Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

PERAWATAN PERIODONTITIS AGRESIF GENERALISATA


DENGAN TINDAKAN KURETASE

Pembimbing :
Drg. Ricky Anggara, Sp.Perio

Disusun oleh :
Muliza Ganda Putra / 041.214.126
Monica Eriyanti Metariana / 041.214. 127
Nabilah Akmaliyah / 041.214.130
Thika Nuursa’adah Arini / 041.214.187

UNIVERSITAS TRISAKTI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

JAKARTA

2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit rongga mulut dengan prevalensi
dan intensitas yang masih tinggi. Prevalensi dan intensitas berhubungan dengan keadaan
geografi, sosial, keadaan rongga mulut dan kebiasaan-kebiasaan lainnya. Penyakit
periodontal disebabkan oleh infeksi bakteri. Walaupun faktor-faktor lain dapat mempengaruhi
jaringan periodontal, penyebab utama adalah mikroorganisme yang berkoloni di permukaan
gigi.1
Plak adalah lapisan tipis biofilm yang mengandung bakteri, produk bakteri, dan sisa
makanan. Lapisan ini melekat pada permukaan gigi dan berwarna putih atau putih
kekuningan. Plak yang menyebabkan gingivitis dan periodontitis adalah plak yang berada
tepat di atas garis gusi. Bakteri dan produknya dapat menyebar ke bawah gusi sehingga
terjadi proses peradangan dan terjadilah periodontitis.1
Periodontitis didefinisikan sebagai sebuah penyakit yang disebabkan oleh satu
ataupun sekelompok mikroorganisme spesifik, yang menyebabkan destruksi progresif dari
ligamen periodontal, sementum dan tulang alveolar dengan terbentuknya poket, resesi
gingiva, atau keduanya. Periodontitis tidak dapat kembali normal seperti semula, yaitu
apabila tidak dirawat dapat menyebabkan gigi goyang bahkan dapat terjadi kehilangan gigi
berarti terjadi kegagalan dalam mempertahankan keberadaan gigi dalam rongga mulut.1, 2
Perawatan periodontal merupakan serangkaian kegiatan yang tidak dapat dipisahkan,
terdiri dari perawatan etiotropik yang merupakan kunci utama keberhasilan perawatan, fase
evaluasi, perawatan bedah, dan perawatan restoratif. Pada perawatan etiotropik, semua yang
menjadi penyebab terjadinya penyakit periodontal dihilangkan. Apabila perawatan etiotropik
dilakukan dengan tepat dan sesuai, maka akan diperoleh kesembuhan dan perawatan
periodontal yang lebih invasif pada tahap selanjutnya tidak perlu dilakukan.1
Perawatan fase bedah periodontal meliputi bedah flep, gingivektomi, dan kuretase.
Kuretase subgingiva adalah prosedur operasi yang bertujuan untuk menghilangkan jaringan
patologis dari poket periodontal dengan cara mengerok, dan meninggalkan jaringan sehat.
Kuretase subgingiva dapat dilakukan pada poket periodontal yang kurang dari 6 mm.2, 3
B. Rumusan Masalah
Bagaimana penatalaksanaan periodontitis agresif generalisata dengan menggunakan
bedah periodontal?

C. Tujuan Laporan
Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui hasil dari penatalaksanaan
periodontitis agresif generalisata dengan menggunakan teknik kuretase.

D. Manfaat Laporan
Manfaat dari penulisan laporan ini adalah untuk memberikan ilmu yang baru bagi
para mahasiswa FKG Usakti dalam menangani penyakit periodontal seperti periodontitis
agresif generalisata. Selain itu, manfaat dari penulisan laporan ini adalah untuk memberikan
ilmu mengenai teknik kuretase.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyakit Periodontal
Penyakit periodontal merupakan infeksi kronis yang mempengaruhi tulang dan
jaringan pendukung di sekitar gigi. Jika tidak dilakukan perawatan, penyakit periodontal
dapat menyebabkan kehilangan gigi. Penyakit periodontal dibedakan menjadi gingivitis dan
periodontitis. Penyebab utama dari terjadinya penyakit periodontal adalah bakteri yang berada
pada subgingiva. Bakteri tersebut merupakan bakteri gram negatif. Secara klinis periodontitis
dan gingivitis dibedakan berdasarkan hilangnya perlekatan dari jaringan ikat ke gigi dan
adanya peradangan gingiva. Pada periodontitis, ligamen periodontal lepas dari sementum dan
terjadi resorpsi tulang alveolar. Karena lepasnya jaringan ikat ini, terdapat migrasi dari
epithelial attachment sepanjang permukaan akar dan terjadi resorpsi tulang.1, 4

B. Periodontitis
Periodontitis didefinisikan sebagai sebuah penyakit yang disertai inflamasi dari
jaringan pendukung gigi yang disebabkan oleh satu ataupun sekelompok mikroorganisme
spesifik, yang menyebabkan destruksi progresif dari ligamen periodontal dan tulang alveolar
dengan terbentuknya poket, resesi, atau keduanya. Gambaran klinis yang membedakan
periodontitis dari gingivitis adalah adanya kehilangan perlekatan yang dapat dideteksi secara
klinis. Kehilangan ini sering disertai pembentukan poket periodontal dan perubahan densitas
dan tinggi tulang alveolar.1
Berdasarkan gambaran klinis dan radiografis, periodontitis diklasifikasikan menjadi 3,
yaitu periodontitis kronis, periodontitis agresif dan periodontitis sebagai manifestasi penyakit
sistemik. Periodontitis kronis merupakan penyakit yang secara progresif berjalan lambat.
Penyakit ini disebabkan oleh faktor lokal dan sistemik. Walaupun periodontitis kronis
merupakan penyakit yang paling sering diamati pada orang dewasa, periodontitis kronis dapat
terjadi pada anak-anak dan remaja sebagai respon terhadap akumulasi plak dan kalkulus
secara kronis. Periodontitis agresif dikenal juga sebagai early-onset periodontitis.
Periodontitis agresif diklasifikasikan sebagai periodontitis agresif lokal dan periodontitis
agresif generalisa. Periodontitis agresif biasanya mempengaruhi individu sehat yang berusia
di bawah 35 tahun. Periodontitis agresif berbeda dari periodontitis kronis pada usia serangan,
kecepatan progresi penyakit, sifat, dan komposisi mikroflora subgingiva yang menyertai,
perubahan dalam respon imun host, serta agregasi familial penderita. Beberapa kelainan
genetik dan hematologic diasosiasikan dengan perkembangan periodontitis, dimana paling
besar berefek pada mekanisme pertahanan tubuh sehingga pada akhirnya berefek pada
jaringan periodontal. Manifestasi klinis banyak ditemukan di awal kelainan yang
dihubungkan sehingga sering dibingungkan dengan periodontitis agresif. Periodontitis ini
benar-benar disebabkan oleh penyakit sistemik, bukan dari akumulasi plak dan kalkulus
akibat dari penyakit sistemik tersebut.1
Poket merupakan pendalaman patologis pada sulkus gingiva. Poket dibedakan
menjadi dua, yaitu poket gingiva (pseudo poket) dan poket periodontal (true pocket). Poket
gingiva adalah poket yang terjadi akibat pergerakan margin gingiva ke arah korona tanpa
kerusakan tulang. Sedangkan poket periodontal adalah poket yang terjadi karena pergerakan
junctional epithelium ke arah apikal. Pendalaman sulkus dapat disebabkan karena pergerakan
margin gingiva ke arah korona, selain itu juga dapat disebabkan karena perpindahan gingiva
attachement ke arah apikal atau bisa juga kombinasi dari keduanya. Poket periodontal
merupakan suatu kedalaman sulkus gingiva yang tidak normal. Poket periodontal sendiri
menyebabkan kerusakan jaringan periodontal, sehingga menyebabkan gigi menjadi hilang
perlekatannya dengan jaringan penyangga dan menjadi goyang.4, 5
Perawatan yang dapat dilakukan untuk menghilangkan poket periodontal melibatkan
jaringan gingiva dan struktur tulang dibawahnya. Oleh karena itu perawatan yang dapat
dilakukan untuk pasien dengan poket periodontal dan kegoyangan adalah splinting disertai
perawatan kuretase.5

C. Kuretase
Kuretase adalah pengambilan jaringan lunak meradang pada lateral dinding poket dan
epitel junctional dengan tujuan mereduksi poket, mengeliminasi, memperbaiki perlekatan
atau membuat perlekatan baru. Kuretase dibedakan menjadi gingival curettage yang meliputi
kuretase jaringan lunak yang meradang pada dinding lateral poket sedangkan subgingival
curettage meliputi prosedur yang dilakukan lebih apikal dari perlekatan epitelium sampai
jaringan ikat di tulang alveolar. Kuretase juga dapat dilakukan secara tidak sengaja pada saat
melakukan skeling dan penghalusan akar yang disebut sebagai inadvertent curettage.
Kuretase meliputi pengerokan jaringan radang granulasi kronis yang terbentuk pada dinding
lateral poket periodontal. Kuretase juga mengeliminasi seluruh atau sebagian besar epitel
yang melapisi dinding poket dan junctional epithelium dibawahnya. Tujuannya adalah untuk
membuat perlekatan baru. Indikasi kuretase adalah sebagai berikut:
1. Dinding poket udematus yang mudah dicapai alat.
2. Poket gingiva dengan kedalaman 3-4 mm.
3. Poket periodontal kedalaman kurang dari 6 mm.
4. Perawatan bedah pendahuluan.
5. Perawatan pemeliharaan berkala.
6. Bila ada kontraindikasi dapat dikarenakan usia, penyakit sistemik, dan
psikologis.5

D. Gigi Goyang
Gigi goyang merupakan manifestasi klinik kelainan jaringan periodontal, khususnya
dengan pembentukan poket periodontal yang dapat menyebabkan kegoyangan gigi. Derajat
kegoyangan gigi ditentukan oleh beberapa faktor antara lain tinggi jaringan pendukung dan
lebarnya ligamen periodontal. Kegoyangan gigi dapat terjadi akibat berkurangnya tinggi
tulang alveolar atau karena pelebaran ligamen periodontal, dapat terjadi pula akibat
kombinasi dari keduanya atau kegoyangan gigi juga terjadi karena kerusakan tulang angular
akibat peradangan atau penyakit periodontal lanjut.2, 6

E. Splinting
Splint merupakan suatu piranti yang dibuat untuk menstabilkan atau mengencangkan
gigi-gigi yang goyang akibat suatu trauma atau penyakit. Berdasarkan bentuknya, splint
dapat berupa splint sementara dan permanen, yang dapat dipasang di ekstraoronal maupun
intrakoronal. Splint sementara hanya digunakan untuk jangka waktu terbatas untuk
memungkinkan istirahat fisiologis dan mencegah ketidakstabilan selama masa pemulihan.
Sedangkan, splint permanen digunakan untuk perawatan konstan dalam menjaga kesehatan
jaringan periodontal.7, 8
Setiap jenis splint harus melibatkan gigi stabil sebanyak mungkin untuk mengurangi
tekanan, menahan gigi dengan kuat dan tidak memberikan stres torsional pada gigi yang
dipegangnya, diperluas ke sekitar lengkung rahang sehingga tekanan anteroposterior dan
tekanan fasiolingual yang terjadi dapat saling dinetralkan, tidak menghalangi oklusi sehingga
ketidakharmonisan oklusi yang harus diperbaiki terlebih dahulu sebelum pemasangan splint,
tidak boleh mengiritasi pulpa, tidak boleh mengiritasi jaringan lunak, gingiva, pipi, bibir,
atau lidah, serta didesain sedemikian rupa sehingga dapat dibersihkan dengan mudah. Oleh
karena itu daerah embrasur interdental tidak boleh tertutup splint.8
BAB III
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : Merri
Tanggal Lahir : 6 Maret 1978
Umur : 41 tahun / Wanita
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Kawin
Agama : Kristen
BB / TB : 42 kg / 155 cm

Anamnesis
Pasien wanita usia 41 tahun datang ke RSGM Trisakti dengan keluhan gusi berdarah saat
menyikat gigi, mulut berbau tidak sedap, dan gigi terasa goyang.

Riwayat kesehatan umum


Baik

Riwayat kesehatan gigi


Pasien pernah dibuatkan geligi tiruan sebagian lepasan 2 tahun lalu dan pasien menyikat gigi
2x sehari.

Pemeriksaan Klinis
Extraoral : TAK
Intraoral : Gingiva kemerahan pada gigi 11, 21, 22 dan 46. Plak dan kalkulus
pada seluruh regio. Gigi 11, 21, 22, 42 goyang °2. Gigi 24, 25, 34 goyang °1. Gigi 24 karies
media dan gigi 35 karies email. Gigi 37, 36, 41 dan 45 hilang.

Kebersihan Mulut Sebelum Skeling dan Kontrol Plak (6 september 2018)


PBI : Sebelum discalling: 2,64 ; sesudah discalling: 0,96
HYG : Sebelum discalling: 30,9% - 83,3% ; sesudah discalling: 90,4% - 95,2%
CI : RA : 1,77 (kelas 2) RB : 0,8 (kelas 1)
PEMERIKSAAN GIGI DAN JARINGAN PERIODONSIUM
Kondisi Kalkulus Oklusi Artikulasi Abrasi/Atrisi
gingiva Kanan Depan Kiri
RA TAK + TAK TAK TAK TAK -
kanan
Depan Kemerahan, + edge to TAK TAK TAK -
oedem edge
Kiri TAK + TAK TAK TAK TAK -
RB Kemerahan, + TAK TAK TAK TAK -
kanan oedem
Depan TAK + edge to TAK TAK TAK -
edge
Kiri TAK + TAK TAK TAK TAK -

Status Lokalis Sebelum Skeling dan Kuretase


ETIOLOGI
 Lokal : Plak
 Sistemik : TAK

GAMBARAN KLINIS

Oedem, bleeding, kemerahan, stipling hilang, papila membulat.


Gambar 1. Gambaran intraoral gigi rahang atas

Gambar 2. Gambaran intraoral gigi rahang bawah

DIAGNOSIS KLINIS
 Periodontitis agresif generalisata

RENCANA PERAWATAN
 Fase I : Kontrol plak, skeling + penghalusan akar, dan splinting gigi 13, 12, 11, 21,
22, 23
 Fase II : Kuretase gigi 12, 11, 21, 22
 Fase III: Restorasi komposit kelas I gigi 24 dan prosthodonti gigi 16, 26, 27, 36, 31,
32, 41, 42, 45
 Fase IV: Kontrol berkala

PROGNOSIS
 Umum : Questionable

 Lokal : Fair: gigi 15, 14, 24, 25

Questionable: gigi 12, 11, 21, 22

Poor: gigi 13, 23, 33, 34, 35, 37, 43, 44

Hopeless: gigi 32, 42


Status Lokalis Setelah Skeling dan Sebelum Kuretase
RAHANG KANAN KIRI
ATAS 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
Vitalitas + + + +
Goyang 2° 2° 2° 2°
Poket
4 4 3 3
Mesiolabial
Poket Labial
4 4 3 3
Poket
4 4 3 3
Distolabial
Poket
4 4 3 3
Mesiopalatal
Poket palatal 4 4 3 3
Poket
4 4 3 3
Distopalatal
Oklusi + + + +
Resesi 3 4 4 3
Gingiva

Loss of 7 8 7 6

Attach

Malposisi - - - -
Migrasi - - - -
Titik Kontak + + + +
Impaksi + + + +
Makanan
Kalkulus 2 2 2 2
Trauma - - - -
Oklusi
Karies - - - -
Keterlibatan - - - -
Furkasi

Kebersihan Mulut Setelah Skeling dan Kontrol PBI + HYG (18 Januari 2019)
PBI : 0,7
HYG : 93%
BAB IV
PENATALAKSANAAN KASUS

Alat dan Bahan


1. Alat standard (2 kaca mulut, ekscavator, sonde, pinset)
2. Kuret Gracey
 Nomor 1, 2, 3, 4 : Untuk gigi anterior insisivus
3. Alat suntik syringe
4. Alat irigasi

Bahan
1. Anastetikum
2. Antiseptik disinfektan (H2O2 3% + Aquades)
3. Bahan irigasi
4. Analgesik

Teknik Bedah Kuretase


1. Persiapan alat dan bahan, operator, pasien, dan pengukuran plak.

Gambar 3. Persiapan alat dan bahan


2. Penandatanganan informed consent oleh pasien.
3. Penutupan wajah dengan duk steril
4. Asepsis daerah intraoral pasien dengan betadine solution 10%.

Gambar 4. Asepsis
5. Anestesi topikal dan anestesi infiltrasi pada muccobucal fold regio yang akan di kuret.
Gambar 5. Anestesi topikal dan anestesi infiltrasi pada mukobucal fold
6. Kuretase bagian gigi 12, 11, 21, 22
7. Pengambilan jaringan granulasi dengan menelusuri dinding poket pada pertengahan
marginal gingiva hingga ke dasar poket dengan sisi tajam menghadap ke arah gingiva
dan gingiva bagian luar ditahan dengan jari.

Gambar 6. Tindakan kuretase untuk mengambil jaringan granulasi


8. Alat ditekan ke arah lateral lalu tarik ke arah koronal hingga puncak interdental.
9. Tarikan dilakukan berulang-ulang hingga poket bersih dari jaringan granulasi.
10. Lakukan root planning pada gigi yang telah dilakukan kuretase.
11. Irigasi berulang-ulang dengan cairan antiseptik (H2O2 3%+Aquades dan povidone
iodine) dan kemudian gingiva ditekan / diadaptasi ke arah gigi.

Gambar 7. Irigasi dengan cairan antiseptik


12. Skeling ultrasonik pada gigi 12, 11, 21, 22 untuk membersihkan sisa kalkulus.

Gambar 8. Skeling ultrasonik


13. Instruksikan pasien à tidak berkumur atau makan-minum minimal 1 jam setelah
kuretase.
14. Instruksi pasca bedah
 Menjaga kebersihan mulutà membersihkan daerah operasi dengan kapas basah
pada 3 hari pertama, dilanjutkan dengan kasa basah hingga peradangan hilang,
kemudian dilakukan instruksi penyikatan gigi dengan metode charter selama ±6
bulan perlahan-lahan dengan sikat gigi halus dan kontrol setelah 5 hari
15. Kontrol 1 (1 minggu pasca bedah)
Anamnesis: pasien sudah tidak mengeluhkan rasa sakit setelah 4 hari paska kuretase
dan pasien sudah tidak meminum obat analgesik.
Pemeriksaan klinis:
A. Ekstra oral: TAK
B. Intra oral:

Gigi Gingiva Cekat Gingiva Margin Papilla Interdental


12 Kemerahan Kemerahan (labial) Membulat

11 Kemerahan Kemerahan (labial) Membulat

21 Kemerahan Kemerahan (labial) Membulat

22 Kemerahan Kemerahan (labial) Membulat


Tindakan: irigasi, hilangkan plak, observasi
Instruksi: cara sikat gigi paska bedah metode Charter dan menjaga OH.

Gambar 9. Kontrol pertama gigi 12, 11, 21, 22


16. Kontrol 2 (2 Minggu pasca bedah)
Anamnesis: pasien tidak mengeluhkan rasa sakit pada gigi paska kuretase.
Pemeriksaan klinis:
A. Ekstra oral: TAK
B. Intra oral:

Gigi Gingiva Cekat Gingiva Margin Papilla Interdental


12 Normal Normal Normal
11 Normal Kemerahan Kemerahan

21 Normal Kemerahan Kemerahan

22 Normal Normal Normal


Tindakan: irigasi, hilangkan plak, observasi
Instruksi: cara sikat gigi paska bedah metode Charter dan menjaga OH, pemberian
obat kumur klorheksidin 2x sehari setelah makan dan sebelum tidur.

Gambar 10. Kontrol 2 minggu pasca kuretase


17.Kontrol 3 (1 bulan pasca bedah)
Anamnesis: pasien tidak mengeluhkan rasa sakit pada gigi paska kuretase dan masih
menggunakan obat kumur yang diberikan.
Pemeriksaan klinis:
A. Ekstra oral: TAK
B. Intra oral:

Gigi Gingiva Cekat Gingiva Margin Papilla Interdental


12 Normal Normal Normal
11 Normal Normal Normal

21 Normal Normal Normal

22 Normal Normal Normal


Tindakan: irigasi, hilangkan plak, observasi
Instruksi: Cara sikat gigi paska bedah metode Charter, menggunakan obat kumur dan
menjaga OH.

Gambar 11. Intraoral gigi 12, 11, 21, 22


 Kontrol berkala
BAB V
PEMBAHASAN

Periodontitis agresif generalisata merupakan salah satu bentuk penyakit periodontal


yan terjadi pada usia di bawah 30 tahun, namun pasien dengan usia yang lebih tua juga bisa
terkena. Pada penderita ini, dijumpai respon antibodi yang lemah terhadap bakteri patogen
yang ada. Keparahan penyakit periodontitis agresif tidak hanya dengan adanya akumulasi
plak dan kalkulus, tetapi berpengaruh pada system imun pasien serta bakteri tetap berperan
dalam penyakit tersebut. Bakteri pathogen dominan pada periodontitis agresif berbeda
dengan periodontitis kronis. Bakteri penyebab periodontitis agresif didominasi oleh
Aggregatibacter actinomycetemcomitans (Aa). Penurunan fungsi sel imun menyebabkan
respon pertahanan tubuh host untuk menetralisi bakteri berkurang. Hal ini mengakibatkan
kerentanan terhadap timbulnya periodontitis agresif, yang pada akhirnya dapat merusak
jaringan periodontal.1, 9
Secara klinis, periodontitis agresif generalisata dikarakteristikkan dengan adanya loss
attachment interproksimal secara menyeluruh pada sedikitnya tiga gigi permanen selain
molar pertama dan inisisivus, serta akumulasi plak dan kalkulus yang minimal. Gambaran
klinis sekunder pada pasien dengan periodontitis agresif seperti migrasi gigi insisif kearah
distolabial dan adanya diastema, kegoyangan gigi, sensitifitas gigi karena terbukanya
permukaan akar, nyeri yang tumpul dan dalam hingga ke rahang. Penderita periodontitis
agresif generalisata mempunyai dua respon gingiva yang berbeda. Respon pertama yaitu
adanya inflamasi jaringan dengan gambaran klinis gusi berwarna merah, ulseratif, dan
perdarahan spontan yang mengindikasikan fase destruktif yang parah. Respon kedua yaitu
gambaran klinis gingiva yang sehat tanpa inflamasi, berwarna merah muda dengan sedikit
stippling namun tetap terdapat poket periodontal yang dalam. Penderita periodontitis agresif
generalisata menunjukkan gambaran radiografis kerusakan tulang alveolar yang menyeluruh
mulai dari resorpsi puncak tulang alveolar ringan sampai parah, bergantung pada keparahan
penyakitnya.1, 10
Pasien yang didiagnosis menderita periodontitis agresif generalisata yang dilakukan
perawatan secara dini akan memberi hasil perawatan yang lebih baik. Tahap awal yang harus
dilakukan dalam perawatan periodontal yaitu fase 1 berupa kontrol plak dan skeling,
kemudian splinting gigi 12 11 21 22, kemudian dilakukan evaluasi pasien, apabila setelah
dilakukan evaluasi masih terdapat poket yang dalam, maka dilakukan terapi bedah (fase 2).
Salah satu prosedur bedah yang dilakukan terhadap pasien periodontitis agresif generalisata
melalui tindakan kuretase. Prognosis pasien dengan diagnosis periodontitis agresif
bergantung pada sitem imun pasien. Kuretase pada penderita periodontitis agresif bertujuan
untuk mengeliminasi penyakit, mendapatkan bentuk jaringan yang memungkinkan kontrol
plak yang efisien, serta rekonstruksi jaringan ikat. Pada terapi kuretase, diharapkan dapat
mengurangi kedalaman poket serta menambah perlekatan klinis.11, 12
Kuretase merupakan tindakan pengambilan jaringan granulasi yang terinflamasi
kronis yang berada pada dinding poket periodontal. Berbeda dengan jaringan granulasi pada
keadaan yang normal, jaringan granulasi pada dinding jaringan ikat poket periodontal
mengandung daerah-daerah yang terinflamasi kronis dan adanya partikel-partikel kalkulus
serta koloni-koloni bakteri. Adanya koloni bakteri tersebut akan mempengaruhi gambaran
patologis dari jaringan dan menghambat penyembuhan. Jaringan granulasi yang terinflamasi
dilapisi oleh epitel dan bagian epitel yang penetrasi sampai ke jaringan. Adanya epitel
tersebut akan menghambat perlekatan serat-serat gingiva dan ligamen periodontal baru ke
permukaan sementum pada daerah tersebut. Indikasi kuretase adalah pembedahan yang
kontraindikasi dengan penyakit sistemik atau masalah psikologis serta poket yang dangkal.
Kuretase merupakan perawatan alternatif untuk meredakan inflamasi sebelum penyingkiran
poket dengan teknik bedah lainnya, ataupun bagi pasien karena alasan medis, usia ataupun
psikologis yang tidak memungkinkan untuk di indikasikan teknik bedah yang lebih radikal
seperti bedah flep.13
Protokol pemberian medikasi pada pasien periodontitis agresif generalisata diberikan
antibiotik seperti amoxilin di kombinasi dengan metronidazole yang fungsinya menghambat
pertumbuhan bakteri anaerob (gram negatif) dan doksisiklin yang cara kerjanya menghambat
aspek destruktif dari respon imun, serta terapi immunoglobulin. Kemudian pasien dengan
periodontitis agresif mengalami penghambatan dalam pembentukan osteoblast oleh osteoklas,
sehingga di butuhkan obat untuk mengurangi proses terjadinya osteoklas.14
Seorang wanita 41 tahun datang dengan keluhan gusi berdarah saat menyikat gigi,
mulut berbau tidak sedap, gigi terasa goyang dan sembilan gigi hilang dicabut karena goyang
sejak beberapa tahun yang lalu. Dari hasil anamnesis pasien menyangkal memiliki penyakit
sistemik, namun pasien memiliki riwayat keluarga yang menderita diabetes mellitus. Pada
pemeriksaan ekstraoral tidak ditemukan kelainan atau abnormalitas. Pada pemeriksaan
intraoral ditemukan adanya daerah kemerahan dan inflamasi pada regio anterior rahang atas
maupun rahang bawah. Dari hasil pemeriksaan papilla bleeding indeks (PBI) kunjungan
pertama adalah 2,64, dan Interdental Hygiene Indeks (HYG) adalah 30,9% - 83,3%. Dari
pemeriksaan poket periodontal terdapat poket pada gigi 12, 11, 21, 22.
Kedalaman poket labial dan palatal gigi 12 adalah 4 mm. Kedalaman poket labial dan
palatal gigi 11 adalah 4 mm. Kedalaman poket labial dan palatal gigi 21 adalah 3 mm.
Kedalaman poket labial dan palatal gigi 22 adalah 3 mm. Rencana perawatan yang perlu
dilakukan adalah terapi inisial untuk menghilangkan faktor etiologi yaitu scaling, root
planning dilanjutkan dengan perawatan kuretase.
Perawatan scaling dan root planing dilakukan dengan persetujuan pasien. Langkah
pertama pasien diberikan KIE untuk menjelaskan tujuan dilakukan perawatan, yaitu
membersihkan karang gigi yang terdapat pada seluruh permukaan gigi pasien. Informasi
diberikan kepada pasien tindakan scaling dapat menyebabkan gigi terasa ngilu dan terjadi
sedikit pendarahan pada rongga mulut karena proses pengambilan kalkulus pada
supragingival dan subgingival, serta mengedukasi pasien bahwa kalkulus yang tidak
dibersihkan dapat menimbulkan penyakit yang lebih parah dan dapat menyebabkan bau
mulut. Scalling dan root planning dilakukan dengan menggunakan scaler ultrasonic.
Kunjungan berikutnya dilakukan evaluasi paska perawatan scaling dan root planning.
Pemeriksaan subjektif pasien masih mengeluhkan sedikit ngilu. Pada pemeriksaan objektif
ditemukan masih adanya poket periodontal dengan kedalaman yang sama pada ke empat gigi
tersebut. Dari hasil evaluasi tersebut dapat disimpulkan bahwa kondisi PBI, HYG dan
kedalaman poket pasien merupakan indikasi perawatan kuretase, sehingga disarankan kepada
pasien untuk melakukan perawatan tersebut dan pasien menyetujuinya.
Pada pasien dengan poket yang dangkal dan pasien dengan kondisi fisik yang kurang
(seperti pada lansia dan pada penderita penyakit sistemik) yang tidak bisa dilakukan prosedur
bedah yang kompleks, bedah kuretase merupakan perawatan pilihan, karena keuntungan dari
bedah kuretase adalah mampu mengeliminasi jaringan gingiva nekrotik dan jaringan
granulasi tanpa memerlukan perlukaan yang besar pada jaringan gingiva, prosedur lebih
mudah, penyembuhan lebih cepat dan rasa sakit sedikit dibandingkan prosedur bedah lainnya.
Sebelum perawatan bedah kuretase, kondisi kesehatan gigi dan mulut pasien diperbaiki
dengan melakukan kontrol plak, PBI dan HYG dengan tujuan untuk mengetahui ada atau
tidaknya peradangan pada gingiva dan pasien dapat menjaga kebersihan mulutnya. 11
Penyembuhan yang didapat setelah kuretase yaitu terbentuk bekuan darah yang
mengisi daerah poket. Terdapat perdarahan dalam jaringan dengan kapiler melebar dan
leukosit polimorfonuklear melimpah, yang muncul di permukaan luka. Ini diikuti dengan
proliferasi cepat dari jaringan granulasi dengan penurunan jumlah pembuluh darah kecil.
Beberapa penelitian yang dilakukan oleh Masulili Dkk dan Yilmaz Dkk mengungkapkan
bahwa penghalusan akar ( root planing ) dapat mengurangi kedalaman poket, meningkatkan
perlekatan klinis jaringan dan menghambat progresivitas penyakit. Peningkatan perlekatan
klinis jaringan mengarah pada terbentuknya perlekatan jaringan ikat baru, yaitu serat
periodontal baru yang ada di dalam sementum, atau pembentukan long junctional
epithelium.12, 15
Kontrol I seminggu setelah kuretase, berdasarkan anamnesis pasien sudah tidak
mengkonsumsi obat analgesic lagi. Pemeriksaan juga dilakukan pada interdental papil,
marginal gingiva dan attached gingiva dimana masih terlihat tanda peradangan pasca bedah
dengan terlihat warna kemerahan dan bentuk ujung papil tumpul membulat. Adanya
peradangan dikarenakan oleh respon tubuh terhadap luka karena adanya perubahan vaskular
yang mempengaruhi besar, jumlah, dan permeabiltas pembuluh darah. Pasien masih
diinstruksikan untuk menjaga oral hygiene dan cara penyikatan gigi dengan metode Charter.
Kontrol II dilakukan dua minggu setelah kuretase dan hasil pemeriksaan yang didapat
sama seperti kontrol I. Pada kontrol I dan II tidak dilakukan pengukuran poket karena fibrin
dan kolagen baru terbentuk sempurna setelah 21 hari pasca kuret. Pasien masih diinstruksikan
untuk menjaga oral hygiene dan cara penyikatan gigi dengan metode Charter.
Pada kontrol terakhir (1 bulan pasca kuretase), terlihat interdental papil, marginal
gingiva dan attached gingiva berwarna merah muda dan bentuk ujung papil lancip serta
dilakukan pengukuran poket, terlihat bahwa kedalaman poket menurun dibandingkan dengan
sebelum dilakukan perawatan dan terlihat tanda penyembuhan dimana terjadinya pengerutan
jaringan gingiva sehingga terjadi perlekatan baru dan penurunan kedalaman poket.
Penyakit periodontal dapat merusak struktur jaringan periodontal gigi. Adanya
gangguan pada struktur ini menyebabkan stabilitas gigi menjadi terganggu, yang salah
satunya ditandai dengan kegoyangan gigi. Selain itu, kegoyangan gigi juga dapat terjadi pada
jaringan periodonsium yang sehat, sehingga terjadi penurunan tinggi tulang alveolar dan
pelebaran ligamentum periodontal. Keadaan ini dianggap sebagai kegoyangan yang
fisiologis, yang dapat dikurangi dengan penyesuaian oklusi dan splint. Kasus periodontitis
yang menyeluruh pada pasien menyebabkan banyak kehilangan jaringan penyangga gigi
hingga penurunan tinggi tulang alveolar, akibatnya banyak gigi yang mengalami kegoyangan.
Derajat kegoyangan paling parah pada gigi anterior rahang bawah dan rahang atas.
Berdasarkan anamnesis, pasien menggunakan gigi anterior rahang bawah dan rahang atas
untuk makan karena banyaknya gigi posterior yang hilang. Adanya tekanan yang berlebihan
pada gigi anterior rahang bawah menyebabkan gigi tersebut goyang dikarenakan adanya
resorbsi dari tulang alveolar akibat daya kunyah yang besar, serta disertai adanya kalkukus
supragingiva dan subgingiva.16
Untuk mendukung perawatan kuretase, dibuatkan splinting pada region anterior
rahang atas. Pada perawatan periodontal, splinting digunakan pada keadaan kegoyangan gigi
akibat berkurangnya tinggi tulang alveolar. Metode splinting yang dilakukan tidak membantu
menyembuhkan struktur jaringan periodontal sehingga bila splinting dilepaskan, gigi
kemungkinan masih akan goyang. Splinting hanya berperan sebagai terapi penunjang dalam
perawatan penyakit periodontal, yaitu sebagai usaha untuk menstabilkan gigi yang goyang
dengan dukungan dari gigi tetangga. Pada saat gigi di-splint, seluruh gigi dalam kelompok
splint akan membagi tekanan oklusal ke seluruh gigi dengan beban yang sama. Kekakuan
dari splint dan jumlah gigi yang digunakan akan menentukan proses pendistribusian tekanan.
Dalam pemilihan jenis splinting untuk penderita penyakit periodontal, perlu ditentukan
apakah akan dibuatkan splint sementara atau splint permanen. Splinting dapat dilakukan pada
fase pertama perawatan periodontal atau sebelum tindakan bedah. Dalam hal ini digunakan
splint sementara. Indikasi digunakan splint sementara adalah untuk kegoyangan gigi yang
sangat parah, yang digunakan sebelum dan selama terapi periodontal, yang perannya adalah
untuk mengurangi trauma pada waktu perawatan.1, 16
Pada pasien dengan periodontitis agresif yang harus diperhatikan adalah melakukan
anamnesis untuk menegakkan diagnosis, pemeriksaan ekstra oral dan intra oral, pemberian
obat untuk menghambat proses dan meningkatkan sistem imun pasien, dan rencana
perawatan pada pasien berupa fase I lalu fase IV (evaluasi) dan fase II (bedah).
BAB VI
KESIMPULAN

Keberhasilan perawatan periodontitis agresif tergantung pada keberhasilan


mengurangi patogen periodontal yang terlibatdan respon imun. Kontrol plak yang optimal
penting untuk dilakukan, baik oleh pasien sendiri ataupun professional sehingga dapat
menghindari kerusakan yang lebih parah pada jaringan periodontal. Untuk menghindari
progresifitas dari periodontitis agresif dapat dilakukan tindakan kuretase. Keberhasilan
perawatan ditandai dengan berkurangnya kedalaman poket periodontal secara signifikan.
Selain itu, keberhasilan suatu perawatan juga didasari oleh keinginan dan motivasi pasien.
DAFTAR PUSTAKA

1. Newman MG, Takei HH, Carranza FA. Carranza’s Clinical Periodontology. Ed. Ke-
12. Philadelphia : WB Saunders; 2002: 47-55, 79-82.
2. Prayitno, SW. Periodontologi Klinik, Fondasi Kedokteran Gigi Masa Depan. Jakarta,
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia; 2003. 5-25, 44–5.
3. Academy Report. The American Academy of Periodontology Statement Regarding
Gingival Curretage, J Periodontal 2002 ; 73 (10) :1229-1230.
4. Obiechina N. Understanding Periodontitis: A Comprehensive Guide To Periodontal
Disease For Dentist, Dental Hyginists And Dental Patients. Bloomingtown:
AuthorHouse; 2011: 8-23.
5. Dinyati M., Adam A.M., Kuretase gingiva sebagai perawatan poket periodontal.
Makkasar Dental Journal. 2016. 58-64.
6. Academy Report. Informational Paper the Pathogenesis of Periodontal Disease, J
Periodontal April 1999; 70(4): 457-470.
7. Adenan A, Rusminah N. Removable Dental Prothesis As Periodontal Treatment
Method. Padjadjaran Journal of Dentistry 2007;19(3):182-186.
8. Irawaty D, Arni. Berbagai jenis splint untuk mengurangi kegoyangan gigi sebagai
perawatan penunjang penyakit periodontal. Dentofasial 10(2). 2011: 124-127.
9. Prakash S, Kumar RS. Impaired neutrophil and monocyte chemotaxis in chronic and
aggressive periodontitis and effects of periodontal therapy. Indian J Dent Res. 2012;
23(1): 69–74.
10. Demmer RT, Papapanou PN. Epidemiologic paterns of chronic and aggressive
periodontitis. Periodontal 2000. 2010; 53(1): 28–44.
11. Wilson TG, Kornman KS. Fundamentals of Periodontics. Chicago: Quintessence,
1996: 389-408.
12. Masulili SL, Saputri D. Perawatan Periodontal pada Pasien dengan Periodontitis
Agresif. Cakradonya Dent J 2015; 7(1): 745-777.
13. Bathla S. Textbook of Periodontics. Jaypee Brothers Medical Publisher. 2017; 1(1):
242, 451, 493.
14. Zulfa L, Mustaqimah DM. Terapi Periodontal Non Bedah. Dentofasial. 2011; 10(1):
36-41.
15. Yilmaz S, Cakar G, Ipci S. Platelet rich plasma in reconstructive periodontal
therapyYeditepe University. Turkiye; 2012
16. Prayitno SW. Penatalaksanaan Gigi Goyang Akibat Kelainan Jaringan Periodonsium.
Cermin Dunia Kedokteran. 1997; 115: 56-60.

Anda mungkin juga menyukai