Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH SYARAT ASESMEN YANG BAIK

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Psikopatologi

DOSEN PENGAMPU : FAJAR KAWURYAN, S.Psi,M.Si

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1 (Kelas C)
ANGGOTA :
1. Aulia Nurmasari (201960115)
2. Daimul Ihsan (201960119)
3. Cantika Yukhoirun Nisya’ (201960129)
4. Shafa Aisya Imerliam (201960131)
5. Rafla Nur Agnia Rizka (201960152)
6. Nita Afiana (201960148)
7. Dur Rotun Nafisah (201960150)
8. Syahrul Iqbal (201960135)
9. Zunafa Aulia Iffada (201960158)

UNIVERSITAS MURIA KUDUS

FAKULTAS PSIKOLOGI

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah
tentang Syarat Asesmen yang Baik ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah tentang Syarat Asesmen yang Baik ini bisa disusun
dengan baik dan rapi. Kami berharap semoga makalah tentang Syarat Asesmen yang Baik ini
bisa menambah wawasan para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa
makalah tentang Syarat Asesmen yang Baik ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami
sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah
selanjutnya yang lebih baik lagi dari sebelumnya.

ii
DAFTAR ISI

JUDUL…………………………………………………………………………………………….i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..iii

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar belakang……………………………………………………..........................................1

b. Rumusan masalah…..…...………………………………………………………………...…....

c.Tujuan……………………………………………………………………................................

BAB II PEMBAHASAN

a. Definisi Asesmen…………………………………………………………………………...

b. Syarat Asesmen yang Baik………….……………………………………………...

BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan……………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Segala sesuatu akan menjadi lebih terasa akrab, mudah dan ringan untuk dilakukan jika
kita senang terhadap hal tersebut. Dan kita akan bisa senang jika kita telah mengenal sesuatu
itu dengan baik. hidup memang diwarnai dengan berbagai macam warna-warni permasalah
dan kita tidak akan bisa terlepas dari itu semua pula. Mulai dari yang dirasa ringan hingga
yang berat bahkan sampai menimbulkan depresi. Akan tetapi kita dapat dengan mudah
menyelesaikannya jika kita tenang dan dapat mengenali permasalahan itu dengan baik.
hidup akan bisa lebih indah dengan kita bisa mengenal segala sesuatu dengan baik dan
senang.
Sebagai langkah awal untuk mengenali suatu problematika, psikologi klinis selalu
menggunakan asesmen yang baik dan sesuai dalam penanganannya. Asesmen-asesmen yang
terdiri dari berbagai macam metode itu, digunakan untuk mengenali lebih lanjut akan suatu
masalah. Agar dapat dicari solusi yang tepat untuk hal itu. Kendall (1982) memberikan
sedikit penjelasan mengenai asesmen klinis, yaitu sebagai proses pengumpulan informasi
mengenai klien atau subyek untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai
seseorang. Sedangkan secara singkat Korchin (1976) memberikan gambaran mengenai
asesmen klinis itu sebagai suatu proses awal yang dibutuhkan untuk membuat keputusan
yang didasari oleh informasi-informasi yang dapat diandalkan.
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan asesmen?
b. Apa saja syarat asesmen yang baik itu?
C. Tujuan
a. Kita dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan asesmen.
b. Kita dapat mengetahui syarat-syarat asesmen yang baik.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ASESMEN
Asesmen adalah pengumpulan informasi yang digunakan sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan. Asesmen dalam psikologi klinis identik dengan asesmen untuk
mengeksplorasi kepribadian klien untuk mendapat gambaran diri klien.
Asemen dalam psikologi klinis menjadi penting karena menjadi pintu pertama dalam
menghadapi klien. Asesmen kepribadian tersebut adalah seperangkat proses yang digunakan
untuk membentuk citra, membuat keputusan, mengecek hipotesa tentang pola karakteristik
individu yang menentukan pola perilakunya dalam interaksi dengan lingkungan ( Sundberg
dalam Phares. 1992).
Asemen menjadi penting dalam sebuah proses klinis karena menjadi pintu pertama
dalam menghadapi klien, sehingga harus dilakukan dengan metode yang tepat untuk
mendapatkan data yang akurat. Oleh karenanya, dalam asesmen memuat adanya prediksi,
diagnosa, dan gambaran pola perilaku individu.
Bernstein dan Nietzel (1980) mengemukakan mengenai empat komponen dalam proses
asesmen psikologi yaitu;
- Perencanaan dalam prosedur pengumpulan data.
- Pengumpulan data untuk asesmen.
- Pengolahan data dan pembentukan hipotesis.
- Mengkomunikasikan data asesmen, baik dalam bentuk laporan maupun bentuk lisan.

B. Tujuan Asesmen
1. Mengindetifikasi perilaku target, yaitu perilaku yang menjadi sasaran
2. Mengindentifikasi penyebab-penyebab munculnya perilaku tertentu
3. Pengukuran kemajuan program/treatmen
4. Menentukan metode intervensi yang dilakukan atau pengembangan program
C. SYARAT ASESMEN YANG BAIK
1. Validitas Tes
Secara sederhana validitas adalah ketepatan isntrumen mengukur apa yang
hendak diukur. Kesesuaian indikator dan aspek tercapainya indikator disusun
berdasarkan konstruk secara teoritik dan juga disesuaikan dengan fakta yang ada
lapangan. Sebagai contoh sebuah hasil belajar kognitif hendaknya secara lengkap
mencakup secara keseluhuran aspek C1 sampai C6 atau keselurahn aspek faktual,
konseptual, actual dan metakognisi namun jika pada proses pembelajaran tidak
memasukkan ranah C5 dan C6 maka tes disusun sampai C4 saja.
Terdapat 4 (empat) macam validitas tes yang seringkali menjadi perhatian untuk
menguji kualitasnya, yaitu: (a) validitas isi; (b) validitas susunan (konstruksi); (c)
validitas bandingan; dan (d) validitas ramalan.
a. Validitas Isi
Validitas isi merupakan ukuran yang digunakan untuk mengetahui ketepatan dari
suatu instrumen (tes) bila ditinjau dari aspek isi (konten/materi). Pengecekan
validitas isi dapat dilakukan dengan cara membandingkan isi (konten/materi) tes
dengan komponen-komponen yang seharusnya diukur.
b. Validitas Susunan (Konstruksi)
Sebuah tes (instrumen/alat ukur) dikatakan memenuhi validitas susunan (konstruksi)
yang baik apabila susunan tes tersebut memenuhi syarat-syarat penyusunan tes yang
baik.
c. Validitas Bandingan
Validitas bandingan sebuah tes adalah ketepatan suatu tes bila ditelaah berdasarkan
hubungannya (korelasi) terhadap keadaan yang sebenarnya dari individu saat
pengukuran (assessmen) dilakukan.
d. Validitas Ramalan
Validitas ramalan adalah ketepatan sebuah tes (instrumen) bila dilihat dari
kemampuannya untuk meramalkan keadaan individu pada masa yang akan datang.
2. Reliabelitas Tes
Reabilitas tes diartikan sebagai sifat konsistensi (keajegan) & ketelitian sebuah tes
(alat ukur/instrumen). Sifat konsistensi atau keajegan sebuah tes dapat diperoleh dengan
cara memberikan tes yang sama sesudah selang beberapa waktu lamanya individu yang
sama. Dengan kata lain, reliabilitas tes merujuk pada ketetapan (keajegan) nilai yang
diperoleh sekelompok individu pada kesempatan yang berbeda dengan tes yang sama,
ataupun tes serupa yang butir-butir soal penyusunnya ekuivalen (sebanding). Sifat
reliabilitas tes merupakan pengecekan terhadap kesalahan yang mungkin terjadi pada
nilai tunggal tertentu sebagai susunan dari suatu kelompok individu yang mungkin
berubah karena tes itu sendiri.
3. Daya Beda dan Tingkat Kesukaran
Sifat tes yang berikutnya adalah daya pembeda atau diferensiasi tes atau tingkat
diskriminatif tes. Daya pembeda tes merupakan kemampuan sebuah tes untuk
menunjukkan perbedaan-perbedaan sifat/faktor tertentu yang terdapat pada siswa yang
satu dengan yang lain.
4. Keseimbangan Tes
Sebuah tes yang baik mempunyai sifat seimbang. Keseimbangan merujuk pada
tes terdapat semua aspek yang akan diukur. Tidak boleh tes hanya menumpuk pada
suatu aspek tertentu sehingga hasil tes benar-benar dapat mengukur apa yang akan
diukur dan dapat mengungkapkan apa yang sebenarnya harus diungkapkan. Bagian-
bagian pembelajaran yang sifatnya penting mendapat porsi yang lebih banyak bila
dibandingkan dengan bagian-bagian pembelajaran yang sifat kurang penting.
5. Efisiensi atau Daya Guna Tes
Sebuah alat ukur atau tes harus memiliki sifat efisien (berdaya guna). Apakah
suatu tes akan memberikan informasi yang cukup bila dibandingkan dengan waktu yang
digunakan oleh guru saat menggali informasi tersebut. Contohnya, sebuah tes yang
dilakukan secara lisan (oral test) tidak efisien bila dilakukan terhadap 100 siswa kalau
hanya untuk mencek sejauh mana siswa telah membaca buku tertentu yang ditugaskan
pada mereka.
6. Obyektivitas Tes
Tes sebaiknya memiliki obyektivitas yang tinggi. Bilapun non-obyektif, maka
subyektivitas yang mungkin akan muncul harus dapat diminimalkan. Suatu tes
(instrumen) yang memiliki obyektivitas tinggi akan memberikan kemungkinan jawaban
siswa benar atau salah saja. Bila unsur subyektivitas terlalu tinggi, maka berarti guru
telah melakukan tindakan yang kurang jujur (adil) kepada siswanya sendiri.
7. Kekhususan Tes
Sifat penting lainnya yang harus dimiliki oleh tes yang baik adalah kekhususan.
Kekhususan bermakna: pertanyaan-pertanyaan yang merupakan komponen-komponen
tes tersebut hanya akan dapat dijawab oleh siswa-siswa yang mempelajari bahan
pembelajaran yang diberikan. Sementara, siswa-siswa yang tidak mempelajari bahan
pembelajaran tidak akan dapat menjawabnya.
8. Tingkat Kesulitan Tes
Tingkat kesulitan tes perlu diperhatikan jika ingin menyusun sebuah tes yang
berkualitas. Pertanyaan-pertanyaan dirumuskan sesuai dengan taraf kemampuan siswa
untuk menjawabnya. Guru harus pandai mengira, agar tes yang dibuat tidak terlalu
mudah dan juga tidak terlalu sulit (sukar).
9. Keadilan Tes
Tes yang diberikan harus dirancang sehingga menganut asas keadilan. Meskipun
pengukuran yang baik dilakukan untuk setiap individu, sangat sulit untuk melakukan
pengukuran secara individu karena keterbatasan waktu. Proses pelaksanaan test harus
dilakukan terhindar dari sikap subjektivitas atau merugikan pihak tertentu.
10. Alokasi Waktu Tes
Alokasi waktu juga bagian terpenting dalam tes. Penetuan waktu tes harus
disesuikan dengan kapasitas manusia mengingat sesuatu secara mendetail. Waktu
pelaksanaan juga harus diatur dalam tenggang yang masih wajar. Jika proses pemberian
tes terlalu lama maka ada kemungkinan daya beda dari instrumen akan berkurang dan
juga ada faktor external seperti kemungkinan untuk mendapatkan inspirasi jawaban
secara tidak wajar lebih besar.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Jadi, berdasarkan uraian diatas syarat tes yang baik harus memenuhi syarat sebagai
berikut : 1) kesahihan (validitas) yaitu penilaian terhadap kesahihan sebuah tes harus
memperhitungkan maksud penggunaan tes tersebut dan kesimpulannya dibuat dari
skornya, 2) keteradalan (realibilitas), yaitu konsisten, 3) Daya pembeda tes, merupakan
kemampuan sebuah tes untuk menunjukkan perbedaan-perbedaan sifat/faktor tertentu
yang terdapat pada siswa yang satu dengan yang lain, 4) Keseimbangan tes, 5) Efisiensi
atau berdaya guna, 6) Obyektivitas tes, 7) Kekhususan tes, 8) Tingkat kesulitan tes, 9)
Keadilan tes, 10) Alokasi Waktu Tes
DAFTAR PUSTAKA

https://www.eurekapendidikan.com/2015/10/kriteria-dan-syarat-instrumen-tes-yang.html?m=1

http://diahastutisaputriretnaningsih.blogspot.com/2015/03/asesmen-psikologi-
observasi_44.html?m=1

https://psikodemia.com/asesmen-dalam-psikologi-klinis/

https://www-kompasiana-
com.cdn.ampproject.org/v/s/www.kompasiana.com/amp/sebuahkisah/asesmen-dalam-psikologi-
klinis_54f7f915a33311ae608b4790?amp_js_v=a3&amp_gsa=1&usqp=mq331AQFKAGwASA
%3D#aoh=15837797019263&amp_ct=1583779751306&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F
%2Fwww.kompasiana.com%2Fsebuahkisah%2Fasesmen-dalam-psikologi-
klinis_54f7f915a33311ae608b4790

Anda mungkin juga menyukai