Usaha adalah konsep yang terus berulang dalam pembahasna kita mengenai
perancangan pengujian atas rincian saldo pituang usaha. Tujuan utamanya adalah untuk memenuhi
tujuan eksistensi, keakuratan , serta pisah batas.
Konfirmasi adalah respons tertulis langsung dari pihak ketiga dalam wujud kertas atau secara
elektronik dan dianggap sebagai bukti yang sangat terpercaya atau andal karena diterima langsung
dari pihak ketiga. Meskipun respons lisan dapat menjadi audit, respon ini tidak dianggap sebagai
konfirmasi.
21
Formulir konfirmasi yang kosong (blank confirmation form)
Adalah jenis konfirmasi positif yang tidak menyatakan jumlah pada konfirmasi tetapi meminta
penerimanya untuk mengisi saldo atau melengkapi informasi lainnya. Konfirmasi kosong ini
jarang digunakan dalam praktik karena biasanya tingkat responnya lebih rendah.
Konfirmasi Negatif (negative confirmation) juga ditujukan kepada debitur, tetapi hanya
meminta respon jika debitur tidak menyetujui jumlah yang dinyatakan dalam konfrimasi.
Konfirmasi negatif jauh lebih murah karena tidak ada permintaan kedua dan tidak ada tindak
lanjut terhadap nonrespons. Gambar 16-6 mengilustrasikan konfirmasi negatif dalam audit
Hillburg Hardware Co yang dilampirkan pada laporan bulanan pelanggan.
Penentuan jenis konfirmasi mana yang akan digunakan berada ditangan auditor dan harus
berdasarkan fakta dalam audit. Standar auditing menyatakan bahwa pengguna konfirmasi
negatif hanya dapat diterima jika seluruh situasi berikut :
1. Piutang dagang terdiri dari sejumlah besar akun bersaldo kecil
2. Kombinasi antara risiko pengendalian dan risiko bawaan adalah rendah. Kombinasi risiko
tidak dapat dikatakan rendah jika pengendalian internal tidak efektif atau terdapat
kemungkinan salah saji.
3. Auditor yakin bahwa penerima permintaan konfirmasi negatif akan memberikan
pertimbangan yang masuk akal.
Konfirmasi negatif biasanya digunakan untuk audit : Rumah sakit, Toko ritel, Bank, Industri
lainnya dimana piutang berasal dari masyrakat umum
Penetapan Waktu
Bukti yang paling dapat diandalkan dari konfirmasi diperoleh saat konfirmasi tersebut
dikirimkan sesegera mungkin setelah penutupan tanggal neraca. Dengan ini auditor dapat
secara langsung menguji saldo piutang dagang dari laporan keuangan tanpa perlu
memperhatikan transaksi yang terjadi antara tanggal konfirmasi dan tanggal neraca. Jika
Auditor memutuskan untuk mengkonfirmasi piutang dagang sebelum akhir tahun, maka auditor
biasanya menyiapkan skedul ke depan untuk merekonsiliasi saldo piutang dagang pada tanggal
neraca.
22
Keputusan Sampling
Ukuran sampel faktor utama yang mempengaruhi ukuran sampel untuk mengkonfirmasi
piutang usaha berada dalam beberapa kategori berikut :
1. Materialitas total piutang usaha
2. Jumlah dan ukuran setiap piutang
3. Risiko Pengendalian
4. Risiko Inhern (ukuran relatif total piutang usaha, jumlah akun, hasil tahun sebelumnya
dan salah saji yang diharapkan)
5. Keefektifan konfirmasi sebagai bukti audit
6. Ketersediaan bukti audit lainnya
2. Menindaklanjuti Nonrespons
Jika sebanyak 3 konfirmasi yany dikirim ke pelanggan tidak ada satupun yang
dikembalikan, maka perlu dilakukan tindak lanjut dengan prosedur alterntif :
a. Penerimaan kas selanjutnya
b. Salinan faktur penjualan
c. Dokumen pengiriman
3. Korespondensi dengan klien auditor harus melaksanakan prosedur untuk memverifikasi
alamat surat atau alamat email yang dipakai dalam konfirmasi.
Menarik Kesimpulan
Jika semua perbedaan telah diselesaikan, termasuk yang ditemukan dalam prosedur alternatif,
auditor harus mengevaluasi ulang pengendalian internal. Setiap salah kaji klien harus dianalisis
23
untuk menentukan apakah hal tersebut konsisten atau tidak konsisten dengan tingkat resiko
pengendalian tang dinilai pasa awal audit.
Auditor menyiakapkan kertas kerja perencanaan bukti sebagai alat bantu untuk memutuskan
luas pengujian atas rincian saldo yang direncanakan. Sumber setiap baris sebagai berikut :
1. Materialiatas kinerja
2. Risiko audit yang dapat diterima
3. Risiko Inhern
4. Risiko Pengendalian
5. Hasil pengujian substantif atas transaksi
6. Prosedur analitis
7. Risiko deteksi yang direncanakan dan bukti audit yang direncanakan
24
DAFTAR PUSTAKA
Arens, J. Elder, & S. Beasley, 2015, Auditng & Jasa Assurance; Pendekatan Terintegrasi, Edisi
Keenam Belas, Jilid 2, Erlangga: Jakarta.
25