Laporan Kasus Periodontitis Agresif Gene
Laporan Kasus Periodontitis Agresif Gene
Pembimbing :
Drg. Ricky Anggara, Sp.Perio
Disusun oleh :
Muliza Ganda Putra / 041.214.126
Monica Eriyanti Metariana / 041.214. 127
Nabilah Akmaliyah / 041.214.130
Thika Nuursa’adah Arini / 041.214.187
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit rongga mulut dengan prevalensi
dan intensitas yang masih tinggi. Prevalensi dan intensitas berhubungan dengan keadaan
geografi, sosial, keadaan rongga mulut dan kebiasaan-kebiasaan lainnya. Penyakit
periodontal disebabkan oleh infeksi bakteri. Walaupun faktor-faktor lain dapat mempengaruhi
jaringan periodontal, penyebab utama adalah mikroorganisme yang berkoloni di permukaan
gigi.1
Plak adalah lapisan tipis biofilm yang mengandung bakteri, produk bakteri, dan sisa
makanan. Lapisan ini melekat pada permukaan gigi dan berwarna putih atau putih
kekuningan. Plak yang menyebabkan gingivitis dan periodontitis adalah plak yang berada
tepat di atas garis gusi. Bakteri dan produknya dapat menyebar ke bawah gusi sehingga
terjadi proses peradangan dan terjadilah periodontitis.1
Periodontitis didefinisikan sebagai sebuah penyakit yang disebabkan oleh satu
ataupun sekelompok mikroorganisme spesifik, yang menyebabkan destruksi progresif dari
ligamen periodontal, sementum dan tulang alveolar dengan terbentuknya poket, resesi
gingiva, atau keduanya. Periodontitis tidak dapat kembali normal seperti semula, yaitu
apabila tidak dirawat dapat menyebabkan gigi goyang bahkan dapat terjadi kehilangan gigi
berarti terjadi kegagalan dalam mempertahankan keberadaan gigi dalam rongga mulut.1, 2
Perawatan periodontal merupakan serangkaian kegiatan yang tidak dapat dipisahkan,
terdiri dari perawatan etiotropik yang merupakan kunci utama keberhasilan perawatan, fase
evaluasi, perawatan bedah, dan perawatan restoratif. Pada perawatan etiotropik, semua yang
menjadi penyebab terjadinya penyakit periodontal dihilangkan. Apabila perawatan etiotropik
dilakukan dengan tepat dan sesuai, maka akan diperoleh kesembuhan dan perawatan
periodontal yang lebih invasif pada tahap selanjutnya tidak perlu dilakukan.1
Perawatan fase bedah periodontal meliputi bedah flep, gingivektomi, dan kuretase.
Kuretase subgingiva adalah prosedur operasi yang bertujuan untuk menghilangkan jaringan
patologis dari poket periodontal dengan cara mengerok, dan meninggalkan jaringan sehat.
Kuretase subgingiva dapat dilakukan pada poket periodontal yang kurang dari 6 mm.2, 3
B. Rumusan Masalah
Bagaimana penatalaksanaan periodontitis agresif generalisata dengan menggunakan
bedah periodontal?
C. Tujuan Laporan
Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui hasil dari penatalaksanaan
periodontitis agresif generalisata dengan menggunakan teknik kuretase.
D. Manfaat Laporan
Manfaat dari penulisan laporan ini adalah untuk memberikan ilmu yang baru bagi
para mahasiswa FKG Usakti dalam menangani penyakit periodontal seperti periodontitis
agresif generalisata. Selain itu, manfaat dari penulisan laporan ini adalah untuk memberikan
ilmu mengenai teknik kuretase.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyakit Periodontal
Penyakit periodontal merupakan infeksi kronis yang mempengaruhi tulang dan
jaringan pendukung di sekitar gigi. Jika tidak dilakukan perawatan, penyakit periodontal
dapat menyebabkan kehilangan gigi. Penyakit periodontal dibedakan menjadi gingivitis dan
periodontitis. Penyebab utama dari terjadinya penyakit periodontal adalah bakteri yang berada
pada subgingiva. Bakteri tersebut merupakan bakteri gram negatif. Secara klinis periodontitis
dan gingivitis dibedakan berdasarkan hilangnya perlekatan dari jaringan ikat ke gigi dan
adanya peradangan gingiva. Pada periodontitis, ligamen periodontal lepas dari sementum dan
terjadi resorpsi tulang alveolar. Karena lepasnya jaringan ikat ini, terdapat migrasi dari
epithelial attachment sepanjang permukaan akar dan terjadi resorpsi tulang.1, 4
B. Periodontitis
Periodontitis didefinisikan sebagai sebuah penyakit yang disertai inflamasi dari
jaringan pendukung gigi yang disebabkan oleh satu ataupun sekelompok mikroorganisme
spesifik, yang menyebabkan destruksi progresif dari ligamen periodontal dan tulang alveolar
dengan terbentuknya poket, resesi, atau keduanya. Gambaran klinis yang membedakan
periodontitis dari gingivitis adalah adanya kehilangan perlekatan yang dapat dideteksi secara
klinis. Kehilangan ini sering disertai pembentukan poket periodontal dan perubahan densitas
dan tinggi tulang alveolar.1
Berdasarkan gambaran klinis dan radiografis, periodontitis diklasifikasikan menjadi 3,
yaitu periodontitis kronis, periodontitis agresif dan periodontitis sebagai manifestasi penyakit
sistemik. Periodontitis kronis merupakan penyakit yang secara progresif berjalan lambat.
Penyakit ini disebabkan oleh faktor lokal dan sistemik. Walaupun periodontitis kronis
merupakan penyakit yang paling sering diamati pada orang dewasa, periodontitis kronis dapat
terjadi pada anak-anak dan remaja sebagai respon terhadap akumulasi plak dan kalkulus
secara kronis. Periodontitis agresif dikenal juga sebagai early-onset periodontitis.
Periodontitis agresif diklasifikasikan sebagai periodontitis agresif lokal dan periodontitis
agresif generalisa. Periodontitis agresif biasanya mempengaruhi individu sehat yang berusia
di bawah 35 tahun. Periodontitis agresif berbeda dari periodontitis kronis pada usia serangan,
kecepatan progresi penyakit, sifat, dan komposisi mikroflora subgingiva yang menyertai,
perubahan dalam respon imun host, serta agregasi familial penderita. Beberapa kelainan
genetik dan hematologic diasosiasikan dengan perkembangan periodontitis, dimana paling
besar berefek pada mekanisme pertahanan tubuh sehingga pada akhirnya berefek pada
jaringan periodontal. Manifestasi klinis banyak ditemukan di awal kelainan yang
dihubungkan sehingga sering dibingungkan dengan periodontitis agresif. Periodontitis ini
benar-benar disebabkan oleh penyakit sistemik, bukan dari akumulasi plak dan kalkulus
akibat dari penyakit sistemik tersebut.1
Poket merupakan pendalaman patologis pada sulkus gingiva. Poket dibedakan
menjadi dua, yaitu poket gingiva (pseudo poket) dan poket periodontal (true pocket). Poket
gingiva adalah poket yang terjadi akibat pergerakan margin gingiva ke arah korona tanpa
kerusakan tulang. Sedangkan poket periodontal adalah poket yang terjadi karena pergerakan
junctional epithelium ke arah apikal. Pendalaman sulkus dapat disebabkan karena pergerakan
margin gingiva ke arah korona, selain itu juga dapat disebabkan karena perpindahan gingiva
attachement ke arah apikal atau bisa juga kombinasi dari keduanya. Poket periodontal
merupakan suatu kedalaman sulkus gingiva yang tidak normal. Poket periodontal sendiri
menyebabkan kerusakan jaringan periodontal, sehingga menyebabkan gigi menjadi hilang
perlekatannya dengan jaringan penyangga dan menjadi goyang.4, 5
Perawatan yang dapat dilakukan untuk menghilangkan poket periodontal melibatkan
jaringan gingiva dan struktur tulang dibawahnya. Oleh karena itu perawatan yang dapat
dilakukan untuk pasien dengan poket periodontal dan kegoyangan adalah splinting disertai
perawatan kuretase.5
C. Kuretase
Kuretase adalah pengambilan jaringan lunak meradang pada lateral dinding poket dan
epitel junctional dengan tujuan mereduksi poket, mengeliminasi, memperbaiki perlekatan
atau membuat perlekatan baru. Kuretase dibedakan menjadi gingival curettage yang meliputi
kuretase jaringan lunak yang meradang pada dinding lateral poket sedangkan subgingival
curettage meliputi prosedur yang dilakukan lebih apikal dari perlekatan epitelium sampai
jaringan ikat di tulang alveolar. Kuretase juga dapat dilakukan secara tidak sengaja pada saat
melakukan skeling dan penghalusan akar yang disebut sebagai inadvertent curettage.
Kuretase meliputi pengerokan jaringan radang granulasi kronis yang terbentuk pada dinding
lateral poket periodontal. Kuretase juga mengeliminasi seluruh atau sebagian besar epitel
yang melapisi dinding poket dan junctional epithelium dibawahnya. Tujuannya adalah untuk
membuat perlekatan baru. Indikasi kuretase adalah sebagai berikut:
1. Dinding poket udematus yang mudah dicapai alat.
2. Poket gingiva dengan kedalaman 3-4 mm.
3. Poket periodontal kedalaman kurang dari 6 mm.
4. Perawatan bedah pendahuluan.
5. Perawatan pemeliharaan berkala.
6. Bila ada kontraindikasi dapat dikarenakan usia, penyakit sistemik, dan
psikologis.5
D. Gigi Goyang
Gigi goyang merupakan manifestasi klinik kelainan jaringan periodontal, khususnya
dengan pembentukan poket periodontal yang dapat menyebabkan kegoyangan gigi. Derajat
kegoyangan gigi ditentukan oleh beberapa faktor antara lain tinggi jaringan pendukung dan
lebarnya ligamen periodontal. Kegoyangan gigi dapat terjadi akibat berkurangnya tinggi
tulang alveolar atau karena pelebaran ligamen periodontal, dapat terjadi pula akibat
kombinasi dari keduanya atau kegoyangan gigi juga terjadi karena kerusakan tulang angular
akibat peradangan atau penyakit periodontal lanjut.2, 6
E. Splinting
Splint merupakan suatu piranti yang dibuat untuk menstabilkan atau mengencangkan
gigi-gigi yang goyang akibat suatu trauma atau penyakit. Berdasarkan bentuknya, splint
dapat berupa splint sementara dan permanen, yang dapat dipasang di ekstraoronal maupun
intrakoronal. Splint sementara hanya digunakan untuk jangka waktu terbatas untuk
memungkinkan istirahat fisiologis dan mencegah ketidakstabilan selama masa pemulihan.
Sedangkan, splint permanen digunakan untuk perawatan konstan dalam menjaga kesehatan
jaringan periodontal.7, 8
Setiap jenis splint harus melibatkan gigi stabil sebanyak mungkin untuk mengurangi
tekanan, menahan gigi dengan kuat dan tidak memberikan stres torsional pada gigi yang
dipegangnya, diperluas ke sekitar lengkung rahang sehingga tekanan anteroposterior dan
tekanan fasiolingual yang terjadi dapat saling dinetralkan, tidak menghalangi oklusi sehingga
ketidakharmonisan oklusi yang harus diperbaiki terlebih dahulu sebelum pemasangan splint,
tidak boleh mengiritasi pulpa, tidak boleh mengiritasi jaringan lunak, gingiva, pipi, bibir,
atau lidah, serta didesain sedemikian rupa sehingga dapat dibersihkan dengan mudah. Oleh
karena itu daerah embrasur interdental tidak boleh tertutup splint.8
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Merri
Tanggal Lahir : 6 Maret 1978
Umur : 41 tahun / Wanita
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Kawin
Agama : Kristen
BB / TB : 42 kg / 155 cm
Anamnesis
Pasien wanita usia 41 tahun datang ke RSGM Trisakti dengan keluhan gusi berdarah saat
menyikat gigi, mulut berbau tidak sedap, dan gigi terasa goyang.
Pemeriksaan Klinis
Extraoral : TAK
Intraoral : Gingiva kemerahan pada gigi 11, 21, 22 dan 46. Plak dan kalkulus
pada seluruh regio. Gigi 11, 21, 22, 42 goyang °2. Gigi 24, 25, 34 goyang °1. Gigi 24 karies
media dan gigi 35 karies email. Gigi 37, 36, 41 dan 45 hilang.
GAMBARAN KLINIS
DIAGNOSIS KLINIS
Periodontitis agresif generalisata
RENCANA PERAWATAN
Fase I : Kontrol plak, skeling + penghalusan akar, dan splinting gigi 13, 12, 11, 21,
22, 23
Fase II : Kuretase gigi 12, 11, 21, 22
Fase III: Restorasi komposit kelas I gigi 24 dan prosthodonti gigi 16, 26, 27, 36, 31,
32, 41, 42, 45
Fase IV: Kontrol berkala
PROGNOSIS
Umum : Questionable
Loss of 7 8 7 6
Attach
Malposisi - - - -
Migrasi - - - -
Titik Kontak + + + +
Impaksi + + + +
Makanan
Kalkulus 2 2 2 2
Trauma - - - -
Oklusi
Karies - - - -
Keterlibatan - - - -
Furkasi
Kebersihan Mulut Setelah Skeling dan Kontrol PBI + HYG (18 Januari 2019)
PBI : 0,7
HYG : 93%
BAB IV
PENATALAKSANAAN KASUS
Bahan
1. Anastetikum
2. Antiseptik disinfektan (H2O2 3% + Aquades)
3. Bahan irigasi
4. Analgesik
Gambar 4. Asepsis
5. Anestesi topikal dan anestesi infiltrasi pada muccobucal fold regio yang akan di kuret.
Gambar 5. Anestesi topikal dan anestesi infiltrasi pada mukobucal fold
6. Kuretase bagian gigi 12, 11, 21, 22
7. Pengambilan jaringan granulasi dengan menelusuri dinding poket pada pertengahan
marginal gingiva hingga ke dasar poket dengan sisi tajam menghadap ke arah gingiva
dan gingiva bagian luar ditahan dengan jari.
1. Newman MG, Takei HH, Carranza FA. Carranza’s Clinical Periodontology. Ed. Ke-
12. Philadelphia : WB Saunders; 2002: 47-55, 79-82.
2. Prayitno, SW. Periodontologi Klinik, Fondasi Kedokteran Gigi Masa Depan. Jakarta,
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia; 2003. 5-25, 44–5.
3. Academy Report. The American Academy of Periodontology Statement Regarding
Gingival Curretage, J Periodontal 2002 ; 73 (10) :1229-1230.
4. Obiechina N. Understanding Periodontitis: A Comprehensive Guide To Periodontal
Disease For Dentist, Dental Hyginists And Dental Patients. Bloomingtown:
AuthorHouse; 2011: 8-23.
5. Dinyati M., Adam A.M., Kuretase gingiva sebagai perawatan poket periodontal.
Makkasar Dental Journal. 2016. 58-64.
6. Academy Report. Informational Paper the Pathogenesis of Periodontal Disease, J
Periodontal April 1999; 70(4): 457-470.
7. Adenan A, Rusminah N. Removable Dental Prothesis As Periodontal Treatment
Method. Padjadjaran Journal of Dentistry 2007;19(3):182-186.
8. Irawaty D, Arni. Berbagai jenis splint untuk mengurangi kegoyangan gigi sebagai
perawatan penunjang penyakit periodontal. Dentofasial 10(2). 2011: 124-127.
9. Prakash S, Kumar RS. Impaired neutrophil and monocyte chemotaxis in chronic and
aggressive periodontitis and effects of periodontal therapy. Indian J Dent Res. 2012;
23(1): 69–74.
10. Demmer RT, Papapanou PN. Epidemiologic paterns of chronic and aggressive
periodontitis. Periodontal 2000. 2010; 53(1): 28–44.
11. Wilson TG, Kornman KS. Fundamentals of Periodontics. Chicago: Quintessence,
1996: 389-408.
12. Masulili SL, Saputri D. Perawatan Periodontal pada Pasien dengan Periodontitis
Agresif. Cakradonya Dent J 2015; 7(1): 745-777.
13. Bathla S. Textbook of Periodontics. Jaypee Brothers Medical Publisher. 2017; 1(1):
242, 451, 493.
14. Zulfa L, Mustaqimah DM. Terapi Periodontal Non Bedah. Dentofasial. 2011; 10(1):
36-41.
15. Yilmaz S, Cakar G, Ipci S. Platelet rich plasma in reconstructive periodontal
therapyYeditepe University. Turkiye; 2012
16. Prayitno SW. Penatalaksanaan Gigi Goyang Akibat Kelainan Jaringan Periodonsium.
Cermin Dunia Kedokteran. 1997; 115: 56-60.