Anda di halaman 1dari 8

Journal Mikrobiologi Industri Teknik Kimia Page 1

PENGARUH PERBEDAAN SUHU DAN PELARUT TERHADAP NILAI


AKTIVITAS ENZIM BROMELIN HASIL ISOLASI DARI EKSTRAK
BONGGOL NANAS
Intan Yumiati P., Muhammad Thariq F., Ratna Juwita S.*), Yulius Harmawan S. P

Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,


Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Indonesia 50275

Abstrak
Enzim adalah senyawa protein yang dapat mempercepat atau mengkatalis reaksi kimia. Enzim
berperan dalam mengubah hasil reaksi, sehingga kecepatan reaksi yang dihasilkan dapat
dijadikan ukuran keaktifan enzim. Di dalam bonggol nanas yang jarang dimanfaatkan terdapat
cukup banyak kandungan enzim bromelin. Untuk mengisolasi enzim dari tanaman dilakukan 3
proses pemisahan yaitu ekstraksi padat cair, sentrifugasi dan presipitasi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi aktivitas enzim diantaranya adalah konsentrasi substrat, konsentrasi enzim,
suhu, serta pH. Aktivitas enzim maksimal pada suhu optimumnya. Aktivitas enzim meningkat jika
adanya pemakaian solven ber-pH netral seperti etanol, sedangkan pada solven ber-pH asam
seperti formaldehid, aktivitas enzim akan menurun.
Kata kunci : Enzim, solven, pH, suhu

Abstract
An enzyme is a protein that can accelerate a chemical reaction. Enzymes play a role in
changing the outcome of the reaction, so the speed of the generated reactions can be the size of
the active enzyme. Inside of pineapple that is rarely utilized, there is quite a lot of content of
bromelin enzyme. To isolate the enzymes of plants done 3 separation process, namely the
extraction of dense liquid, centrifuge and precipitation. Factors that affect enzyme activity of
which is the substrate concentration, enzyme concentration, temperature, and pH. Maximum
enzyme activity at its optimal temperature. Enzyme activity was increased if using solvents with a
pH neutral such as ethanol, whereas in acid solvents such as formaldehyde, enzyme activity will
decline.
.Keywords: Enzyme, ,solvent, pH, tempperature

1. Pendahuluan mirip secara biologis. Enzim dapat dihasilkan


Semua sel memerlukan enzim untuk bertahan oleh hewan ,sel atau jaringan tumbuhan, dan sel
hidup dan berfungsi. Enzim adalah katalis, yang mikroba (Fowler, 1988). Dalam praktikum ini
berarti bahwa mereka membuat reaksi kimia dilakukan isolasi enzim bromelain dari sari
berjalan lebih cepat, tetapi tidak diubah oleh bonggol nanas dan diuji aktivitasnya pada
reaksi (Sridianti, 2016). Enzim berperan larutan susu.
meningkatkan kecepatan reaksi yang dapat Pada buah nanas terkandung berbagai
dijadikan ukuran keaktifan enzim. senyawa yang bermanfaat. Salah satu
Enzim hanya dapat bereaksi pada pH dan kandungannya adalah enzim bromealin (Sayer Ji,
temperatur tertentu. Ciri khas enzim ditandai 2011). Enzim bromealin adalah salah satu contoh
oleh adanya spesifikasi untuk substrat yang dari jenis enzim protease. Enzim bromealin
terdapat pada seluruh bagian buah nanas. Namun
enzim bromealin banyak terdapat pada batang
atau bonggol nanas, yang sayangnya bagian ini
*) Penulis Korespondensi jarang dimanfaatkan dan dibuang begitu saja.
E-mail : juwita050197@gmail.com Padahal enzim ini memiliki nilai ekonomi yang
masih tinggi jika dapat kita peroleh. Pemilihan
Journal Mikrobiologi Industri Teknik Kimia Page 2

bonggol nanas sebagai sampel untuk mengisolasi Berdasarkan jenis reaksi yang dikatalisis, enzim
enzim bromelin dilakukan karena, di dalam dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
bonggol nanas memiliki kandungan enzim Tabel 1. Penggolongan enzim
bromelin yang cukup banyak. Selain itu Jenis Reaksi yang
No Kelas
pemilihan bonggol nanas karena bonggol nanas dikatalisis
yang masih sangat kurang dimanfaatkan oleh Pemindahan elektron
1 Oksidoreduktase
masyarakat sebab dianggap tidak memiliki nilai
ekonomis. Harapannya dengan diisolasinya Reaksi Pemindahan
2 Transferase
enzim bromelin ini dapat meningkatkan nilai gugus fungsional
ekonomis dari bonggol nanas serta limbah Reaksi hidrolisis (
bonggol nanas pun dapat dikurangi. 3 Hidrolase Pemindahan gugus
Kata isolasi menurut Kamus Besar Bahasa fungsional ke air)
Indonesia berarti pemisahan suatu hal dari hal Pemindahan gugus ke
lain. Dapat pula diartikan sebagai suatu usaha 4 Liase ikatan ganda atau
untuk memisahkan senyawa yang bercampur sebaliknya
sehingga kita dapat menghasilkan senyawa Pemindahan gugus
tunggal yang murni. Tumbuhan mengandung didalam molekul
5 Isomerase
ribuan senyawa sebagai metabolit primer menghasilkan bentuk
dan metabolit sekunder. Biasanya proses isomer
isolasi senyawa dari bahan alami yang Pembentukan Ikatan C-
dilakukan adalah mengisolasi senyawa C,C-S,C-O dan C-N oleh
metabolit sekunder, karena dapat memberikan 6 Ligase reaksi kondensasi yang
manfaat bagi kehidupan manusia. berkaitan dengan
Kata enzim berasal dari bahasa Yunani penguraian ATP
“enzyme” yang berarti didalam sel. Enzim (Marison, 1988)
adalah biomolekul berupa protein kompleks yang Untuk mengisolasi enzim dari tanaman
berfungsi sebagai katalis (senyawa yang dilakukan3 proses pemisahan yaitu :
mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) a. Ekstraksi padat cair(leaching)
dalam suatu reaksi kimia (Marison, 1988). Merupakan salah satu metode pemisahan cair
Molekul awal yang disebut substrat akan - padatan. Pada proses ini, komponen yang tidak
dipercepat perubahannya menjadi molekul lain larut dipisahkan dari bahan padatan dengan
yang disebut produk. bantuan solvent. Ketika solvent dicampur dengan
Enzim juga dapat diproduksi oleh mikroba sampel, maka solvent akan melarutkan ekstrak
atau bahan lainnya seperti hewan dan tumbuhan. dengan difusi sampai terjadi keseimbangan
Enzim juga dapat diisolasi dalam bentuk murni konsentrasi. (Brown, 1950)
(Winarno, 1986). Enzim memilikibebea b. Sentrifugasi
a. Dalam jumlah kecil dapat mengkatalis Merupakan cara memisahkan bagian seperti
substrat dalam jumlah besar partikel dalam medan gaya sentrifugasi partikel.
b. Enzim bereaksi optimum pada 400C dan Faktor utama yang mengontrol proses
tekanan normal sentrifugasi untuk separasi biologis adalah
c. Raksi enzimatis berlangsung pada pH ukuran partikel, perbedaaan densitas serta
optimumnya viskositas pelarut. Karena perbedaan densitas
d. Enzim bekerja secara spesifik dan ukuran partiel, enzim akan mengendap
e. Mirip seperti protein, pada suhu tinggi akan searah sentrifugal. Untuk memisahkan partikel
terdenaturasi kecil seperti enzim, mesin sentrifugasi harus di
f. Enzim biasanya merusak zat yang dapat setting dengan rpm tertentu (Cliffe, 1988).
mengurangi keaktifannya c. Presipitasi
g. Biasanya diperlukan energi aktifitas Presipitasi adalah metode yang paling baik
(Marison, 1988) digunakan untuk mendapatkan protein dan telah
Berdasarkan tempat bekerjannya enzim dapat banyak digunakan dalam skala kecil maupun
dibedakan dalam dua golongan yaitu endoenzim besar. Enzim adalah salah satu bentuk protein
(enzim intraselluler) dan eksoenzim (enzim yang memiliki sejumlah kelompok ion yang
ekstraselluer). Endoenzim merupakan enzim yang dapat terionisasi dan kompone yang bersifat
dihasilkan didalam sel yaitu pada bagian membrane hidrofobik. Kombinasi muatan dan area
sitoplasma dan melakukan metabolisme didalam sel hidrofobik ini dapat dimanipulasi kelarutan
sedangkan eksoenzim merupakan enzim yang molekulnya dalam pelarutnya. Banyak agen
dihasilkan sel kemudian dikeluarkan melalui dinding pemisah yang digunakan untuk mengendapkan
sel dan bereaksi memecah bahan organik tanpa protein seperti garam proteolitik, pol imer ,
tergantung pada sel yang melepaskannya panas, pH, dan solvent organik. (Cliffe, 1988)
(Soedigdo,1988)
Journal Mikrobiologi Industri Teknik Kimia Page 3

Nanas merupakan tanaman buah berupa semak konsentrasi enzim. Hal ini disebabkan
yang memiliki nama ilmiah Ananas Comosus. Nanas penambahan enzim sudah tidak efektif lagi
berasal dari Brasilia (Amerika Selatan). Buah nanas (Reed, 1975).
mengandung satu enzim yang penting yang dikenal d. Temperature
dengan bromelin. Enzim bromelain merupakan Enzim dapat mempercepat terjadinya reaksi
enzim hidrolase yang aktif pada protein. kimia pada suatu sel hidup. Dalam batas-batas
Berdasarkan sumbernya, Enzim protease ada suhu tertentu, kecepatan reaksi yang dikatalisis
bermacam-macam yaitu papain, ficin, dan bromelin enzim akan meningkat seiring dengan naiknya
merupakan protease asal tanaman; tripsin adalah suhu. Reaksi yang paling cepat terjadi pada suhu
enzim protease dari pankreas; pepsin dan renin dalah optimum (Rodwell, 1987). Suhu yang terlalu
protease dari persit. Berdasarkan sifat-sifat kimia tinggi akan menyebabkan enzim terdenaturasi
dari lokasi aktif, maka enzim bromelin termasuk (Poedjiadi, 1994). Pada suhu 0oC, enzim
dalam golongan enzim protease sulfihidril, yang menjadi tidak aktif dan dapat kembali aktif pada
artinya memiliki residu sulfidril (sistenil dan histidil) suhu normal.
pada lokasi aktif. Susunan asam amino yang Konsentrasi substrat mempengaruhi kecepatan
mengandung gugus sistein pada sisi aktifnya sebagai reaksi yang dikatalisis oleh enzim. Pengaruh
berikut : -Cys – Gly – Ala – Cys – Trp –Asn – Gly – berbagai konsentrasi substrat terhadap kecepatan
Asp – Pro – Cys – Gly – Ala – Cys – Cys – Trp. reaksi awal jika enzim dijaga konstan dapat dilihat
Konsentrasi enzim bromelin pada bagian pada gambar berikut:
bonggol nanas lebih tinggi dibandingkan dengan Gambar 1. Pengaruh konsentrasi terhadap
daging nanas. Kandungan Enzim Bromelain pada kecapatan awal reaksi enzimatik
Tanaman Nanas (Omar dkk, 1978).
Tabel 2. Kandungan enzim bromealin pada setiap
bagian tanaman nanas
Bagian Tanaman Persen (%)

Buah Utuh Masak 0,060 – 0,080


Daging Buah Masak 0,080 – 0,125
Kulit Buah 0,050 – 0,075
Tangkai 0,040 – 0,060
Batang 0,100 – 0,600
Pada konsentrasi substrat yang amat rendah,
Buah utuh mentah 0,040 – 0,060 kecepatan reaksi pun amat rendah, tetapi kecepatan
ini akan meningkat dengan meningkatnya
Daging buah mentah 0,050 – 0,070 konsentrasi substrat. Jika kita menguji pengaruh
konsentrasi substrat yang terus meningkat setiap saat
kita mengukur kecepatan awal reaksi yang
Aktivitas enzim dapat dipengaruhi oleh beberapa dikatalisis ini, kita akan menemukan bahwa
faktor, berikut ini adalah faktor faktor yang kecepatan ini meningkat dengan nilai yang semakin
mempengaruhi aktiivitas enzim : kecil.
a. Konsentrasi substrat Pada akhirnya, akan tercapai titik batas, dan
Aktivitas enzim akan meningkat seiring setelah melampaui titik ini, kecepatan reaksi hanya
dengan meningkatnya konsentrasi tertentu akan meningkat sedemikian kecil dengan
sampai dengan titik dimana enzim mengalami bertambahnya konsentrasi substrat. Bagaimanapun
akivitas tertinggi kemudian akan mengalami tingginya konsentrasi substrat setelah titik ini
penurunan aktivitas dengan bertambahnya tercapai kecepatan reaksi akan mendekati tetapi
substrat atau titik dimana enzim sudah secara tidak akan pernah mencapai garis maksimum. Pada
keseluruhan membentuk kompleks enzim- batas ini, yang disebut kecepatan maksimum (V maks),
substrat. enzim menjadi jenuh substratnya dan tidak dapat
b. Pengaruh pH berfungsi dengan cepat.
Pada umumnya enzim menunjukkan aktivitas Pada Gambar 1 akan terlihat sukarnya
maksimum pada suatu kisaran pH yang disebut menyatakan konsentrasi substrat yang diperlukan
pH optimum, yang umumnya antara pH 4,5- untuk mencapai Vmaks. Namun demikian,karena
8,0 (Kurnia, 2010). kurva yang menyatakan hubungan ini memiliki
c. Konsentrasi Enzim bentuk umum yang sama bagi semua enzim (kurva
Semakin tinggi konsentrasi enzim maka ini berbentuk hiperbola). Michaels Menten
kecepatan reaksi akan meningkat hingga batas mendefinisikan suatu tetapan yan dinyatakan sebagai
konsentrasi tertentu. Namun, hasil hidrolisis UM (konsentrasi substrat tertentu pada saat enzim
substrat akan konstan dengan naiknya
Journal Mikrobiologi Industri Teknik Kimia Page 4

mencapai kecepatan maksimumnya). endapan II. Simpan satu malam dalam lemari es.
Saring filtrat II dengan kertas saring dan
Persamaan Michaels Menten secara matematika menggunakan pompa vakum, sehingga
dapat dinyatakan dalam persamaan : didapatkan endapan III dan filtrat III. Keringkan
V0 = dan timbang endapan III (misal b gram). Ambil
endapan II, campurkan dengan endapan III, jika
(Marison, 1988) jumlah dari endapan II dan III (a + b gram) lebih
dengan : besar dari 1 gram, ambil 1 gram endapan
Vo = kecepatan awal pada konsentrasi tersebut, larutkan dalam air sampai 10 ml
substrat [S] (larutan ini adalah enzim). Jika a+b kurang dari 1
Vmaks= kecepatan maksimum gram, ambil 1 ml filtrat III, encerkan sampai 10
Km = tetapan Michaelis-Menten enzim bagi ml (larutan ini adalah enzim).
substrat tertentu Setelah melakukan langkah tersebut, tahap
selanjutnya adalah melakukan reaksi enzimatis
Persamaan Michaelis-Menten dapat dengan membuat larutan susu frisian flag 40% V
ditransformasi secara aljabar menjadi bentuk lain dengan basis 120 ml. Panaskan larutan susu
yang lebih umum digunakan untuk memetakan data tersebut sampai suhu 35oC, 45oC, 55oC, 65oC,
percobaan dan 75oC. Ambil larutan enzim dan larutan susu
dengan raiso 2 : 3 untuk semua variabel serta
rasio 3 : 2 untuk variabel 1 dan 3. Setelah
mencapai suhu tersebut, tuangkan larutan enzim
ke dalam larutan susu. Catat waktu sampai
terjadinya penggumpalan pertama.

3. Hasil dan Pembahasan


3.1. Isolasi Enzim Bromelin dari Bonggol Nanas
Berdasarkan percobaan yang diakukan,
berat endapan total yang didapat dari ketiga
variabel tidak melebihi 1 gram. Yang
ditunjukan pada Tabel 3. di bawah ini
Tabel 3. Berat endapan pada tiap variabel
Berat Endapan
Gambar 2. Grafik Pemetaan Kebalikan Ganda
Variabel A B A+B
(Lineweaver-Burk)
(gram) (gram) (gram)
(Marison, 1988)
1 0,11 0,8 0.91
2. Bahan dan Metode 2 0,16 0,13 0,29
Pada praktikum ini, bahan yang digunakan 3 0,54 0,29 0,83
antara lain, sari bonggol nanas 60 ml, etanol
30ml, formaldehid 30ml, Cystein 1,5gr, Celite Pada percobaan yang kami lakukan, berat
7,5gr, NaOH / CH3COOH secukupnya, Aquadest endapan II (a) ditambah dengan berat endapan
secukupnya, Susu Frisian Flag 48ml III(b) pada ketiga variabel tidak menghasilkan
Proses isolasi enzim dapat dilakukan dengan jumlah di atas 1 gram, sehingga filtrat b dari
memasukkan sari bonggol nanas ke dalam 3 hasil percobaan kami merupakan enzim. Hal
beaker glass masing masing 20 ml. Tambahkan tersebut disebabkan karena penambahan
ke dalam beaker glass tersebut celite 2,5 gram, ammonium sulfat atau garam pengendap yang
cystein 0,5 gram, aquadest 15 ml pada masing digunakan menyebabkan protein mengendap
masing beaker glass, etanol 15 ml untuk variabel dan aktivitas enzim meningkat karena
1 dan 2, dan formaldehid 15 ml untuk variabel 3, menurunnya jumlah kontaminan yang
kemudian atur pH nya menjadi 7. Lalu aduk menghalangi sisi aktif enzim untuk berikatan
dengan magnetic stirrer campuran tersebut dengan substrat. Penambahan garam
selama 10 menit tanpa pemanasan. Saring berpengaruh terhaap protein yang terendapkan
dengan kertas saring dan menggunakan pompa selama proses pemurnian. Ion-ion garam akan
vakum, sehingga didapat filtrat I dan endapan I, berkompetensi dengan protein untuk menarik
buang endapannya. molekul air. Ion-ion garam memiliki kelarutan
Masukkan pada cuvet lalu disentrifugasi selama yang lebih besar dibanding dengan protein
20 menit dengan kecepatan 2500 rpm. Saring sehingga ion garam akan menarik molekul air
hasil sentrifugasi dengan kertas saring dan dari protein enzim. Protein-protein enzim akan
menggunakan pompa vakum, sehingga berinteraksi membentuk gumpalan dan
didapatkan endapan II dan filtrat II. Keringkan mengendap (Aulinian, 2013). Sehingga
dan timbang endapan II (misal a gram), simpan endapan yang tersisa dari 2 kali penyaringan
Journal Mikrobiologi Industri Teknik Kimia Page 5

hanya menghasilkan berat kurang dari 1 gram. enzim pada berbagai suhu yang ditunjukkan di
Hal tersebut terjadi karena adanya peristiwa bawah ini.
Salting Out. Salting Out adalah Peristiwa
adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai
kelarutan lebih besar dibanding zat utama. Tabel 4. Data waktu penggumpalan pertama
Salting-out terjadi karena proses persaingan dan aktivitas enzim bromelin pada konsentrasi
antara garam dan protein untuk mengikat air. substrat 40%V berbagai suhu pada tiap variabel
Grup ion pada permukaan protein menarik T
Enzim : Waktu Aktivitas
Variabel Substrat Penggumpalan Enzim
banyak molekul air dan berikatan dengan (oC)
(ml/ml) Pertama (s) (MCU/gr)
sangat kuat. Contohnya Amonium sulfat yang 35 12,3
ditambahkan ke dalam larutan protein akan 45 9,6
Bromelin 1 55 2:3 5,1
menyebabkan tertariknya molekul air oleh ion 65 6,4
garam. Hal tersebut disebabkan ion garam 75 10,5
memiliki densitas muatan yang lebih besar 35 11,4
45 7,6
dibandingkan protein. Kekuatan ionic garam Bromelin 1 55 3:2 4,2
pada konsentrasi tinggi semakin kuat sehingga 65 5,9
75 9,8
garam dapat lebih mengikat molekul air. 35 25
Menurunnya jumlah air yang terikat pada 45 20,03
protein menyebabkan gaya tarik menarik antara Bromelin 2 55 2:3 14,9
65 22,7
molekul protein lebih kuat bila dibandingkan 75 27,1
dengan gaya tarik menarik anatara molekul 35 14,3
protein dan air (mempertinggi interaksi 45 11,7
Bromelin 3 55 2:3 6,09
hidrofobik), sehingga protein akan mengendap 65 8,2
dari larutan atau berikatan dengan kolom 75 11,23
35 23,4
hidrofobik. 45 19,2
Penggaraman dapat dimanfaatkan dalam Bromelin 3 55 3:2 10,1
pemurnian dalam dua cara yang berbeda. 65 17,7
75 28,6
Pertama, agregasi dapat terjadi dengan
pengenceran atau dialisis, dan jika enzim yang
diperlukan hadir dalam pemurnian agregat
berguna akan telah dicapai. Kedua, curah
isoelektrik dapat digunakan, mengeksploitasi
variasi kelarutan dengan pH, tanpa mengubah
kekuatan ion. Dalam situasi baik, adalah enzim
yang diperlukan tetap dalam larutan, dengan
tingkat pemurnian dicapai biasanya minimal
sejak proporsi yang relatif kecil dari total
protein yang mungkin dalam endapan. Dalam
hal ini, apa yang terjadi hanya membersihkan Gambar 3. Hubungan antara suhu terhadap
ekstrak. Protein khas tidak larut pada garam aktivitas enzim pada rasio enzim 2 ml dan
rendah, juga pengendapan dengan amonium substrat 3 ml
sulfat pada konsentrasi yang relatif rendah
sekitar 1,5 M. Di sisi lain, amonium rata-rata
kelarutan sulfat, pengendapan sekitar 2,5 - 3 M.
out Penggaraman sebagian besar tergantung
pada sifat hidrofobik protein, sedangkan
pengasinan di lebih tergantung pada distribusi
muatan permukaan dan interaksi polar dengan
pelarut (Iskandar, 2011). Sedangkan garam
yang digunakan dalam praktikum kami adalah
sebanyak 2.5 gr dalam 20 ml sumber enzim
sehingga konsentrasi yang garam yang
Gambar 4. Hubungan antara suhu terhadap
digunakan adalah 0.9 M. Sehingga masih
aktivitas enzim pada rasio enzim 3 ml dan
banyak yang mengendap dan tidak larut karena
substrat 2 ml
konsentari garam yang digunakan tidak
Pada Gambar 3 dengan rasio 2:3 dan
optimum.
Gambar 4 dengan rasio 3:2, dapat dilihat nilai
aktivitas enzim terus meningkat dari suhu 35oC
3.2. Pengaruh Suhu terhadap Aktivitas Enzim
hingga 55oC. Pada rasio 2:3 bromelin variabel
Berdasarkan praktikum isolasi enzim
1 nilai aktivitas enzimnya 0,1108 MCU/gr
yang telah dilakukan didapatkan data aktivitas
meningkat hingga 0,26762 MCU/gr, pada
Journal Mikrobiologi Industri Teknik Kimia Page 6

bromelin variabel 2 nilai aktivitas enzimnya fenomena yang sama yaitu terjadi kenaikan
0,052 MCU/gr meningkat hingga 0,0914 aktivitas enzim hingga suhu 55oC. Suhu 55oC
MCU/gr, pada variabel 3 nilai aktivitas merupakan suhu optimum enzim bromelin
enzimnya 0,095 MCU/gr meningkat hingga karena pada suhu ini di tiap variabelnya
0,224 MCU/gr. Pada rasio 3:2 bromelin memiliki nilai aktivitas enzim tertinggi
variabel 1 nilai aktivitas enzimnya 0,053 (Wuryanti, 2004).
MCU/gr meningkat hingga 0,145 MCU/gr, Dapat dicermati setelah suhu optimumnya
variabel 3 nilai aktivitas enzimnya 0,026 yaitu 55oC, nilai aktivitas enzim terus
MCU/gr meningkat hingga 0,06 MCU/gr. mengalami penurunan seiring peningkatan
Mulai dari suhu 55oC hingga 75oC nilai suhu, pada bromelin 1 rasio 2:3 nilai aktivitas
aktivitas enzim mengalami penurunan. Pada enzimnya berturut turut 0,26762 MCU/gr;
bromelin rasio 2:3 variabel 1 aktivitas enzim 0,213 MCU/gr ; 0,1298 MCU/gr pada bromelin
0,26762 MCU/gr turun hingga 0,1298 MCU/gr, 1 rasio 3:2 nilai aktivitas enzimnya berturut
variabel 2 nilai aktivitas enzimnya 0,0914 turut 0,145 MCU/gr; 0,103 MCU/gr; 0,062
MCU/gr turun hingga 0,05 MCU/gr, variabel 3 MCU/gr pada bromelin 2 rasio 2:3 nilai
nilai aktivitas enzimnya 0,224 MCU/gr turun aktivitas enzimnya berturut turut 0,0914
hingga 0,121 MCU/gr. Pada bromelin rasio 3:2 MCU/gr; 0,06 MCU/gr; 0,05 MCU/gr pada
varianbel 1 aktivitas enzim 0,145 MCU/gr bromelin 3 rasio 2:3 nilai aktivitas enzimnya
turun hingga 0,062 MCU/gr, variabel 3 berturut turut 0,224 MCU/gr; 0,166 MCU/gr;
aktivitas enzim 0,06 MCU/gr turun hingga 0,121 MCU/gr pada bromelin 3 rasio 3:2 nilai
0.021 MCU/gr. aktivitas enzimnya berturut turut 0,06 MCU/gr;
Enzim bekerja dengan menurunkan energi 0,034 MCU/gr; 0,021 MCU/gr. Kenaikan suhu
aktivasi reaksi. Persamaan energi aktivasi lebih lanjut akan mengubah sifat enzim dan
adalah dimana Ea adalah membuat mereka tidak berguna untuk
mengkatalisis reaksi. Peningkatan suhu di atas
energi aktivasi, R adalah konstanta gas ideal, T
suhu optimum menyebabkan putusnya ikatan
adalah suhu absolut k adalah tetapan laju reaksi
hidrogen dan ikatan lain yang merangkai
dan A adalah faktor frekuensi tumbukan.
molekul enzim, sehingga enzim mengalami
Frekuensi tumbukan akan makin besar jika
denaturasi.
suhunya meningkat. Semakin besar nilai A
.
maka energi aktivasi akan semakin kecil,
3.3. Pengaruh Pemakaian Solven Pengendap
hingga pada suatu titik suhu tertentu yaitu saat
terhadap Aktivitas Enzim
suhu optimum dengan nilai A tertentu energi
Berdasarkan praktikum isolasi enzim
aktivasinya kembali naik kembali maka nilai
yang telah dilakukan didapatkan data aktivitas
aktivitas enzimnya kembali turun.
enzim dengan pengaruh pemakaian solven
Agar reaksi berlangsung, reaktan harus
Tabel 5. Data waktu penggumpalan pertama
bertumbukan dengan energi yang cukup bagi
dan aktivitas enzim bromelin pada konsentrasi
mereka untuk memutuskan ikatan dan
substrat 40%V dengan pengaruh pemakaian
membuat yang baru, hal ini disebut energi
solven
aktivasi. Sementara enzim mengurangi jumlah Enzim : Waktu Aktivitas
T
energi aktivasi yang diperlukan untuk reaksi Variabel
(oC)
Substrat Penggumpalan Enzim
(ml/ml) Pertama (s) (MCU/gr)
berlangsung. Selain itu juga terdapat energi 35 12,3
45 9,6
kinetik yang merupakan energi yang dihasilkan Bromelin 1
55 2:3 5,1
(Etanol)
oleh gerakan antar molekul yang terjadi saat 65 6,4
75 10,5
bereaksi, energi kinetik ini dapat meningkat 35 11,4
seiring dengan kenaikan suhu. Enzim dan suhu Bromelin 1
45 7,6
55 3:2 4,2
(Etanol)
dapat bekerja sama untuk memungkinkan suatu 65 5,9
75 9,8
reaksi terjadi lebih cepat dari seharusnya 35 14,3
(Novi, 2016). Semakin meningkat suhu enzim Bromelin 3
45 11,7
55 2:3 6,09
dan substrat hingga pada suhu optimalnya, (Formaldehid)
65 8,2
molekul molekul yang ada di dalamnya akan 75 11,23
35 23,4
semakin intens bergerak dan berbenturan Bromelin 3
45 19,2
55 3:2 10,1
sehingga menghasilkan energi kinetik yang (Formaldehid)
65 17,7
cukup untuk bereaksi. 75 28,6

Dengan meningkatnya suhu, enzim dan


substrat bertumbukan lebih sering sehingga
enzim memiliki lebih banyak kesempatan
untuk mengkatalisis reaksi. Fenomena ini
meningkat sampai suhu optimum tercapai. Hal
ini dapat dilihat pada Tabel 4 dan Gambar 3
serta Gambar 4, pada tiap variabel terjadi
Journal Mikrobiologi Industri Teknik Kimia Page 7

formaldehid dan variabel yang menggunakan


enzim 2 ml aktivitas enzimnya lebih tinggi
dibanding dengan variabel yang menggunakan
Gambar 5.. Hubungan antara suhu terhadap enzim 3 ml karena enzim hanya dibutuhkan
aktivitas enzim dengan pengaruh pemakaian dalam jumlah yang sedikit, jika enzim yang
solven pada rasio 2 : 3 digunakan berlebihan maka tidak semua enzim
akan berikatan dengan substrat, dan enzim
yang tidak berikatan dengan substrat akan
mengganggu kerja enzim yang berikatan
dengan substrat sehingga aktivtas yang
dihasilkan menjadi lebih kecil.
Dari grafik diatas, dapat diketahui bahwa
aktivitas enzim bromelin bonggol nanas lebih
optimal pada larutan yang menggunakan
solven etanol. Hal ini dikarenakan etanol
Gambar 6. Hubungan antara suhu terhadap memiliki pH pada rentang 7-7,3. Menurut
aktivitas enzim dengan pengaruh pemakaian referensi, enzim bromelin dapat bekerja
solven pada rasio 3 : 2 optimal pada suhu 55°C dan pH 7,0. Bromelin
Pada gambar 6 dan 7 dapat dilihat solven tidak setabil pada pH asam berkisar 1 – 3 yang
yang digunakan pada variabel 1 adalah etanol dapat menyebabkan protein bromelin
sedangkan pada variable 3 solven yang terkoagulasi (Herdyastuti, 2006). Sedangkan
digunakan adalah formal dehid. Dapat dilihat formaldehid memiliki pH 3 – 4,6 sehingga
pula dalam berbagai rasio enzim dengan susu enzim bromelin tidak bekerja optimum pada
(2:3 dan 3:2) variabel yang menggunakan larutan tersebut. Disamping itu bromelin
solven etanol aktivitas enzim yang dihasilkan merupakan serbuk amorf yang mudah
nilai yang lebih besar dibanding dengan mengalami oksidasi dan hidrolisi karena
variable yang menggunakan solven formal pengaruh faktor lingkungan (Chaidir, 2006).
dehid. Pada perbandingan 2:3 di suhu 35° C Sehingga, enzim bromelin pada bonggol nanas
yang menggunakan solven etanol memiliki akan memiliki aktivitas enzim yang lebih tinggi
aktivitas enzim sebesar 0.1108 MCU/gr dan pada saat menggunakan solven etanol
terus naik hingga suhu optimum di 55°C yaitu dikarenakan memiliki ph dan suhu optimum
sebesar 0.26762 MCU/gr dan aktivitas yang sama dengan etanol
enzimnya kembali turun setelah suhu optimum Setiap komponen pembentuk bahan
begitu pula dengan yang menggunakan solven mempunyai perbedaan kelarutan yang berbeda
formaldehid, pada suhu 35°C aktivitas dalam setiap pelarut, sehingga untuk
enzimnya sebesar 0.095 MCU/gr dan terus naik mendapatkan sebanyak mungkin komponen
hingga suhu optimumnya di 55°C yaitu sebesar yang diinginkan, maka ekstraksi dilakukan
0.224 MCU/gr dan kembali turun setelah dengan menggunakan suatu pelarut yang secara
melewati suhu optimum, hanya bedanya selektif dapat melarutkan komponen tersebut.
aktivitas enzim yang dihasilkan pada variabel Komponen yang terkandung dalam bahan akan
yang menggunakan etanol menghasilkan dapat larut pada pelarut yang relatif sama
aktivitas enzim yang lebih besar daripada kepolarannya. Kriteria kepolaran suatu pelarut
variabel yang menggunakan solven dapat ditinjau dari konstanta dielektrik dan
formaldehid. momen dipol. Pelarut polar memiliki konstanta
Sedangkan pada perbandingan enzim 3 ml dielektrik yang besar, sedangkan non-polar
dengan susu 2 ml di suhu 35° C menggunakan memiliki konstanta dielektrik yang kecil.
solven etanol aktivitas enzimnya sebesar 0.053 Semakin besar nilai konstanta dielektriknya,
MCU/gr dan terus naik hingga suhu maka semakin polar senyawa tersebut. Nilai
optimumnya di 55°C yaitu sebesar 0.145 konstanta dielektrik etanol adalah sebesar
MCU/gr dan kembali turun setelah melewati 24,30 dan mampu melarutkan senyawa polar
suhu optimum tersebut. Begitu juga yang maupun non polar sedangkan konstanta
terjadi pada pemakaian solven dielektrik formaldehid adalah 110 sehingga
formaldehid,pada suhu 35°C aktivitas formaldehid merupakan pelarut polar.
enzimnya 0.026 MCU/gr dan terus naik hingga
suhu optimum 55°C yaitu sebesar 0.06 4. Kesimpulan
MCU/gr dan kembali turun setelah melewati Enzim bromelin diperoleh dari isolasi
suhu optimumnya. Hanya bedanya dari kedua pada sari bonggol nanas secara ekstraksi,
solven itu adalah yang menggunakan solven sentrifugasi, dan presipitasi. Aktivitas enzim
etanol memiliki aktivitas enzim yang lebih bromelin tertinggi terjadi pada suhu 55oC
besar dibanding yang menggunakan solven sebesar 0,26762 MCU/gr. Aktivitas enzim
Journal Mikrobiologi Industri Teknik Kimia Page 8

bromelin menunjukkan hasil yang lebih tinggi Shuler, Michael L. and Kargi Fikret. 1992.
dengan menggunakan solven etanol yaitu Bioprocess Engineering Basic Concepts on
sebesar 0,26762 MCU/gr. page 92. New Jersey: Prentice Hall
Winarno, F. 1986. Enzim Pangan. Jakarta: Gramedia
Ucapan Terimakasih Wuryanti. 2004. Isolasi dan Penentuan Aktivitas
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Enzim Spesifik Bromealin dari Buah Nanas.
Prof. Dr. Ir. Abdullah, M.S. selaku dosen Semarang: Universitas Diponegoro
pembimbing, Jufriyah, S.T selaku pranata Yulita, dkk. 2014. Pengaruh Penambahan Amonium
laboratorium pendidikan, Christyowatu P. Sagita Sulfat dan Waktu Pengendapan Buffer Fosfat
selaku asisten pembimbing materi, keluarga yang terhadap Perolehan Crude Papain dari daun
senantiasa mencurahkan cinta dan kasih sayangnya Pepaya. Medan: Universitas Sumatera Utara
serta teman teman yang memberikan dorongan dan
semangat.

Daftar Pustaka
Afriyadi, F. 2014. Isolasi dan Pemurnian Enzim.
Medan: Universitas Sumatera Utara
Amini, Rofiyanti. 2013. Uji Salting Out. Jurusan
Teknologi Pangan, Fakultas Teknik,
Universitas Pasundan Bandung.
August, E. 2000. Kajian Penggunaan Lipase Amobil
dari Aspergillus Niger pada Pembuatan
Monoasilgliserol yang Bersifat Antibakteri
dari Minyak Kelapa. Bogor:IPB
Brown, G. G. 1950.Unit Operations on page 277.
Japan: Charles E. Tottle Company Inc.
Candra, A. 2014. Pembuatan Etanol dari Ekstrak
Daun Stevia. Bandung: Universitas Katilik
Parahyangan
Chaplin, M. 2014. Enzyme Unit. Michigan:
University of Michigan
Cliffe, K. 1988. Down Stream Processing in
Biotechnology for Engineer on page 307 and
314. New York: E. Horwood
Fowler, MW. 1988. Enzyme Technology in
Biotechnology for Engineer on page 171 and
172. New York: E. Horwood
Iskandar, S. 2011. Pemisahan oleh Pengendapan.
Makkasar: Universitas Hasanuddin
Kurnia, DRD. 2010. Studi Aktivitas Enzim Lipase
dari Aspergillus Niger sebagai Biokatalis
Pada Proses Gliserolisis untuk
Menghasilkan Monoasilgliserol. Bogor: Institut
Pertanian Bogor
Lehninger. 1995. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta:
Erlangga.
Marison, IW. 1988. Enzyme Kinetic in
Biotechnology for Engineer on page 96, 97,
100, 108, and 116. New York: E. Horwood
Novi. 2016. Pengaruh Suhu pada Aktivitas Enzim.
Diakses pada 16 Oktober 2016 dari
http://www.sridianti.com/pengaruh-suhu-pada-
aktivitas-enzim.html
Noviyanti, dkk. 2012. Pengaruh Suhu terhadap
Aktivitas Enzim Proteasi pada Daun
Sansaking. Pontianak: Universitas Tanjung
Pura
Scragg, A.H,. 1988. Biotechnology for Engineers.
New York: E. Horwood

Anda mungkin juga menyukai