Anda di halaman 1dari 103

MANAJEMEN RISIKO DALAM USAHA PEMBENIHAN

UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei), STUDI KASUS DI


PT. SURI TANI PEMUKA, KABUPATEN SERANG,
PROVINSI BANTEN

SKRIPSI

ANA LESTARI
H34066011

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
RINGKASAN

ANA LESTARI, H34066011, 2009. Manajemen Risiko Dalam Usaha


Pembenihan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei), Studi Kasus di PT.
Suri Tani Pemuka, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Skripsi. Departemen
Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di
bawah bimbingan NUNUNG KUSNADI).

Udang sebagai salah satu komoditas perikanan yang harus ditingkatkan


produksinya merupakan andalan ekspor hasil perikanan Indonesia. Usaha
budidaya udang mempunyai backward dan forward linkage yang cukup luas bagi
aktivitas ekonomi masyarakat. Salah satu jenis udang yang dapat dibudidayakan
di Indonesia adalah udang vannamei (Litopenaeus vannamei). Udang vannamei
adalah komoditas baru yang merupakan udang introduksi. Udang ini tergolong
mudah untuk dibudidayakan sehingga membuat para penambak udang di tanah air
beberapa tahun terakhir banyak yang mengusahakannya.
Oleh karena itu, dengan meningkatnya jumlah petambak yang
mengusahakan budidaya udang vannamei mengakibatkan kebutuhan akan benih
udang vannamei meningkat pula. Hal ini menjadi peluang utama untuk usaha
pembenihan udang vannamei. Selain adanya peluang yang masih terbuka lebar
untuk usaha pembenihan udang vannamei, usaha pembenihan udang vannamei
seringkali dihadapkan pada berbagai risiko. Risiko yang dihadapi dalam usaha
pembenihan udang dapat disebabkan oleh risiko operasional maupun risiko pasar.
Risiko operasional biasanya terjadi pada kegiatan produksi yang
disebabkan oleh cuaca, adanya berbagai penyakit yang menyerang benih udang
vannamei dan induk penjenis udang vannamei yang harus diimpor dari negara
asalnya. Adanya beberapa faktor sumber risiko operasional ini menyebabkan
adanya fluktuasi produksi benih udang vannamei. Risiko pasar pada usaha
pembenihan udang vannamei pada umumnya disebabkan oleh fluktuasi harga
yang relatif tajam. Fluktuasi harga jual benih udang vannamei sangat berpeluang
terjadi. Hal ini disebabkan karena udang vannamei merupakan komoditi baru yang
sedang merintis pasar dan baru dikenal oleh konsumen. Fluktuasi harga yang
cukup mencolok umumnya terjadi di pasar domestik.
PT. Suri Tani Pemuka merupakan salah satu perusahaan yang
mengusahakan pembenihan udang vannamei yang melakukan usahanya di daerah
Bali, Kalimantan dan Serang. Menghadapi permasalahan yang disebabkan karena
adanya risiko dalam pembenihan udang vannamei lantas tidak membuat PT. Suri
Tani Pemuka berhenti berproduksi tetapi tetap mampu bertahan dalam dunia
usaha.
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mempelajari manajemen risiko
PT. Suri Tani Pemuka dalam mengendalikan sumber-sumber risiko yang dihadapi
baik risiko operasional maupun pasar yang di dalamnya terdapat tujuan khusus
yaitu mengidentifikasi sumber-sumber risiko operasional dan pasar yang dihadapi
oleh PT. Suri Tani Pemuka dan menganalisis tingkat dan dampak risiko yang
disebabkan oleh sumber-sumber risiko pada kegiatan pembenihan udang
vannamei terhadap PT. Suri Tani Pemuka.
Analisis awal yang dilakukan adalah dengan mengidentifikasi sumber-
sumber risiko apa saja yang sering terjadi di perusahaan. Analisis dilanjutkan
dengan mengklasifikasikan sumber risiko ke dalam peta risiko untuk mengetahui
seberapa krusial sumber risiko yang terdapat dalam perusahaan tersebut. Analisis
lain yang dilakukan adalah dengan mengidentifikasi strategi penanganan risiko
yang dilakukan oleh PT. Suri Tani Pemuka. Analisis ini dilakukan dengan metode
analisis deskriptif melalui observasi, wawancara dan diskusi dengan pihak
perusahaan mengenai manajemen risiko yang telah diterapkan perusahaan.
Analisis yang dilakukan selanjutnya adalah analisis probabilitas dan dampak
dari risiko produksi naupli, produksi benur, risiko derajat kelangsungan hidup benur
dan risiko penerimaan yang dialami perusahaan. Pengukuran probabilitas atau
kemungkinan terjadinya kerugian dapat dilakukan dengan analisis nilai standar atau
dikenal dengan analisis z-score. Pengukuran dampak risiko dilakukan dengan
menggunakan analisis Value at Risk (VaR). Analisis dilakukan menggunakan data
produksi dan harga benur udang vannamei di PT. Suri Tani Pemuka selama tahun
2008.
Sumber-sumber risiko yang ada di PT. Suri Tani Pemuka dalam kegiatan
pembenihan udang vannamei dapat diklasifikasikan ke dalam empat kuadran
risiko berdasarkan tingkat kemungkinan terjadinya dan dampak yang ditimbulkan
oleh risiko tersebut. Sumber risiko yang dianggap oleh PT. Suri Tani Pemuka
memiliki kemungkinan terjadinya besar dan dampak yang ditimbulkan jika risiko
tersebut terjadi juga besar adalah risiko timbulnya penyakit serta risiko yang
terjadi karena tingginya tingkat mortalitas benih udang vannamei.
Sumber risiko yang kemungkinan terjadinya kecil akan tetapi dampak
yang disebabkan oleh jenis risiko ini besar adalah risiko pada kegiatan pengadaan
induk. Risiko yang kemungkinan terjadinya besar akan tetapi dampak yang
ditimbulkan oleh risiko ini kecil adalah risiko yang terjadi akibat adanya fluktuasi
harga induk, pakan dan benih. Sumber risiko yang kemungkinan terjadinya kecil
dan dampak yang disebabkan oleh risiko ini kecil pula adalah risiko yang
disebabkan oleh cuaca dan kerusakan peralatan teknis.
Strategi preventif risiko dilakukan PT. Suri Tani Pemuka untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya risiko. Kuadran yang dapat ditangani dengan
strategi preventif adalah risiko yang terdapat pada kuadran 1 dan 3 yaitu dengan
melakukan persiapan bak pemeliharaan, pemeliharaan induk, pemeliharaan larva,
pengelolaan kualitas air, pengelolaan pakan, pemanenan dan pengepakan benur
serta pelatihan sumber daya manusia serta dengan melakukan kontrak pembelian
dengan pihak pemasok pakan. Strategi mitigasi risiko dilakukan oleh PT. Suri
Tani Pemuka untuk menangani risiko pada kuadran 2 melalui kegiatan
pengendalian penyakit dan kegiatan pengadaan dan perlakuan induk yang tepat
dengan karakteristik induk udang vannamei.
Tingkat probabilitas risiko terbesar pada kegiatan produksi terletak pada
kegiatan produksi benur yaitu sebesar 22,10 persen. Sedangkan probabilitas risiko
pada penerimaan adalah sebesar 34,10 persen. Dampak atau kerugian terbesar
terjadi pada risiko survival rate (derajat kelangsungan hidup) benur yaitu sebesar
Rp 53.260.994. Hasil pemetaan menunjukkan bahwa risiko penurunan derajat
kelangsungan hidup berada pada kuadran 2. Risiko produksi benur dan risiko
penerimaan terdapat pada kuadran 3 dan risiko produksi naupli berada pada
kuadran 4, sedangkan untuk kuadran 1 tidak terisi risiko.
MANAJEMEN RISIKO DALAM USAHA PEMBENIHAN
UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei), STUDI KASUS DI
PT. SURI TANI PEMUKA, KABUPATEN SERANG,
PROVINSI BANTEN

ANA LESTARI
H34066011

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk


memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
Judul Skripsi : Manajemen Risiko dalam Usaha Pembenihan Udang Vannamei
(Litopenaeus vannamei), Studi Kasus di PT. Suri Tani Pemuka,
Kabupaten Serang, Provinsi Banten
Nama : Ana Lestari
NRP : H34066011

Disetujui,
Pembimbing

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS


NIP. 131415082

Diketahui
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS


NIP. 131415082

Tanggal Lulus:
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Manajemen
Risiko dalam Usaha Pembenihan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei), Studi
Kasus di PT. Suri Tani Pemuka, Kabupaten Serang, Provinsi Banten adalah
karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Mei 2009

Ana Lestari
H34066011
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bangka pada tanggal 26 September 1985. Penulis


adalah anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Juanto Sutrisno dan
Ibunda Martinah.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 447 Parit Tiga Jebus
Bangka pada tahun 1997 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada
tahun 2000 di SLTPN 1 Jebus Bangka. Pendidikan lanjutan menengah atas di
SMU Diponegoro 01 Jakarta diselesaikan pada tahun 2003.
Penulis diterima di program Diploma III pada program studi Manajer Alat
dan Mesin Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2003. Pendidikan
Diploma diselesaikan penulis pada tahun 2006. Pada tahun 2006 penulis
melanjutkan pendidikan pada program sarjana penyelenggaraan khusus
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Manajemen Risiko dalam Usaha Pembenihan Udang Vannamei (Litopenaeus
vannamei), Studi Kasus di PT. Suri Tani Pemuka, Kabupaten Serang, Provinsi
Banten .
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari manajemen risiko di PT. Suri
Tani Pemuka dalam mengendalikan sumber-sumber risiko yang dihadapi baik
dalam aspek teknis maupun aspek ekonomis dalam kegiatan pembenihan udang
vannamei.
Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan dalam
penulisan skripsi ini karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan
pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Mei 2009


Ana Lestari
UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai
bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan
penghargaan kepada:
1. Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan,
arahan, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama
penyusunan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Anna Farianti, MS selaku dosen evaluator sekaligus dosen penguji
skripsi yang telah banyak memberikan masukan dalam penulisan skripsi ini.
3. Rahmat Yanuar, SP, M.Si selaku dosen penguji komisi pendidikan pada ujian
sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan
saran demi perbaikan skripsi ini.
4. Orang tua dan keluarga tercinta untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa
yang diberikan. Semoga ini menjadi persembahan yang terbaik.
5. Pihak PT. Suri Tani Pemuka atas waktu, kesempatan, informasi, dan
dukungan yang diberikan.
6. Firman Kamil selaku pembahas dalam seminar atas saran dan masukan yang
telah diberikan untuk membangun skripsi ini.
7. Teman-teman seperjuangan dan teman-teman Ekstensi Agribisnis angkatan 1
atas semangat selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak
yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Bogor, Mei 2009


Ana Lestari
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... v
I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah .............................................................. 5
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................. 8
1.4. Kegunaan Penelitian ............................................................. 8
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 9
2.1. Karakteristik Udang Vannamei ............................................. 9
2.2. Pembenihan Udang Vannamei .............................................. 11
2.3. Risiko dalam Pembenihan Udang Vannamei ......................... 13
III. KERANGKA PEMIKIRAN ..................................................... 18
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................ 18
3.1.1. Manajemen Risiko ....................................................... 18
3.1.2. Definisi dan Konsep Risiko ......................................... 19
3.1.3. Klasifikasi Risiko ........................................................ 21
3.1.4. Pengukuran Risiko ....................................................... 23
3.1.5. Konsep Penanganan Risiko .......................................... 25
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional .......................................... 26
IV. METODE PENELITIAN .......................................................... 30
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 30
4.2. Data dan Sumber Data .......................................................... 30
4.3. Metode Pengumpulan Data ................................................... 31
4.4. Metode Pengolahan Data ...................................................... 31
4.4.1. Analisis Deskriptif ....................................................... 31
4.4.2. Pengukuran Kemungkinan Terjadinya Risiko
(Probabilitas) ....................................................................... 31
4.4.3. Pengukuran Dampak Risiko ......................................... 33
4.4.4. Pemetaan Risiko .......................................................... 34
4.4.5. Penanganan Risiko ...................................................... 35
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ................................... 38
5.1. Profil Perusahaan .................................................................. 38
5.2. Lokasi Perusahaan ................................................................ 40
5.3. Produk-Produk yang Dihasilkan Perusahaan ......................... 41
5.4. Proses Budidaya ................................................................... 43
5.5. Fasilitas Pada Proses Pembenihan ......................................... 47

i
VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAN PENERIMAAN BENIH
UDANG VANNAMEI ............................................................... 49
6.1. Sumber-Sumber Risiko Pada Usaha Pembenihan Udang
Vannamei ............................................................................. 49
6.2. Strategi Penanganan Risiko di PT. Suri Tani Pemuka ........... 55
6.3. Analisis Probabilitas Risiko Produksi dan Penerimaan .......... 66
6.4. Analisis Dampak Risiko Produksi ......................................... 70
6.5. Pemetaan Risiko ................................................................... 73
6.6. Penanganan Risiko Produksi .................................................. 75
VII. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 80
7.1. Kesimpulan ........................................................................... 80
7.2. Saran .................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 82
LAMPIRAN .......................................................................................... 83

ii
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
1. Perkembangan Volume Ekspor Udang Indonesia 2000-2006 ....... 1
2. Perkembangan Nilai Ekspor Udang Indonesia 2000-2006 ............ 2
3. Volume Pasokan Eksportir Utama Udang ke Pasar Amerika ........ 4
4. Hasil Identifikasi Sumber dan Penanganan Risiko ....................... 65
5. Perbandingan Tingkat Probabilitas Sumber Risiko ....................... 67
6. Perbandingan Dampak Terjadinya Risiko Terhadap Perusahaan .. 72
7. Status Risiko ............................................................................... 73

iii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
1. Matriks Frekuensi dan Signifikansi .............................................. 25
2. Kerangka Pemikiran Operasional ................................................. 29
3. Peta Risiko Menurut Kountur (2008) ............................................ 34
4. Preventif Risiko ........................................................................... 35
5. Mitigasi Risiko ............................................................................ 36
6. Alternatif Strategi Menghadapi Risiko ......................................... 37
7. Peta Hasil Identifikasi Sumber Risiko .......................................... 54
8. Strategi Preventif Risiko PT. Suri Tani Pemuka ............................ 62
9. Strategi Mitigasi Risiko PT. Suri Tani Pemuka ............................ 63
10. Alternatif Strategi Penanganan Risiko oleh PT. Suri Tani Pemuka ... 64
11. Grafik Produksi Naupli, Produksi Benur, Survival Rate, dan
Penerimaan .................................................................................. 66
12. Hasil Pemetaan Risiko ................................................................. 75
13. Preventif risiko Produksi dan Penerimaan ..................................... 76
14. Mitigasi Risiko Produksi dan Penerimaan ..................................... 78
15. Alternatif Strategi Menghadapi Risiko Produksi dan Penerimaan.. 79

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman
1. Perhitungan Probabilitas Risiko Produksi Naupli ......................... 84
2. Perhitungan Probabilitas Risiko Produksi Benur .......................... 85
3. Perhitungan Probabilitas Risiko Survival Rate ............................. 86
4. Perhitungan Probabilitas Risiko Pada Penerimaan ....................... 87
5. Perhitungan Dampak Risiko Produksi Naupli .............................. 87
6. Perhitungan Dampak Risiko Produksi Benur ............................... 88
7. Perhitungan Dampak Risiko Survival Rate .................................. 88
8. Perhitungan Dampak Risiko Pada Penerimaan ............................. 89

v
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sektor perikanan merupakan salah satu sektor yang sangat penting untuk
meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Sektor perikanan melalui
komoditas-komoditas yang dihasilkannya merupakan sumber devisa negara dan
memiliki potensi yang sangat besar untuk meningkatkan pertumbuhan
perekonomian. Beberapa produk perikanan Indonesia merupakan produk-produk
andalan ekspor. Upaya pengembangan produk perikanan diharapkan dapat
meningkatkan stabilitas ekonomi.
Potensi perikanan kemudian menjadi salah satu program revitalisasi
pertanian yang telah dicanangkan oleh pemerintah. Program revitalisasi yang akan
dikembangkan mencakup revitalisasi sumber-sumber pertumbuhan ekonomi yang
ada berupa berbagai kegiatan usaha di bidang penangkapan ikan dan budidaya.
Komoditas yang difokuskan dalam kegiatan ini serta yang dianggap mampu
menciptakan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru dan mempunyai prospek
yang baik adalah tuna, udang dan rumput laut.
Udang sebagai salah satu komoditas perikanan yang harus ditingkatkan
produksinya merupakan andalan ekspor hasil perikanan Indonesia. Usaha
budidaya udang mempunyai backward dan forward linkage yang cukup luas bagi
aktivitas ekonomi masyarakat. Tabel 1 menunjukkan perkembangan volume
ekspor Indonesia.

Tabel 1. Perkembangan Volume Ekspor Udang Indonesia 2000-2006 (Persen)


Negara tujuan 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
Jepang 61,36 62,21 64,39 56,92 39,88 37,16 34,40
AS 18,40 16,86 18,18 20,70 38,53 40,91 41,64
UE 20,24 20,93 17,43 25,58 21,59 21,93 23,96
Sumber: Ditjen P2HP dalam Trobos edisi Januari 2008

Dipilihnya udang sebagai andalan utama penghasil devisa sangat


beralasan. Indonesia mempunyai luas lahan budidaya yang potensial untuk udang,
yaitu mencapai 866.550 hektar, dan sampai tahun 1999 tambak yang dibangun
baru seluas 344.759 hektar yang berarti tingkat pemanfaatannya baru mencapai
39,7 persen saja1. Sementara itu potensi penangkapan udang di laut diperkirakan
74.000 ton/tahun dan telah dimanfaatkan sekitar 70.000 ton per tahun. Ini berarti
tingkat pemanfaatannya sudah mencapai 95 persen. Oleh karena itu yang perlu
ditingkatkan sebagai andalan utama adalah udang hasil pemeliharaan di tambak-
tambak budidaya.
Pada tahun 2007, pemerintah mematok target produksi udang sebesar 410 ribu
ton. Departemen Kelautan dan Perikanan mengestimasi jumlah benur yang dibutuhkan
sebanyak 40,465 juta ekor untuk bisa menghasilkan udang sebanyak itu. Induk udang
yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan jumlah benur tersebut, diperlukan
tak kurang dari 337.208 ekor.2
Secara umum, Indonesia mempunyai peluang yang sangat baik untuk
memposisikan diri sebagai salah satu produsen dan eksportir utama produk
perikanan, terutama udang. Tabel 2 menunjukkan perkembangan nilai ekspor
udang Indonesia. Kenyataan ini bertitik tolak dari besarnya permintaan produk
perikanan berupa udang, baik di pasar domestik maupun pasar ekspor yang terus
meningkat sebagai akibat dari bergesernya selera konsumen dari red meat (daging
merah dari ternak ruminansia seperti sapi) ke white meat (udang atau ikan).
Pergeseran ini dipicu terutama oleh merebaknya berbagai penyakit ternak seperti
penyakit mulut dan kuku dan penyakit sapi gila.

Tabel 2. Perkembangan Nilai Ekspor Udang Indonesia 2000-2006 (Persen)


Negara tujuan 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
Jepang 67,79 67,92 66,17 62,51 48,69 43,40 40,60
AS 18,84 17,35 17,91 20,69 34,78 38,09 40,43
UE 13,37 14,73 15,92 16,80 16,53 18,51 18,97
Sumber: Ditjen P2HP dalam Trobos edisi Januari 2008

Salah satu jenis udang yang dapat dibudidayakan di Indonesia adalah


udang vannamei (Litopenaeus vannamei). Saat ini, pembenihan dan
pembudidayaan udang vannamei sudah sangat luas. Udang vannamei memberikan
dampak yang sangat baik bagi perkembangan komoditas udang tambak Indonesia.

1
www. ptppa.com/detilnews.asp?id=3430&kode=8-15k-. Lampung Butuh Pengolah
Udang. Diakses tanggal 29 Desember 2008
2
Sl-paciran.apsidoarjo.ac.id/index.php?&task=view&id=3&itemid=9-chached. DKP
Kembangkan Udang Vaname untuk Ekspor. Diakses tanggal 10 Januari 2009.

2
Udang vannamei adalah komoditas baru yang merupakan udang introduksi.
Udang ini tergolong mudah untuk dibudidayakan sehingga membuat para
penambak udang di tanah air beberapa tahun terakhir banyak yang
mengusahakannya 3 . Saat ini budidaya udang vannamei banyak digeluti oleh
petambak di Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan Nusa
Tenggara Barat (NTB), serta beberapa daerah di Sulawesi.
Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri lebih dari 13.000 pulau
dan memiliki lebih dari satu milyar hektar pantai. Sebagai negara yang terletak
di garis khatulistiwa Indonesia memiliki 12 bulan penuh musim pertumbuhan
untuk udang laut. Karena kondisi demikian, Indonesia memiliki potensi yang
lebih baik dibandingkan dengan negara-negara lainnya untuk pengembangbiakan
udang laut termasuk udang vannamei yang keberadaannya didatangkan dari
negara lain.
Daya tarik udang vannamei terletak pada ketahanannya terhadap penyakit
dan tingkat produktivitasnya yang tinggi dibandingkan dengan udang windu.
Udang vannamei sangat memungkinkan untuk dipelihara di tambak dengan
kondisi padat tebar yang tinggi karena mampu memanfaatkan pakan dan ruang
secara lebih efisien. Selain itu, udang vannamei juga dapat matang gonad di dalam
tambak sehingga mudah dalam penyiapan bakal induk untuk usaha pembenihan.
Melalui SK Menteri Kelautan dan Perikanan RI No. 41/2001 pemerintah
secara resmi melepas udang vannamei sebagai varietas unggul untuk
dibudidayakan petambak di Indonesia. Udang vannamei dijadikan varietas unggul
dikarenakan memiliki beberapa kelebihan diantaranya adalah lebih tahan terhadap
penyakit, tumbuh lebih cepat, tahan terhadap fluktuasi kondisi lingkungan, waktu
pemeliharaan yang relatif pendek, tingkat survival rate (SR) atau derajat
kelangsungan hidupnya tergolong tinggi dan hemat pakan (Amri dan Kanna,
2008).
Upaya dalam peningkatan produksi udang dilakukan pemerintah melalui
peluncuran kebijakan pada tahun 2003 berupa revitalisasi tambak udang dan
pembukaan tambak udang baru pada lahan marjinal dan sawah non irigasi teknis.
Sesuai tata laksana pengelolaan perikanan dunia yang dituangkan pada kode etik

3
www.trobos.com. Volume Ekspor Meningkat. Diakses tanggal 8 Januari 2009.

3
perikanan yang bertanggung jawab, maka seluruh upaya revitalisasi dan
pengembangan budi daya udang didasarkan pada konsep pengembangan kawasan
budi daya udang berkelanjutan. Hal ini dilakukan dengan penerapan teknologi
yang didasarkan pada daya dukung dan pengendalian lingkungan (Amri dan
Kanna, 2008).
Sejak tahun 2001 pasokan udang vannamei mulai membanjiri pasar udang
dunia. Hampir semua Negara penghasil udang menjadi penyumbang udang
vannamei ke pasar dunia. Indonesia diperkirakan memasok udang vannamei untuk
pasar dunia sekitar 10 persen dari produksi total dunia 4 . Dari segi persaingan,
udang vannamei Indonesia memiliki peluang yang cukup baik di pasar ekspor
karena pesaing utamanya hanya dua Negara yaitu Cina dan Ekuador. Tabel 3
menunjukkan posisi Indonesia sebagai salah satu eksportir utama udang ke pasar
Amerika.

Tabel 3. Volume Pasokan Eksportir Utama Udang ke Pasar Amerika (Persen)


Negara Tahun 2002 2003*
Thailand 30,20 28,82
Cina 13,00 17,16
Vietnam 11,73 12,68
India 11,61 9,95
Ekuador 7,80 7,46
Meksiko 6,38 5,53
Brasil 4,65 5,02
Indonesia 4,58 4,88
Venezuela 2,71 2,23
Honduras 2,57 1,99
Guyana 2,53 2,47
Bangladesh 2,24 1,81
Sumber: National Marine Fieheris Services dalam Amri dan Kanna, 2008
*s/d November

4
www.riaupos.com. Kompetisi Tak Ketat, Ekspor Udang Cerah. Diakses tanggal 15 Januari 2009

4
Selain pasar ekspor, pasar domestik juga merupakan pasar yang
menjanjikan bagi udang vannamei. Penduduk Indonesia saat ini dengan populasi
lebih dari 200 juta jiwa merupakan pasar yang potensial. Jika sekitar 10 persen
saja dari penduduk makan udang, dimana setiap orang mengkonsumsi sekitar 0,5
kg per bulan, maka jumlah udang yang dibutuhkan adalah 10.000 ton per bulan.
Di Indonesia, usaha budidaya udang vannamei sudah banyak dilakukan.
Oleh karena itu, dengan meningkatnya jumlah petambak yang mengusahakan
budidaya udang vannamei mengakibatkan kebutuhan akan benih udang vannamei
meningkat pula. Benih merupakan komponen usaha yang penting dalam kegiatan
budidaya udang. Khusus pada udang vannamei, pengadaan benih merupakan
kegiatan penting yang harus diperhatikan. Hal ini dikarenakan udang vannamei
yang merupakan udang introduksi yang keberadaan induknya harus didatangkan
dari negara asalnya Amerika. Kesulitan dalam pengadaan induk udang dan benih
udang dari negara asalnya ini menjadi peluang utama untuk dilakukannya usaha
pembenihan udang vannamei. Selain adanya peluang yang masih terbuka lebar
untuk usaha pembenihan udang vannamei, usaha pembenihan udang vannamei
seringkali dihadapkan pada berbagai risiko. Risiko yang dihadapi dalam usaha
pembenihan udang dapat disebabkan oleh risiko operasional maupun risiko pasar.
PT. Suri Tani Pemuka merupakan salah satu perusahaan yang
mengusahakan pembenihan udang vannamei yang melakukan usahanya di daerah
Bali, Kalimantan dan Serang. Menghadapi permasalahan yang disebabkan karena
adanya risiko dalam pembenihan udang vannamei tidak membuat PT. Suri Tani
Pemuka berhenti berproduksi tetapi tetap mampu bertahan dalam dunia usaha. Hal
ini menjadi menarik untuk dikaji dan ditelusuri lebih dalam mengenai strategi
perusahaan dalam mengendalikan sumber-sumber yang menyebabkan terjadinya
risiko sebagai upaya untuk meminimumkan risiko. Mempelajari manajemen risiko
yang dilakukan oleh PT. Suri Tani Pemuka merupakan pengetahuan penting
mengenai usaha pembenihan udang.

1.2. Perumusan Masalah


Usaha pengembangan pembenihan udang vaname yang merupakan udang
introduksi kerap dihadapkan pada risiko yang dapat menghambat usaha ini. Risiko
yang muncul pada usaha pembenihan udang vannamei dapat disebabkan oleh

5
risiko operasional maupun risiko pasar. Risiko operasional yang menjadi sumber
risiko diantaranya adalah faktor cuaca, induk udang yang masih diimpor dari
negara asalnya dan adanya penyakit yang menyerang benih udang vannamei.
Beberapa faktor ini dapat menyebabkan fluktuasi produksi benih udang vannamei.
Faktor risiko yang muncul pada aspek pasar dapat dilihat pada fluktuasi
harga benih, induk dan pakan udang vannamei. Fluktuasi harga ini disebabkan
karena udang vannamei merupakan udang introduksi. Komoditas udang vannamei
merupakan salah satu komoditas baru yang sedang merintis pasar dan baru dikenal
konsumen. Harga udang vannamei di pasar dalam negeri berfluktuasi sangat
tajam. Harga tertinggi adalah sekitar 70 ribu rupiah per kilogram dan harga
terendah pada 32 ribu rupiah per kilogram untuk udang yang berukuran besar.
Harga udang vannamei yang berukuran kecil berkisar antara 29 ribu rupiah hingga
22 ribu rupiah per kilogramnya. Fluktuasi harga jual udang vannamei ini mewakili
terjadinya fluktuasi harga induk udang vannamei yang dipengaruhi oleh nilai
tukar rupiah serta fluktuasi harga jual benih udang vannamei. 5
PT. Suri Tani Pemuka (STP) merupakan salah satu perusahaan yang mampu
memanfaatkan potensi budidaya air di Indonesia. PT. Suri Tani Pemuka berdiri sejak
tahun 1987 sebagai salah satu perusahaan tambak udang terintegrasi pertama di
Indonesia. Kepemilikan saham PT. Suri Tani Pemuka sepenuhnya oleh Japfa
Comfeed Indonesia. Basis utama operasi PT. Suri Tani Pemuka ada di Jawa Timur
yang saat ini mengoperasikan tujuh lokasi tambak udang, satu pabrik pakan udang,
dua pabrik pakan ikan, dua komplek pemrosesan udang serta ikan dan komplek
gudang, dua pabrik pembekuan udang serta tiga buah pembenihan udang. PT. Suri
Tani Pemuka secara komersial memproduksi jenis udang Penaeus monodon, Penaeus
indicus, Penaeus merguensis dan Litopenaeus vannamei serta Seabass dan Tilapia
merah.
Hampir 100 persen dari seluruh udang yang dihasilkan PT. Suri Tani
Pemuka dibudidayakan untuk keperluan produksi olahan internal. PT. Suri Tani
memiliki lebih dari 400 hektar tambak udang di Jawa Timur dan sejak akhir 1995
mulai mengembangkan lahan tambak baru seluas 2.000 hektar di Kalimantan
Selatan. Dalam usahanya untuk terus meningkatkan kualitas produksi udangnya,

5
www.trobos.com. Harga Udang Vaname Melemah. 1 Juli 2007. Diakses tanggal 16 Mei 2009.

6
pada tahun 1996 PT. Suri Tani Pemuka telah membangun tambak pembenihan
(hatchery). Tambak pembenihan udang ini memproduksi aneka jenis udang untuk
menghasilkan benur yang berkualitas tinggi. Tambak pembenihan udang pertama
berlokasi di perairan yang masih alami di Bali Utara. Tambak pembenihan saat ini
sangat menguntungkan karena memungkinkan perusahaan untuk menghasilkan benur
udang sesuai kebutuhan dan kualitas yang diinginkan oleh pelanggan atau pasar.
Konsep pembuatan tambak pembenihan memberikan kontribusi yang
positif bagi perusahaan karena benur yang dikelola secara khusus mengurangi
angka kematian sehingga dapat menekan biaya dan menghasilkan keuntungan
yang lebih tinggi. Tahun 1997, tambak pembenihan yang lain dibangun di
Kalimantan Selatan dan telah beroperasi sejak 1998. Pada tahun 2008 PT. Suri
Tani Pemuka menambah tambak benih khusus untuk komoditas udang vannamei
di Anyer, Banten. PT. Suri Tani Pemuka mampu memproduksi benur lebih dari
300 juta post larva per tahunnya6.
Adanya risiko dalam usaha pembenihan udang vannamei dan kenyataan
bahwa PT. Suri Tani Pemuka mampu bertahan dan mengembangkan usahanya
menjadi sesuatu yang menarik untuk dipelajari mengenai manajemen risiko yang
dilakukan PT. Suri Tani Pemuka. Pertanyaan yang perlu dijawab adalah
bagaimana manajemen risiko perusahaan yang diterapkan oleh PT. Suri Tani
Pemuka dalam mengendalikan risiko yang dihadapi baik dari risiko operasional
maupun risiko pasar. Secara khusus pertanyaan yang perlu dijawab adalah:
1. Sumber-sumber risiko apa saja yang terdapat pada usaha pembenihan
udang vannamei baik pada risiko operasional maupun risiko pasar yang
dihadapi PT. Suri Tani Pemuka?
2. Bagaimana tingkat dan dampak risiko yang disebabkan oleh sumber-
sumber risiko pada kegiatan pembenihan udang vannamei terhadap PT.
Suri Tani Pemuka?
3. Bagaimana strategi penanganan risiko yang dilakukan oleh PT. Suri Tani
Pemuka untuk mengendalikan risiko dalam kegiatan pembenihan udang
vannamei?

6
www.japfacomfeed.co.id. Profile PT. Suri Tani Pemuka. Diakses tanggal 9 Februari 2009

7
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian secara umum
adalah bertujuan untuk mempelajari manajemen risiko PT. Suri Tani Pemuka
dalam mengendalikan sumber-sumber risiko yang dihadapi baik dalam risiko
operasional maupun risiko pasar yang di dalamnya terdapat tujuan khusus yaitu:
1. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko operasional dan risiko pasar yang
dihadapi oleh PT. Suri Tani Pemuka.
2. Menganalisis tingkat dan dampak risiko yang disebabkan oleh sumber-
sumber risiko pada kegiatan pembenihan udang vaname terhadap PT. Suri
Tani Pemuka.
3. Menganalisis strategi penanganan risiko yang dilakukan oleh PT. Suri Tani
Pemuka untuk mengendalikan risiko dalam kegiatan pembenihan udang
vannamei.

1.4. Kegunaan Penelitian


Kegunaan penelitian ini antara lain:
1. Melatih kemampuan penulis dalam menganalisa masalah berdasarkan
fakta dan data yang tersedia yang disesuaikan dengan pengetahuan yang
diperoleh selama kuliah.
2. Sebagai bahan masukan bagi yang membutuhkan serta sebagai literatur
bagi penelitian selanjutnya.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian


1. Produk yang dikaji pada penelitian ini adalah benih udang vannamei yang
dibudidayakan oleh PT. Suri Tani Pemuka.
2. Objek penelitian berupa data primer berupa hasil wawancara dan diskusi
langsung di perusahaan dan data sekunder berupa data harga jual dan data
produksi benih udang vannamei selama tahun 2008.
3. Lingkup kajian masalah yang diteliti adalah mengenai analisis manajemen
risiko yang diterapkan perusahaan sehingga mampu menghadapi risiko
yang disebabkan oleh sumber-sumber risiko baik dalam aspek teknis
maupun aspek ekonomis pada usaha pembenihan udang vannamei.

8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Karakteristik Udang Vannamei
Karakteristik udang vannamei sangat penting diketahui dalam proses
budidaya. Hal ini untuk tujuan memaksimalkan produksi sehingga peningkatan
mutu dan kualitas benih dapat terjaga sebagai usaha meminimalkan tingkat risiko
mortalitas benih. Proses budidaya yang telah disesuaikan dengan karakteristik
udang dapat dijadikan sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan usaha
pembenihan udang vannamei.
Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) merupakan udang introduksi.
Habitat asli udang ini adalah di perairan pantai dan laut Amerika Latin seperti
Meksiko, Nikaragua, dan Puerterico. Udang ini kemudian diimpor oleh Negara-
negara pembudidaya udang di Asia seperti Cina, India, Thailand, Bangladesh,
Vietnam dan Malaysia. Dalam perkembangannya Indonesia juga kemudian
memasukkan udang vannamei sebagai salah satu jenis udang budidaya tambak,
selain udang windu (Penaeus monodon) dan udang putih/udang jrebung (Penaeus
merguiensis) yang sudah terkenal terlebih dahulu (Amri dan Kanna, 2008).
Secara internasional, udang vannamei dalam dunia perdagangan dikenal
sebagai White leg shrimp atau Western white shrimp atau Pacific white leg
shrimp. Secara ilmiah, udang vannamei termasuk golongan crustaceae (udang-
udangan) dan dikelompokkan sebagai udang laut atau udang penaide bersama
dengan udang jenis lainnya (Amri dan Kanna, 2008).
Udang vannamei memiliki tubuh yang dibalut kulit tipis keras dari bahan
chitin berwarna putih kekuning-kuningan dengan kaki berwarna putih. Tubuh
udang vannamei dibagi menjadi dua bagian besar, yakni bagian cepalothorax
yang terdiri atas kepala dan dada serta bagian abdomen yang terdiri atas perut dan
ekor. Induk betina siap pijah umumnya berukuran 35-40 gram/ekor, sedangkan
ukuran siap panen di tambak umur 100 hari (3,5 bulan) adalah 60-80 (60-80
ekor/kg) atau rata-rata ukuran 70 untuk kepadatan tebar 80 ekor PL (post larva)
dengan SR (survival rate/derajat kelangsungan hidup) sekitar 80 persen (Amri dan
Kanna, 2008).
Udang vannamei memiliki karakteristik kultur yang unggul. Berat udang ini
dapat bertambah lebih dari tiga gram tiap minggu dalam kultur dengan densitas tinggi
(100 udang/m2). Berat udang dewasa dapat mencapai 20 gram dan diatas berat
tersebut udang vannamei tumbuh dengan lambat yaitu sekitar satu gram per minggu.
Udang betina tumbuh lebih cepat daripada udang jantan. Udang vannamei memiliki
toleransi salinitas yang lebar, yaitu 2-40 ppt, tapi akan tumbuh cepat pada salinitas
yang lebih rendah, saat lingkungan dan daerah isoosmotik. Temperatur juga
memiliki pengaruh yang besar pada pertumbuhan udang. Udang vannamei akan
mati jika hidup pada air dengan suhu dibawah 15 derajat celcius atau diatas 33
derajat celcius selama 24 jam atau lebih. Temperatur yang cocok pada
pertumbuhan udang vannamei adalah 23-30 derajat celcius (Amri dan Kanna,
2008).
Menurut Lim et al., (1989) dalam Mahendra (2007), perkembangan larva
udang penaide terdiri dari beberapa stadia yaitu:
1. Stadia nauplius
Nauplius bersifat planktonik dan phototaksis positif. Udang yang masih
dalam stadia ini belum memerlukan makanan dikarenakan masih memiliki kuning
telur. Perkembangan stadia nauplius terdiri dari enam stadium. Nauplius memiliki
tiga pasang organ tubuh yaitu antena pertama, antena kedua dan mandible.
2. Stadia zoea
Perubahan bentuk dari nauplius menjadi zoea memerlukan waktu kira-kira
40 jam setelah penetasan. Pada stadia ini larva cepat bertambah besar. Tambahan
makanan yang diberikan sangat berperan dan mereka aktif memakan
phytoplankton. Stadia akhir zoea juga memakan zooplankton. Zoea sangat sensitif
terhadap cahaya yang sangat kuat dan ada juga yang lemah diantara tingkat stadia
zoea tersebut.
3. Stadia mysis
Larva mencapai stadia mysis pada hari ke lima setelah penetasan. Larva
pada stadia ini kelihatan lebih dewasa sari dua stadia sebelumnya. Stadia mysis
lebih kuat dari stadia zoea dan dapat bertahan dalam penanganan. Stadia mysis
memakan phytoplankton dan zooplankton, akan tetapi lebih menyukai
zooplankton menjelang stadia mysis akhir.

10
4. Stadia post larva
Perubahan bentuk dari mysis menjadi post larva terjadi pada hari
kesembilan. Stadia post larva mirip dengan udang dewasa, dimana lebih kuat dan
lebih dapat bertahan dalam penanganan. Post larva bersifat planktonik, dimana
mulai mencari jasad hidup sebagai makan.
Dibandingkan dengan udang windu, udang vannamei memiliki ukuran
tubuh di bawahnya. Disamping itu, harga jualnya pun relatif lebih murah. Belum
adanya aturan yang jelas dalam pembenihan dan pembudidayaan udang vannamei
memunculkan kekhawatiran terhadap penurunan mutu benih yang disebabkan
oleh kemungkinan terjadinya perkawinan sekerabat. Selain itu, udang vannamei
juga rentan terhadap penyakit TSV (Taura Syndrom Virus). Permasalahan lain
yang dapat memunculkan risiko adalah karena udang vannamei tidak ada di
perairan Indonesia. Maka untuk pengembangbiakannya perlu dilakukan impor
induk (Amri dan Kanna, 2008).
Udang yang dijadikan sebagai induk sebaiknya bersifat SPF (Spesific
Pathogen Free). Udang tersebut dapat dibeli dari jasa penyedia udang induk yang
memiliki sertifikat SPF. Keunggulan udang tersebut adalah resistensinya terhadap
beberapa penyakit yang biasa menyerang udang, seperti white spot, dan lain-lain.
Udang tersebut didapat dari sejumlah besar famili dengan seleksi dari tiap
generasi menggunakan kombinasi seleksi famili dan seleksi massa (WFS). Induk
udang tersebut adalah keturunan dari kelompok famili yang diseleksi dan
memiliki sifat pertumbuhan yang cepat, resisten terhadap TSV dan daya hidup di
kolam tinggi (Erwinda, 2008).

2.2. Pembenihan Udang Vannamei


Proses pembenihan yang biasa dilakukan pada pembenihan (hatchery)
udang komersial adalah dengan cara perkawinan alami untuk menghasilkan larva.
Keuntungan perkawinan alami dibandingkan dengan inseminasi buatan adalah
jumlah naupli yang dihasilkan tiap udang betina sekali bertelur lebih banyak
dibandingkan naupli yang dihasilkan dengan metode inseminasi buatan7.

7
www.ptppa.com/detilnews.asp?id=3430&kode=8-15k-. Lampung Butuh Pengolah Udang.
Diakses tanggal 9 Desember 2008

11
Induk udang vannamei dikumpulkan dan dipelihara dalam kondisi normal
untuk maturasi dan kawin secara alami. Setiap sore dilakukan pemeriksaan untuk
melihat udang betina yang sudah kawin akan memperlihatkan adanya
spermatophore yang melekat. Saat pagi hari, betina yang ada di dalam tangki
peneluran dipindahkan lagi ke dalam tangki maturasi. Dalam waktu 12 sampai 16
jam, telur-telur dalam tangki peneluran akan berkembang menjadi naupli.
Ovum pada udang betina biasanya mengalami reabsorbsi tanpa adanya
peneluran lagi. Masalah tersebut dapat dikurangi dengan cara ablasi salah satu
tangkai mata yang menyediakan hormon yang berfungi sebagai stimulus untuk
reabsorbsi ovum. Ablasi dilakukan degan cara membakar, mengeluarkan isi dari
salah satu batang mata keluar melalui bola mata dan melukai batang mata dengan
gunting. Udang yang akan diablasi dipersiapkan untuk memasuki puncak
reproduktif. Jika ablasi dilakukan pada tahap premolting maka akan menyebabkan
molting, ablasi segera setelah udang molting dapat menyebabkan kematian dan
ablasi selama intermolt menyebabkan perkembangan ovum (Erwinda, 2008).
Sistem reproduksi udang vannamei betina terdiri dari sepasang ovarium,
oviduk, lubang genital dan thelycum. Organ reproduksi utama dari udang jantan
adalah testes, vasa deferensia, petasma dan apendiks maskulina. Prilaku kawin
pada udang vannamei dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan seperti
temperatur air, kedalaman, intensitas cahaya dan fotoperiodisme. Udang jantan
hanya akan kawin dengan udang betina yang memiliki ovarium yang sudah
matang. Kontak antena yang dilakukan oleh udang jantan pada udang betina
dimaksudkan untuk pengenalan reseptor seksual pada udang (Amri dan Kanna,
2008).
Proses kawin alami pada kebanyakan udang biasanya terjadi pada malam
hari. Akan tetapi, udang vannamei paling aktif kawin pada saat matahari
tenggelam. Spesies udang vannamei memiliki tipe thelycum tertutup sehingga
udang tersebut kawin saat udang betina pada tahap Interpol atau setelah maturasi
ovarium selesai dan udang akan bertelur dalam satu atau dua jam setelah kawin.
Peneluran terjadi pada saat udang betina mengeluarkan telurnya yang sudah
matang. Proses tersebut berlangsung kurang lebih selama dua menit. Udang
vannamei biasa bertelur pada malam hari atau beberapa jam setelah kawin. Udang

12
betina tersebut harus dikondisikan sendirian agar perilaku kawin alami muncul
(Erwinda, 2008).

2.3. Risiko dalam Pembenihan Udang Vannamei


Adanya pertumbuhan budidaya udang lebih menguatkan Indonesia sebagai
salah satu produsen udang dunia. Pertumbuhan ini diharapkan mampu
meningkatkan taraf hidup pembudidaya skala kecil, meningkatkan penerimaan
dan devisa negara, mendorong perluasan dan kesempatan kerja, meningkatkan
mutu produksi, produktivitas, nilai tambah dan daya saing produk, serta
pemanfaatan sumberdaya lahan secara optimal dengan tetap menjaga kelestarian
sumberdaya lahan budidaya dan lingkungan hidup.
Masuknya udang vannamei ke Indonesia berawal dari kondisi
pembudidayaan udang windu yang mengalami berbagai kesulitan akibat serangan
penyakit dan juga kasus tingginya kandungan residu antibiotika dalam tubuh
udang yang mengakibatkan terganggunya proses produksi dan pemasaran
terutama untuk pasar ekspor. Karena kondisi tersebut belum ditangani secara
tuntas, maka banyak pembudidaya yang kemudian beralih ke komoditi lain.
Salah satu pilihannya adalah membudidayakan udang vannamei. Namun
pada kenyataannya, perkembangan usaha pembenihan udang vannamei tidak luput
dari permasalahan yang disebabkan karena terjadinya risiko bisnis. Risiko yang
terjadi adalah risiko operasional dan risiko pasar. Risiko operasional yang
dihadapi dalam usaha pembenihan udang vannamei meliputi kerugian yang
disebabkan oleh munculnya penyakit yang menyerang benih, faktor cuaca,
kurangnya pengetahuan dan pengawasan pada proses pembenihan, tingkat
mortalitas yang disebabkan oleh proses pengepakan, panen dan pengangkutan
benih udang.
Penelitian mengenai adanya risiko operasional pada dunia usaha pertanian
telah dilakukan oleh Trangjiwani (2008) pada komoditas sayuran. Risiko
operasional yang muncul tidak jauh berbeda dengan risiko yang ada pada usaha
pembenihan udang vannamei. Pada usaha pembudidayaan sayuran, risiko
operasional yang sering muncul pada umumnya disebabkan oleh risiko sistem,
proses pembudidayaan, SDM dan risiko eksternal.

13
Pada usaha pembenihan udang vannamei, risiko operasional yang sering
muncul salah satunya disebabkan oleh tingginya tingkat kematian yang
disebabkan oleh penyakit. Menurut Amri dan Kanna (2008), penyakit yang kerap
menyerang udang vannamei sejak dari proses pembenihan adalah penyakit
WSSV, penyakit IHHNV (Invectious Hypodermal Hematopoetic Virus) dan
Leginidium disease. Adanya berbagai penyakit yang menyerang benih udang
vannamei ini dapat menyebabkan kerugian bagi pihak hatchery karena penyakit-
penyakit ini dapat meningkatkan tingkat kematian benih udang vannamei.
Daerah-daerah yang membudidayakan udang vannamei saat ini tersebar di
daerah Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Bali, dan
beberapa daerah di Sulawesi. Selain di Indonesia, maraknya budidaya udang
vannamei juga terjadi di belahan bumi lainnya seperti Thailand, Cina, Brazil,
Ekuador, Meksiko, dan beberapa Negara Amerika Latin. Negara-negara tersebut
tercatat sebagai produsen udang vannamei utama di dunia.8
Sebagai udang introduksi, benur udang vannamei tidak terdapat di perairan
Indonesia secara alami. Oleh sebab itu, pengadaan benur udang vannamei
sepenuhnya mengandalkan produksi hatchery (panti benih). Permasalahan utama
yang dihadapi pihak pembenihan adalah tingginya harga induk penjenis yang
bersertifikat yang harus diimpor oleh pihak hatchery. Permasalahan lain yang
disebabkan oleh impor induk penjenis adalah nilai tukar rupiah terhadap mata
uang asing yang berfluktuasi. Jika induk penjenis diperoleh dengan mengimpor
induk penjenis yang murah, maka risiko yang dihadapi berupa induk asal tersebut
tidak jelas asal-usulnya secara pasti sehingga sering merugikan pihak hatchery.
Inbreeding (perkawinan sekerabat) dapat dihindari dengan penerapan
kriteria tumbuh cepat dengan sumber benur dari beberapa hatchery. Induk yang
berasal dari impor harus bermutu baik dan jelas asal-usulnya. Induk ini kemudian
dijadikan induk-induk penjenis, lalu disilangkan dengan secara terarah dengan
induk hasil seleksi di Indonesia. Benur-benur hasil induk seperti inilah (F1) yang
seharusnya dibudidayakan di tambak. Akan tetapi, dalam menghasilkan benih
yang seperti ini, dibutuhkan pengontrolan terhadap kegiatan pembenihan. Selain
itu, diperlukan pemahaman mengenai keragaman genetik sehingga tidak
8
Trobos. No 100, edisi Januari 2008 Tahun IX. Perkembangan Budidaya Udang
Vannamei sebagai Udang Pengganti Windu.

14
menerapkan kaidah perkawinan silang. Jika syarat ini tidak dapat dipenuhi oleh
hatchery maka, risiko terjadinya inbreeding akan tinggi. Hatchery yang baik dan
bersertifikat akan memproduksi benih F1 untuk dijual kepada petambak (Amri
dan Kanna,2008).
Beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk melihat benih udang yang
berkualitas adalah (Amri dan Kanna, 2008): (1) Antena atau antennula yang
terdapat pada kepala benur harus utuh, lengkap, tidak patah (normal), serta
ukurannya panjang, (2) Benur yang akan dipilih harus dilihat kondisi isi ususnya.
Benur yang dipilih adalah benur yang memiliki isi usus yang penuh, (3) Uropoda
yang membuka dan tidak mengalami cacat menunjukkan benur tersebut
berkualitas baik, (4) Otot ekor harus memperlihatkan kondisi otot yang sempurna,
bersih dan berwarna jernih, (5) Warna tubuh benih udang yang sehat adalah abu-
abu cerah kecoklatan gelap hingga jingga, (6) Kondisi tubuh benih yang bersih
dan mulus menunjukkan adanya pergantian kulit yang sempurna, yang sekaligus
menandakan benih tersebut tumbuh cepat, (7) Benih yang berkualitas baik akan
berenang aktif dan responsif terhadap rangsangan.
Kriteria ini harus mampu dipenuhi oleh pihak pembenihan udang dengan
menerapkan persyaratan pembenihan yang bersertifikat dengan menggunakan
induk penjenis yang bersertifikat, menerapkan proses perkawinan silang yang
terarah dengan induk hasil seleksi di Indonesia serta penerapan proses
pengontrolan yang dilakukan oleh pihak yang berkompeten dalam bidang
pembenihan. Jika persyaratan ini tidak mampu dipenuhi oleh pihak pembenih,
maka risiko yang dihadapi berupa terhambatnya proses pemasaran benih.
Proses lain yang sangat penting dalam kegiatan pembenihan adalah proses
pemanenan benih, pengepakan, dan pengangkutan benih menuju lokasi
pembesaran. Proses ini harus dilakukan dan diawasi dengan ketat karena sangat
berpengaruh pada benih udang. Proses yang dilakukan tanpa pengawasan yang
tepat akan menyebabkan risiko mortalitas benih yang tinggi. Hal ini dibuktikan
pada penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2008) yang menjelaskan bahwa
tingkat risiko pada usaha pembibitan ayam broiler ditentukan oleh proses
pengangkutan DOC menuju konsumen. Distribusi DOC yang kurang diawasi dan
ditangani dengan baik sering menimbulkan tingginya mortalitas DOC.

15
Risiko lain yang dihadapi adalah dalam aspek ekonomis udang vannamei.
Jika dibandingkan dengan udang jenis lainnya, harga udang vannamei lebih
berfluktuasi. 9 Hal ini disebabkan karena udang vannamei merupakan udang
introduksi yang baru merambah pasar sehingga belum semua masyarakat
mengenal jenis udang vannamei ini. Hal serupa dialami komoditas pertanian
lainnya seperti yang disimpulkan oleh Rosiana, N (2008) dalam penelitiannya
mengenai komoditas akar wangi yang mengalami kendala dalam proses
pembudidayaan dan penyulingan akar wangi dihadapkan pada risiko pasar yang
disebabkan oleh fluktuasi harga output dan fluktuasi produksi.
Fluktuasi harga pasar benih udang vannamei merupakan indikasi
terjadinya risiko pasar benih udang vannamei yang dapat memperlihatkan
besarnya tingkat risiko pasar yang dihadapi oleh pengusaha ataupun investor dan
dapat menunjukkan tingkat pengembalian terhadap risiko. Iskandar (2006), dalam
penelitiannya menggunakan data pergerakan harga saham pada perusahaan rokok
dan diukur tingkat risiko yang dihadapi dalam investasi pada saham rokok
menyimpulkan bahwa saham yang memiliki tingkat risiko yang tinggi mempunyai
tingkat pengembalian yang tinggi pula.
Tingkat harga dapat pula dijadikan sebagai variabel untuk mengukur
besarnya pendapatan dan risiko yang dihadapi dalam kegiatan diversifikasi usaha.
Penelitian yang dilakukan oleh Sulistiyawati (2005), dengan menggunakan tingkat
harga dan pendapatan kemudian dianalisis menggunakan metode analisis
pendapatan, analisis imbangan penerimaan biaya dan analisis risiko (metode
koefisien korelasi, single index portofolio, dan linear programming). Hal ini dapat
dilihat pada penelitian mengenai risiko diversifikasi pada komoditas hortikultura.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komoditas jagung acar memiliki rasio
total yang lebih rendah dibandingkan dengan tingkat risiko yang dihadapi oleh
komoditas lain.
Berbagai kriteria risiko yang muncul dalam usaha pembenihan udang
vannamei dapat ditangani sesuai dengan status risiko yang muncul dari berbagai
sumber risiko. Sumber risiko yang muncul baik dari aspek teknis yang meliputi
kegiatan produksi benih maupun aspek ekonomis yang meliputi kegiatan

9
Loc.cit

16
pemasaran benih udang vannamei dapat ditangani sedemikian rupa sehingga
risiko yang muncul dapat ditangani dengan tepat dalam usaha meminimalkan
risiko. Hal ini selaras dengan yang disimpulkan oleh Trangjiwani (2008), dalam
penelitiannya yang menyimpulkan bahwa risiko operasional yang muncul dalam
kegiatan budidaya sayuran dapat ditangani dengan memprioritaskan risiko krusial
terlebih dahulu. Risiko yang paling tinggi nilai status risikonya terdapat pada
komoditas tomat dengan menerapkan langkah detect and monitor serta dilakukan
melalui upaya low control pada sumber-sumber risiko.
Dari pustaka yang telah diuraiankan di atas dapat disimpulkan bahwa
dalam usaha yang berbasis pada pertanian baik usaha pembudidayaan, pembibitan
maupun pengolahan hasil atau industri hilir pada komoditas hortikultura, tanaman
perkebunan dan peternakan mempunyai risiko usaha. Sumber-sumber terjadinya
risiko dapat dibedakan menjadi risiko operasional dan risiko pasar. Risiko
operasional usaha dapat disebabkan oleh tingkat mortalitas, penyakit atau
kerusakan pada komoditas atau kesalahan penanganan oleh tenaga kerja maupun
faktor eksternal seperti cuaca. Risiko pasar dapat terjadi dikarenakan adanya
fluktuasi harga pada komoditas pertanian baik tanaman perkebunan, tanaman
hortikultura dan komoditas peternakan.
Terjadinya risiko pada usaha pertanian ini dapat diukur menggunakan
beberapa metode. Pengukuran probabilitas dan dampak risiko dapat dilakukan
dengan metode aproksimasi, sedangkan pengukuran dampak risiko pasar dapat
diukur menggunakan tingkat harga menggunakan metode Value at Risk.
Pengukuran tingkat risiko pada diversifikasi usaha dapat dilakukan menggunakan
metode koefisien korelasi. Penelitian yang mempelajari aspek risiko pada usaha
perikanan akan dilakukan sebagai bahan masukan pada pustaka-pustaka
selanjutnya. Produk perikanan yang akan diteliti adalah komoditas udang yang
merupakan salah satu produk andalan impor dengan menilai bahwa produk ini
memiliki risiko yang sama dengan komoditas pertanian lainnya.

17
III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis


3.1.1. Manajemen Risiko
Manajemen risiko dapat didefinisikan sebagai kumpulan langkah-langkah yang
berfungsi untuk membantu perusahaan dalam memahami dan mengatur ketidakpastian
atau risiko yang mungkin timbul selama proses usaha (Pressman, 2001 dalam Yulianto,
2008). Manajemen risiko berfungsi untuk mengenali risiko yang sering muncul,
memperkirakan probabilitas terjadinya risiko, menilai dampak yang ditimbulkan risiko
dan menyiapkan rencana penanggulangan dan respon terhadap risiko.
Manajemen risiko perusahaan (enterprise risk management) adalah cara
bagaimana menangani semua risiko yang ada dalam perusahaan dalam usaha
mencapai tujuan. Penanganan risiko dapat dianggap sebagai salah satu fungsi dari
manajemen (Kountur, 2008). Sasaran utama dari manajemen risiko perusahaan
adalah menghindari risiko. Manajemen risiko merupakan suatu proses dan
struktur yang diarahkan untuk merealisasikan peluang potensial sekaligus
mengelola dampak yang merugikan.
Pentingnya manajemen risiko diantaranya adalah untuk menerapkan tata
kelola usaha yang baik, menghadapi kondisi lingkungan usaha yang cepat
berubah, mengukur risiko usaha, pengelolaan risiko yang sistematis serta untuk
memaksimumkan laba. Konsep manajemen risiko yang penting untuk penilaian
suatu risiko diantaranya adalah tingkat maksimum kerusakan yang akan dialami
perusahaan jika terjadi suatu peristiwa yang menimbulkan risiko atau yang disebut
dengan eksposur, besarnya kemungkinan suatu peristiwa yang berisiko, besarnya
kerusakan yang akan dialami oleh perusahaan, waktu yang dihabiskan untuk
terekspos dalam risiko (Lam, 2007). Manajemen risiko dalam hal ini berfungsi
untuk mengenali risiko yang mungkin muncul, memperkirakan probabilitas
munculnya risiko, menilai dampak yang ditimbulkan risiko, dan menyiapkan
rencana penanggulangan dan respons terhadap risiko.
Berdasarkan konsep dasar manajemen risiko, pandangan yang ditawarkan
oleh manajemen risiko di dalam mengelola risiko adalah bahwa risiko dapat
didekati dengan menggunakan suatu kerangka pikir yang sangat rasional. Hal ini
dimungkinkan dengan berkembangnya teori probabilitas dan statistik yang
memungkinkan kita memiliki alat untuk memilah, mengkuantifikasi dan
mengukur risiko (Batuparan, 2001).
Proses manajemen risiko dimulai dengan mengidentifikasi sumber risiko
krusial apa saja yang terjadi di perusahaan. Sumber risiko dapat terbagi menjadi
tiga bagian yaitu risiko lingkungan adalah kekuatan-kekuatan lingkungan yang
menghalangi pelaksanaan strategi dan tujuan perusahaan, risiko proses yaitu
proses bisnis yang dapat menimbulkan jurang pemisah antara strategi dan tujuan
bisnis, serta risiko informasi yaitu adanya informasi yang tidak relevan dan tidak
dapat diandalkan untuk pengambilan keputusan.
Tahap identifikasi ini akan menghasilkan output berupa daftar risiko yang
kemudian akan dilakukan pengukuran risiko. Pengukuran risiko terdiri dari tahap
pengukuran dampak dan kemungkinan terjadinya risiko yang kemudian akan
menunjukkan status risiko dalam perusahaan. Pengukuran status risiko ini akan
dibantu oleh peta risiko yang akan menunjukkan posisi risiko. Posisi risiko inilah
yang kemudian akan membantu membentuk perumusan manajemen risiko yang
tepat untuk pengelolaan risiko yang terjadi (Kountur, 2008).
Penerapan hukum Pareto sangat penting dalam manajemen risiko. Hukum
Pareto pertama kali dikemukakan oleh seorang ahli ekonomi yang bernama
Vilfredo Pareto (1848-1923). Ia mengamati bahwa umumnya 80 persen kekayaan
suatu negara dikuasai oleh 20 persen penduduk. Hasil pengamatan ini bukan
hanya terjadi pada perekonomian suatu negara tetapi terjadi pada hampir semua
aspek kehidupan termasuk risiko. Hukum Pareto ini sering dikenal dengan sebutan
hukum 80:20 atau 20:80. Aplikasi hukum ini pada risiko yaitu 80 persen kerugian
perusahaan disebabkan oleh 20 persen risiko yang krusial. Jika 20 persen risiko
yang krusial ini dapat ditangani dengan baik, maka kerugian sebesar 80 persen
sudah dapat dihindari (Kountur, 2008).

3.1.2. Definisi dan Konsep Risiko


Pada dasarnya setiap usaha memiliki risiko, namun apakah risiko tersebut
dapat dideteksi lebih dini atau dapat muncul dengan tiba-tiba, dan jika risiko
tersebut terjadi apakah besarnya risiko tersebut dapat mempengaruhi usaha yang
sedang dijalankan. Secara sederhana risiko diartikan sebagai kemungkinan
kejadian yang merugikan. Ada tiga unsur penting dari sesuatu yang dianggap

19
sebagai risiko: (1) merupakan suatu kejadian, (2) kejadian tersebut masih
merupakan kemungkinan (bisa terjadi atau tidak terjadi), (3) jika sampai terjadi,
akan menimbulkan kerugian (Kountur, 2008).
Definisi konseptual mengenai risiko menurut Robert Charette 10 risiko
berhubungan dengan kejadian di masa yang akan datang yang melibatkan
perubahan dan melibatkan pilihan dan ketidakpastian. Risiko sangat erat
kaitannya dengan teori probabilitas. Risiko itu sendiri didefinisikan sebagai suatu
kejadian yang masih merupakan kemungkinan. Oleh karena itu, untuk dapat
mengelola suatu risiko, maka sangat diperlukan perhitungan probabilitas
(kemungkinan terjadinya) risiko yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Setelah kemungkinan (probabilitas) diketahui, maka pihak manajemen risiko
dapat merumuskan kegiatan potensial yang dapat meminimalisir kemungkinan
terjadinya risiko tersebut.
Risiko berhubungan dengan ketidakpastian, akan tetapi terdapat perbedaan
antara risiko dan ketidakpastian. Ketidakpastian ini terjadi akibat kurangnya atau
tidak tersedianya informasi yang menyangkut apa yang akan terjadi (Kountur, 2004).
Risiko terjadi karena adanya pengaruh dari dalam dan dari luar perusahaan. Pengaruh
terjadinya risiko yang berasal dari luar perusahaan diantaranya terjadi karena kondisi
dunia internasional sehingga mempengaruhi kondisi ekonomi negara kita, teknologi
yang dapat menimbulkan inovasi usaha atau efisiensi dalam operasional usaha,
peraturan pemerintah terhadap dunia usaha serta kekuatan ekonomi masyarakat
dalam membeli produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
Pengaruh terjadinya risiko yang berasal dari dalam perusahaan diantaranya
karena strategi yang dipilih perusahaan dalam menjalankan usahanya. Pada saat
perusahaan menentukan strategi maka sejauh mana strategi tersebut dapat
meminimalkan risiko. Hal tersebut mengandung ketidakpastian sehingga dapat
menimbulkan risiko bagi para pemegang kepentingan perusahaan. Sikap pembuat
keputusan dalam menghadapi risiko dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori
yaitu sebagai berikut11:

10
www.blogspot.com. Manajemen Risiko Usaha Kecil dan Menengah. Diakses tanggal 18 April
2009.
11
www.deshion.com. Mengelola Risiko Bisnis. Diakses tanggal 15 Januari 2009

20
1. Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko (risk aversion). Sikap ini
menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan maka
pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menaikkan keuntungan yang
diharapkan yang merupakan ukuran tingkat kepuasan.
2. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (risk taker). Sikap ini
menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan maka
pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan keuntungan yang
diharapkan.
3. Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (risk neutral). Sikap ini
menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan maka
pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan atau menaikkan
keuntungan yang diharapkan.

3.1.3. Klasifikasi Risiko


Risiko timbul dalam berbagai bentuk dan besaran. Para profesional
manajemen risiko umumnya mengenal tiga jenis risiko utama, yaitu:
1. Risiko pasar yaitu risiko pergerakan harga yang berdampak negatif terhadap
perusahaan.
2. Risiko kredit yaitu risiko kegagalan pelanggan, pihak ketiga, atau pemasok
untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya. Risiko kredit misalnya mencakup
kegagalan bayar seorang peminjam hingga kegagalan suatu pemasok memenuhi
tenggat waktu karena masalah kredit.
3. Risiko operasional yaitu risiko kegagalan orang, proses dan sistem, atau
risiko terjadinya suatu peristiwa eksternal (misalnya gempa bumi, kebakaran)
yang berdampak negatif terhadap perusahaan (Lam, 2007).
Risiko pasar atau yang dikenal juga dengan istilah market risk merupakan
risiko munculnya kerugian yang disebabkan oleh pergerakan harga di pasar
(Batuparan, 2001). Pada usaha pembenihan udang vannamei, risiko pasar sangat
memungkinkan terjadi dan merupakan masalah utama yang sering terjadi. Risiko
pasar ini dapat dilihat dari adanya fluktuasi benih udang vannamei yang
disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang paling berpengaruh
adalah karena udang vannamei merupakan salah satu udang introduksi yang baru
merintis pasar sehingga belum semua masyarakat mengenal jenis udang ini.

21
Risiko operasional merupakan risiko yang disebabkan oleh kegagalan atau
ketidakcukupan proses internal, manusia dan sistem atau kejadian eksternal
(Tampubolon, 2004 dalam Trangjiwani, 2008). Risiko operasional akan berdampak
pada seluruh kegiatan bisnis karena risiko operasional melekat pada ketika melakukan
kegiatan operasional sehari-hari. Risiko operasional dapat muncul karena kesalahan
atau kecurangan manusia, kegagalan sistem, proses dan faktor eksternal.
Pada usaha pembenihan udang vannamei, keberhasilan usaha sangat
ditentukan oleh kegiatan operasional. Proses pembenihan yang membutuhkan
teknologi, keterampilan dari tenaga kerja dalam proses pembenihan sangat
dibutuhkan. Selain itu, tingkat ketelitian dalam berbagai proses yang dimulai dari
pembenihan hingga benih sampai pada tangan konsumen sangat dibutuhkan
sebagai faktor penentu keberhasilan usaha. Jika faktor-faktor ini tidak dapat
terpenuhi, maka tingkat risiko operasional yang muncul akan tinggi dan dapat
menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
Risiko juga dapat diklasifikasikan dari sudut pandang penyebab timbulnya
risiko, akibat yang ditimbulkan, aktivitas yang dilakukan dan sudut pandang
kejadian yang terjadi (Kountur, 2008):
1. Risiko Dari Sudut Pandang Penyebab
Risiko jika diklasifikasikan dalam sudut pandang penyebab kejadian dapat
dibedakan kedalam risiko keuangan dan risiko operasional. Risiko keuangan
terjadi karena disebabkan oleh faktor-faktor keuangan seperti perubahan harga,
tingkat bunga, dan mata uang asing. Sedangkan risiko operasional merupakan
risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor non keuangan seperti manusia,
teknologi, dan alam.
2. Risiko Dari Sudut Pandang Akibat
Menurut Kountur (2008), ada dua kategori risiko jika dilihat dari sudut pandang
akibat yang ditimbulkan yaitu: (1) risiko murni, yaitu risiko yang akibat yang
ditimbulkan hanya berupa sesuatu yang merugikan dan tidak memungkinkan
adanya keuntungan, dan (2) risiko spekulatif, yaitu risiko yang memungkinkan
untuk menimbulkan suatu kerugian atau menimbulkan keuntungan.

22
3. Risiko Dari Sudut Pandang Aktivitas
Aktivitas dapat menimbulkan berbagai macam risiko, misalnya aktivitas
pemberian kredit oleh bank yang risikonya dikenal dengan risiko kredit. Contoh
lain dari sudut pandang penyebab terjadinya risiko adalah ketika seseorang
melakukan perjalanan dan dalam perjalanannya dihadapkan pada risiko. Risiko
semacam ini disebut juga dengan risiko perjalanan. Banyaknya risiko dari sudut
pandang penyebab adalah sebanyak jumlah aktivitas yang ada (Kountur, 2008).
4. Risiko Dari Sudut Pandang Kejadian
Risiko yang dinyatakan berdasarkan kejadian merupakan pernyataan risiko yang
paling baik, misalnya terjadi kebakaran, maka risiko yang terjadi adalah risiko
kebakaran. Contoh lain adalah kejadian anjloknya nilai tukar rupiah terhadap mata
uang asing. Risiko yang dinyatakan dari kejadian ini adalah risiko anjloknya nilai
tukar rupiah.

3.1.4. Pengukuran Risiko


Mengelola manajemen risiko usaha memerlukan kerangka manajemen
risiko. Kerangka manajemen risiko menurut Australian Risk Management
Standard,12 terdiri dari beberapa langkah. Langkah pertama yang harus dilakukan
adalah menetapkan visi dan misi perusahaan , langkah kedua adalah
mengidentifikasi risiko yang ada pada usaha, langkah ketiga adalah menganalisa
risiko yang telah diidentifikasi sebelumnya. Langkah analisa ini bertujuan untuk
menentukan tingkat pengendalian terhadap risiko dengan mempertimbangkan
tingkat kemungkinan dan dampak risiko terhadap perusahaan. Dalam langkah
analisa inilah dilakukan pengukuran risiko.
Menurut Batuparan (2001), pengukuran risiko dibutuhkan sebagai dasar
(tolok ukur) untuk memahami signifikansi dari akibat (kerugian) yang akan
ditimbulkan oleh terealisirnya suatu risiko, baik secara individual maupun
portofolio, terhadap tingkat kesehatan dan kelangsungan usaha. Lebih lanjut
pemahaman yang akurat tentang signifikansi tersebut akan menjadi dasar bagi
pengelolaan risiko yang terarah dan berhasil guna.
Signifikansi suatu risiko maupun portofolio risiko dapat
diketahui/disimpulkan dengan melakukan pengukuran terhadap dimensi risiko yaitu:

12
www.blogspot.com. Manajemen Risiko Usaha Kecil. Diakses Tanggal 18 April 2009

23
(1) kuantitas risiko yaitu jumlah kerugian yang mungkin muncul dari terjadinya
risiko, (2) kualitas risiko yaitu probabilitas dari terjadinya risiko. (Batuparan, 2001).
Semakin tinggi tingkat kemungkinan terjadinya risiko (probabilitas) maka semakin
besar pula tingkat risikonya. Semakin tinggi dampak yang ditimbulkan dari
terjadinya suatu risiko maka semakin besar tingkat risikonya.
Pengukuran kemungkinan terjadinya risiko bertujuan untuk mengetahui risiko
apa saja yang besar dan risiko apa saja yang kecil sehingga dalam penanganannya
dapat diketahui risiko-risiko yang perlu diprioritaskan. Mengetahui besarnya
kemungkinan terjadinya risiko juga dapat digunakan sebagai petunjuk strategi
penangan risiko yang sesuai. Risiko-risiko yang kemungkinan terjadinya sangat besar
menggunakan strategi penanganan yang berbeda dengan risiko-risiko yang
kemungkinan terjadinya risiko. Setiap kali terjadi risiko, maka akan memberikan
dampak kerugian. Pada umumnya, kerugian dapat dihitung dalam rupiah. Sehingga
jika terjadi risiko, perusahaan akan mengetahui besar kerugian yang diderita dalam
rupiah.
Hasil pengukuran risiko kemudian akan dimasukkan ke dalam matriks
frekuensi dan signifikansi. Matriks ini akan membantu memperlihatkan posisi
risiko yang dievaluasi dan membantu merancang tindakan yang tepat untuk
menghadapi risiko tersebut (Trangjiwani, 2008).
Menurut Hanafi (2006) dalam Trangjiwani (2008), matriks frekuensi dan
signifikansi dapat dikelompokkan ke dalam empat kuadran dan alternatif
penanganannya, yaitu:
1. Signifikansi kecil dan frekuensi kecil (kuadran 4) = low control
2. Signifikansi besar dan frekuensi kecil (kuadran 2) = detect and monitor
3. Signifikansi kecil dan frekuensi besar (kuadran 3) = monitor
4. Signifikansi besar dan frekuensi besar (kuadran 1) = prevent and source
Frekuensi merupakan kemungkinan terjadinya (probabilitas) dari suatu sumber
risiko, sedangkan signifikansi adalah dampak atau kerugian yang ditimbulkan
akibat terjadinya suatu risiko.

24
Gambar matriks frekuensi dan signifikansi dapat dilihat pada Gambar 1 sebagai
berikut:
Signifikansi
Besar Kuadran 2 Kuadran 1

Kecil
Kuadran 4 Kuadran 3

Kecil Besar
Frekuensi atau Kemungkinan
Gambar 1. Matriks Frekuensi dan Signifikansi
3.1.5. Konsep Penanganan Risiko
Berdasarkan peta risiko, kemudian dapat diketahui cara penanganan risiko
yang tepat untuk dilaksanakan. Ada dua strategi penanganan risiko yaitu
(Kountur, 2008):
1. Preventif
Preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Strategi ini
dilakukan apabila probabilitas risiko besar. Strategi preventif dapat dilakukan
dengan beberapa cara, diantaranya: (1) membuat atau memperbaiki sistem dan
prosedur, (2) mengembangkan sumber daya manusia, dan (3) memasang atau
memperbaiki fasilitas fisik.
2. Mitigasi
Mitigasi adalah strategi penanganan risiko yang dimaksudkan untuk
memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Strategi mitigasi dilakukan
untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang sangat besar. Adapun
beberapa cara yang termasuk ke dalam strategi mitigasi adalah:
a. Diversifikasi
Diversifikasi adalah cara menempatkan asset atau harta dibeberapa tempat
sehingga jika salah satu tempat kena musibah tidak akan menghabiskan semua
asset yang dimiliki. Diversifikasi merupakan salah satu cara pengalihan risiko
yang paling efektif dalam mengurangi dampak risiko.

25
b. Penggabungan
Penggabungan atau yang lebih dikenal dengan istilah merger menekankan pola
penanganan risiko pada kegiatan penggabungan dengan pihak perusahaan lain. Contoh
strategi ini adalah perusahaan yang melakukan merger atau dengan melakukan akuisisi.
c. Pengalihan Risiko
Pengalihan risiko (transfer of risk) merupakan cara penanganan risiko
dengan mengalihkan dampak dari risiko ke pihak lain. Cara ini bermaksud jika
terjadi kerugian pada perusahaan maka yang menanggung kerugian tersebut
adalah pihak lain. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengalihkan
dampak risiko ke pihak lain, diantaranya adalah melalui asuransi, leasing,
outsourcing, dan hedging.
Pengalihan risiko dapat dilakukan dengan cara mengasuransikan asset
perusahaan yang dampak risikonya besar, sehingga jika terjadi kerugian maka
pihak asuransi yang akan menanggung kerugian yang dialami perusahaan sesuai
dengan kontrak perjanjian yang disepakati oleh pihak perusahaan dan pihak
asuransi. Leasing adalah cara dimana asset digunakan tetapi kepemilikannya
adalah pihak lain. Jika terjadi sesuatu pada aset tersebut maka pemiliknya yang
akan menanggung kerugian atas asset tersebut.
Outsourcing merupakan cara dimana pekerjaan diberikan kepada pihak lain
untuk mengerjakannya sehingga jika terjadi kerugian maka perusahaan tidak
menanggung kerugian melainkan pihak yang melakukan pekerjaan tersebutlah
yang menanggung kerugiannya. Hedging merupakan cara pengalihan risiko
dengan mengurangi dampak risiko melalui transaksi penjualan atau pembelian.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melakukan hedging adalah melalui
forward contract, future contract, option dan swap.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional


Usaha pembenihan udang vannamei mempunyai prospek yang sangat baik
untuk dikembangkan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah kegiatan
budidaya udang sebagai salah satu program revitalisasi pertanian yang
dicanangkan pemerintah. Selain itu, peningkatan volume dan nilai ekspor udang
vannamei serta peningkatan tingkat konsumsi udang masyarakat lokal merupakan

26
salah satu indikasi bahwa usaha pembenihan udang vannamei memiliki peluang
yang sangat baik.
Peluang usaha yang masih terbuka lebar tersebut harus dihadapkan dengan
beberapa permasalahan dalam menjalankannya. Salah satu kendala yang dihadapi
adalah permasalahan yang muncul akibat adanya risiko. Risiko dalam usaha
pembenihan udang vannamei dapat muncul dalam bentuk risiko operasional
maupun risiko pasar. Indikasi adanya risiko operasional adalah tidak stabilnya
produksi setiap siklusnya. Sedangkan indikasi adanya risiko pasar yang dihadapi
dalam usaha pembenihan udang vannamei adalah adanya fluktuasi harga input
berupa harga induk dan pakan, serta fluktuasi harga output yaitu harga benih
udang vannamei.
Adanya perubahan produksi yang disebabkan oleh faktor cuaca dan
penyakit yang menyerang benih udang vannamei merupakan salah satu indikasi
terjadinya risiko operasional. Selain itu, faktor lain yang dianggap menyebabkan
risiko operasional adalah proses distribusi produk hingga ke tangan pembeli yang
sering mengakibatkan tingginya tingkat mortalitas benih udang yang tinggi.
PT. Suri Tani Pemuka merupakan salah satu perusahaan yang bergerak
dibidang pembenihan udang vannamei. Menghadapi permasalahan dalam usaha
pembenihan udang tidak membuat PT. Suri Tani Pemuka berhenti berproduksi
tetapi terbukti perusahaan ini mampu mengembangkan usahanya di berbagai
daerah. Pengalaman perusahaan dalam usaha perikanan yang sudah dimulai sejak
tahun 1987 menjadikan perusahaan ini mampu bertahan dengan kinerja yang
dimilikinya untuk mengendalikan segala risiko usaha yang muncul.
Hal ini menjadi permasalahan yang menarik untuk dilakukan pembelajaran
mengenai manajemen risiko yang telah diterapkan perusahaan dalam
mengendalikan terjadinya risiko. Untuk mengetahui kegiatan perusahaan dalam
melakukan manajemen risiko perusahaan dapat dilakukan analisis manajemen
risiko perusahaan. Analisis awal yang dilakukan adalah dengan mengidentifikasi
sumber-sumber risiko apa saja yang sering terjadi di perusahaan. Analisis
dilanjutkan dengan mengklasifikasikan sumber risiko ke dalam peta risiko untuk
mengetahui seberapa krusial sumber risiko yang terdapat dalam perusahaan
tersebut. Analisis lain yang dilakukan adalah dengan mengidentifikasi strategi

27
penanganan risiko yang dilakukan oleh PT. Suri Tani Pemuka. Analisis ini
dilakukan dengan metode analisis deskriptif melalui observasi, wawancara dan
diskusi dengan pihak perusahaan mengenai manajemen risiko yang telah
diterapkan perusahaan.
Analisis yang dilakukan selanjutnya adalah analisis probabilitas dan dampak
dari risiko produksi naupli, produksi benur, risiko derajat kelangsungan hidup benur
dan risiko penerimaan yang dialami perusahaan. Pengukuran probabilitas atau
kemungkinan terjadinya kerugian dapat dilakukan dengan analisis nilai standar atau
dikenal dengan analisis z-score. Pengukuran dampak risiko dilakukan dengan
menggunakan analisis Value at Risk (VaR). Analisis dilakukan menggunakan data
produksi dan harga benur udang vannamei di PT. Suri Tani Pemuka selama tahun
2008.
Hasil analisis ini akan menunjukkan status risiko dalam perusahaan yang
akan dipetakan ke dalam peta risiko. Peta risiko ini akan menunjukkan posisi
risiko dalam perusahaan. Setelah mengetahui posisi risiko, hal selanjutnya yang
dilakukan adalah mempelajari penanganan risiko yang tepat untuk meminimalkan
risiko yang terjadi. Dari beberapa proses ini output yang dihasilkan adalah
pengukuran keefektifan manajemen risiko perusahaan dalam menghadapi risiko
yang dihadapi. Kerangka pemikiran secara ringkas dapat digambarkan sebagai
berikut:

28
Pengalaman dan
Kinerja
PT. Suri Tani Pemuka

Risiko Harga: Risiko Operasional:


- Fluktuasi Harga Input - Penyakit
berupa induk, pakan - Cuaca
- Fluktuasi Harga - Tingkat mortalitas
Output berupa harga Bagaimana Manajemen Risiko
benih yang diterapkan PT. Suri Tani
Pemuka?

Identifikasi Sumber-Sumber Identifikasi Probabilitas


Risiko Menggunakan Analisis dan Dampak Risiko:
Deskriptif pada: - Metode Nilai Standar
- Aspek Teknis - Metode Value at Risk
- Aspek Ekonomis

Kesimpulan dan Saran

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional

29
IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan di PT. Suri Tani Pemuka, yang beralamat di Jl.
Raya Anyer Kosambi II Serang Banten. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja
(purposive), dikarenakan daerah Anyer merupakan salah satu daerah sentra
pembenihan udang di Provinsi Banten. Penelitian dilakukan pada bulan Februari
2009 - April 2009.
Pemilihan lokasi penelitian di PT. Suri Tani Pemuka berdasarkan
pengalaman dan kinerja perusahaan ini dalam melakukan usaha pembenihan
udang vannamei. Kinerja PT. Suri Tani Pemuka telah terbukti dengan
perkembangan perusahaan yang mampu membuka beberapa cabang usaha
pembenihan udang vannamei. Selain itu, PT. Suri Tani Pemuka memiliki
keunggulan lain dibandingkan dengan perusahaan lain dalam kegiatan pengadaan
induk udang vannamei. PT. Suri Tani Pemuka mampu melakukan impor induk
udang untuk mendukung usahanya. Beberapa perusahaan serupa di sekitar lokasi
penelitian melakukan usaha pembenihan udang vannamei, akan tetapi perusahaan-
perusahaan selain PT. Suri Tani Pemuka ini hanya melakukan usaha pembenihan
hanya dengan memelihara benih udang mulai stadia naupli tidak memulai dari
pengadaan induk yang diimpor.

4.2. Data dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara meliputi keadaan umum
perusahaan, manajemen risiko yang diterapkan di perusahaan, dan kegiatan usaha
pembenihan udang vannamei yang dijalankan oleh PT. Suri Tani Pemuka. Data
sekunder diperoleh dari data historis PT. Suri Tani Pemuka berupa data harga
benih udang vaname dan data produksi tahun 2008, data yang diperoleh dari
literatur-literatur dan instansi yang terkait dengan penelitian. Sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data harga dan produksi benih udang
vannamei per siklus panen PT. Suri Tani Pemuka.
4.3. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara
dan diskusi dengan manajer pemasaran dan manajer produksi untuk analisis risiko
dan analisis manajemen risiko perusahaan. Teknik observasi dilakukan untuk
melakukan pengamatan pada kegiatan usaha pembenihan udang vannamei yang
dilakukan oleh PT. Suri Tani Pemuka meliputi proses pembenihan dan strategi
penanganan risiko. Teknik wawancara dan diskusi dilakukan untuk
mengidentifikasi sumber-sumber risiko yang ada dalam usaha pembenihan udang
vannamei serta strategi penanganan risiko yang dilakukan di PT. Suri Tani
Pemuka.

4.4. Metode Pengolahan Data

4.4.1. Analisis Deskriptif


Analisis deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status
kelompok manusia, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran maupun suatu
peristiwa pada masa sekarang. Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi,
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis manajemen risiko
perusahaan, baik risiko operasional maupun risiko pasar yang diterapkan oleh PT.
Suri Tani Pemuka. Analisis deskriptif juga dilakukan untuk mengetahui sumber-
sumber yang menjadi penyebab terjadinya risiko yang muncul pada aspek teknis
maupun aspek ekonomis perusahaan. Analisis dilakukan berdasarkan penilaian
pengambil keputusan di perusahaan secara subjektif yang dilakukan untuk melihat
apakah manajemen risiko yang diterapkan efektif untuk meminimalkan risiko.
Metode analisis deskriptif untuk menganalisis manajemen risiko yang diterapkan
perusahaan dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan diskusi dengan
manajer pemasaran dan manajer produksi.

4.4.2. Pengukuran Kemungkinan Terjadinya Risiko (Probabilitas)


Risiko dapat diukur jika diketahui kemungkinan terjadinya risiko
(probabilitas) dan besarnya dampak risiko terhadap perusahaan. Ukuran pertama

31
dari risiko adalah besarnya kemungkinan terjadinya (probabilitas) yang mengacu
pada seberapa besar probabilitas risiko akan terjadi.
Metode yang digunakan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya risiko
adalah dengan menggunakan metode nilai standar (z-score). Metode ini dapat
digunakan apabila ada data historis dan data berbentuk kontinus (desimal). Pada
penelitian ini, yang akan dihitung adalah kemungkinan terjadinya risiko pada
kegiatan produksi yang meliputi kegiatan produksi naupli, produksi benur dan
derajat kelangsungan hidup, serta kemungkinan terjadinya risiko pada penerimaan
PT. Suri Tani Pemuka dalam kegiatan penjualan benur.
Data yang digunakan untuk menghitung kemungkinan terjadinya risiko
pada kegiatan produksi dan penerimaan adalah data produksi naupli, data produksi
benur, data derajat kelangsungan hidup benur (SR) serta data harga naupli pada
tahun 2008. Jumlah data untuk produksi naupli sebanyak 10 data, jumlah data
untuk produksi benur sebanyak tujuh data, data derajat kelangsungan hidup
sebanyak tujuh data dan data harga benur sebanyak tujuh data. Langkah yang
perlu dilakukan untuk melakukan perhitungan kemungkinan terjadinya risiko
menggunakan metode ini adalah (Kountur, 2008):
1. Menghitung rata-rata
Rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata adalah:
n

∑ xi
i =1
x =
n
Dimana:
x = Rata-rata
xi = Data per i
n = Jumlah data
Rata-rata yang dimaksud pada rumus ini adalah rata-rata terjadinya risiko
yang dianggap merugikan perusahaan yang akan ditentukan oleh
perusahaan.

32
2. Menghitung nilai standar deviasi

( )
n

∑ xi − x
2

i =1
s=
n −1

3. Menghitung nilai standar (z-score) risiko

x−x
z=
s
dimana:
x = Batas dari risiko yang dianggap masih menguntungkan dan
ditentukan oleh perusahaan
4. Menghitung probabilitas terjadinya risiko
Probabilitas diperoleh dari tabel distribusi z. Cari nilai z pada sisi kiri dan
bagian atas, pertemuan antara nilai z pada isi tabel merupakan probabilitas
yang dicari.

4.4.3. Pengukuran Dampak Risiko


Metode yang paling efektif digunakan dalam mengukur dampak risiko
adalah VaR (Value at Risk). VaR pada saat ini dianggap sebagai metode standar
yang digunakan untuk mengukur risiko pasar. VaR adalah kerugian terbesar yang
mungkin terjadi dalam rentang waktu/periode tertentu yang diprediksikan dengan
tingkat kepercayaan tertentu. Konsep VaR berdiri di atas observasi statistik atas
data-data historis. VaR pada penelitian ini digunakan untuk mengukur besarnya
dampak kerugian yang ditimbulkan jika risiko terjadi. Pengukuran dampak
dilakukan untuk mengukur dampak dari risiko pada kegiatan produksi dan
penerimaan. Kegiatan produksi meliputi kegiatan produksi naupli, produksi benur
dan derajat kelangsungan hidup benur. Data yang digunakan adalah data produksi
naupli, produksi benur, derajat kelangsungan hidup serta data harga di PT. Suri
Tani Pemuka selama tahun 2008. Kejadian yang dianggap merugikan berupa
penurunan produksi dan penurunan penerimaan sebagai akibat terjadinya sumber-
sumber risiko. VaR dihitung dengan rumus (Kountur, 2008):

33
 s 
VaR = x + z  
 n

Dimana:
VaR = Besarnya kerugian yang ditimbulkan akibat terjadinya risiko
x = Rata-rata kejadian merugikan
z = Nilai z yang diambil dari tabel distribusi normal dengan alfa 5 %
s = Standar Deviasi
n = Banyaknya kejadian merugikan

4.4.4. Pemetaan Risiko


Sebelum dapat menangani risiko, hal yang perlu dilakukan adalah
membuat peta risiko. Menurut Kountur (2008), peta risiko adalah gambaran
tentang posisi risiko pada suatu peta dari dua sumbu yaitu sumbu vertikal yang
menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal menggambarkan dampak.
Peta risiko dapat dilihat pada Gambar 3.

Dampak (Rp)
Besar Kuadran 2 Kuadran 1

50 juta
Kuadran 4 Kuadran 3
Kecil

Kecil 20 % Besar
Probabilitas (%)
Gambar 3. Peta Risiko Menurut Kountur (2008)

Probabilitas (kemungkinan) terjadinya risiko kemudian dibagi menjadi dua


bagian, yaitu besar dan kecil. Dampak risiko juga dibagi menjadi dua bagian yaitu
besar dan kecil. Batas antara kemungkinan besar dan kemungkinan kecil ditentukan
oleh manajemen, tetapi pada umumnya risiko yang probabilitasnya 20 persen atau

34
lebih dianggap sebagai kemungkinan besar, sedangkan dibawah 20 persen
dianggap sebagai kemungkinan kecil. Demikian pula dengan batas dampak besar
dan kecil dari risiko. Batas ini ditentukan oleh perusahaan (Kountur, 2008). PT.
Suri Tani Pemuka menetapkan nilai standar yang membatasi antara probabilitas
kecil dan besar adalah sebesar 20 persen. Nilai yang membatasi antara dampak
kecil dan besar yang disebabkan oleh terjadinya risiko adalah sebesar 50 juta
rupiah.

4.4.5. Penanganan Risiko


1. Penghindaran Risiko (Preventif)
Strategi preventif dilakukan untuk risiko yang tergolong dalam
kemungkinan atau probabilitas risiko yang besar. Strategi preventif akan
menangani risiko yang berada pada kuadran 1 dan 3. Penanganan risiko dengan
menggunakan strategi preventif, maka risiko yang ada pada kuadran 1 akan
bergeser ke kuadran 2 dan risiko yang berada pada kuadran 3 akan bergeser ke
kuadran 4 (Kountur, 2008). Penanganan risiko menggunakan strategi preventif
dapat dilihat pada gambar 4.

Dampak (Rp)
Besar Kuadran 2 Kuadran 1

50 juta

Kecil
Kuadran 4 Kuadran 3

Kecil 20 % Besar
Probabilitas (%)
Gambar 4. Preventif risiko

2. Mitigasi Risiko
Strategi mitigasi digunakan untuk meminimalkan dampak risiko yang
terjadi. Risiko yang berada pada kuadran dengan dampak yang besar diusahakan
dengan menggunakan strategi mitigasi dapat bergeser ke kuadran yang memiliki
dampak risiko yang kecil. Strategi mitigasi akan menangani risiko sedemikian

35
rupa sehingga risiko yang berada pada kuadran 2 bergeser ke kuadran 4 dan risiko
yang berada pada kuadran 1 akan bergeser ke kuadran 3. strategi mitigasi dapat
dilakukan dengan metode diversifikasi, penggabungan dan pengalihan risiko
(Kountur, 2008). Mitigasi risiko dapat dilihat pada Gambar 5.

Dampak (Rp)
Besar Kuadran 2 Kuadran 1

50 juta
Kuadran 4 Kuadran 3
Kecil

Kecil 20 % Besar
Probabilitas (%)
Gambar 5. Mitigasi Risiko

Hanafi (2006) dalam Trangjiwani (2008), memberikan alternatif strategi


untuk menghadapi risiko selain penanganan dengan cara preventif dan mitigasi
(gambar 6).
1. Probabilitas Kecil dan Dampak Kecil : low control
Perusahaan bisa menerapkan pengawasan yang rendah terhadap risiko
pada kategori ini.
2. Probabilitas Kecil dan Dampak Besar : detect and monitor
Jika terjadi risiko dengan jenis ini, maka perusahaan akan mengalami
kerugian yang cukup besar dan kemungkinan mengalami kebangkrutan.
3. Probabilitas Besar dan Dampak Kecil : monitor
Perusahaan bisa memonitor risiko-risiko yang ada pada kuadran ini untuk
memastikan bahwa risiko tersebut masih berada pada wilayah normal.
4. Probabilitas Besar dan Dampak Besar : prevent at source
Tipe risiko ini jelas menunjukkan bahwa perusahaan tidak lagi bisa
mengendalikan risiko, dan bisa mengakibatkan kebangkrutan.

36
Dampak (Rp)
Besar Kuadran 2 Kuadran 1
(Detect and Monitor) (Prevent at Source)

50 juta

Kuadran 4 Kuadran 3

Kecil (Low Control) (Monitor)

Kecil 20 % Besar
Probabilitas (%)
Gambar 6. Alternatif Strategi Menghadapi Risiko

37
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1. Profil Perusahaan


PT. Suri Tani Pemuka (STP) merupakan salah satu perusahaan yang
memanfaatkan potensi budidaya air di Indonesia. Kepemilikan saham PT. Suri
Tani Pemuka sepenuhnya dimiliki oleh Japfa Comfeed Indonesia yang didirikan
pada tahun 1987 sebagai salah satu perusahaan terintegrasi pertama di Indonesia.
Basis utama operasi PT. Suri Tani Pemuka ada di Jawa Timur. PT. Suri Tani
Pemuka saat ini mengoperasikan tujuh lokasi tambak udang, satu pabrik pakan
udang, dua pabrik pakan ikan, dua komplek pemrosesan udang serta ikan dan
komplek udang pembekuan udang, serta tiga buah pembenihan udang. PT. Suri
Tani Pemuka secara komersial memproduksi empat jenis udang yaitu Penaeus
Monodon, Penaeus Indikus, Penaeus Merguensis dan Penaeus vannamei serta
Seabas dan Tilapia Merah.
Didukung oleh suhu tropis yang berkisar pada 26 derajat celcius sepanjang
tahun, Indonesia memiliki iklim yang sangat sesuai untuk budidaya udang.
Sebagai negara kepulauan juga menawarkan kondisi perairan yang lebih baik
untuk budidaya perairan. Keunggulan-keunggulan ini sangat mendukung para
petambak untuk melakukan panen udang sedikitnya dua kali per tahun, yang
berarti mempercepat juga waktu pengembalian investasinya.
Udang diandalkan untuk pasar internasional sesuai dengan permintaan
pasar yang meningkat hingga lima sampai delapan persen per tahunnya,
peningkatan dalam permintaan pasar semakin lama semakin berkembang
setidaknya dalam 10 tahun terakhir ini. Permintaan akan terus bertambah dan
secara proporsional akan menjadi penyedia terbesar di Indonesia.
Produksi hilir udang PT. Suri Tani Pemuka memberi kontribusi terbesar pada
perusahaan. Keterpaduan dalam operasinya mampu menjamin dihasilkannya produk-
produk udang berkualitas tinggi seperti sushi ebi, udang untuk sop, ebi chakin dan
haukau, udang kupas, udang tanpa kepala IQF, peeled tail idevenet, filed baterfly, dan
udang masak, juga seabass untuk sop. Kira-kira 75 persen dari total produksi total PT.
Suri Tani Pemuka adalah produk hasil olahan. PT. Suri Tani Pemuka merupakan
eksportir utama di Jawa Timur dengan tujuan penjualan ke Jepang, Amerika Serikat,
Kanada, China, Taiwan, Hongkong, dan beberapa negara di Eropa. Pada tahun 1997
total ekspor udang PT. Suri Tani Pemuka sejumlah 2000 MT.
Pada tahun 1993, PT. Suri Tani Pemuka mengawali kerjasama produksi
dan distribusi dengan perusahaan pemrosesan produk hasil laut terkemuka dari
Jepang. Melalui kerjasama ini PT. Suri Tani Pemuka memproduksi sushi ebi
untuk pasar Jepang. Kerjasama ini merupakan salah satu awal sukses kerja sama
strategis yang telah membantu melapangkan jalan untuk membangun kerja sama
dengan perusahaan-perusahaan Jepang terkemuka lainnya. Saat ini, PT. Suri Tani
Pemuka telah memiliki daftar panjang pelanggan-pelanggan yang mempunyai
nama besar seperti Marubeni, Hanua dan Mitsubishi. PT. Suri Tani Pemuka juga
secara terus menerus selalu memantau peluang-peluang bisnis yang ada dan
menjajaki kemungkinan kerjasama dengan perusahaan-perusahaan makanan beku
terkemuka di Jepang.
Hampir 100 persen dari seluruh udang yang dihasilkan oleh PT. Suri Tani
Pemuka dibudidayakan untuk keperluan produksi olahan internal. PT. Suri Tani
Pemuka memiliki lebih dari 400 hektar tambak udang di Jawa Timur dan sejak akhir
1995 mulai mengembangkan lahan tambak baru seluas 2000 hektar di Kalimantan
Selatan. Lahan tambak ini dikelola secara insentif untuk pembenihan stok udang 20
sampai 40 setiap meter per segi, menggunakan pembenihan ternak benur 100 persen,
penganginan buatan dan pakan ternak komersial. Tingkat produksi mencapai rata-rata
empat hingga lima MT per hektar per siklus.
Dalam usahanya untuk terus meningkatkan kualitas produksi udangnya,
pada tahun 1996 PT. Suri Tani Pemuka telah membangun tambak pembenihan
(Hatchery) aneka jenis udang untuk menghasilkan benur yang berkualitas tinggi.
Bertempat di perairan yang masih alami di Bali Utara, tambak pembenihan ini
sangat menguntungkan karena memungkinkan perusahaan untuk menghasilkan
benur udang sesuai kebutuhan dan kualitas yang diinginkan oleh pelanggan atau
pasar. Konsep ini memberikan kontribusi positif bagi perusahaan karena benur
yang dikelola secara khusus dapat mengurangi angka kematian sehingga dapat
menekan biaya dan menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi. Pada tahun 1997,
tambak pembenihan yang lain dibangun di Kalimantan Selatan dan beroperasi
sejak 1998. Pada tahun 2008 PT. Suri Tani Pemuka kembali membuka tambak

39
pembenihan di daerah Anyer, Banten. PT. Suri Tani Pemuka mampu
memproduksi benur lebih dari 300 juta post larva per tahun.
PT. Suri Tani Pemuka telah mulai mengembangkan Seabas Asian dan
Tilapia Merah sejak tahun 1997. Pembenihan aneka spesies telah dibangun untuk
dapat terus menyediakan ikan-ikan kecil berkualitas untuk operasional peternakan
PT. Suri Tani Pemuka. Ikan diproduksi di tambak-tambak pantai dan kolam air
asin di dalam wilayah operasi budidaya udang PT. Suri Tani Pemuka . Ikan di
proses di fasilitas perusahaan untuk memastikan standar kualitas ekspor terpenuhi.
Saat ini, ikan-ikan di ekspor ke Asia dan juga dipasarkan di pasar lokal.
Pada tahun 1998, produksi pakan akuakultur PT. Suri Tani Pemuka telah
mencapai 18 ribu ton, di mana 90 persen diantaranya dijual kepada petambak-
petambak di Indonesia. Sementara sisanya yang 10 persen digunakan untuk
keperluan tambak sendiri. Dari seluruh total produksi pakan tersebut, 12 ribu ton
merupakan produk pakan ikan dan enam ribu ton merupakan produk pakan udang.
Untuk memenuhi pertumbuhan permintaan akan pakan ikan, pada tahun 1997
perusahaan membangun pabrik pakan ikan terapung dengan kapasitas produksi 25
ribu ton per tahun. Dalam waktu dekat, PT. Suri Tani Pemuka berencana untuk
mengembangkan produksi pakan ikan, sesuai dengan tuntutan permintaan. PT.
Suri Tani Pemuka telah mengekspor pakan ke berbagai negara di Asia Tenggara,
India dan Srilanka.

5.2. Lokasi Perusahaan


Lokasi usaha PT. Suri Tani Pemuka telah tersebar di seluruh Indonesia dan
terdiri dari beberapa kegiatan usaha yang berbeda. Lokasi pengoperasian usaha
PT. Suri Tani Pemuka dibagi menjadi beberapa daerah sesuai dengan jenis
kegiatan usaha yang dilakukan. Penyebaran lokasi usaha PT. Suri Tani Pemuka
untuk usaha pengolahan dan pembekuan udang terbagi ke dalam daerah
Banyuwangi, Jawa Timur dengan kapasitas 20 ton per hari, dan daerah Bati-Bati
Kalimantan Selatan.
Lokasi usaha untuk tambak udang disebar oleh PT. Suri Tani Pemuka di
daerah Watukebo, Banyuwangi Jawa timur dengan luas area air sebesar 241.987
m2, Bomo, Banyuwangi dengan luas area air 318.372 m2, Sobo, Banyuwangi
dengan luas area air sebesar 127.931 m2, Karang tekok, Situbondo Jawa Timur

40
dengan luas area air sebesar 144.782 m2, Kraksaan, Probolinggo, Jawa Timur
dengan luas area air sebesar 195.178 m2, Lamongan, Situbondo Jawa Timur
dengan luas area air sebesar 83.588 m2 serta di daerah Takisung, Tanah Laut,
Kalimantan Selatan dengan luas area air sebesar 3.515.000 m2.
Lokasi pengoperasian untuk usaha pabrik makanan udang yang dipilih
oleh PT. Suri Tani Pemuka adalah di daerah Banyuwangi Jawa Timur. Lokasi
usaha PT. Suri Tani Pemuka untuk pabrik makanan udang dan makanan ikan
adalah di daerah Sidoarjo, Jawa Timur dan di daerah Cirebon, Jawa Barat untuk
pabrik pakan ikan. Sedangkan lokasi yang digunakan oleh PT. Suri Tani Pemuka
untuk melakukan kegiatan pembenihan adalah di daerah Singaraja Bali, Pagatan
Kalimantan Selatan dan daerah Anyer Banten.

5.3. Produk-Produk yang Dihasilkan Perusahaan


PT. Suri Tani Pemuka merupakan salah satu perusahaan yang
memanfaatkan potensi kelautan yang ada di Indonesia untuk menghasilkan
berbagai produk perikanan. Produk-produk tersebut terdiri dari berbagai macam
produk segar atau produk olahan perikanan atau bahan baku perikanan.
Produk-produk yang dihasilkan oleh PT. Suri Tani Pemuka diantaranya
adalah udang segar beku. Produk-produk udang segar beku yang dihasilkan oleh
PT. Suri Tani Pemuka berupa produk mentah yang terdiri dari Head Less (HL),
Head On (HO), Peeled Tail On (PTO), Peeled And Deveined (PD), Peeled Un
Deveined (PUD), Peeled Tail On Stretch (PTOS), Sushi Ebi (SE) dan Skewered.
Selain itu terdapat pula produk udang yang direbus berupa Head Less, Peeled Tail
On, Peeled And Deveined serta Peeled Un Deveined. PT. Suri tani Pemuka juga
mengeluarkan produk untuk sistem pendingin berupa Block Frozen, Individual
Quick Frozen (IQF) serta Semi Individual Quick Frozen. Selain itu, PT. Suri Tani
Pemuka juga menghasilkan produk berupa produk pengepakan seperti Inner
Carton, Polybag, Vacuum Pack dan Shuttered Pack.
PT. Suri Tani Pemuka juga menghasilkan beberapa jenis produk lain
berupa seafood yaitu Hau Kau yaitu udang yang dicincang dicampur dengan
daging cincang yang ditusuk kayu dan bumbu khusus. Masing-masing dibungkus
dalam sembilan lapisan kulit luar, biasanya dihidangkan dalam masakan dim sum,
Ebi Chakin yaitu udang yang dicincang dan dicampur dengan bumbu khusus,

41
masing-masing dibungkus kol panas. Jenis makanan olahan lainnya adalah Japone
Gyouza yaitu udang cincang yang dicampur dengan jamur shitake dan bumbu
khusus, Ebi Nira Gyouza yaitu udang cincang yang dicampur dan irisan bawang
dan bumbu khusus.
Jenis makanan olahan yang dihasilkan PT. Suri Tani untuk memenuhi
pasar Jepang lainnya adalah Pearl Gyouza yaitu udang cincang dicampur dengan
tusukan kayu dan bumbu khusus, masing-masing dibungkus berbentuk bulat
untuk luarnya, Italian Gyouza yaitu udang cincang dicampur dengan irisan tomat
dan bumbu khusus. Seafood lainnya adalah Hana Gyouza yaitu udang cincang
dicampur dengan tusukan kayu dan bumbu khusus. Masing-masing kulit
dibungkus berbentuk kembang untuk luarnya, Shrimp in Soup yaitu udang kupas
dalam sup khusus untuk dimakan selagi panas atau sebagai tambahan nasi goreng
atau sup seafood. Masing-masing pak diberi air panas untuk dipanaskan atau
microwave serta kakap putih, masing-masing vacuum pak berisi 300 hingga 500
gram Kakap Putih. Semua jenis ikan kolam dan diproses sesuai kondisi
kebersihan.
PT. Suri Tani Pemuka juga memproduksi produk-produk input pertanian
yang berkualitas dan bersertifikat. Produk-produk ini terdiri dari benur udang
(post larva) untuk spesies Penaeus monodon, Penaeus indicus dan Litopenaeus
vannamei serta bibit ikan dengan spesies Seabass dan Tilapia Merah. PT. Suri
Tani Pemuka yang berlokasi di Serang Banten merupakan lokasi khusus
pembenihan udang vannamei.

5.4. Proses Budidaya


Sub bab proses budidaya merupakan sub bab yang menjelaskan secara
deskriptif kegiatan usaha yang dilakukan oleh PT. Suri Tani Pemuka.
Penggambaran dilakukan untuk menjelaskan bagaimana PT. Suri Tani Pemuka
melakukan kegiatan pembenihan udang vannamei dan fasilitas yang digunakan
oleh perusahaan ini dalam melakukan usahanya dalam kegiatan pembenihan
udang vannamei.
Beberapa tahapan penting dalam kegiatan budidaya udang vannamei atau
disebut juga dengan kegiatan pembenihan udang vannamei yang dilakukan oleh
PT. Suri Tani Pemuka meliputi kegiatan sebagai berikut:

42
1. Persiapan Bak Pemeliharaan
Salah satu kegiatan utama yang dilakukan oleh PT. Suri Tani Pemuka
adalah melakukan persiapan untuk kegiatan pembenihan. Persiapan yang selalu
diperhatikan oleh PT. Suri Tani Pemuka adalah kegiatan persiapan bak
pemeliharaan. Persiapan bak pemeliharaan walaupun kelihatannya sederhana
namun memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan berhasil
tidaknya usaha pemeliharaan induk. Sebelum dipergunakan, bak dibersihkan dari
segala bentuk kotoran yang mungkin berpengaruh terhadap kehidupan larva.
Untuk mendukung kehidupan larva, bak pemeliharaan harus bersih dan bebas dari
segala jenis organisme patogen, bak dan sarana aerasi tersebut dicuci dan disikat
sampai bersih kemudian dikeringkan dua sampai tiga hari hingga benar-benar
kering. Pengeringan ini dimaksudkan untuk mematikan organisme yang
menempel pada media pemeliharaan serta mencegah timbulnya suatu penyakit.
Persiapan yang dilakukan oleh PT. Suri Tani Pemuka dilakukan secara
kimiawi terhadap bak larva dan sarana aerasi, dengan cara mengusap atau
merendam sarana tersebut dengan bahan desinfektan seperti chlorin 150 ppm.
Perlakuan bahan ini dapat memantapkan kegiatan selanjutnya karena dengan
merendam atau mengusap bahan kimia tersebut jenis bakteri dan organisme
patogen dapat mati. Mengingat chlorin, kaporit dan disinfektan lain dalam
konsentrasi tertentu dapat meracuni udang, maka pengisian air ke dalam bak
pemeliharaan larva dilakukan satu sampai dua jam setelah bak tersebut dibilas.
Bahan desinfektan lain yang dapat digunakan diantaranya adalah formalin 50 ppm
dan kalium permanganat 100 ppm.

2. Pengadaan dan seleksi calon induk


Induk udang vannamei didatangkan PT. Suri Tani Pemuka dari Hawai,
Amerika. Induk yang didatangkan adalah induk yang bersertifikat dan dinyatakan
bebas penyakit dari pihak karantina hewan untuk kegiatan impor. Induk yang
didatangkan tersebut akan bertelur sebanyak empat kali dalam waktu satu bulan.
Ukuran calon induk betina yang baik untuk diablasi adalah lebih besar dari
40 gram dan untuk udang jantan di atas 35 gram. Udang vannamei betina yang
ideal untuk dipergunakan dalam pembenihan adalah yang berukuran antara 40-50
gram. Ukuran tubuh udang vannamei betina yang termasuk kriteria produktif

43
antara 20 cm hingga 25 cm, sedangkan untuk pemilih calon induk udang
vannamei jantan sebaiknya berukuran sedang, yang memiliki panjang tubuh
antara 15 cm hingga 20 cm.
Sebelum ditebar, kantong pengangkutan induk dimasukkan ke dalam bak
yang terisi air dan di aerasi selama kurang lebih 30 menit, setelah itu suhu air
kantong ataupun suhu air bak diperiksa. Apabila sudah tidak ada perbedaan suhu
atau apabila perbedaannya hanya satu sampai dua derajat Celcius, maka induk
dapat dilepaskan dalam bak. Hal serupa untuk salinitas, apabila perbedaan
salinitas antara air dalam kantong dengan air dalam bak kurang dari lima ppt maka
induk sudah dapat ditebar.

3. Proses pematangan gonad induk


Pematangan gonad pada induk betina adalah proses perkembangan telur
(Oogenesis) di dalam ovary. Udang vannamei betina mempunyai sistem telikung
terbuka. Seperti halnya dengan udang penaeid lainnya, hormon pengontrol
reproduksi atau X organ terletak di mata. Sehingga untuk mendorong
berkembangnya ovary, harus dilakukan ablasi mata. Induk udang vannamei akan
mulai matang gonad sekitar lima sampai enam hari setelah proses pengablasian
dilakukan. Setelah itu untuk mempercepat pematangan gonad PT. Suri Tani
Pemuka memberikan pakan segar lebih banyak kepada induk udang vannamei.
Proses ablasi dilakukan oleh PT. Suri Tani Pemuka dengan melakukan
pemotongan tangkai mata (ablai) dengan gunting.

4. Perkawinan udang vannamei


Proses perkawinan pada udang vannamei berbeda dengan udang penaeus
umumnya. Perkawinan terjadi pada saat pada saat kulit atau kerapasnya keras dan
ketika telur sudah matang. Pemijahan terjadi beberapa jam setelah perkawinan,
biasanya kurang dari tiga jam. Perkawinan udang vannamei dilakukan di luar tubuh
dan biasanya terjadi sebelum dan sesudah matahari terbenam dan terjadi 3-16 detik.

5. Pemijahan dan penetasan


Derajat pemijahan dan penetasan sangat ditentukan oleh kualitas sperma
dan kemampuan penempelan pada telikung serta media penetasan (suhu dan
salinitas). Beberapa kegagalan yang terjadi adalah disebabkan oleh tidak

44
terjadinya pembuahan yang disebabkan induk betina belum matang telur atau
rusaknya spermator.
Induk yang telah dikawinkan, ditandai dengan adanya penempelan sperma
pada telikum, dipindahkan ke dalam bak spawning atau pemijahan yang telah
dipersiapkan oleh PT. Suri Tani Pemuka dengan kepadatan empat ekor per meter
persegi. Satu hingga dua jam kemudian induk akan melepaskan telurnya. Telur
akan menetas menjadi naupli dalam kurun waktu 12-16 jam. Setelah pemijahan
biasanya induk betina akan moulting. Telur udang vannamei akan menetas pada
kisaran suhu 28-300C. Satu induk udang vannamei akan menghasilkan 100-200
ribu telur.

6. Penebaran nauplius
Telur yang sudah menetas dan menjadi naupli kemudian dipindahkan ke
dalam bak larva yang ada di lokasi pembenihan PT. Suri Tani Pemuka. Naupli
udang penaeid pada umumnya mengalami enam kali metamorfhose dalam waktu
45-50 jam dan tumbuh menjadi zoea, selanjutnya berkembang menjadi mysis dan
post larva.
Penebaran naupli di PT. Suri Tani Pemuka dilakukan pada pagi hari
dengan tujuan untuk menghindari perubahan suhu yang terlalu tinggi dengan cara
aklimatisasi 30 menit atau sampai suhu di dalam wadah dengan suhu di luar
wadah sama. Pemindahan naupli sebaiknya dilakukan pada saat naupli sudah
dianggap cukup kuat.

7. Pengelolaan kualitas air


Air merupakan faktor utama penentu keberhasilan dalam kegiatan
pembenihan udang vannamei. Air yang digunakan oleh PT. Suri Tani Pemuka
dalam kegiatan pembenihan udang vannamei terdiri dari air laut dan air tawar.
Pengelolaan kualitas air merupakan salah satu faktor penting bagi PT. Suri
tani Pemuka dalam kegiatan operasional pemeliharaan larva. Kualitas air pada bak
pemeliharaan larva dipertahankan sebaik mungkin. Kualitas air ini meliputi aspek
fisik, kimia dan biologi. Beberapa parameter yang dapat diamati langsung dengan
mata dan peralatan yang sederhana yaitu salinitas, kekeruhan, blooming alga dan
warna air.

45
Selama masa pemeliharaan dimungkinkan untuk tidak melakukan
pergantian air. Pengamatan kualitas air dan jumlah makanan yang ada pada bak
pemeliharaan larva harus mendapat perhatian khusus. Monitoring kualitas air
dilakukan setiap hari pada pagi, siang dan sore hari. Usaha-usaha yang dilakukan
selama proses ini antara lain adalah sistem persiapan air yang steril, pengaturan
salinitas dan pengaturan temperatur.

8. Pengelolaan pakan
Jenis pakan yang digunakan oleh PT. Suri Tani Pemuka untuk diberikan
pada larva udang vannamei selama proses pemeliharaan ada dua jenis yaitu pakan
alami (phitoplankton dan zooplankton) dan pakan buatan. Makanan buatan yang
diberikan berupa Norsan, MOS-100, Frippak dan makanan buatan lainnya dengan
frekuensi delapan kali sehari. Pemberian makanan buatan terlebih dahulu
diencerkan dan disaring.
Pakan alami dari jenis phytoplankton adalah Chaetoceros. Pemberian
Chaetoceros dilakukan mulai dari stadia zoea 1 sampai dengan mysis 3. Pada
stadia naupli belum diberikan pakan, karena pada stadia ini larva udang vannamei
masih memanfaatkan kuning telur sebagai pensuplai makanan. Pemanenan
Chaetoceros dilakukan dengan menggunakan pompa celup dan dialirkan melalui
pipa transfer alga ke bak pemeliharaan larva.
Pakan alami lainnya berasal dari jenis zooplankton yang digunakan adalah
artemia dengan cara melakukan pengkulturan selama 24 jam dalam wadah kultur.
Artemia yang telah di kultur kemudian diberikan pada larva udang vannamei pada
M3 PL1 dengan kepadatan tiga sampai empat individu per mililiter, pada PL2
sampai dengan PL5 dengan kepadatan 8-10 individu/ml dan PL6 sampai PL10
dengan kepadatan 11-13 individu/ml.

9. Pemanenan
Naupli pada umumnya bersifat fototaksis positif, artinya naupli akan
berkumpul karena tertarik oleh sinar. Sifat ini dimiliki juga oleh naupli udang
vannamei. Sifat ini biasanya dipergunakan oleh PT. Suri Tani Pemuka untuk
teknik pemanenan naupli. Sinar elektrik diletakkan pada suatu tempat di luar
dinding bak sehingga dapat menembus dinding bak dan merangsang naupli untuk
mendekati sinar. Kemudian air tempat berkumpulnya naupli dapat dihisap dengan

46
menggunakan selang plastik, sehingga naupli akan ikut terhisap dan masuk ke
dalam bak penampung yang telah disiapkan sebelumnya. Bak penampungan
naupli tersebut selanjutnya diberi aerasi.
Pemanenan benur di PT. Suri Tani Pemuka dilakukan dengan menurunkan
volume air sampai 50 persen dan memasang pipa saringan. Setelah mencapai 50
persen pipa saringan dibuka dan air dari saluran pengeluaran ditampung pada
ember saringan. Pemanenan dilakukan dengan terlebih dahulu mematikan aerasi.
Pembuangan air beserta benur dilakukan pada ember saringan sampai air yang ada
pada bak pemeliharaan benar-benar habis. Selanjutnya dilakukan penyiraman bak
agar sisa-sisa benur tidak menempel pada bak, kemudian ditampung pada ember
plastik yang diberi aerasi.

5.5. Fasilitas Pada Proses Pembenihan


PT. Suri Tani Pemuka mempunyai beberapa fasilitas yang digunakan
dalam kegiatan pembenihan udang vannamei. Beberapa fasilitas tersebut
diantaranya adalah bak pemeliharaan induk, bak peneluran atau bak penetasan
telur, bak pemeliharaan larva, bak kultur pakan alami, bak penyaringan, bak
tandon, serta fasilitas pendukung lainnya yaitu sarana yang digunakan untuk
proses produksi seperti pembangkit listrik (generator), blower, alat pemanas
(broiler), pendingin air (chiller), pompa air laut, pompa air tawar, pompa
penyalur, filter preasure, laboratorium, dan sistem UV.
Bak pemeliharaan induk yang digunakan juga untuk tempat pemijahan
berbentuk persegi panjang berkapasitas 20 m3 dengan ukuran 6 x 4,5 x 1,4 meter
dan dilengkapi dengan saluran inlet dan outlet. Saluran inlet menggunakan pipa
PVC berdiameter dua inchi, sedangkan outlet menggunakan pipa PVC
berdiameter tiga inchi. Bak pemeliharaan induk dipasang aerasi sebanyak delapan
titik dengan jarak 10 cm dengan menggunakan pipa PVC yang berdiameter satu
inchi yang disalurkan ke dalam bak dengan menggunakan selang aerasi yang
berdiameter 0,5 cm.
Bak penetasan telur terbuat dari semen berbentuk persegi panjang dengan
kapasitas 24 m3 dan hanya diisi air sebanyak 17 m3. Ukuran bak penetasan telur
pada PT. Suri Tani Pemuka adalah 5,5 x 3 x 1,6 meter dan dilengkapi dengan
saluran inlet dan outlet. Saluran inlet menggunakan pipa PVC berdiameter dua

47
inchi, sedangkan outlet menggunakan pipa PVC berdiameter tiga inchi dan
dipasang aerasi sebanyak delapan titik.
Bak pemeliharaan larva yang ada di PT. Suri Tani Pemuka menggunakan
sistem pemeliharaan indoor. Prinsip untuk pemeliharaan larva sama dengan bak
yang lainnya yaitu dapat menjaga kualitas air secara optimal serta memudahkan
dalam penggantian air dengan sedikit membuat posisi dasar bak landai ke saluran
panen yang sekaligus berfungsi sebagai saluran pembuangan dengan lebar satu
meter.
Bak yang digunakan untuk kultur pakan alami di PT. Suri Tani Pemuka
terdiri dari bak kultur Skeletonema sp sebanyak 12 buah berbentuk persegi
panjang dan bak untuk penetasan artemia sp. Fasilitas lainnya yang ada di PT.
Suri Tani Pemuka adalah bak penyaringan. Bak penyaringan terdiri dari dua bak
yaitu bak penyaringan 1 dan bak penyaringan 2. Bak ini berfungsi untuk proses
filterisasi dengan ukuran 5 x 2 x 1,5 meter. Bak penyaringan 1 dan 2 diisi dengan
pasir silika halus pada bagian atas setinggi 30 cm, pada bagian tengah diisi pasir
silika kasar dengan ketebalan setinggi 50 cm dan bagian paling dasar terdapat
arang dengan ketinggian 50 cm. Hasil penyaringan dari bak 1 dan 2 ditampung
dalam bak lain.
Bak tandon (reservoir) berfungsi untuk menampung air laut yang telah
diolah dari bak filterisasi dan filter preasure berbentuk bulat yang di dalamnya
berisi pasir silika halus, kemudian filter preasure berbentuk kapsul yang berisi
serbuk arang sebelum digunakan untuk proses produksi. Bak reservoir ini
berkapasitas 400 m3 terbuat dari beton dan dilengkapi dengan lampu ultraviolet.
Jarak lampu ultraviolet dengan dasar bak adalah 50 cm.

48
VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAN PENERIMAAN BENIH
UDANG VANNAMEI

6.1. Sumber-Sumber Risiko Pada Usaha Pembenihan Udang Vannamei


Pada kegiatan usaha pembenihan udang vannamei terdapat beberapa
sumber risiko yang dapat menghambat kegiatan usaha. Sumber-sumber risiko
tersebut diklasifikasikan ke dalam risiko operasional dan risiko pasar. Sumber-
sumber risiko tersebut di antaranya adalah:
1. Risiko operasional
Risiko operasional yang teridentifikasi pada PT. Suri Tani Pemuka
terdapat pada beberapa kegiatan utama dalam proses pembenihan udang
vannamei. Kegiatan yang teridentifikasi sebagai sumber risiko diantaranya adalah:

a) Pengadaan induk udang vannamei


Induk udang vannamei didatangkan oleh PT. Suri Tani Pemuka dari
Hawai, Amerika. Tingkat risiko yang dihadapi oleh perusahaan kurang lebih
sekitar tiga persen. Hal ini disebabkan kematian induk udang vannamei dalam
kurun waktu lebih dari 24 jam. Induk yang akan didatangkan oleh perusahaan
harus melewati proses karantina terlebih dahulu sehingga tidak jarang proses
karantina ini menimbulkan risiko berupa kegagalan dalam proses birokrasi. Jika
dalam proses karantina ternyata ditemukan adanya penyakit pada sampel induk
udang, maka induk udang tersebut akan dikembalikan pada importir sehingga
akan menghambat proses pengadaan induk karena seluruh induk udang yang
diimpor dianggap terserang penyakit sama seperti sampelnya.
Risiko lainnya yang ditemukan pada pengadaan induk adalah seringnya
induk udang vannamei mengalami stres dikarenakan proses distribusi produk yang
memakan waktu. Selain itu, perbedaan suhu antara negara asal udang vannamei
dan Indonesia menjadi salah satu kendala yang harus ditangani dengan tepat. Suhu
pada negara asal induk udang vannamei berkisar antara 190-210C lebih rendah
dibandingkan dengan suhu di Indonesia yaitu berkisar antara 280-320C. Kendala
lain yang sering dihadapi perusahaan pada induk adalah kegagalan bertelur pada
induk. Kegagalan bertelur ini biasanya disebabkan karena suara gaduh pada lokasi
pembenihan dan perlakuan yang kurang hati-hati pada penanganan induk udang
vannamei. Risiko yang terjadi dalam kegiatan pengadaan induk udang vannamei
akibat dari kegagalan dalam proses pengadaan induk di PT. Suri Tani Pemuka
adalah sekitar tiga persen.

b) Penyakit yang menyerang udang vannamei


Penyakit pada udang vannamei dapat menyerang induk maupun larva.
Penyakit yang sering menyerang induk udang vannamei adalah penyakit TSV
(Taura Sindrom Virus). Gejala awal induk udang yang terserang penyakit TSV
adalah ekor udang berwarna kemerahan dan pada serangan kronis terdapat bercak
hitam pada bagian tubuhnya.
Adanya penyakit yang menyerang induk ini biasanya terjadi karena
penyakit bawaan dari negara asal induk dan pengaruh perbedaan suhu antara
negara asal induk udang dan tempat pembenihan udang vannamei. Jika ditemukan
induk udang yang terserang penyakit, maka seluruh induk yang ada pada bak
penampungan induk yang ada di PT. Suri Tani Pemuka akan dibuang. Hal ini
merupakan salah satu penyebab terjadinya kerugian pada perusahaan sehingga
pada proses pengadaan induk harus ditangani dengan hati-hati.
Dalam proses pemeliharaan larva, serangan penyakit merupakan kendala
teknis utama. Penyebab timbulnya penyakit tidak selalu diketahui. Dalam
beberapa siklus pembenihan, perusahaan mengalami dua kali gagal produksi pada
beberapa bak pemeliharaan larva dikarenakan penyakit parasiter yaitu penyakit
yang disebabkan oleh protozoa, metazoa dan jamur. Adanya penyakit yang
menyerang larva ini menyebabkan fluktuasi produksi benih udang vannamei.
Fluktuasi produksi benih dapat dilihat dari produksi benur selama tahun 2008.
Produksi benur terbesar selama tahun 2008 adalah sebanyak 6.639.840 benur,
sedangkan produksi terendah adalah sebesar 4.343.040 benur. Risiko yang dialami
oleh PT. Suri Tani Pemuka yang disebabkan oleh benur yang terserang penyakit
adalah sebesar 27 persen.

c) Cuaca
Faktor cuaca merupakan faktor yang sangat berpengaruh dan merupakan
salah satu sumber risiko pada proses pembenihan udang vannamei di PT. Suri
Tani Pemuka. Salah satu bagian dari cuaca yang menimbulkan risiko adalah suhu
udara. Suhu udara sangat mempengaruhi induk udang dan larva. Hal ini
disebabkan udang vannamei merupakan udang introduksi yang suhu udara negara

50
asalnya berbeda dengan suhu udara yang ada di Indonesia. Hal ini menyebabkan
suhu sebagai salah satu sumber risiko karena jika suhu udara tidak ditangani
seperti suhu udara negara asal induk udang vannamei maka akan menimbulkan
masalah yang menyebabkan terganggunya proses pembenihan bahkan
menimbulkan kerugian bagi perusahaan karena tingkat mortalitas induk udang
akan tinggi.
Kondisi cuaca yang tidak stabil dapat mempengaruhi terserangnya
penyakit pada larva. Misalnya pada musim hujan di mana kondisi suhu dan
salinitas labil serta sering berfluktuasi. Keadaan ini akan membuat larva menjadi
lemah dan mudah terserang penyakit.

d) Mortalitas
Tingkat mortalitas pada proses pembenihan udang vannamei di PT. Suri
tani Pemuka disebabkan oleh beberapa faktor dan dapat terjadi pada beberapa
kegiatan dalam proses pembenihan. Faktor-faktor penyebab mortalitas
diantaranya terjadi pada kegiatan pemeliharaan naupli, pemeliharaan larva,
pemanenan dan pengemasan.
Tingkat mortalitas ini biasanya disebabkan oleh kesalahan penanganan
pada pemeliharaan naupli, larva dan proses pengemasan. Tingginya tingkat
mortalitas akan mempengaruhi jumlah produksi benih. Tingkat mortalitas yang
tidak dapat ditangani oleh perusahaan dapat menyebabkan rendahnya produksi
dan sangat berisiko bagi perusahaan. Hal ini dikarenakan jika terjadi mortalitas
pada saat pengemasan atau distribusi merupakan tanggungan dari perusahaan.
Oleh karena itu proses tersebut harus benar-benar diperhatikan dan ditangani
dengan teliti sehingga tingkat mortalitas benih dapat diperkecil. Tingkat mortalitas
benih selama proses pemeliharaan naupli, pemeliharaan benur, pemanenan,
pengemasan selama tahun 2008 adalah sekitar 67 persen.

e) Kerusakan pada peralatan teknis


Peralatan pada usaha pembenihan udang vannamei di PT. Suri Tani
Pemuka yang sering mengalami kerusakan kecil maupun besar. Kerusakan ini
berisiko menghambat kegiatan produksi. Peralatan yang sering mengalami
kerusakan terdiri dari kerusakan sparepart pompa air, kerusakan bak tandon,
motor pompa, dan kerusakan pada bohlam lampu UV.

51
2. Risiko pasar
Timbulnya risiko pasar yang dihadapi oleh perusahaan pada umumnya
disebabkan oleh fluktuasi harga pasar beberapa komponen produksi seperti induk,
pakan dan benih. Risiko pasar yang dihadapi PT. Suri Tani Pemuka diantaranya
adalah:

a) Fluktuasi harga induk


Tingkat harga induk yang diterima oleh perusahaan dari pihak importir
sepanjang tahun 2008 adalah sebesar 35 dolar per ekor. Fluktuasi nilai tukar
rupiah terhadap dolar akan menyebabkan adanya fluktuasi dari harga induk. Jika
nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar maka harga induk udang vannamei
akan naik, sebaliknya jika nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika
maka harga induk udang vannamei akan turun. Harga induk udang tertinggi pada
tahun 2008 adalah sebesar 420 ribu rupiah per ekor induk, sedangkan harga induk
terendah adalah sebesar 350 ribu rupiah per ekor induk.
Hal ini menunjukkan bahwa harga induk udang vannamei sangat
ditentukan oleh nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Dalam hal ini, kondisi
perekonomian sangat berperan dalam pembentukan harga induk. Fluktuasi harga
induk ini akan menimbulkan risiko bagi perusahaan. Jika nilai tukar rupiah
melemah maka tingkat risiko dalam harga induk akan tinggi. Akan tetapi jika nilai
tukar rupiah menguat maka tingkat risiko harga induk udang vannamei dapat
ditekan.

b) Fluktuasi harga pakan


Fluktuasi harga pakan untuk benih udang terjadi pada pakan alami. Pakan
alami untuk kegiatan pembenihan udang terdiri dari cumi-cumi, cacing laut dan
artemia. Fluktuasi harga pakan alami ini terjadi pada pakan alami yang akan
digunakan untuk pakan induk udang vannamei. Hal ini dikarenakan pakan alami
ini masih tergantung pada alam dan musim. Jika hasil pakan alami yang didapat
dari laut sedikit yaitu pada musim kemarau maka tingkat harga pakan alami akan
meningkat. Akan tetapi terjadi sebaliknya jika hasil pakan alami dari laut
melimpah maka harga pakan alami akan turun.
Fluktuasi harga pakan alami akan menyebabkan risiko pada perusahaan.
Perusahaan akan mengalami kesulitan mendapatkan pasokan pakan alami pada

52
saat musim kemarau dan walaupun tersedia, tingkat harga yang didapatkan akan
tinggi. Harga tertinggi untuk cacing laut adalah sebesar 21 ribu rupiah per
kilogram, sedangkan harga terendah adalah 14 ribu rupiah per kilogram. Harga
tertinggi untuk cumi-cumi adalah sebesar 28 ribu rupiah, sedangkan harga
terendah sebesar 19 ribu rupiah per kilogram.

c) Fluktuasi harga benih


Konsumen benih udang vannamei yang diproduksi oleh PT. Suri Tani
Pemuka terdiri dari konsumen yang berasal dari berbagai daerah. Konsumen
tersebut berasal dari Banten, Lampung, Bangka, Indramayu, Cilacap dan
Semarang. Perbedaan daerah distribusi ini menyebabkan perbedaan tingkat harga
yang diterima oleh konsumen. Fluktuasi harga ini harus ditangani perusahaan
dengan berbagai strategi agar perusahaan tetap memperoleh keuntungan dengan
tambahan biaya distribusi dan fluktuasi harga input. Jika fluktuasi harga benih
tidak dapat ditangani dengan baik oleh perusahaan maka risiko yang dihadapi
berupa penurunan penerimaan yang diperoleh perusahaan. Harga benih tertinggi
yang diterima perusahaan adalah sebesar 27 rupiah per larva, sedangkan harga
terendah per larva adalah sebesar 25 rupiah.
Fluktuasi harga benih juga disebabkan oleh adanya pesaing yang menjadi
produsen benih udang vannamei. Adanya pesaing menyebabkan perusahaan harus
menetapkan harga yang mampu berkompetisi sehingga konsumen dapat memilih
PT. Suri Tani Pemuka sebagai pemasok benih udang vannamei. Jika PT. Suri Tani
Pemuka menetapkan harga di atas harga yang ditentukan oleh pesaing maka risiko
yang dihadapi adalah berpindahnya konsumen pada pesaing.
Hasil identifikasi berupa sumber-sumber risiko operasional maupun risiko
pasar dapat dipetakan ke dalam peta risiko berdasarkan tingkat kemungkinan
terjadinya dan besarnya dampak yang diakibatkan oleh risiko tersebut. Besar atau
kecilnya penggolongan tingkat risiko ke dalam probabilitas dan dampak risiko
dilakukan berdasarkan hasil wawancara dengan pihak perusahaan. Penentuan
besar atau kecilnya probabilitas adalah berdasarkan tingkat persentase terjadinya
sumber risiko pada perusahaan. Sedangkan pengklasifikasian dampak ke dalam
dampak yang besar atau kecil adalah berdasarkan tingkat kerugian yang dialami
oleh PT. Suri Tani Pemuka yang disebabkan oleh terjadinya sumber risiko.

53
Risiko yang kemungkinan terjadinya risiko paling besar terjadi pada risiko
yang disebabkan tingginya tingkat mortalitas, urutan kedua ditempati oleh risiko
yang disebabkan oleh penyakit dan urutan selanjutnya ditempati oleh risiko
karena adanya fluktuasi harga induk, fluktuasi harga pakan dan fluktuasi harga
benih. Risiko yang memberikan dampak kerugian terbesar disebabkan oleh
tingkat mortalitas dan penyakit dan urutan selanjutnya disebabkan oleh risiko
dalam pengadaan induk. Risiko yang kecil kemungkinan terjadinya kecil dan
dampak kerugian yang ditimbulkan kecil pula disebabkan oleh risiko kerusakan
peralatan dan risiko yang disebabkan oleh cuaca. Hasil pemetaan sumber-sumber
risiko yang ada di PT. Suri Tani Pemuka dalam kegiatan pembenihan udang
vannamei dapat dilihat pada Gambar 7.

Dampak (Rp)
Kuadran 2: Kuadran 1:
Besar -Pengadaan induk -Penyakit
-Tingkat Mortalitas

Kecil Kuadran 4: Kuadran 3:


-Kerusakan peralatan -Fluktuasi harga induk
-Cuaca -Fluktuasi harga pakan
-Fluktuasi harga benih
Kecil Besar
Probabilitas (%)

Gambar 7. Peta Hasil Identifikasi Sumber Risiko

Sumber-sumber risiko yang ada di PT. Suri Tani Pemuka dalam kegiatan
pembenihan udang vannamei dapat diklasifikasikan ke dalam empat kuadran
risiko berdasarkan tingkat kemungkinan terjadinya dan dampak yang ditimbulkan
oleh risiko tersebut. Sumber risiko yang berada pada kuadran 1 atau risiko yang
dianggap oleh PT. Suri Tani Pemuka memiliki kemungkinan terjadinya besar dan
dampak yang ditimbulkan jika risiko tersebut terjadi juga besar adalah risiko

54
timbulnya penyakit yang menyerang induk dan benih udang vannamei serta risiko
yang terjadi karena tingginya tingkat mortalitas benih udang vannamei.
Sumber risiko yang berada pada kuadran 2 atau risiko yang kemungkinan
terjadinya kecil akan tetapi dampak yang disebabkan oleh jenis risiko ini besar
menurut PT. Suri Tani Pemuka adalah risiko pada kegiatan pengadaan induk.
Hasil pemetaan risiko yang ada di PT. Suri Tani Pemuka yang berada pada
kuadran 3 atau risiko yang kemungkinan terjadinya risiko besar akan tetapi
dampak yang ditimbulkan oleh risiko ini kecil adalah risiko yang terjadi akibat
adanya fluktuasi harga baik harga input maupun output. Fluktuasi harga yang
menimbulkan risiko tersebut terjadi pada harga induk, pakan dan benih. Sumber
risiko yang terdapat pada kuadran 4 atau risiko yang kemungkinan terjadinya kecil
dan dampak yang disebabkan oleh risiko ini kecil pula adalah risiko yang
disebabkan oleh cuaca dan kerusakan peralatan teknis.

6.2. Strategi Penanganan Risiko di PT. Suri Tani Pemuka


Menghadapi berbagai sumber risiko yang muncul pada usaha pembenihan
udang baik dari risiko operasional maupun risiko pasar, PT. Suri Tani Pemuka
memiliki berbagai macam cara atau strategi untuk menghindari atau mencegah
terjadinya sumber-sumber risiko tersebut serta menangani risiko yang sudah
terjadi pada usaha pembenihan udang. Strategi-strategi yang dilakukan PT. Suri
Tani Pemuka dalam menangani sumber-sumber risiko pada usaha pembenihan
udang vannamei meliputi:

1. Penghindaran risiko (preventif)


Strategi preventif dilakukan perusahaan untuk menghindari terjadinya
risiko. Strategi ini dilakukan perusahaan pada beberapa sistem kegiatan
pembenihan udang vannamei. Penerapan strategi yang dilakukan oleh PT. Suri
Tani Pemuka diantaranya adalah pada kegiatan berikut:
a) Mempersiapkan wadah pemeliharaan
Kegiatan persiapan wadah pemeliharaan dilakukan PT. Suri Tani Pemuka
untuk membersihkan lumut dan kotoran yang menempel pada bak pemeliharaan.
Kegiatan persiapan wadah pemeliharaan meliputi kegiatan pencucian bak
menggunakan larutan detergen dan kaporit. Kegiatan selanjutnya adalah
pengeringan bak yang dilakukan pada saat induk diafkir. Selama kegiatan

55
pengeringan dilakukan beberapa kegiatan diantaranya adalah mencuci selang
aerasi, batu aerasi dan timah aerasi dengan deterjen lalu direndam dengan
formalin 100 ppm selama 24 jam. Ketika bak akan dipakai terlebih dahulu dicuci
dengan detergen dan dibilas hingga bersih lalu aerasi dipasang pada bak. Setelah
aerasi terpasang, maka pengisian air pada bak pemeliharaan dapat dilakukan
dengan terlebih dahulu melakukan perlakuan pada air.
Kegiatan persiapan ini dilakukan untuk mengistirahatkan bak
pemeliharaan dan membersihkan bak serta mensterilkan bahan-bahan pada bak
pemeliharaan dari kotoran dan lumut. Hal ini berfungsi sebagai langkah untuk
mencegah terserangnya benih udang vannamei oleh berbagai penyakit yang
disebabkan oleh jamur dan virus.

b) Sistem kontrak pembelian dengan pemasok pakan


Salah satu sumber risiko yang harus ditangani adalah pengadaan pakan
alami untuk induk udang vannamei. Pada musim kemarau, pakan alami sulit
didapat sehingga menyebabkan harga pakan naik. Menghadapi permasalahan
tersebut, PT. Suri Tani Pemuka melakukan sistem kontrak dengan pihak pemasok
pakan alami. Pihak pemasok pakan alami adalah nelayan yang bertempat tinggal
di sekitar pantai Anyer. Dengan adanya sistem kontrak ini, maka perusahaan tidak
akan mengalami kesulitan pakan alami pada musim kemarau atau mendapatkan
pakan dengan harga tinggi. Sistem kontrak berisi persyaratan kontinuitas pakan
alami berupa cacing laut dan cumi-cumi dengan harga sesuai dengan kesepakatan
kedua belah pihak.

c) Pemeliharaan induk
Kegiatan pemeliharaan induk bertujuan untuk mematangkan gonad
sehingga induk siap dipijahkan. Selain itu, pemeliharaan induk bertujuan untuk
mencegah risiko gagal bertelur dan stres pada induk. Kegiatan pemeliharaan induk
dipisahkan antara induk jantan dan induk betina. Induk diberi pakan segar berupa
cumi-cumi, cacing laut dan kerang-kerangan. Pemberian pakan pada induk udang
harus dilakukan dengan tepat waktu untuk mencegah kanibalisme yang dapat
menyebabkan kematian pada induk. Selain pakan, faktor utama yang harus
diperhatikan dalam pemeliharaan induk adalah kualitas air. Selama pemeliharaan,

56
setiap pagi hari dilakukan penyiponan dan pergantian air untuk mendukung
kematangan gonad.
Upaya untuk menghindari risiko kegagalan bertelur juga dilakukan dengan
mengurangi suara gaduh yang dapat menyebabkan stres pada induk. Selain itu,
proses ablasi harus dilakukan dengan teliti sehingga meminimalkan angka
kegagalan. Oleh karena itu, perusahaan mempercayakan pekerjaan tersebut pada
pekerja yang berpengalaman dan mengerti mengenai perlakuan pada induk
tersebut.

d) Pemeliharaan larva
Kegiatan pemeliharaan larva merupakan kegiatan yang paling penting
untuk menghindari risiko gagal produksi di PT. Suri Tani Pemuka. Pemeliharaan
larva dimulai dari stadia naupli hingga mencapai stadia post larva (PL) 10-12
yang dikenal dengan benur atau benih udang. Termasuk di dalamnya kegiatan-
kegiatan seperti persiapan bak pemeliharaan, penebaran larva, pengamatan
kondisi dan perkembangan larva, pengelolaan pakan, pengelolaan kualitas air,
pengendalian penyakit dan pemanenan.
Pengamatan larva dilakukan PT. Suri Tani Pemuka untuk mencegah risiko
larva terserang penyakit dan patogen. Pengamatan larva dilakukan oleh bagian
laboratorium untuk mengamati morfologi tubuh larva, keberadaan parasit patogen
yang menyebabkan larva terserang penyakit. Jika hasil pengamatan laboratorium
menunjukkan bahwa ada sampel yang terserang penyakit, maka bak pemeliharaan
larva akan ditetesi dengan formalin sehingga larva yang terserang penyakit mati
dan larva yang tidak terserang tidak tertular oleh larva yang terserang penyakit.

e) Pengelolaan kualitas air


Pengelolaan air merupakan hal yang mutlak dilakukan dalam usaha
pembenihan udang di PT. Suri Tani Pemuka. Hal ini bertujuan untuk menghindari
terjadinya risiko kegagalan produksi dikarenakan tingkat mortalitas induk dan
benih yang tinggi. Pengelolaan kualitas air tersebut dilakukan terhadap media
pemeliharaan induk dan media pemeliharaan larva. Pengelolaan kualitas air dalam
media pemeliharaan induk udang vannamei merupakan bagian yang penting
karena berpengaruh besar terhadap keberhasilan proses budidaya selanjutnya.
Untuk menjaga kualitas air tetap stabil pada saat pemeliharaan induk dilakukan

57
dengan cara melakukan pergantian air sebanyak 50-80 persen setiap hari yang
dilakukan pada pagi hari. Selain pergantian air, dilakukan juga pembuangan sisa
pakan dan kotoran udang serta kulit udang yang sudah moulting serta melakukan
pengisian air yang baru.
Pengelolaan kualitas air pada media pemeliharaan larva udang vannamei
dilakukan dengan cara melakukan Monitoring suhu yaitu berkisar antara 29-30
derajat celcius, melakukan pemeriksaan pH yaitu berkisar pada 7,5-8,5 serta
salinitas sekitar 29-34 ppt. Cara selanjutnya yang dilakukan adalah penyiponan
atau pembersihan sisa makanan dan kotoran larva.

f) Pengelolaan pakan
Perkembangan gonad udang vannamei dapat dipacu dengan meningkatkan
kualitas dan kuantitas pakan, yaitu dengan memberikan pakan yang berprotein
tinggi. Pengelolaan pakan yang diberikan pada larva udang vannamei selama
proses pembenihan di PT. Suri Tani Pemuka ada dua macam yaitu pakan alami
dan pakan buatan. Pemberian pakan disesuaikan dengan jumlah dan frekuensi
tertentu sesuai dengan stadia larva. Pengelolaan pakan yang baik akan
meningkatkan produksi benih dan meminimalkan risiko kegagalan produksi.

g) Pemanenan dan pengepakan benur


Pemanenan benur sangat tergantung pada permintaan konsumen baik
waktu pemanenan, jumlah dan ukuran. Hal ini dilakukan perusahaan untuk
menghindari risiko benur tidak habis terjual. Sebagian besar konsumen meminta
agar pelaksanaannya dilakukan pada sore hari atau malam hari untuk menghindari
suhu yang tinggi pada waktu penebaran. Ukuran yang sering diminta oleh
konsumen adalah pada PL 10.
Proses pengemasan merupakan salah satu proses yang harus dilakukan
dengan teliti karena jika proses ini diabaikan ketelitiannya maka akan
menimbulkan risiko berupa kematian benur yang kerugiannya akan ditanggung
oleh perusahaan. Proses pengepakan atau pengemasan benur dilakukan dengan
menggunakan kantong plastik berlapis dua yang diisi air laut sebanyak 2 liter.
Kepadatan benur dalam kantong tergantung umur benur tersebut.
Jika PL 10 ke atas, maka kepadatannya maksimum 2000 ekor per liter.
Selanjutnya diberi oksigen untuk pernapasan udang selama pengangkutan.

58
Selanjutnya plastik diikat kencang dengan karet gelang. Hasil pengemasan
kemudian dimasukkan ke dalam kotak sterefoam yang berisi delapan kantong
plastik. Untuk pengangkutan jarak jauh ditambahkan kantong es sehingga tingkat
metabolisme udang menurun karena mampu mengurangi aktivitas dan
kanibalisme dengan sesamanya.

h) Perbaikan fasilitas
Beberapa fasilitas yang digunakan dalam kegiatan pembenihan udang
vannamei sering mengalami kerusakan baik kerusakan ringan maupun kerusakan
berat. Jenis kerusakan berat ditangani perusahaan dengan mengganti alat dengan
alat yang baru. Akan tetapi jika kerusakan yang terjadi berupa kerusakan ringan
dapat ditangani dengan mengganti komponen yang rusak. Selain perbaikan alat,
penanganan yang dilakukan perusahaan berupa perawatan rutin untuk
menghindari terjadi kerusakan berat pada alat.

i) Pengembangan sumber daya manusia


Kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting
penentu keberhasilan dalam usaha pembenihan udang vannamei. Pengalaman
dalam pembenihan sangat dibutuhkan dalam beberapa kegiatan produksi,
diantaranya proses perkawinan induk udang. Sumber daya manusia yang
berpengalaman dan berkualitas dapat menghindari terjadinya kegagalan
perkawinan yang disebabkan perkawinan sekerabat atau kesalahan lainnya.
Menghindari kesalahan pada sumber daya manusia, maka PT. Suri Tani
Pemuka melakukan seleksi yang sangat ketat untuk penerimaan pekerja. Pekerja
yang diterima hanya pekerja yang berpengalaman. Strategi lainnya yang
diterapkan PT. Suri Tani Pemuka sebagai upaya mengurangi risiko akibat
kesalahan manusia adalah dengan melakukan pelatihan pada pekerjanya secara
berkala.

2. Mitigasi Risiko
Strategi mitigasi dilakukan PT. Suri Tani Pemuka dengan tujuan untuk
memperkecil dampak dari risiko. Strategi mitigasi dilakukan perusahaan dalam
berbagai cara, antara lain adalah:

59
a) Pengadaan dan perlakuan induk
Pengadaan induk yang masih diimpor dari Hawai sering menimbulkan
risiko bagi PT. Suri Tani Pemuka. Oleh karena itu, pengadaan induk sangat
diperhatikan oleh perusahaan sebagai upaya untuk mengoptimalkan keuntungan.
Strategi perusahaan untuk mencegah terjadinya kerugian akibat kegiatan impor
induk adalah melalui sistem garansi yang disepakati oleh pihak pengimpor dan
perusahaan.
Sistem garansi berlaku untuk penanggungan oleh pihak importir induk
udang vannamei jika dalam kurun waktu 24 jam setelah induk berada di tempat
pembenihan terdapat induk yang mati atau terserang penyakit. Akan tetapi, jika
dalam waktu lebih dari 24 jam terdapat induk yang mati atau terserang penyakit,
maka pihak perusahaanlah yang menanggung semua kerugian. Oleh karena itu,
untuk menghindari kerugian yang disebabkan oleh kematian induk, maka pihak
perusahaan melakukan perlakuan pada induk.
Perlakuan pada induk meliputi proses penyesuaian suhu air tempat induk
dipelihara dengan suhu negara asal untuk menghindari stres pada induk. Perlakuan
dilakukan dengan melakukan penurunan suhu sehingga suhu pada tempat
pemeliharaan induk sama dengan suhu di negara asal induk. Penurunan suhu
dilakukan dengan menggunakan chiller.

b) Pengendalian penyakit
Penyakit pada induk udang dan benih udang merupakan masalah utama
yang harus ditangani dengan serius karena jika tidak ditangani dengan tepat, maka
akan mengakibatkan terganggunya proses produksi dan dapat mengurangi
penerimaan perusahaan. Menghadapi permasalahan yang diakibatkan oleh
penyakit ini, PT. Suri Tani Pemuka menerapkan salah satu cara untuk
meminimalkan angka kerugian. Jika ditemukan sampel induk yang terserang
penyakit, maka keseluruhan induk dalam satu bak akan dibuang. Hal ini dilakukan
untuk mencegah penularan penyakit pada bak pemeliharaan lainnya. Jika
terdeteksi penyakit pada sampel larva, maka bak pemeliharaan larva yang
terdeteksi terserang penyakit ditetesi formalin untuk membunuh larva yang
terserang penyakit dan tetap membiarkan larva yang tidak terserang penyakit.

60
c) Sistem diversifikasi pemeliharaan
Metode mitigasi risiko lainnya yang dilakukan PT. Suri Tani Pemuka
adalah sistem diversifikasi pemeliharaan. Sistem diversifikasi dilakukan dengan
melakukan pemeliharaan induk dan larva pada bak terpisah. Penerapan pola
pemeliharaan ini bertujuan untuk menghindari gagalnya produksi pada
keseluruhan benih dan induk udang vannamei. Melalui cara pemisahan ini, maka
jika salah satu bak pemeliharaan terserang penyakit, maka bak yang lain dapat
dihindari dari terjangkitnya penyakit tersebut.
Strategi penanganan risiko yang dilakukan oleh PT. Suri Tani Pemuka
tersebut dapat digambarkan sesuai dengan peta sumber-sumber risiko yang ada di PT.
Suri Tani Pemuka. Hasil pengelompokan strategi penanganan risiko berdasarkan
kuadran sumber risiko pada peta risiko dapat dilihat pada gambar 8 dan gambar 9.
Strategi penanganan risiko yang dilakukan oleh PT. Suri Tani Pemuka
berdasarkan hasil pemetaan sumber risiko yang ada dalam kegiatan pembenihan
udang vannamei dapat disesuaikan dengan letak risiko pada kuadran yang ada dalam
peta risiko. Strategi preventif risiko dilakukan PT. Suri Tani Pemuka untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya risiko, atau dengan kata lain strategi preventif
dilakukan perusahaan untuk menangani risiko yang ada pada kuadran dengan
probabilitas atau kemungkinan terjadinya besar. Kuadran yang dapat ditangani
dengan strategi preventif adalah risiko yang terdapat pada kuadran 1 dan kuadran 3.
Risiko yang terdapat pada kuadran 1 atau risiko dengan probabilitas besar
dan dampak yang disebabkan besar pula dalam kegiatan pembenihan udang
vannamei adalah risiko penyakit dan tingginya tingkat mortalitas. Hasil
identifikasi strategi penanganan risiko yang dilakukan oleh perusahaan yang
sesuai dengan jenis risiko pada kuadran 1 ini adalah dengan melakukan persiapan
bak pemeliharaan, pemeliharaan induk, pemeliharaan larva, pengelolaan kualitas
air, pengelolaan pakan, pemanenan dan pengepakan benur serta pelatihan sumber
daya manusia.

61
Dampak (Rp)
Kuadran 2: Kuadran 1:
Besar -persiapan bak pemeliharaan
-pemeliharaan induk
-pemeliharaan larva
-pengelolaan kualitas air
-pengelolaan pakan
-pemanenan dan pengepakan
benur
-pengembangan SDM

Kecil Kuadran 4: Kuadran 3:


-Sistem kontrak pembelian
pakan
Kecil Besar
Probabilitas (%)

Gambar 8. Strategi Preventif Risiko PT. Suri Tani Pemuka

Risiko yang terdapat pada kuadran 3 atau risiko dengan tingkat


probabilitas besar tetapi dampak yang ditimbulkan oleh risiko ini kecil adalah
risiko karena adanya fluktuasi harga pada induk, pakan dan benih. Menghadapi
risiko yang disebabkan oleh fluktuasi harga merupakan permasalahan yang sulit
bagi PT. Suri Tani Pemuka. Risiko karena adanya fluktuasi harga yang dapat
ditangani oleh PT. Suri Tani Pemuka adalah risiko fluktuasi harga pakan. Strategi
preventif yang dilakukan oleh PT. Suri Tani Pemuka dalam menangani risiko ini
adalah dengan melakukan kontrak pembelian dengan pihak pemasok pakan,
sedangkan risiko yang disebabkan oleh fluktuasi harga induk belum dapat
ditangani oleh perusahaan dikarenakan fluktuasi harga ditentukan oleh nilai tukar
rupiah terhadap dolar.
Strategi penanganan risiko menggunakan strategi mitigasi yang dilakukan
oleh PT. Suri Tani Pemuka dilakukan untuk mengendalikan risiko-risiko dengan
dampak yang besar. Risiko yang digolongkan ke dalam risiko dengan dampak yang
besar adalah risiko yang terdapat pada kuadran 1 dan kuadran 2. Kuadran 1

62
merupakan risiko dengan kemungkinan terjadinya besar dan dampak yang
ditimbulkan besar pula, sedangkan kuadran 2 merupakan risiko dengan kemungkinan
terjadinya kecil, akan tetapi dampak yang ditimbulkan oleh risiko ini besar.
Risiko yang terdapat pada kuadran 1 dikendalikan oleh PT. Suri Tani Pemuka
menggunakan strategi mitigasi risiko melalui kegiatan pengendalian penyakit
sehingga risiko timbulnya penyakit dan tingginya tingkat mortalitas dapat
diminimalkan. Risiko yang kemungkinan terjadinya kecil, akan tetapi dampak yang
ditimbulkan besar adalah risiko dalam kegiatan pengadaan induk. Risiko ini
dikendalikan perusahaan menggunakan mitigasi risiko melalui kegiatan pengadaan
dan perlakuan induk yang tepat dengan karakteristik induk udang vannamei. Pola
penangan risiko menggunakan strategi mitigasi dapat dilihat pada gambar berikut:

Dampak (Rp)
Kuadran 2: Kuadran 1:
Besar -pengadaan dan perlakuan -pengendalian penyakit
induk -sistem diversifikasi
pemeliharaan

Kecil Kuadran 4: Kuadran 3:

Kecil Besar
Probabilitas (%)

Gambar 9. Strategi Mitigasi Risiko PT. Suri Tani Pemuka

Risiko yang terdapat pada kuadran dengan probabilitas kecil serta dampak
yang disebabkan oleh risiko tersebut kecil pula atau risiko yang terdapat pada
kuadran 4 yaitu risiko kerusakan alat dan pengaruh cuaca. Risiko yang terdapat
pada kuadran ini merupakan risiko yang ringan atau dengan kata lain risiko ini
tidak terlalu berpengaruh pada PT. Suri Tani Pemuka. Risiko ini tidak dapat
ditangani menggunakan strategi mitigasi ataupun preventif risiko. Kedua jenis
penanganan risiko ini dilakukan untuk jenis risiko yang kemungkinan terjadinya
besar atau risiko dengan dampak yang besar. Akan tetapi untuk menangani risiko

63
pada kuadran ini, PT. Suri Tani Pemuka melakukan kegiatan perbaikan pada
peralatan teknis.

Dampak (Rp)
Kuadran 2: Kuadran 1:
Besar -Pengadaan induk -Penyakit
(Detect and Monitor) -Tingkat Mortalitas
(Prevent at Source)

Kuadran 4: Kuadran 3:
Kecil -Kerusakan peralatan -Fluktuasi harga induk
-Cuaca -Fluktuasi harga pakan
(Low Control) -Fluktuasi harga benih
(Monitor)
Kecil Besar
Probabilitas (%)

Gambar 10. Alternatif Strategi Penanganan Risiko oleh PT. Suri Tani Pemuka

Penanganan risiko juga dilakukan oleh PT. Suri Tani Pemuka melalui
alternatif strategi yang disesuaikan dengan hasil pemetaan risiko. Peta alternatif
strategi tersebut dapat dilihat pada gambar10. Risiko yang terdapat pada kuadran
1 yaitu risiko adanya penyakit dan tingkat mortalitas berdasarkan alternatif
strategi diatasi dengan strategi prevent at source. Strategi prevent at source dapat
dilakukan melalui kegiatan persiapan bak pemeliharaan, pemeliharaan induk,
pemeliharaan larva, pengelolaan kualitas air, pengelolaan pakan, pemanenan dan
pengepakan benur, pengembangan SDM, pengendalian penyakit dan diversifikasi
pemeliharaan.
Risiko yang terdapat pada kuadran 2 yaitu risiko dalam kegiatan
pengadaan induk diatasi dengan strategi detect and monitor. Strategi detect and
monitor dapat dilakukan dengan pengadaan dan perlakuan induk. Risiko yang
terdapat pada kuadran 3 yaitu risiko fluktuasi pada harga induk, pakan dan benih
dapat diatasi dengan alternatif penanganan risiko melalui strategi monitor. Strategi
monitor dapat dilakukan melalui sistem kontrak pembelian pakan. Sedangkan

64
risiko yang terdapat pada kuadran 4 yaitu risiko kerusakan alat teknis pembenihan
dan adanya pengaruh cuaca dapat diatasi melalui strategi low control. Strategi low
control dapat dilakukan dengan kegiatan perbaikan fasilitas. Hasil identifikasi
sumber risiko dan upaya penanganan risiko yang dilakukan perusahaan dapat
dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Identifikasi Sumber dan Penanganan Risiko


No Sumber Risiko Upaya Penanganan Hasil
1 Penyakit -Pencegahan: persiapan bak
pemeliharaan untuk
mengistirahatkan bak
-Pengobatan: jika pada bak
Meminimalkan risiko
larva ditemukan ada larva
gagal panen yang
yang terserang penyakit,
disebabkan tingkat
maka ditetesi dengan
kematian benih akibat
formalin. Jika yang terserang
terserang penyakit
penyakit adalah induk
udang, maka seluruh induk
udang yang ada dalam satu
bak akan dimusnahkan
2 Tingkat mortalitas larva Perlakuan yang teliti dan
hati-hati dalam kegiatan
pemeliharaan induk,
pemeliharaan naupli,
pemeliharaan larva,
Meminimalkan tingkat
kegiatan pemanenan,
mortalitas induk dan
pengemasan dan distribusi,
larva
serta mengadakan pelatihan
karyawan, menjaga kualitas
air, penerapan pola
diversifikasi pemeliharaan
induk dan larva
3 Proses pengadaan induk Meminimalkan kerugian
Menggunakan sistem garansi jika terjadi kematian
dan melakukan usaha pada induk yang masih
penurunan suhu dalam jangka waktu 24
jam
4 Fluktuasi harga induk udang Belum dapat ditangani Harga masih berfluktuasi
vannamei karena harga disesuaikan sesuai nilai tukar rupiah
dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar
5 Cuaca Upaya penurunan suhu air Adaptasi induk cepat
6 Fluktuasi harga pakan Persediaan pakan alami
Melakukan kontrak
tidak terputus meskipun
pembelian dengan pemasok
pada musim tertentu
pakan alami
7 Fluktuasi harga benih Harga benih disesuaikan Keuntungan yang
dengan daerah konsumen diperoleh perusahaan
optimal
8 Kerusakan peralatan Perawatan rutin serta
Kerusakan fatal pada
penggantian bagian alat
peralatan dapat dicegah
yang rusak

65
6.3. Analisis Probabilitas Risiko Produksi dan Penerimaan
Usaha pembenihan udang vannamei sering kali dihadapkan pada kendala-
kendala yang disebabkan oleh sumber-sumber risiko. Sumber-sumber risiko ini
juga dihadapi oleh PT. Suri Tani Pemuka sebagai salah satu perusahaan yang
melakukan usaha di bidang pembenihan udang vannamei. Menggunakan data
produksi naupli dan benur udang vannamei selama tahun 2008 yang dihasilkan
oleh PT. Suri Tani Pemuka dapat dipelajari mengenai probabilitas risiko yang
dihadapi oleh PT. Suri Tani Pemuka. Indikasi adanya risiko pada kegiatan
pembenihan udang vannamei dapat dilihat dari adanya fluktuasi hasil produksi
naupli, produksi benur, Survival Rate dan penerimaan yang dapat dilihat pada
Gambar 11.

Gambar 11. Grafik Produksi Naupli, Produksi Benur, Survival Rate, dan Penerimaan

Risiko yang ada dalam PT. Suri Tani Pemuka dan dapat dihitung
probabilitasnya berupa risiko produksi naupli, risiko produksi benur, risiko
survival rate dan risiko penurunan penerimaan. Hasil dari perhitungan ini
menunjukkan seberapa persen kemungkinan terjadinya risiko-risiko tersebut pada

66
PT. Suri Tani Pemuka. Hasil perhitungan probabilitas risiko produksi dan
penerimaan dapat dilihat pada lampiran. Analisis probabilitas risiko dilakukan
dengan membandingkan tingkat probabilitas antara beberapa sumber risiko
produksi. Hasil perhitungan probabilitas risiko produksi pada beberapa sumber
risiko dapat dilihat pada Tabel 5 berikut:

Tabel 5. Perbandingan Tingkat Probabilitas Sumber Risiko


No Sumber Risiko Probabilitas (%)
1 Produksi Naupli 10,90
2 Produksi Benur 22,10
3 Survival Rate 19,80
4 Penerimaan 34,10

Tabel 5 menunjukkan perbandingan probabilitas terjadinya risiko pada


beberapa sumber risiko produksi. Tingkat probabilitas risiko terbesar pada
kegiatan produksi terletak pada kegiatan produksi benur yaitu sebesar 22,10
persen. Kemungkinan terjadinya risiko produksi benur di bawah target yang telah
ditentukan oleh perusahaan yaitu sebesar 6.250.000 benur tiap siklusnya dari 250
pasang induk yang dipelihara oleh PT. Suri Tani Pemuka. Nilai ini diperoleh dari
anggapan perusahaan bahwa benur yang dihasilkan sebesar 25 persen produksi
naupli normal. Jika produksi naupli normal sebesar 25.000.000 maka produksi
benur normal adalah sebesar 6.250.000.
Hasil perhitungan nilai z menggunakan metode nilai standar adalah
sebesar 0,770. Nilai z positif menunjukkan bahwa nilai z untuk penurunan
produksi benur berada di sebelah kanan dari rata-rata di distribusi normal. Nilai z
sebesar 0,770 pada tabel z menunjukkan nilai sebesar 0,221. Nilai sebesar 0,221
menunjukkan probabilitas produksi benur dibawah 6.250.000 sebesar 0,221 atau
sebesar 22,1 persen.
Kemungkinan terjadinya risiko pada produksi benur dapat disebabkan
karena pada tahap pemeliharaan naupli menjadi post larva merupakan masa yang
memerlukan ketelitian yang tinggi. PT. Suri Tani dalam mencegah kemungkinan
terjadinya risiko pada proses produksi benur telah menerapkan beberapa strategi
pencegahan kegagalan produksi benur. Kemungkinan terjadinya risiko pada

67
kegiatan produksi benur adalah adanya risiko pada aspek operasional kegiatan
pembenihan udang vannamei. Salah satu sumber risiko yang dapat menyebabkan
terjadinya kemungkinan risiko produksi benur di bawah target yang ditentukan
perusahaan adalah penyakit parasiter yang menyerang benur pada stadia pos larva.
Selain pengaruh penyakit, sumber risiko yang dapat menyebabkan tingginya
kemungkinan risiko pada proses produksi benur adalah faktor cuaca yaitu suhu
dan salinitas yang berfluktuasi sehingga menyebabkan kondisi larva menjadi labil.
Tingginya kemungkinan derajat kelangsungan hidup naupli menjadi benur
sebesar 19,80 persen. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kegiatan produksi dari
stadia naupli menjadi post larva, kemungkinan terjadinya risiko derajat
kelangsungan hidup benur di bawah target PT. Suri tani Pemuka adalah sebesar
19,80 persen. Nilai z untuk survival rate yang ditentukan perusahaan adalah
sebesar 30 persen. Hal ini berarti nilai survival rate yang dianggap normal oleh
perusahaan adalah sebesar 30 persen. Hasil perhitungan nilai z untuk survival rate
dibawah 30 persen adalah sebesar -0,85. Nilai z ini menunjukkan nilai probabilitas
pada tabel z sebesar 0,198 dan berada di sebelah kiri distribusi normal. Besarnya
kemungkinan untuk nilai survival rate di bawah nilai 30 persen adalah sebesar
0,198 atau sebesar 19,8 persen.
Nilai probabilitas ini merupakan urutan ketiga dari probabilitas kegiatan
pembenihan udang vannamei. Tahapan pemeliharaan dari stadia naupli sampai
stadia benur merupakan kegiatan terpenting yang sangat diperhatikan oleh PT.
Suri Tani Pemuka. Setiap kegiatan dilakukan dengan teliti sehingga dapat
memperkecil kemungkinan kegagalan produksi benur yang dapat memperkecil
derajat kelangsungan hidup benur.
Tingkat probabilitas terkecil dalam kegiatan produksi benih udang
vannamei adalah kemungkinan terjadinya risiko produksi naupli di bawah target
yang ditentukan oleh perusahaan. Tingkat probabilitas risiko pada produksi naupli
adalah sebesar 10,90 persen. Hasil perhitungan nilai z pada penurunan produksi
naupli menunjukkan nilai sebesar -1,23. Tanda minus diabaikan karena hanya
menunjukkan bahwa nilai tersebut berada di sebelah kiri dari rata-rata di distribusi
normal karena nilai standar dari rata-rata pada distribusi normal adalah sama
dengan nol. Nilai z sebesar 1,23 pada tabel z menunjukkan nilai sebesar 0,109.

68
Nilai 0,109 adalah nilai probabilitas produksi naupli yang lebih kecil dari
25.000.000. hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan produksi naupli di bawah
25.000.000 adalah sebesar 0,109 atau sebesar 10,90 %.
Nilai ini merupakan angka kemungkinan terkecil jika dibandingkan
dengan proses produksi benur. Hal ini menunjukkan bahwa pada kegiatan
produksi naupli, kemungkinan terjadinya risiko kecil jika dibandingkan dengan
kegiatan produksi benur. Kemungkinan terjadinya risiko pada produksi naupli
dapat disebabkan oleh kegagalan induk udang menghasilkan telur yang kemudian
menetas menjadi naupli. Dari perbandingan tingkat probabilitas risiko pada
kegiatan produksi naupli, produksi benur, derajat kelangsungan hidup benur dan
penerimaan terlihat bahwa PT. Suri Tani Pemuka mampu mencegah kemungkinan
terjadinya risiko pada kegiatan produksi naupli sehingga mampu menghasilkan
tingkat probabilitas risiko terkecil pada kegiatan produksi naupli.
Probabilitas risiko terbesar terjadi pada risiko penerimaan di bawah target
yang ditentukan oleh PT. Suri Tani Pemuka. Nilai probabilitas risiko pada
penerimaan sebesar 34,10 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pada penerimaan
yang diperoleh PT. Suri Tani Pemuka akan mengalami kemungkinan penerimaan
yang di bawah target adalah sebesar 34,10 persen. PT. Suri Tani menetapkan
target penerimaan untuk penjualan benur adalah sebesar Rp 156.250.000,00. Nilai
ini ditentukan perusahaan berdasarkan harga minimal pada penjualan benur udang
vannamei sebesar Rp 25,00 dengan minimal produksi benur sebanyak 6.250.000
benur per siklus.
Hasil perhitungan nilai z pada penurunan penerimaan sebesar 0,42 dan
menunjukkan nilai 0,341 pada tabel z. Nilai 0,341 ini menunjukkan probabilitas
atau kemungkinan perusahaan mendapatkan penerimaan di bawah Rp
156.250.000,00 sebesar 0,341 atau sebesar 34,1 persen.
Nilai probabilitas ini merupakan nilai probabilitas terbesar jika
dibandingkan dengan kegiatan produksi lainnya. Kemungkinan terjadinya risiko
pada penerimaan yang di bawah target PT. Suri Tani Pemuka ini dapat disebabkan
oleh fluktuasi produksi naupli, produksi benur, derajat kelangsungan hidup benih
dan tingkat harga yang berbeda pada setiap siklus produksi. Jika terjadi kesalahan
penanganan pada salah satu proses produksi, baik produksi naupli maupun

69
produksi benur, maka penurunan produksi akan terjadi sehingga derajat
kelangsungan hidup benih pun akan menurun.

6.4. Analisis dampak Risiko Produksi


Analisis dampak risiko penurunan produksi naupli menunjukkan bahwa
perusahaan mengalami kerugian ketika produksi naupli dibawah target
perusahaan. Target produksi naupli yang ditetapkan perusahaan sebagai produksi
normal adalah sebesar sebanyak 25.000.000 naupli per siklus produksi. Selama
tahun 2008 PT. Suri Tani telah memproduksi naupli sebanyak 10 bulan. Dari
sepuluh bulan tersebut, perusahaan mengalami 2 kali produksi dibawah target
perusahaan. Produksi dibawah target perusahaan tersebut terjadi pada bulan Maret
dan September yaitu masing-masing mengalami kekurangan produksi sebesar
2.000.000 dan 1.000.000 naupli untuk memenuhi target produksi. Data dan
perhitungan dampak risiko produksi naupli dapat dilihat pada Lampiran 5.
Selain penurunan produksi naupli, penurunan produksi benur juga sering
kali menyebabkan kerugian dalam usaha pembenihan udang vannamei. Penurunan
produksi benur akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Pada produksi
benur, hal yang dianggap merugikan adalah jika produksi benur tidak mampu
memenuhi target benur yang ditentukan oleh perusahaan. PT. Suri Tani Pemuka
menetapkan target sebanyak 6.250.000 benur tiap siklusnya. Jika produksi benur
tidak mencapai target yang ditentukan oleh perusahaan, maka hal ini dianggap
sebagai kejadian yang berisiko.
Siklus produksi benur yang mengalami kerugian atau produksi yang masih
dibawah target terjadi pada siklus satu, siklus enam dan siklus tujuh. Kekurangan
produksi yang terjadi pada siklus ini masing-masing sebanyak 198.800, 1.906.960
dan 381.016. Tingkat harga benur udang vannamei pada siklus satu sebesar Rp
27,00, pada siklus enam sebesar Rp 26,00 dan pada siklus tujuh sebesar Rp 25,00.
Besarnya kerugian yang disebabkan penurunan produksi benur udang adalah
sebesar masing-masing pada siklus satu, siklus enam dan siklus tujuh adalah
sebesar Rp 5.367.600,00, Rp 49.580.960,00 dan Rp 9.525.400,00. Hasil
perhitungan dampak risiko produksi benur dapat dilihat pada lampiran 6.
Derajat kelangsungan hidup (SR) merupakan salah satu faktor penting
dalam usaha pembenihan udang vannamei. Derajat kelangsungan hidup akan

70
menentukan keberhasilan dalam usaha pembenihan. Jika derajat kelangsungan
hidup benur tinggi maka tingkat produksi benur akan tinggi pula. Dalam usaha
pembenihan udang vannamei derajat kelangsungan hidup benur tidaklah stabil.
Penurunan derajat kelangsungan hidup yang dibawah standar perusahaan akan
menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan tidak
mampu memenuhi target produksi yang telah ditetapkan.
Target perusahaan untuk derajat kelangsungan hidup adalah sebesar 30
persen. Jika produksi benur tidak mencapai derajat kelangsungan hidup sebesar 30
persen maka produksi benur dianggap berisiko. Kerugian yang disebabkan oleh
penurunan derajat kelangsungan hidup terjadi pada siklus tiga dan siklus enam.
Pada kedua siklus ini, derajat kelangsungan hidup benur tidak mencapai 30 persen
sehingga pada siklus ini terjadi kekurangan produksi dari target produksi yang
ingin dicapai perusahaan.
Pada siklus tiga terjadi kekurangan produksi sebesar 1.526.800 benur dan
pada siklus enam terdapat kekurangan produksi sebanyak 1.906.960 benur.
Tingkat harga pada masing-masing siklus ini masing-masing sebesar Rp 25,00
dan Rp 26,00 sehingga kerugian yang terjadi pada siklus tiga adalah sebesar Rp
38.170.000,00 dan pada siklus enam terjadi kerugian sebesar Rp 49.580.960,00.
Penerimaan perusahaan merupakan salah satu faktor penting bagi
perusahaan sebagai penentu keberhasilan usaha. Jika terjadi penurunan
penerimaan perusahaan, maka ini merupakan akibat dari terjadinya risiko.
Berdasarkan tujuh siklus produksi yang dilakukan oleh PT. Suri Tani Pemuka
selama tahun 2008 terdapat empat siklus yang penerimaannya masih dibawah
target perusahaan. PT. Suri Tani Pemuka menetapkan target penerimaan tiap
siklusnya sebesar Rp 156.250.000,00.
Siklus yang masih di bawah target terdapat pada siklus tiga, siklus empat,
siklus enam dan siklus tujuh. Masing-masing kerugian dari kekurangan
penerimaan tersebut adalah sebesar Rp 38.170.000,00, Rp 19.003.600,00, Rp
43.330.960 dan Rp 9.525.400. hasil perhitungan dampak risiko produksi dan
penerimaan dapat dilihat pada lampiran. Perbandingan dampak terjadinya risiko
pada kegiatan produksi dapat dilihat pada Tabel 6.

71
Tabel 6 menunjukkan perbandingan hasil perhitungan dampak terjadinya
risiko pada kegiatan produksi terhadap PT. Suri Tani Pemuka. Dampak atau
kerugian terbesar terjadi pada risiko survival rate (derajat kelangsungan hidup)
benur. Hal ini menunjukkan bahwa jika terjadi risiko derajat kelangsungan hidup
benur di bawah target yang ditentukan oleh perusahaan maka perusahaan akan
mengalami kerugian terbesar jika dibandingkan dengan terjadinya risiko lainnya.
Oleh karena itu, untuk mengurangi dampak terjadinya risiko yang disebabkan oleh
derajat kelangsungan hidup benur yang tidak memenuhi target, maka tahap
pemeliharaan dari stadia naupli hingga menjadi benur sangat diperhatikan oleh
PT. Suri Tani Pemuka.

Tabel 6. Perbandingan Dampak Terjadinya Risiko Terhadap Perusahaan


Sumber Risiko Dampak (Rupiah)
Produksi Naupli 15.962.000
Produksi Benur 44.679.261
Survival Rate 53.260.994
Penerimaan 40.596.555

Dampak dari terjadinya risiko pada kegiatan produksi benur merupakan


dampak kerugian terbesar kedua setelah dampak yang disebabkan oleh risiko pada
derajat kelangsungan hidup benur. Besarnya dampak yang disebabkan oleh risiko
pada produksi benur dikarenakan produk hasil dari kegiatan pembenihan adalah
benur udang vannamei. Jika terjadi risiko pada proses produksinya maka dampak
yang disebabkan sangat mempengaruhi perusahaan. Dampak yang terjadi
disebabkan karena perusahaan tidak mampu memenuhi target produksi dan
penerimaan dari penjualan benur yang dihasilkan. Hal menyebabkan PT. Suri
Tani Pemuka melakukan tindakan untuk mengurangi dampak terjadinya risiko
pada produksi benur tersebut.
Dampak dari terjadinya risiko pada penerimaan menempati urutan ketiga
terbesar dari kegiatan lainnya. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan
probabilitasnya, penerimaan mempunyai kemungkinan terjadinya risiko terbesar
akan tetapi dampak yang disebabkan tidak sebesar dengan risiko pada derajat
kelangsungan hidup benur dan produksi benur. Hal ini dapat menunjukkan bahwa

72
risiko yang disebabkan oleh penerimaan di bawah target perusahaan mempunyai
kemungkinan terjadi yang paling besar, akan tetapi dampak yang disebabkan tidak
sebesar dampak yang disebabkan oleh risiko pada derajat kelangsungan hidup dan
risiko pada produksi benur.
Dampak dari terjadinya risiko terkecil terjadi pada produksi benur.
Produksi benur selain mempunyai dampak yang kecil juga mempunyai nilai
probabilitas atau kemungkinan terjadinya pun paling kecil jika dibandingkan
dengan kegiatan produksi benur, derajat kelangsungan hidup benur dan risiko
pada penerimaan. Dari hasil analisis dampak ini, maka dapat dijelaskan bahwa
PT. Suri Tani Pemuka mampu menekan dampak terjadinya risiko pada produksi
naupli sehingga dampak yang disebabkan oleh risiko pada proses produksi naupli
lebih kecil jika dibandingkan dengan kegiatan lainnya.

6.5. Pemetaan Risiko


Hasil pengukuran probabilitas dan dampak risiko pada produksi naupli,
produksi benur, derajat kelangsungan hidup dan penerimaan akan menunjukkan
status risiko pada PT. Suri Tani Pemuka. Hasil penentuan status risiko yang
diperoleh dari hasil perkalian antara probabilitas risiko dan dampak dari risiko
yang terjadi pada kegiatan pembenihan udang vannamei.
Hasil perhitungan status risiko dapat dilihat pada Tabel 7. Status risiko
terbesar terjadi pada penerimaan, urutan kedua pada penurunan derajat
kelangsungan hidup, urutan ketiga pada produksi benur dan terakhir pada
produksi naupli.

Tabel 7. Status Risiko


Sumber Risiko Probabilitas Dampak Status risiko
(%) (Rp)
Produksi naupli 10,9 15.962.000 1.739.858
Produksi benur 22,1 44.679.261 9.874.117
Survival Rate 19,8 53.260.994 10.545.677
Penerimaan 34,1 40.596.555 13.843.426

Penempatan risiko pada peta risiko didasarkan atas perkiraan posisinya


berada di mana dari hasil perhitungan probabilitas dan dampak risiko. Hasil

73
penempatan risiko pada peta risiko dapat dilihat pada Gambar 12. Peta risiko
dapat diklasifikasikan ke dalam dua sumbu yaitu horizontal berupa probabilitas
risiko dan sumbu vertikal berupa dampak risiko. Kedua sumbu tersebut dibatasi
oleh nilai yang menjadi batasan besar atau kecilnya probabilitas dan dampak
risiko. Nilai probabilitas dibatasi oleh nilai 20 persen dan nilai dampak dibatasi
oleh nilai 50 juta rupiah. Nilai batasan ini ditentukan oleh perusahaan dan
diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan pihak PT. Suri Tani Pemuka.
PT. Suri Tani Pemuka menganggap jika kemungkinan risiko melebihi nilai
20 persen maka risiko tersebut digolongkan ke dalam kuadran dengan probabilitas
besar, sedangkan jika kemungkinan terjadinya risiko kurang dari 20 persen maka
risiko ini digolongkan ke dalam probabilitas kecil. Hal yang sama terjadi pada
batasan dampak risiko. Apabila dampak yang ditimbulkan oleh risiko melebihi
nilai 50 juta rupiah maka dampak ini dianggap perusahaan sangat besar, akan
tetapi jika dampak dari suatu risiko masih dibawah 50 juta rupiah maka dianggap
kecil.
Hasil pemetaan ini menunjukkan bahwa risiko derajat kelangsungan hidup
berada pada kuadran 2. Risiko produksi benur dan risiko penerimaan terdapat
pada kuadran 3 dan risiko produksi naupli berada pada kuadran 4, sedangkan
untuk kuadran 1 tidak terisi risiko. Hal ini menunjukkan bahwa risiko yang
kemungkinan terjadinya besar dan dampak yang disebabkan oleh risiko dapat
diatasi oleh PT. Suri Tani Pemuka.
Risiko yang terdapat pada kuadran 1 merupakan risiko yang kemungkinan
terjadinya besar dan dampak yang ditimbulkan dari risiko ini juga besar. Pada
hasil pemetaan risiko menunjukkan bahwa pada kuadran 1 tidak terdapat risiko.
Hal ini menunjukkan perusahaan masih bisa mengendalikan risiko yang ada
dalam perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari strategi PT. Suri Tani Pemuka
melakukan persiapan wadah pemeliharaan induk dan larva. Strategi ini terbukti
dapat mencegah terjadinya penyakit sehingga produksi benur tidak mengalami
risiko.
Risiko yang terdapat pada kuadran 2 merupakan risiko yang kemungkinan
terjadinya kecil, namun jika terjadi dampak yang ditimbulkan akan besar. Risiko
yang terdapat pada kuadran 3 merupakan risiko yang kemungkinan terjadinya

74
besar namun dampak yang ditimbulkan kecil. Risiko yang terdapat pada kuadran
4 berarti risiko ini mempunyai kemungkinan terjadinya kecil dan dampak yang
ditimbulkan kecil pula. Hasil pemetaan risiko-risiko ini akan membantu dalam
proses penanganan risiko yang tepat untuk mengendalikan risiko-risiko yang
dihadapi perusahaan.

Dampak (Rp)
Besar Kuadran 2: Kuadran 1
-Risiko Survival Rate

50 juta
Kuadran 4 Kuadran 3
-Risiko produksi naupli -Risiko produksi benur
Kecil -Risiko penerimaan

Kecil 20 % Besar
Probabilitas (%)

Gambar 12. Hasil Pemetaan Risiko

6.6. Penanganan Risiko Produksi


Kegiatan terakhir dari manajemen risiko perusahaan adalah penanganan
risiko. Analisis penanganan risiko dapat dilakukan dengan membandingkan antara
penangan risiko yang dilakukan oleh perusahaan dalam mengendalikan sumber
risiko dengan penanganan risiko hasil analisis. Penanganan risiko hasil analisis
dapat dilakukan dengan bantuan penempatan risiko pada peta risiko. Penanganan
risiko perusahaan dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya adalah:

1. Preventif Risiko
Strategi preventif risiko dapat dilakukan pada risiko-risiko yang berada
pada kuadran dengan kemungkinan atau probabilitas yang besar. Kuadran yang
dapat ditangani dengan preventif risiko adalah risiko yang berada pada kuadran 1
dan kuadran 3. Hasil pemetaan risiko menunjukkan bahwa risiko yang terdapat
pada kuadran 3 adalah risiko produksi benur dan risiko pada penerimaan. Strategi

75
preventif untuk risiko yang ada pada kuadran dengan probabilitas besar dapat
dilihat pada Gambar 12.
Strategi preventif diharapkan mampu memperkecil kemungkinan
terjadinya risiko produksi benur dan risiko penerimaan. Strategi preventif yang
umum dilakukan untuk mengendalikan risiko-risiko yang terdapat pada kuadran 3
diantaranya adalah membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur,
mengembangkan sumber daya alam dan memasang atau memperbaiki fasilitas
fisik.

Dampak (Rp)
Besar Kuadran 2 Kuadran 1

50 juta

Kecil
Kuadran 4 Kuadran 3
-risiko produksi benur
-risiko penerimaan

Kecil 20 % Besar
Probabilitas (%)

Gambar 13. Preventif Risiko Produksi dan Penerimaan

Penanganan risiko berdasarkan hasil analisis lebih menekankan pada


perlakuan yang tepat dalam pemeliharaan dari naupli menjadi benur sehingga
kemungkinan terjadinya risiko penurunan produksi benur yang juga dapat
menyebabkan penurunan penerimaan dapat diperkecil. Penanganan risiko
menggunakan strategi preventif yang telah dilakukan oleh PT. Suri Tani Pemuka
diantaranya adalah persiapan wadah pembenihan udang vannamei, perbaikan
fasilitas, perlakuan yang teliti dalam kegiatan pemeliharaan induk dan benur
udang vannamei serta pelatihan karyawan.

76
2. Mitigasi Risiko
Strategi mitigasi risiko merupakan strategi yang digunakan untuk risiko-
risiko yang ada pada kuadran 1 dan kuadran 2. Mitigasi risiko ini diharapkan
mampu memperkecil dampak yang ditimbulkan dari terjadinya risiko. Strategi
mitigasi dilakukan untuk menggeser posisi risiko pada peta risiko yang berada
pada kuadran dengan dampak risiko yang besar ke kuadran yang dampak
risikonya kecil.
Hasil pemetaan risiko menunjukkan kuadran yang memiliki dampak risiko
besar terisi oleh semua sumber risiko pada kegiatan pembenihan udang vannamei
di PT. Suri Tani Pemuka. Risiko yang berada pada kuadran 2 terisi oleh risiko
derajat kelangsungan hidup (SR). Strategi mitigasi risiko untuk mengendalikan
risiko yang ada pada kuadran yang mempunyai dampak yang besar dapat dilihat
pada Gambar 13.
Risiko yang berada pada kuadran yang memiliki dampak yang besar
adalah risiko yang berada pada kuadran 2 yaitu risiko derajat kelangsungan hidup
(SR). Risiko pada kuadran 2 ini mempunyai kemungkinan terjadinya kecil, akan
tetapi jika terjadi dampak yang ditimbulkan besar. Risiko penurunan derajat
kelangsungan hidup benur pada PT. Suri Tani Pemuka pada umumnya disebabkan
oleh benur yang terserang oleh penyakit. Strategi mitigasi yang dapat dilakukan
untuk mengurangi dampak terjadinya risiko penurunan derajat kelangsungan
hidup benur dapat dilakukan dengan pengendalian penyakit dan sistem
diversifikasi pemeliharaan post larva. Strategi mitigasi risiko yang telah dilakukan
oleh PT. Suri Tani Pemuka diantaranya adalah sistem kontrak pembelian dengan
pihak pemasok pakan, pengendalian penyakit dan diversifikasi pemeliharaan.
Derajat kelangsungan hidup benur udang ditentukan oleh perbandingan
antara produksi naupli dan produksi benur. Oleh karena itu, untuk
mempertahankan derajat kelangsungan hidup benur tetap tinggi maka
pemeliharaan mulai dari stadia naupli hingga stadia post larva harus diperhatikan.
Penanganan risiko yang dapat dilakukan diantaranya adalah pengendalian
penyakit jika terdapat benur yang terserang penyakit dan diusahakan agar cepat
ditangani sehingga tidak semua benur yang tertular penyakit.

77
PT. Suri Tani Pemuka telah melakukan penangan dengan menggunakan
strategi mitigasi risiko. Hal ini terlihat dari kesigapan PT. Suri Tani Pemuka
dalam menangani benur yang terkena penyakit dengan beberapa langkah yang
dilakukan. Selain itu, PT. Suri Tani juga memelihara induk maupun benur dalam
beberapa bak pemeliharaan yang terpisah sehingga dapat mengurangi dampak
kegagalan produksi jika ada benur yang terserang penyakit.

Dampak (Rp)
Besar Kuadran 2 Kuadran 1
-Risiko Survival Rate

50 juta
Kuadran 4 Kuadran 3
Kecil

Kecil 20 % Besar
Probabilitas (%)
Gambar 14. Mitigasi Risiko Produksi dan Penerimaan

Strategi lain juga dapat dilakukan selain menerapkan strategi preventif dan
mitigasi risiko menggunakan grafik alternatif strategi yang ada pada Gambar 14.
Risiko derajat kelangsungan hidup terdapat pada kuadran 2 yaitu kuadran dengan
kemungkinan terjadi kecil tetapi jika terjadi dampak yang ditimbulkan akan besar.
Jika PT. Suri Tani Pemuka mengalami risiko derajat kelangsungan hidup, maka
perusahaan akan mengalami kerugian yang cukup besar dan kemungkinan
mengalami kebangkrutan. Strategi yang dapat digunakan untuk mengatasi risiko
derajat kelangsungan hidup adalah menggunakan strategi detect and monitor.
Risiko produksi benur dan risiko penerimaan terdapat pada kuadran 3,
dimana kemungkinan terjadinya risiko ini besar akan tetapi dampak yang
ditimbulkan kecil. Strategi yang dapat dilakukan oleh PT. Suri Tani Pemuka
adalah memonitor risiko-risiko yang terdapat pada kuadran ini. Risiko yang

78
terdapat pada kuadran 3 ini dapat digolongkan pada risiko yang masih berada
pada wilayah normal.
Risiko produksi naupli terdapat pada kuadran 4. Risiko yang terdapat pada
kuadran ini merupakan risiko yang kemungkinan terjadinya kecil dan jika terjadi
dampak yang ditimbulkan dari risiko penurunan produksi naupli ini kecil pula.
Alternatif strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko yang terdapat pada
kuadran ini adalah melalui strategi low control atau penerapan pengawasan yang
rendah pada risiko pada kuadran ini.

Dampak (Rp)
Besar Kuadran 2 Kuadran 1
(Detect and Monitor) (Prevent at Source)
-Risiko Survival Rate

50 juta
Kuadran 4 Kuadran 3
(Low Control) (Monitor)
Kecil -Risiko produksi naupli -Risiko produksi benur
-Risiko penerimaan

Kecil 20 % Besar
Probabilitas (%)

Gambar 15. Alternatif Strategi Menghadapi Risiko Produksi dan Penerimaan

79
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di PT. Suri Tani Pemuka,
Kabupaten Serang, Provinsi Banten mengenai manajemen risiko perusahaan
dalam usaha pembenihan udang vannamei, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Sumber-sumber risiko dalam usaha pembenihan udang vannamei yang
terdapat di PT. Suri Tani Pemuka diklasifikasikan menjadi risiko
operasional dan risiko pasar. Risiko operasional yang terdapat dalam
kegiatan pembenihan udang vannamei terdiri dari risiko penyakit, tingkat
mortalitas larva, proses pengadaan induk cuaca dan kerusakan pada
peralatan teknis. Risiko pasar yang teridentifikasi adalah adanya fluktuasi
harga pada induk, pakan dan benih. Hasil pemetaan dan pengklasifikasian
sumber-sumber risiko ini, menunjukkan hasil bahwa risiko operasional
merupakan risiko terbesar yang terjadi dalam kegiatan pembenihan udang
vannamei. Hal ini dapat dilihat dari kedudukan risiko operasional di dalam
peta risiko yang menempati kuadran yang kemungkinan terjadinya besar
dan dampak yang disebabkan oleh risiko ini besar pula. Hal ini dapat
membuktikan bahwa dalam kegiatan pembenihan udang vannamei di PT.
Suri Tani Pemuka, risiko operasional merupakan risiko yang paling
dominan terjadi yaitu adanya penyakit dan tingkat mortalitas.
2. Berdasarkan hasil analisis risiko, diperoleh risiko penerimaan mempunyai
nilai probabilitas tertinggi sedangkan probabilitas risiko produksi terbesar
terjadi pada produksi benur. Dampak risiko terbesar disebabkan oleh risiko
pada derajat kelangsungan hidup (SR). Risiko penerimaan tidak
memberikan dampak yang terbesar bagi perusahaan, tetapi paling
memungkinkan terjadi pada perusahaan.
3. Penanganan risiko yang telah dilakukan oleh PT. Suri Tani Pemuka dalam
menghadapi risiko dalam usaha pembenihan udang vannamei diantaranya
melalui penghindaran risiko dan pengalihan risiko. Tindakan penghindaran
risiko diantaranya dilakukan dengan mempersiapkan wadah pemeliharaan
induk dan benur, sistem garansi dalam proses pengadaan induk serta
perlakuan induk yang teliti, kegiatan pemeliharaan yang sesuai dengan
karakteristik udang vannamei, pemeliharaan kualitas air, pengelolaan
pakan, pemanenan dan pengepakan benur dengan tepat, perbaikan fisik
dan pengembangan sumber daya manusia. Penanganan risiko lainnya
dilakukan melalui strategi mitigasi risiko yang dapat dilakukan dengan
melakukan sistem kontrak pembelian dengan pemasok pakan, kegiatan
pengendalian penyakit dan sistem diversifikasi pemeliharaan. Strategi
penanganan berdasarkan pemetaan risiko dapat dilakukan untuk mengatasi
risiko penurunan derajat kelangsungan hidup adalah menggunakan strategi
detect and monitor. Risiko penurunan produksi benur dan risiko penurunan
penerimaan ditangani dengan memonitor risiko-risiko yang terdapat pada
kuadran ini. Alternatif strategi dilakukan untuk mengatasi risiko
penurunan produksi naupli adalah melalui strategi low control atau
penerapan pengawasan yang rendah.

7.2. Saran
1. Penanganan risiko yang paling utama ditekankan untuk mengatasi risiko-
risiko pada aspek teknis terbesar yang berpotensi menimbulkan kerugian
terbesar yaitu risiko yang disebabkan oleh penyakit dan tingginya tingkat
mortalitas benih.
2. Saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan adalah perlu dilakukan
penelitian lanjutan untuk mempelajari manajemen risiko yang diterapkan
di PT. Suri Tani Pemuka pada kegiatan usaha lain selain kegiatan usaha
pembenihan udang vannamei karena keberhasilan PT. Suri Tani Pemuka
dalam mengendalikan risiko yang ada dalam kegiatan usaha sehingga
PT. Suri Tani Pemuka mampu mengembangkan usahanya di berbagai
bidang usaha.

81
DAFTAR PUSTAKA

Amri, K dan I. Kanna. 2008. Budidaya Udang Vaname. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta

Batuparan, D.S. 2001. Kerangka Kerja Risk Management. BEI news edisi 5.
Jakarta.

Erwinda, Y. 2008. Pembenihan Udang Putih Secara Intensif. Program Studi


Biologi. Institut Teknologi Bandung. Bandung

Iskandar, E. 2006. Analisis Risiko Investasi Saham Agribisnis Rokok dengan


Pendekatan ARCH-GARCH. Skripsi. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.

Kountur, R. 2004. Manajemen Risiko Operasional (Memahami Cara Mengelola


Risiko Operasional Perusahaan). PPM. Jakarta

Kountur, R. 2008. Mudah Memahami Manajemen Risiko Perusahaan. PPM.


Jakarta

Lam, J. 2007. Enterprise Risk Management. PT. Ray Indonesia. Jakarta.

Mahendra. 2007. Budidaya Udang Vannamei dan Budidaya Pakan Alami.


Universitas Soedirman. Jawa Tengah.

Rosiana, N. 2008. Kelayakan Pengembangan Usaha Akar Wangi Pada Kondisi


Risiko di Kabupaten Garut. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
IPB. Bogor.

Siregar, Y.R. 2008. Analisis Risiko Pemasaran DOC Broiler dan Layer Pada PT.
Sierad Produce.Makalah Seminar. Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
IPB. Bogor.

Sulistiyawati. 2005. Analisis Pendapatan dan Risiko Diversifikasi Usahatani


Sayur-Sayuran Pada Perusahaan Pacet Segar, Kecamatan Pacet, Kabupaten
Cianjur. Skripsi. Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.

Trangjiwani, W. 2008. Manajemen Risiko Operasional CV Bimandiri di


Lembang, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Skripsi. Fakultas
Pertanian, IPB. Bogor.

Yulianto. 2008. Manajemen Risiko Proyek Pengembangan Perangkat Lunak


Mybiz 2 Di Software House ABC. ITS. Surabaya.

82
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. Perhitungan Probabilitas Risiko Produksi Naupli
Bulan Produksi
Maret 23.000.000
April 40.000.000
Mei 43.000.000
Juni 50.000.000
Juli 40.000.000
Agustus 38.000.000
September 24.000.000
Oktober 28.000.000
November 32.000.000
Desember 47.000.000
Total 365.000.000
Rata-rata 36.500.000
Standar Deviasi 9.383.792
x 25.000.000
z -1,2255173
Nilai pada Tabel z 0,109
Probabilitas Risiko 10,90%

84
LAMPIRAN 2. Perhitungan Probabilitas Risiko Produksi Benur
Siklus Jumlah Benur
1 6.051.200
2 6.352.992
3 4.723.200
4 5.083.200
5 6.639.840
5 4.343.040
7 5.868.984
Total 39.062.456
Rata-rata 5.580.351
Standar Deviasi 869607,604
x 6.250.000
z 0,770
Nilai Pada Tabel z 0,221
Probabilitas Risiko 22,10%

85
LAMPIRAN 3. Perhitungan Probabilitas Risiko Survival Rate
Siklus SR
1 30,5
2 34,2
3 28,8
4 35,3
5 34,8
6 29,0
7 36,3
Total 228,9
Rata-rata 32,7
Standar Deviasi 3,165
x 30,0
z -0,85296
Nilai pada Tabel z 0,198
Probabilitas Risiko 19,80%

86
LAMPIRAN 4. Perhitungan Probabilitas Risiko Pada Penerimaan
Siklus Jumlah benur Harga Penerimaan
1 6.051.200 27 163.382.400
2 6.352.992 27 171.530.784
3 4.723.200 25 118.080.000
4 5.083.200 27 137.246.400
5 6.639.840 26 172.635.840
6 4.343.040 26 112.919.040
7 5.868.984 25 146.724.600
Total 1.022.519.064
Rata-rata 146.074.152
s 24543923,61
x 156.250.000
z 0,4146
Nilai Pada Tabel z 0,341
Probabilitas 34,10%

LAMPIRAN 5. Perhitungan Dampak Risiko Produksi Naupli


Kekurangan Kerugian
Bulan Produksi Harga
Produksi Penerimaan
Maret 23.000.000 2.000.000 Rp 7,- 14.000.000
September 24.000.000 1.000.000 Rp 8,- 8.000.000
Jumlah 22.000.000
Rata-rata 11.000.000
s 4.242.640,687
z 1,654
VaR 15.962.000

87
LAMPIRAN 6. Perhitungan Dampak Risiko Produksi Benur
Kekurangan
Siklus Produksi Harga Kerugian
Produksi
1 6.051.200 198.800 Rp 27,- 5.367.600
6 4.343.040 1.906.960 Rp 26,- 49.580.960
7 5.868.984 381.016 Rp 25,- 9.525.400
Jumlah 64.473.960
Rata-rata 21.491.320
s 24.415.010
z 1,645
VaR 44.679.261

LAMPIRAN 7. Perhitungan Dampak Risiko Survival Rate


Kekurangan Kerugian
Siklus Produksi Harga
Produksi Penerimaan
3 4.723.200 1.526.800 Rp 25,- 38.170.000
6 4.343.040 1.906.960 Rp 26,- 49.580.960
Jumlah 87.750.960
Rata-rata 43.875.480
s 8.068.767
z 1,645
VaR 53.260.994

88
LAMPIRAN 8. Perhitungan Dampak Risiko Pada Penerimaan
Siklus Kerugian
3 38.170.000
4 19.003.600
6 43.330.960
7 9.525.400
Jumlah 110.029.960
rata-rata 27.507.490
s 15913757,45
z 1,645
VaR 40596555

89

Anda mungkin juga menyukai