Anda di halaman 1dari 24

STUDI KARAKTERISTIK BATU BATA TANPA PEMBAKARAN

BERBAHAN ABU SEKAM PADI DAN KAPUR BANAWA

PROPOSAL

Disusun Oleh
GALI KURNIAWAN
G 101 10 015

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
JANUARI, 2014
STUDI KARAKTERISTIK BATU BATA TANPA PEMBAKARAN

BERBAHAN ABU SEKAM PADI DAN KAPUR BANAWA

A. Pendahuluan

Batu bata merupakan salah satu komponen penting dalam konstruksi

bangunan. Penggunaan batu bata sebagai elemen dalam konstruksi bangunan,

hal ini dapat terlihat pada konstruksi bangunan rumah, gedung, pagar dan

lainnya yang masih menggunkan batu bata sebagai bahan utamanya.

Proses pembuatan batu bata pada umumnya membutuhkan pembakaran pada

suhu tinggi (hingga 1000 oC) dengan menggunakan bahan bakar berupa kayu

bakar dan minyak tanah (Dwi Kusuma, 2013). Hal tersebut dapat

mengakibatkan pencemaran udara karena emisi gas karbonmonoksida dari

tungku pembakaran batu bata, yang dapat mengakibatkan polusi udara dan

mengakibatkan efek rumah kaca (rusaknya lapisan ozon) pada bumi (Pohan,

2002). Oleh karena itu, dewasa ini penelitian untuk menghasilkan batu bata

tanpa proses pembakaran yang layak pakai dan berkualitas baik makin sering

dilakukan.

Batu bata tanpa pembakaran adalah dengan bahan yang memiliki sifat mengikat

dengan tanah liat, yang mengandung silika dan alumina. Bahan yang dapat

ditambahkan pada batu bata tanpa pembakaran diantaranya adalah abu sekam

padi, fly ash, kapur, semen, batu tabas dan bahan pozzolan lainnya.

1
Abu sekam padi dapat digunakan sebagai bahan pada pembuataan batu bata

tanpa pembakaran. Ketut Sudarsana membuat batu bata tanpa pembakaran

dengan mencampurkan tanah liat dengan perekat yang tediri dari abu sekam

padi, serbuk batu tabas dan semen. Dari penelitian tersebut didapatkan batu bata

dengan kualitas baik dan kuat tekan yang sesuai standar yang telah ditetapkan.

(Sudarsana, 2011). Isnandar di Malang, membuat batu bata dengan cara

mencampurkan pasir dan kapur dengan komposisi pasir lebih dominan dari

kapur. Pada penelitian tersebut didapatakan bahwa, dengan komposisi kapur

yang lebih banyak menghasilkan batu bata dengan kuat tekan yang lebih baik

(Isnandar, 1994).

Abu sekam padi merupakan limbah pertanian yang pemanfaatannya sangatlah

jarang, yang dikarenakan bernilai gizi rendah dan memiliki kadar abu yang

cukup tinggi yaitu sekitar 23% (Della, 2002). Abu tersebut mengandung silika

dengan kadar yang sangat tinggi yaitu sekitar antara 90-95%, dengan tingkat

porositas yang tinggi, ringan dan permukaan eksternal yang luas sangat cocok

untuk bahan campuran dalam pembuatan batu bata (Priyo Setyoko, 2011).

Kapur merupakan sumber daya mineral yang sangat mudah didapatkan di

Kecamatan Banawa. Menurut Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi

Sulawesi Tengah (2011), cadangan kapur yang dimiliki Kecamatan Banawa

Kabupaten Donggala adalah 500.000.000 m3 dengan kadar CaO rata-rata 53%.

Pemanfaatan kapur di Kecamatan Banawa selama ini terbatas pada sebagai

bahan campuran semen untuk konstruksi bangunan rumah masyarakat.

2
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan dan ketersediaan bahan

pembuat batu bata tanpa pembakaran, maka dilakukan penelitian mengenai

pembuatan batu bata tanpa pembakaran. Penelitian dilakukan dengan

menggunakan tanah liat yang dicampur dengan bahan perekat berupa

campuran abu sekam padi, kapur, semen dan air, hingga didapatkan batu bata

yang memiliki sifat mekanis yang sesuai persyaratan, baik kuat tekannya dan

daya resapan airnya, juga prosesnya yang dapat mengurangi jumlah gas

karbonmonoksida yang dihasilkan dari proses pembakaran dengan suhu tinggi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka dapat dirumuskan masalah

yaitu, bagaimana cara membuat batu bata tanpa pembakaran berbahan tanah

liat, kapur, abu sekam padi dan semen yang layak pakai dan bagaimana

karakteristik dari batu bata tersebut.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah:

1. Untuk membuat batu bata berbahan tanah liat, kapur, abu sekam padi dan

semen yang berkualitas tanpa melalui proses pembakaran.

2. Untuk mengidentifikasi daya resapan air dan kuat tekan dari batu bata

tanpa pembakaran yangtelah dibuat.

3
D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang cara cara pembuatan

batu bata tanpa pembakaran berbahan tanah liat, kapur, abu sekam padi dan

semen

2. Memanfaatkan sumber daya alam kapur, tanah liat, abu sekam padi dan

semen, yang berlimpah untuk pembuatan batu bata tanpa pembakaran.

3. Memberi nilai tambah bagi peneliti dalam pengetahuan dan keterampilan di

bidang ilmu fisika material.

E. Batasan Masalah

Mengidentifikasi karakteristik batu bata berbahan batu kapur, tanah liat, abu

sekam padi dan semen tanpa pembakaran, yang meliputi kuat tekan dan resapan

air batu bata.

F. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Umum Batu bata

Batu bata merupakan salah satu bahan terpenting dalam konstruktur suatu

bangunan. Pada umumnya batu bata berbahan dasar tanah liat dengan atau

tambahan bahan lain, dibakar pada suhu tinggi hingga batu bata tidak

mudah hancur bila direndam di air. Mula-mula tanah liat dibuat plastis

dan dicetak dalam cetakan kayu atau baja. Tanah hasil cetakan itu

kemudian dikeringkan, dan lalu dibakar pada suhu tinggi. Akibat

4
pembakaran itu batu bata tidak mengalami perubahan bentuk dan

menjadi kuat.

Batu bata yang baik sebagian besar terdiri atas pasir (silika) dan tanah

liat (alumina), yang dicampur dalam perbandingan tertentu

sedemikian rupa sehingga bila di beri sedikit air menjadi bersifat

plastis. Sifat plastis ini penting agar tanah dapat dicetak dengan

mudah, dikeringkan tanpa susut, retak-retak maupun melengkung.

Kapur (berupa bubuk) diperlukan dalam campuran bahan pembuat batu

bata yang berguna untuk membantu proses pelelehan pasir saat

pembakaran, dan mengikat butir- butir tanah. Kapur ini akan bereaksi

dan mengembang bila terkena kandungan air, sehingga dapat

merekatkan batu bata. Akan tetapi bila terlalu banyak kapur batu bata

akan menjadi mudah retak. Selain kapur, juga harus sedikit

mengandung oksidasi besi, karena bentuk umum batu bata ialah

empat persegi panjang, bersudut siku-siku, tajam dan

permukaannya rata. Panjang batu bata umumnya dua kali lipat lebarnya

adapun tebalnya sekitar setengah atau tiga perempat lebar. Ukuran

tersebut dipilih agar batu bata dapat diangkat hanya dengan satu

tangan, tanpa alat bantu. (Ari Swastikawati, 2012)

Tanah liat sebagai bahan utama pembuatan batu bata sangat mudah

didapatkan di Indonesia, khususnya di Kecamatan Banawa. Cadangan

tanah liat (lempung) yang dimiliki Kecamatan Banawa Kabupaten

5
Donggala menurut Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sulawesi

Tengah dari hasil penelitian semi mikro 1992/1993 adalah 5.100.000 m 3.

Lempung atau tanah liat adalah partikel mineral berkerangka dasar silikat

yang berdiameter kurang dari 4 mikrometer. Lempung mengandung

leburan silika dan/atau aluminium yang halus. Unsur-unsur ini, silikon,

oksigen, dan aluminum adalah unsur yang paling banyak menyusun kerak

bumi. Lempung terbentuk dari proses pelapukan batuan silika oleh asam

karbonat dan sebagian dihasilkan dari aktivitas panas bumi. Pada

umumnya tanah liat terdiri dari berbagai unsur-unsur dengan kadar 47 %

oksida silinium (SiO2), 39% oksida aluminium (Al2O3) dan 14% air (H2O)

(Farida Puti, 2002).

Lempung membentuk gumpalan keras saat kering dan lengket apabila

basah terkena air. Sifat ini ditentukan oleh jenis mineral lempung yang

mendominasinya. Mineral lempung digolongkan berdasarkan susunan

lapisan oksida silikon dan oksida aluminium yang membentuk kristalnya.

Golongan 1:1 memiliki lapisan satu oksida silikon dan satu oksida

aluminium, sementara golongan 2:1 memiliki dua lapis golongan oksida

silikon yang mengapit satu lapis oksida aluminium. Mineral lempung

golongan 2:1 memiliki sifat elastis yang kuat, menyusut saat kering dan

memuai saat basah, perilaku inilah yang mengakibatkan semua tanah liat

mempunyai sifat khusus yaitu bila dalam keadaan basah akan bersifat

6
plastis, bila dalam keadaan kering akan menjadi keras dan bila dibakar

akan menjadi padat dan kuat. (Dwi Kusuma, 2013)

2. Kapur Sebagai Bahan Batu bata Tanpa Pembakaran

Di Indonesia terdapat cukup banyak cadangan kapur. Kandungan kimia

yang terdapat pada kapur yang telah diteliti oleh sitohang Abinhot, dan

Hazairin dan disajikan pada Tabel 1.

Parameter Kadar (%)


Na2O 0,095
Fe2O3 0,41

MgO 2,72

CaO 50,84

SiO2 0,0001

Tabel 1. Kandungan Kimia Bahan Kapur (Abinhot dan Hazairin, 2002)

Kapur adalah mineral yang kaya akan unsur kalsium (Ca) sebagai

penyusun utamanya. Kapur pada umumnya digunakan sebagai bahan

utama pembuat semen yang dalam konstruksi bangunan digunakan

sebagai perekat pada beton. Hal tesebut dikarenakan kapur bereaksi

dengan bahan pozzolannya (umumnya silika dan alumina) membentuk

senyawa hidraulik, yang dapat mengeras apabila terkena air. (British

Geological Survey, 2005).

Pada pembuatan batu bata tanpa pembakaran, kapur digunakan sebagai

perekat tanah liat. Hal tersebut diharapkan dapat menggantikan proses

7
pembakaran dengan proses pengeringan. Dengan penambahan kapur yang

tepat, senyawa CaO pada kapur akan bereaksi dengan SiO 2 dan Al2O3

pada pada tanah liat.

3 CaO + 2SiO2 + Al2O3 2( CaO .SiO2 ) + CaO.Al2O3

Senyawa CaO.SiO2 dan CaO.Al2O3 bila terkena air akan mengeras akibat

proses hidrasi kimia antara kaslium oksida dengan silika dan alumina,

yang mengahasilkan senyawa (CSH dan CAH) pembentuk kekutan bahan

ini. Hal tersebut sesuai dengan persamaan;

2(CaO.SiO2) + 2H2O CaO.2SiO2.H2O + Ca(OH)2

CaO.Al2O3 + H2O CaO. Al2O3.H2O

(Farida Puti, 2002)

3. Abu Sekam Padi Sebagai Bahan Batu bata Tanpa Pembakaran

Indonesia adalah negara agraris, dimana sebagian besar masyarakatnya

berkerja di sektor pertanian. Salah satu limbah yang dihasilkan dari sektor

pertanian adalah sekam padi. Pemanfaatan sekam padi sebagai bahan

yang bernilai produktif masih sangatlah jarang, walaupun diketahui

sekam padi memiliki kandungan silika yang sangat tinggi sama dengan

kandungan yang dimiliki pasir kuarsa.

Sekam padi merupakan limbah pertanian yang berligno-selulosa yang

mengandung banyak silika. Kandungan kimia sekam padi terdiri atas 50%

sellulosa, 25 – 30% lignin, dan 15 – 20% silika (Ismail and Waliuddin,

1996). Saat ini sekam dikembangkan sebagai bahan baku untuk

8
menghasilkan abu sekam padi (Rice Husk Ash). Abu sekam padi

dihasilkan dari pembakaran abu sekam padi pada suhu tinggi yaitu pada

400 - 500 oC (Silika Amorphus) dan pada suhu lebih dari 1000 oC (Silika

Kristalin) (Shinohara dan Kohyama, 2004). Porositas sekam padi yang

sangat tinggi yaitu sekitar 79 % menyebabkan sekam padi dapat

menyerap air dalam jumlah yang banyak (Kaboosi, 2007). Abu sekam

padi memiliki peran untuk mengurangi ukuran rongga-rongga pori.

Sekam padi yang berbentuk abu jika bercampur dengan kapur dan air

akan menghasilkan kalsium silikat hidrat (CSH) sekunder setelah proses

hidrasi berlangsung. Semakin banyak CSH yang dihasilkan oleh reaksi

abu sekam padi dengan kalsium hidrat (CH), maka semakin banyak pori

yang memiliki ukuran lebih kecil sehingga daya tampung pori terhadap

air semakin berkurang. Jumlah air yang semakin berkurang, akan

menghasilkan nilai absorpsi yang semakin rendah. Semakin berkurangnya

air yang dapat ditampung terjadi karena 2 faktor yaitu semakin kecilnya

rongga pori atau semakin kecilnya ruang zona interfasial dan tertutupnya

interkoneksitas antara rongga-rongga pori dan zona interfasial sehingga

terjadi deperkolasi yang memutuskan hubungan antara pori dan zona

interfasial. Rongga pori dan zona interfasial menjadi lebih kecil karena

pembentukan CSH sekunder di permukaan bagian dalam pori dan zona

interfasial. Jika rongga pori yang sangat kecil dipenuhi oleh CSH

sekunder maka pori ini akan berkurang atau bahkan tertutup, sehingga

9
memutuskan hubungan transportasi air antar pori. Penggunaan abu sekam

padi di bawah 30% dari campuran material dapat mengurangi absorbsi

air, sehingga dapat meningkatkan kekuatan dan mengurangi permeabilitas

(Bakri dkk, 2009).

4. Batu bata Tanpa Pembakaran

Penelitian mengenai batu bata tanpa pembakaran yang bertujuan

mendapatkan batu bata yang memiliki sifat mekanis sesuai standar dan

layak dipakai untuk konstruksi bangunan makin sering dilakukan. Hal

tersebut bertujuan untuk mengurangi emisi gas karbonmonoksida hasil

pembakaran batu bata pada suhu tinggi dengan menggunakan bahan bakar

minyak, yang mencemari udara dan menimbulkan efek ruma kaca di

lingkungan. Penelitian selama ini mengenai batu bata tanpa pembakaran

menghasilkan batu bata yangmemiliki kuat tekan berkisar antara 20 – 35

Kg/cm2. (Sudarsana, 2011)

Batu bata tanpa pembakaran adalah batu bata yang proses akhir

pembuatannya bukanlah pembakaran melainkan proses pengeringan 3-4

hari pada suhu kamar dan dilanjutkan 3-4 minggu dikeringkan pada suhu

lembab, terhindar dari hujan dan panas matahari. Komposisi campuran

yang digunakan adalah 60% tanah liat ditambah dengan 20 % semen dan

10
20% bahan yang terdiri dari campuran pasir, abu gosok dan serbuk paras

(Priyatma,1993).

Penelitian yang dilakukan oleh Junior di Brazil, menggunakan bahan

buangan berupa pecahan keramik limbah industri pembuatan batu bata.

Pada penelitian tersebut digunakan dua jenis perekat yaitu semen dan

campuran dari klinker Portland, gypsum, sejumlah bahan pozzolan dan

limestone filter. Campuran tersebut dibuat dalam tiga macam komposisi

dengan kecenderungan untuk mengurangi penggunaan semen dan

menambah pecaham keramik dan campuran perekat. Pengujian kuat tekan

dilakukan pada umur batu bata 34 hari dan nilai kuat tekan yang diperoleh

berkisar 20 – 35 Kg/cm2. (Junior et al, 2003)

Isnandar melakukan penelitian mengenai batu bata tanpa pembakaran

yang dinamakan batu bata cetak pasir . Pada penelitian tersebut batu bata

dibuat dengan mencampurakan kapur dan pasir. Pada penelitian tersebut

batu bata dengan komposisi kapur dan pasirnya adalah 1 : 3, 1 : 4, dan 1 :

5. Komposi kapur yang lebih banyak menghasilkan batu bata dengan kuat

tekan yang lebih baik. (Isnandar dkk, 1994)

Penelitian yang dilakukan oleh Ketut Sudarsana dkk di Denpasar

membuat batu bata tanpa pembakaran dengan bahan dasar tanah liat yang

dicampurkan dengan binder yang terdiri dari semen, abu sekam padi dan

batu tabas (limbah yang mengandung unsur Ca +). Kuat tekan yang

tebesar didapatkan yaitu 22,41 Kg/cm 2 dengan komposisi 60% tanah liat

11
+ 7,5% serbuk batu tabas + 22,5% abu sekam padi + 10% semen pada

umur batu bata 28 hari. (Sudarsana, 2011)

Berdasarkan penelitian-penelitian diatas maka dilakukan penelitian

mengenai pembuatan batu bata tanpa pembakaran dengan menggunakan

tanah liat yang dicampur dengan bahan perekat berupa campuran abu

sekam padi, kapur, semen dan air. Dengan menggunakan perekat tersebut

diharapkan diperoleh batu bata yang sesuai dengan standar yang telah

diterapkan, layak dipakai dan lebih ramah lingkungan karena bebas emisi

gas karbonmonoksida.

G. Metode Penelitian

1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material dan Energi dan

Laboratorium Kimia, Fakultas MIPA dan Laboratorium Struktur dan

Bangunan Fakultas Teknik, Universitas Tadulako Palu. Pelaksanaannya

berlangsung pada bulan Maret sampai dengan Juli 2014.

2. Peralatan dan Bahan

2.1. Peralatan yang Digunakan

1. Saringan nomor 200

Saringan digunakan untuk menyaring bahan, hingga yang tersisa

hanya serbuk halus.

2. Neraca

12
Neraca digunakan untuk megukur massa dari bahan.

3. Plastik Sample

Untuk menyimpan dan memisahkan bahan yang akan digunakan.

4. Cetakan Kubus 5 x 5 x 5 cm

5. Sendok Perata

Sendok digunakan untuk meratakan campuran batu bata pada

cetakan kubus.

6. Mixer

Mixer digunakan untuk mengaduk bahan, agar bahan-bahan

yang digunakan tercampur sempurna.

7. Alat Uji Kuat Tekan Mortar

Alat ini untuk menguji kekuatan tekan setiap sampel batu bata.

8. Oven

Oven digunakan untuk memanaskan batu bata pada pengujian

resapan air.

2.2. Bahan yang Dipakai

1. Batu Kapur

Batu kapur yang digunakan adalah batu kapur dari Kecamatan

Banawa Kabupaten Donggala, yang memiliki kadar kalsium di

atas 53%.

2. Tanah Liat.

13
Tanah liat yang digunakan adalah tanah liat yang dipakai oleh

pengrajin batu bata.

3. Abu Sekam padi

Sekam padi yang digunakan adalah sekam padi jenis Ciheran

yang telah dibakar.

4. Air.

Air yang digunakan adalah air suling bersih, tanpa pengotor,

3. Prosedur Kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan.

2. Menguji batas atterberg dari tanah liat yang digunakan. Pengujian ini

bertujuan untuk menentukan kadar air pembentuk yang akan

digunakan. Air yang ditambahkan pada batu bata adalah konstan untuk

tiap-tiap campuran. Banyaknya air yang digunakan dalam pembuatan

batu bata diambil berdasarkan data hasil batas plastis.

3. Mengahancurkan dan menyaring bahan pembuat batu bata tanpa

pembakaran (Tanah Liat, Kapur dan Abu Sekam Padi) hingga menjadi

serbuk.

4. Mencampurkan seluruh bahan pembuat semen yang telah dikeringkan

dengan mixer. Campuran semen dibagi tiga jenis campuran yaitu;

a. Campuran A (Tanah liat 60%, Kapur 0% , Abu Sekam Padi 30%

dan semen 10%)

14
b. Campuran B (Tanah liat 60%, Kapur 7,5% , Abu Sekam Padi

22,5% dan semen 10%)

c. Campuran C (Tanah liat 60%, Kapur 15% , Abu Sekam Padi 15%

dan semen 10%)

d. Campuran D (Tanah liat 60%, Kapur 22,5% , Abu Sekam Padi

7,5% dan semen 10%)

e. Campuran E (Tanah liat 60%, Kapur 30% , Abu Sekam Padi 0%

dan semen 10%)

5. Menambahkan air pada masing-masing campuran dan memeras

adonan sampai adonan menjadi cukup liat.

6. Memasukkan adonan pada kantong plastik yang selanjutnya didiamkan

selama 3 hari dengan tujuan agar butiran-butiran tanah yang belum

hancur.

7. Mencetak adonan pada cetakan berbentuk kubus dengan ukuran 5 x 5

x 5 cm.

8. Mengeringkan batu bata pada suhu kamar selama 3 hari dan

dilanjutkan dengan mengeringkan batu bata pada suhu lembab selama

2 dan 4 minggu.

9. Menguji kuat tekan dan resapan air batu bata pada umur 14 dan 28

hari.

10.Menguji kuat tekan batu bata dengan menggunakan mesin kuat desak

berkapasitas 150 kN. Menempatkan batu bata pada bagian tengah alat

15
penekan. Melakukan penekan terus menerussampai benda uji

mendekati keahancuran dan beban maksimum dicatat.

Beban Maksimum
Kekuatan tekan beton =
Luas Penampang Batu bata

11.Menguji resapan air dengan mengukur berat benda uji yang telah

o
dioven dengan temperatur 100 – 110 C selama 24 jam. Mendinginkan

batu bata yang telah dioven dan merendamnya dalam air selama 24

jam, setelah itu mengeluarkan batu bata dari air dan menimbang batu

bata yang telah dikeringakan.

(Wb––Wk)/
P = (Wb Wk) x 100%
Wk

dengan:

P = persentasi air yang terserap batu bata

Wb = berat batu bata setelah direndam dalam air

Wk = berat batu bata kering mutlak sebelum direndam air

Umumnya batu bata dianggap baik bila penyerapan airnya kurang

dari 20%.

4. Diagram Alir Penelitian

16
H. Jadwal Pelaksanaan

No Kegiatan Bulan

17
Analisa Data dan

. 12 1 2 3 4 8 9
1 Identifikasi Masalah
2 Studi Literatur
3 Pengumpulan Data
4 Penyusunan Proposal
5 Sidang Proposal
6 Revisi Proposal
7 Penelitian
8 Penyusunan Skripsi
9 Sidang Hasil

Daftar Pustaka

http://dwikusumadpu.wordpress.com/2013/05/08/rekayasa-tanah-liat-menjadi-

keramik/#more-681., Rekayasa Tanah Liat Menjadi Keramik, diakses pada

tanggal 4 oktober 2013.

http://www.perwakilan.sultengprov.go.id/tambang.php, Potensi Sektor

Pertambangan dan Energi Sulawesi Tengah, diakses tanggal 5 oktober 2013.

18
http://tiadaharitanpatugas.blogspot.com/2013/04/laporan-praktek-mekanika-tanah-

uji_9769.html. Laporan Praktek Mekanika Tanah Batas Atterberg, diakses

pada tanggal 24 Februari 2014.

Bakri, dkk. Absorbsi Air Komposit Semen Sekam Padi dengan Penambahan

Pozzolan Abu Sekamm Padi dan Kapur pada Matriks Semen. 2009.

Laboratorium Pemanfaatan Hasil Hutan Fakultas kehutanan Universitas

Hasanuddin, Makassar.

British Geological Survey for the Office of the Deputy Prime Minister as part of

Research project ‘ODPM-BGS Joint Minerals Programme’. 2005. Natural

Hydraulic Limes. Mineral Planning Worksheet, Crown Copyright.

Della V. P. , Kuhn I. and Hotza D. 2002. Rice Husk Ash as an Alternate Source for

Active Silica Production. Materials Letters. 57 (2002) 818–821.

Farida Puti Marzuki, dkk. 2006. Potensi Pembuatan Semen Alternatif Berbahan

Kapur Padalarang dan Fly ash Suralaya Untuk Konstruksi Rumah

Sederhana.FTSL ITB, Bandung.

Ismail, M. S. And Waliuddin, A. M. 1996. Effect of Rice Husk Ash on High Strengthe

Concrete. Construction and Building Materials. 10 (1): 521-526.

Junior, et. al. 2003. Structural Behavior of Load Bearing Brick Walls of Soil- Cement

with the Addition of Ground Ceramic Waste, R. Bras. Eng. Agric. Ambiental,

Campina Grande, v. 7, n.3, p. 552-558

19
Kaboosi, K. 2007. The Feasibility of Rice Husk Application as an Envelope Material

in Suburfeace Drainage System. Science and Research Branch of Islamic Azad

university, Tehran.

Ketut Sudarsana, dkk. 2011. Karakteristik Batu bata Tanpa Pembakaran Berbahan

Abu Sekam Padi dan Serbuk Batu Tabas. Fakultas Teknik Universitas Udayana,

Denpasar.

Maya Lydia Wanty, dkk. 2010. Pemanfaatan Biopozzolan Abu Sekam Padi Sebagai

Fly ash Dalam Pembuatan Semen Untuk Meningkatkan Kualitas Fisis Mortar.

Universitas Hasaniuddin, Makassar.

Muthadhi, A., Anitha, R. and Kothandaraman, S. 2007. Rice Husk Ash – Properties

and Its Uses: A Review. IE(I) Journal–CV, 88: 50 – 56. Peterson, V.

Isnandar, dkk. 1994. Kajian Kuat Tekan Batu bata Cetak Pasir Kapur di Daerah

Malang. Jurnal Penelitian Kependidikan, Vol. 4 No. 1. Malang

Laboratorium Struktur dan Beton. 2010. Laporan Praktikum Uji Bahan Konstruksi.

Fakultas Teknik Universitas tadulako, Palu.

Pangaribuan Bonardo. 2012. Cement Manufacturing Process. Holcim Indonesia,

Jakarta.

Primayatma. 1993. Peranan Semen Portland dan Bahan Lain Ter- hadap Campuran

Tanah Liat Sebagai Bahan Batu Bata Merah Tanpa Pembakaran. IBG, Jakarta.

20
Purwandani Ristiyana. 2001. Pengaruh Abu Sekam Padi sebagai Pozzolan

Pembuatan Semen Terhadap Mutu Beton. Fakultas MIPA UGM, Yogyakarta.

Pohan, Nurhasnaway. 2002. Pencemaran Udara dan Hujan Asam. Fakultas Teknik

Universitas Sumatra Utara, Medan.

Sihotang, Abinhot dan Hazairin. 2002. Pemanfaatan Kapur dan Pozzolan Sebagai

Bahan Baku Utama Pembuatan Semen Hidraulis Alternatif. Institut Teknologi

Bandung, Bandung.

Sudarsana I Ketut, Ayu made Budiwati Ida dan Angga Wijaya Yohanes. 2011.

Karakteristik Batu Bata Tanpa Pembakaran Terbuat dari Abu Sekam Padi dan

Serbuk Batu Tabas.

Sudarwo Mochammad. 2010 Studi Kelayakan Usaha Batu bata Merah EV Pragi di

Depok II Timur. Universitas Gunadarma, Depok.

Swastikawati Ari. 2012. Standar Pengujian Kualitas Bata pengganti. Balai

Konservasi Peninggalan Burobudur, Yogyakarta.

21
Lampiran

 Estimasi biaya operasionaal pembuatan 15000 batu bata dengan pembakaran.

Berat @ 1,2825 Kg

1. Sewa lahan (pinjam pakai) = Rp. 1.000.000,-

2. Bahan bakar solar 35 liter @ Rp 5.500,- = Rp. 192.500,-

3. Kayu bakar 2,5 Ret @ Rp 650.000,- = Rp. 1.625.000,-

4. Tanah Liat 19237 Kg @ Rp 150,- = Rp. 2.885.000,-

Jumlah Rp. 5.702.000,-

• Estimasi biaya operasionaal pembuatan 15000 batu bata tanpa pembakaran.

Berat @ 1,2825 Kg

22
1. Sewa lahan (pinjam pakai) = Rp. 1.000.000,-

2. Tanah liat 11542 Kg @ Rp 150,- = Rp. 1.731.330,-

3. Batu kapur 2800 Kg @ Rp 300,- = Rp. 840.000,-

4. Abu sekam padi 2800 Kg @ Rp 450,- = Rp. 1.260.000,-

5. Semen Portland 35 zak @ Rp 50.000,- = Rp. 1.750.000,-

Jumlah Rp. 6.581.330,-

23

Anda mungkin juga menyukai