Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

PUSKESMAS

di

UPT. PUSKESMAS PADANG BULAN


MEDAN

OLEH:
Desi Susanti, S.Farm. NIM 183202037
Ribka Martina Purba, S.Farm. NIM 183202036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019EMBAR PENGESAHAN

i
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER


PUSKESMAS

di

UPT. PUSKESMAS PADANG BULAN


MEDAN
Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan

Disusun Oleh:

Desi Susanti, S.Farm. NIM 183202037


Ribka Martina Purba, S.Farm. NIM 183202036

Pembimbing,

Embun Suci Nasution, S.Si., Putri Edith Nova Marpaung, S.Farm.,


M.Farm.Klin.,Apt. Apt.
NIP. 19801214 2015042001 NIP. 198309052010012004
Staf Pengajar Fakultas Farmasi Apoteker Penanggungjawab
Universitas Sumatera Utara Medan UPT Puskesmas Padang Bulan
Medan Medan

Medan, Mei 2019


Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Dekan,

Prof.Dr. Masfria, M.S., Apt.

ii
NIP 195707231986012001
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha ESA, yang telah

memberi rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktik

Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dan laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker di

UPT. Puskesmas Padang Bulan Medan. Laporan ini ditulis berdasarkan teori

dan hasil pengamatan selama melakukan PKPA di Apotek.

Terlaksananya Praktik Kerja Profesi ini tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis

menyampaikan terima kasih atas kesempatan, bimbingan serta kerjasama yang

telah diberikan selama maupun setelah masa pelaksanaan PKPA di UPT.

Puskesmas Padang Bulan, Medan. Kepada Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt.,

selaku Dekan Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara, Medan yang telah

memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk dapat menjalani

PKPA ini. Ibu Dr. Aminah Dalimunthe, M.Si., Apt., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara,

Medan yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk

dapat menjalani PKPA ini, dan terima kasih kepada Ibu Embun Suci Nasution,

S.Si., M. Farm.Klin., Apt., selaku Pembimbing Fakultas.

Penulis juga mengucapkan rasa terimakasih kepada Bapak dr. H. Edwin Efendi,

M.Sc., selaku Kepala Dinas Kesehatan Pemko Medan, Ibu drg. Sufania selaku

Kepala UPT. Puskesmas Padang Bulan Medan, yang telah memberikan fasilitas

selama PKPA dan Ibu Putri Edith Nova Marpaung, S.Farm., Apt., selaku

Pembimbing Puskesmas yang telah berkenan memberikan izin, arahan,

iii
bimbingan dan berbagi pengalamannya kepada penulis selama menjalani PKPA

sampai selesainya penyusunan laporan ini. Terimakasih juga kepada staf

Puskesmas yang telah banyak membantu penulis selama melaksanakan Praktik

Kerja Profesi Apoteker di UPT Puskesmas Padang Bulan Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan

yang tiada terhingga kepada orangtua dan keluarga yang selalu memberikan cinta

dan kasih sayang yang tidak ternilai dengan apapun, motivasi, dorongan baik

moril maupun materil, beserta doa yang tulus. Teman-teman seperjuangan Praktik

Kerja Profesi Apoteker Angkatan XXVI, semoga persahabatan kita senantiasa

terjaga.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.

Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua

pihak demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak.

Medan, Mei 2019


Penulis

Ribka Martina Purba, S.Farm.


NIM. 183202036

iv
RINGKASAN

Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di UPT Puskesmas Padang Bulan,


Medan telah dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2019 hingga 29 Mei 2019. PKPA
ini dilaksanakan dalam upaya untuk memberikan perbekalan, keterampilan dan
keahlian kepada calon apoteker dengan melihat secara langsung cara pengelolaan
perbekalan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai di puskesmas
serta peran dan tugas Apoteker dalam melaksanakan pelayanan farmasi klinis di
puskesmas.
Kegiatan ini bertujuan agar calon apoteker mampu memahami fungsi dan
peran apoteker dalam pelayanan kefarmasian di Puskesmas. Mampu dan
memahami pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai serta pelayanan farmasi klinis di puskesmas secara profesional sesuai
dengan peraturan perundang-undangan dan kaidah-kaidah profesi yang berlaku.
Kegiatan PKPA di UPT Puskesmas Padang Bulan, yang dilakukan
meliputi melihat dan mempelajari cara pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai yang meliputi perencanaan kebutuhan,
permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan,
pelaporan dan pengarsipan serta pemantauan dan evaluasi pengelolaan di
puskesmas. Selain itu juga mempelajari pelayanan farmasi klinis di puskesmas
yang meliputi pengkajian resep, penyerahan obat dan pemberian informasi obat,
Pelayanan Informasi Obat (PIO), Konseling, Pemantauan dan Pelapora Efek
samping Obat (ESO), Pemantauan Terapi Obat, Evaluasi Penggunaan Obat,
Home pharmacy care.

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................... ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
RINGKASAN ...................................................................................................... v
DAFTAR ISI.........................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................ 3
1.3 Manfaat .......................................................................................................... 4
1.4 Pelaksanaan Kegiatan..................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN UMUM PUSKESMAS ..................................................... 5
2.1 Defenisi Puskesmas........................................................................................ 5
2.2 Prinsip Penyelenggaraan, Tugas, Fungsi dan Wewenang.............................. 6
2.2.1 Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas..................................................... 6
2.2.2 Tugas Puskesmas................................................................................... 7
2.2.3 Fungsi Puskesmas................................................................................. 7
2.2.4 Wewenang Puskesmas.......................................................................... 7
2.2.5 Organisasi Puskesmas........................................................................... 8
2.3 Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas............................................... 9
2.3.1 Sumber Daya Manusia.......................................................................... 9
2.3.2 Sarana dan Prasarana.............................................................................10
2.3.3 Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.................................11
2.3.4 Pelayanan Farmasi Klinik.....................................................................16
BAB III TINJAUAN KHUSUS UPT Puskesmas Padang Bulan .......................26
3.1 Gambaran Umum Puskesmas…………………………..................................26
3.2 Visi dan Misi UPT. Puskesmas Padang Bulan………………………………26
3.3 Upaya Kesehatan……..……………………………………………………...27
3.4 Sarana Kesehatan….. .....................................................................................28
3.5 Tenaga Kesehatan……………………………………………………………29
3.6 Pola Penyakit…………...................................................................................30
BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................31
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................35
5.1 Kesimpulan.....................................................................................................35
5.2 Saran .............................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................37
LAMPIRAN .........................................................................................................38

vi
vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu aspek penting dalam menunjukkan derajat

kesejahteraan manusia sehingga dapat menjadi landasan utama dalam

pembangunan nasional suatu bangsa. Menurut Undang - Undang No. 36 tahun

2009 tentang Kesehatan, yang dimaksud kesehatan adalah keadaan sehat, baik

secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan untuk setiap

orang hidup produktif secara social dan ekonomis. Oleh karena itu kesehatan

merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting, karena setiap

manusia berhak mendapatkan kesehatan tanpa memandang status ekonomi, suku,

agama dan ras.

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan yang

optimal bagi masyarakat dengan meningkatkan, memfasilitasi dan memanfaatkan

sarana kesehatan yang ada. Menurut peraturan Menteri Kesehatan No. 74 tahun

2016 mengenai Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, Pusat Kesehatan

Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah unit pelaksana teknis

dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan

pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas sebagai salah satu

sarana kesehatan melakukan berbagai upaya kesehatan meningkatkan derajat

kesehatan. Upaya kesehatan yang dilakukan puskesmas diantaranya melalui

pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

1
penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang

dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.

Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan,

yang dimaksud dengan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan

diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan

melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan

kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga kerja yang ada di

puskesmas terdiri dari tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan. Salah satu

tenaga kesehatan yang ada di puskesmas adalah tenaga kefarmasian, dimana yang

termasuk dalam tenaga kefarmasian adalah Apoteker dan tenaga teknis

kefarmasian.

Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di puskesmas dilaksanakan pada

unit pelayanan berupa ruang farmasi yang dipimpin oleh seorang apoteker sebagai

penanggung jawab. Seorang apoteker dituntut dapat mampu mengidentifikasi,

mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan

dengan kesehatan mengingat akan tuntutan pasien dan masyarakat akan

peningkatan mutu pelayanan kefarmasian. Kehadiran apoteker merupakan salah

satu implementasi dari peningkatan mutu pelayanan kefarmasian yang

mengharuskan adanya perluasan dari paradigm lama yang berorientasi pada

produk (drug oriented) menjadi paradigma baru yang berorientasi pada pasien

(patient oriented).

Apoteker sebagai salah satu tenaga kesehatan yang ada di puskesmas harus

memiliki pengetahuan mengikuti perkembangan zaman sehingga dapat

memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat. Mengingat akan pentingnya

2
tugas dan fungsi seorang apoteker di Puskesmas, maka calon apoteker perlu

dibekali melaui Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA). Pada kesempatan ini

Fakultas Farmasi Sumatera Utara bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Pemko

Medan, yaitu UPT. Puskesmas Padang Bulan dalam penyelenggaraan Praktik

Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang dilaksanakan pada tanggal 20 Mei – 29 Mei

2019. Oleh karena itu, melalui Praktik Kerja Profesi apoteker (PKPA) di UPT.

Puskesmas Padang Bulan, diharapkan calon Apoteker dapat memiliki

pengalaman, pengetahuan, informasi dan keterampilan dalam melaksanakn tugas

dan wewenag seorang Apoteker terutama di Puskesmas sehingga dapat menjadi

calon apoteker profesional yang siap terjun ke lingkungan masyarakat.

1.2.. Tujuan

Tujuan praktik kerja profesi Apoteker di Puskesmas adalah:

1. Untuk meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi dan

tanggung jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di Puskemas.

2. Untuk membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan,

keterampilan dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan

kefarmasian di Puskesmas

3. Untuk memberikan kesempatan kepada calon apoteker untuk melihat dan

mempelajari strategi dan pengembangan Puskesmas.

4. Untuk mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja

5. Untuk memberikan gambaran yang nyata tentang permasalahan pekerjaan

kefarmasian di Puskesmas.

3
1.3 Manfaat

Manfaat praktek kerja profesi apoteker di Puskesmas adalah:

1. Mengetahui dan memahami tugas dan tanggung jawab apoteker dalam

menjalankan pekerjaan kefarmasian di Puskesmas.

2. Mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di

Puskesmas

3. Mendapatkan pengetahuan manajemen praktis di Puskesmas

1.4 Pelaksanaan Kegiatan

PKPA di UPT. Puskesmas Padang Bulan Medan dilaksanakan pada

tanggal 20 Mei 2019 sampai 29 Mei 2019.

4
BAB II

TINJAUAN UMUM PUSKESMAS

2.1 Defenisi Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah

fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan

masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dengan lebih

mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) adalah setiap kegiatan untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menaggulangi

timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok dan masyarakat.

Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) adalah suatau kegiatan dan/atau

serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan,

pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderita akibat penyakit dan

memulihkan kesehatan perorangan.

Menurut Permenkes No 75 tahun 2014 tentang Puskesmas, bahwa

pembangunan kesehatan yang diselenggarakan puskesmas bertujuan untuk

mewujudkan masyarakat yang:

a. Memiliki prilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan

hidup sehat.

b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu

c. Hidup dalam lingkungan sehat

5
d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok

dan masyarakat.

2.2 Prinsip Penyelenggaraan, Tugas, Fungsi dan Wewenang

2.2.1 Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas

a. Paradigma sehat

Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk

berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan

yang dihadapi oleh individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

b. Pertanggungjawaban wilayah

Puskesmas menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap

pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.

c. Kemandirian masyarakat

Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat.

d. Pemerataan

Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatanyang dapat diakses

dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil

tanpa membedakan status social, ekonomi, agama, budaya dan

kepercayaan.

e. Teknologi tepat guna

Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan

memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan

6
pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi

lingkungan.

f. Keterpaduan dan kesinambungan.

Puskesmas mengintegrasikan dan mengkordinasikan penyelenggaraan

UKM dan UKP lintas program dan lintas sector serta melaksanakan

system rujukan yang di dukung dengan manajemen puskesmas.

2.2.2 Tugas Puskesmas

Tugas Puskesmas adalah melaksanakan kebijakan kesehatan untuk

mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka

mendukung terwujudnya kecamatan sehat.

2.2.3 Fungsi Puskesmas

Fungsi Puskesmas adalah

- Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya

- Penyelenggraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.

2.2.4 Wewenang Puskesmas

Wewenang Puskesmas dalam penyelenggaraan UKM adalah untuk :

a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan

masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang dibutuhkan.

b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan

c. Melaksanakan komunikasi, informasi dan pemberdayaan masyarakat

dibidang kesehatan.

d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan

masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang

bekerjasama dengan sector lain terkait.

7
e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan

upaya kesehatan berbasis masyarakat.

f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia

kesehatan.

g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan

h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi terhadap akses mutu

dan cakupan pelayanan kesehatan

i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,

termasuk dukungan terhadap system kewaspadaan dini dan respon

penaggulangan penyakit.

Wewenang Puskesmas dalam penyelenggaraan UKP adalah untuk :

a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara koprehensif,

berkesinambungan dan bermutu.

b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan promotif

dan preventif

c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

2.2.5 Organisasi Puskesmas

Pola struktur organisasi Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) telah

diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes/PMK) Nomor 75 Tahun

2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Struktur Organisasi Puskesmas paling

sedikit harus memiliki:

a. Kepala Puskesmas

8
b. Kepala sub bagian tata usaha

c. Penanggung jawab UKM dan keperawatan kesehatan masyarakat

d. Pananggung jawab UKP, kefarmasian dan Laboratorium

e. Penangung jawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas

pelayanan kesehatan.

2.3 Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas

2.3.1 Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di

puskesmas adalah minimal harus dilaksanakan oleh 1 (satu) orang tenaga

Apoteker sebagai penanggung jawab, yang dapat dibantu oleh Tenaga Teknis

Kefarmasian sesuai kebutuhan. Jumlah kebutuhan apoteker di Puskesmas dihitung

berdasarakan rasio kunjungan pasien, baik rawat inap maupun rawat jalan serta

memperhatikan pengembangan Puskesmas. Rasio untuk menentukan jumlah

Apoteker di Puskesmas bila memungkinkan di upayakan 1 (satu) Apoteker untuk

50 (lima puluh) pasien perhari (Menkes, RI., 2016).

Kompetensi apoteker di puskesmas sebagai berikut :

1. Mampu menyediakan dan memberikan pelayanan kefarmasian yang bermutu.

2. Mampu mengambil keputusan secara professional.

3. Mampu berkomunikasi yang baik dengan pasien maupun profesi kesehatan

lainnya dengan menggunakan bahasa verbal, nonverbal maupun bahasa lokal.

4. Selalu belajar sepanjang karier baik pada jalur formal maupun informal,

sehingga ilmu dan keterampilan yang dimiliki selalu baru (up to date)

9
Sedangkan asisten apoteker hendaknya dapat membantu pekerjaan apoteker dalam

melaksanakan pelayanan kefarmasian tersebut (Depkes, RI., 2006).

2.3.2 Sarana dan Prasarana

Sarana adalah suatu temapat, fasilitas yang secara langsung terkait dengan

pelayanan kefarmasian, sedangkan prasarana dalah tempat, fasilitas dan peralatan

yang secara tidak langsung mendukung pelayanan kefarmasian. Dalam upaya

mendukung pelayanan kefarmasian di puskesmas diperlukan adanya sarana dan

prasarana yang memadai disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing

puskesmas dengan memperhatikan luas cakupan, ketersediaan ruang rawat inap,

jumlah karyawan, angka kunjungan dan kepuasan pasien ( Depkes RI, 2006)

Menurut Permenkes No 74 tahun 2016 tentan Standar pelayanan

Kefarmasian di Puskesmas , sarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan

kefarmasian di Puskesmas meliputi sarana yang memiliki fungsi:

1. Ruang Penerimaan resep

Ruang penerimaaan resep meliputi tempat penerimaan resep, 1 (satu) set

meja dan kursi, serta 1 (satu) set computer jika memungkinkan. Ruang

penerimaan resep ditempatkan pada bagian paling depan dan mudah terlihat

oleh pasien.

2. Ruang pelayanan resep dan peracikan

Ruang pelayanan resep dan peracikan meliputi rak obat sesuai kebutuhan dan

meja peracikan. Diruang peracikan disediakan peralatan peracikan,

timbangan obat, air minum (air mineral) untuk pengencer, sendok obat, bahan

pengemas obat, lemari pendingin, temperature ruangan, blangko salinan

resep, etiket dan label obat, buku catatan pelayanan resep, buku-buku

10
referensi standar sesuai kebutuhan, serta alat tulis secukupnya. Ruang ini

diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang cukup. Jika

memungkinkan disediakan pendingin ruangan (air conditioner) sesuai

kebutuhan.

3. Ruang penyerahan obat

Ruang penyerahan obat meliputi konter penyerahan obat, buku pencatatan

penyerahan oabt. Ruang penyerahan obat dapat digabungkan dengan ruang

penerimaan resep.

4. Ruang konseling

Ruang konseling meliputi satu set meja dan kursi konseling, lemari buku,

buku-buku referensi sesuai kebutuhan, leaflet, poster, alat bantu konseling,

buku catatan konseling, formulir jadwal konsumsi obat, formulir catatan

pengobatan pasien, dan lemari arsip, serta 1 (satu) set computer jika

memungkinkan.

5. Ruang penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai

Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur,

kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan

kemanan petugas. Selain itu juga memungkinkan masuknya cahaya yang

cukup. Ruang penyimpanan yang baik perlu dilengkapi dengan rak/lemari

obat, pallet, pendingin ruangan (AC), lemari pendingin, lemari penyimpanan

khusus nerkotka dan psikotropika, lemari penyimpanan khusus narkotika dan

psikotropika, lemari penyimpanan obat khusus, pengukur suhu dan kartu

suhu.

11
6. Ruang arsip

Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpandokumen yang berkaitan dengan

pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai dan pelayanan kefarmasian

dalam jangka waktu tertentu.

Istilah ruang disini tidak harus diartkan sebagai wujud ruangan secara fisik,

namun lebih kepada fungsi yang dilakukan. Bila memungkinkan setiap fungsi

tersebut disediakan ruangan secara tersendiri. Jika tidak, maka apat

digabungkan lebih dari 1 (satu) fungsi, namun harus terdapat pemisahan yang

jelas antar fungsi.

2.3.3 Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

Pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai merupakan salah satu

kegiatan pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari perencanaan, permintaan,

penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan

pelaporan serta pemantauan dan evaluasi. Tujuannya adalah untuk menjamin

kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan obat dan bahan medis habis pakai

yang efisien, efektif dan rasional, meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga

kefarmasian, mewujudkan sistem informasi manajemen, dan melaksanakan

pengendalian mutu pelayanan.

Kegiatan pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai meliputi:

1. Perencanaan Kebutuhan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi obat dan bahan medis habis

pakai untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka pemenuhan

kebutuhan puskesmas. Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan:

12
a. Perkiraan jenis dan jumlah obat dan bahan medis habis pakai yang

mendekati kebutuhan;

b. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional; dan

c. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.

Perencanaan kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai di puskesmas

setiap periode dilaksanakan oleh ruang farmasi di puskesmas. Proses seleksi

obat dan bahan medis habis pakai dilakukan dengan mempertimbangkan pola

penyakit, pola konsumsi obat periode sebelumnya, data mutasi obat, dan

rencana pengembangan. Proses seleksi obat dan bahan medis habis pakai juga

harus mengacu pada daftar obat esensial nasional (doen) dan formularium

nasional. Proses seleksi ini harus melibatkan tenaga kesehatan yang ada di

puskesmas seperti dokter, dokter gigi, bidan, dan perawat, serta pengelola

program yang berkaitan dengan pengobatan.

Proses perencanaan kebutuhan obat per tahun dilakukan secara

berjenjang (bottom-up). Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian obat

dengan menggunakan laporan pemakaian dan lembar permintaan obat

(LPLPO).Selanjutnya instalasi farmasi kabupaten/kota akan melakukan

kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan obat puskesmas di wilayah

kerjanya, menyesuaikan pada anggaran yang tersedia dan memperhitungkan

waktu kekosongan obat, buffer stock, serta menghindari stok berlebih.8

2. Permintaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

Tujuan permintaan obat dan bahan medis habis pakai adalah memenuhi

kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai di puskesmas, sesuai dengan

perencanaan kebutuhan yang telah dibuat. Permintaan diajukan kepada dinas

13
kesehatan kabupaten/kota, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan dan kebijakan pemerintah daerah setempat. 8

3. Penerimaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

Penerimaan obat dan bahan medis habis pakai adalah suatu kegiatan

dalam menerima obat dan bahan medis habis pakai dari instalasi farmasi

kabupaten/kota sesuai dengan permintaan yang telah diajukan. Tujuannya

adalah agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan

permintaan yang diajukan oleh puskesmas.

4. Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

Penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai merupakan suatu

kegiatan pengaturan terhadap obat yang diterima agar aman (tidak hilang),

terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin,

sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Tujuannya adalah agar mutu obat

yang tersedia di puskesmas dapat dipertahankan sesuai dengan persyaratan

yang ditetapkan.

Penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai dengan mempertimbangkan

hal-hal sebagai berikut:

a. Bentuk dan jenis sediaan

b. Stabilitas (suhu, cahaya, kelembaban)

c. Mudah atau tidaknya meledak/terbakar dan

d. Narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus

5. Pendistribusian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

Pendistribusian obat dan bahan medis habis pakai merupakan kegiatan

pengeluaran dan penyerahan obat dan bahan medis habis pakai secara merata

14
dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit/satelit farmasi puskesmas

dan jaringannya.Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan obat sub unit

pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja puskesmas dengan jenis,

mutu, jumlah dan waktu yang tepat.

Sub-sub unit di Puskesmas dan jaringannya antara lain:

a. Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas

b. Puskesmas Pembantu

c. Puskesmas Keliling

d. Posyandu; dan

e. Polindes.

Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dan lain-lain)

dilakukan dengan cara pemberian obat sesuai resep yang diterima (floor

stock), pemberian obat per sekali minum (dispensing dosis unit) atau

kombinasi, sedangkan pendistribusian ke jaringan puskesmas dilakukan

dengan cara penyerahan obat sesuai dengan kebutuhan (floor stock).

6. Pengendalian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

Pengendalian obat dan bahan medis habis pakai adalah suatu kegiatan

untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan

strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan

dan kekurangan/kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan

dasar.Tujuannya adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat di

unit pelayanan kesehatan dasar.8

Pengendalian Obat terdiri dari:

a. Pengendalian persediaan

15
b. Pengendalian penggunaan

c. Penanganan Obat hilang, rusak, dan kadaluwarsa.

7. Administrasi

Administrasi meliputi Pencatatan dan pelaporan merupakan rangkaian

kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obat dan bahan medis habis pakai

secara tertib, baik obat dan bahan medis habis pakai yang diterima, disimpan,

didistribusikan dan digunakan di puskesmas atau unit pelayanan lainnya.

Pencatatan dan pelaporan adalah :

a. Bukti bahwa pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai telah

dilakukan

b. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian;

c. Sumber data untuk pembuatan laporan.

8. Pemantauan dan Evaluasi Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

Pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai

dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk:

a. Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam

pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai sehingga dapat menjaga

kualitas maupun pemerataan pelayanan.

b. Memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan Obat dan Bahan Medis

Habis Pakai.

c. Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan.

2.3.4 Pelayanan Farmasi Klinik

Pelayanan farmasi klinis merupakan bagian dari pelayanan kefarmasian

yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan obat dan

16
bahan medis habis pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk

meningkatkan mutu kehidupan pasien (Menkes RI, 2016)

Tujuan pelayanan farmasi klinis bertujuan untuk:

1. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanan kefarmasian di

Puskesmas

2. Memberikan pelayanan kefarmasian yang dapat menjamin efektivitas,

keamanan dan efisiensi obat dan bahan medis habis pakai

3. Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dan kepatuhan pasien

yang terkait dalam pelayanan kefarmasian

4. Melaksanakan kebijakan obat di puskesmas dalam rangka meningkatkan

penggunaan obat secara rasional

Pengkajian dan pelayanan Resep

Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi,

persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap

maupun rawat jalan.

Persyaratan administrasi meliputi:

1. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.

2. Nama, dan paraf dokter.

3. Tanggal resep.

4. Ruangan/unit asal resep.

Persyaratan farmasetik meliputi:

1. Bentuk dan kekuatan sediaan.

2. Dosis dan jumlah Obat.

3. Stabilitas dan ketersediaan.

17
4. Aturan dan cara penggunaan.

5. Inkompatibilitas (ketidakcampuran Obat).

Persyaratan klinis meliputi:

1. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat.

2. Duplikasi pengobatan.

3. Alergi, interaksi dan efek samping Obat.

4. Kontra indikasi.

5. Efek adiktif.

Kegiatan Penyerahan (Dispensing) dan Pemberian Informasi Obat

merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap menyiapkan/meracik

Obat, memberikan label/etiket, menyerahan sediaan farmasi dengan informasi

yang memadai disertai pendokumentasian.

Tujuan:

1. Pasien memperoleh Obat sesuai dengan kebutuhan klinis/pengobatan.

2. Pasien memahami tujuan pengobatan dan mematuhi intruksi pengobatan.

B. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk

memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter, apoteker,

perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.

Tujuan:

1. Menyediakan informasi mengenai Obat kepada tenaga kesehatan lain di

lingkungan Puskesmas, pasien dan masyarakat.

18
2. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan

Obat (contoh: kebijakan permintaan Obat oleh jaringan dengan

mempertimbangkan stabilitas, harus memiliki alat penyimpanan yang

memadai).

3. Menunjang penggunaan Obat yang rasional.

Kegiatan:

1. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara pro aktif

dan pasif.

2. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon,

surat atau tatap muka.

3. Membuat buletin, leaflet, label Obat, poster, majalah dinding dan lain-lain.

4. Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap,

serta masyarakat.

5. Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan

tenaga kesehatan lainnya terkait dengan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.

6. Mengoordinasikan penelitian terkait Obat dan kegiatan Pelayanan

Kefarmasian.

C. Konseling

Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah

pasien yang berkaitan dengan penggunaan Obat pasien rawat jalan dan rawat inap,

serta keluarga pasien. Tujuan dilakukannya konseling adalah memberikan

pemahaman yang benar mengenai Obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain

tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan Obat, efek

samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan Obat.

19
Kegiatan:

1. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.

2. Menanyakan hal-hal yang menyangkut Obat yang dikatakan oleh dokter

kepada pasien dengan metode pertanyaan terbuka (open-ended question),

misalnya apa yang dikatakan dokter mengenai Obat, bagaimana cara

pemakaian, apa efek yang diharapkan dari Obat tersebut, dan lain-lain.

3. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan Obat

4. Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi dan

menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan Obat

untuk mengoptimalkan tujuan terapi.

Faktor yang perlu diperhatikan:

1. Kriteria pasien:

a. Pasien rujukan dokter.

b. Pasien dengan penyakit kronis.

c. Pasien dengan Obat yang berindeks terapetik sempit dan poli farmasi.

d. Pasien geriatrik.

e. Pasien pediatrik.

f. Pasien pulang sesuai dengan kriteria di atas.

2. Sarana dan prasarana:

a. Ruangan khusus.

b. Kartu pasien/catatan konseling.

Setelah dilakukan konseling, pasien yang memiliki kemungkinan

mendapat risiko masalah terkait Obat misalnya lanjut usia, lingkungan sosial,

karateristik Obat, kompleksitas pengobatan, kebingungan atau kurangnya

20
pengetahuan dan keterampilan tentang bagaimana menggunakan Obat dan/atau

alat kesehatan perlu dilakukan pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy

Care) yang bertujuan tercapainya keberhasilan terapi Obat.

D. Ronde/Visite Pasien

Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan

secara mandiri atau bersama tim profesi kesehatan lainnya terdiri dari dokter,

perawat, ahli gizi, dan lain-lain.

Tujuan:

1. Memeriksa Obat pasien.

2. Memberikan rekomendasi kepada dokter dalam pemilihan Obat dengan

mempertimbangkan diagnosis dan kondisi klinis pasien.

3. Memantau perkembangan klinis pasien yang terkait dengan penggunaan

Obat.

4. Berperan aktif dalam pengambilan keputusan tim profesi kesehatan dalam

terapi pasien.

Kegiatan yang dilakukan meliputi persiapan, pelaksanaan, pembuatan

dokumentasi dan rekomendasi.

Kegiatan visite mandiri:

a. Untuk Pasien Baru

1) Apoteker memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan dari kunjungan.

2) Memberikan informasi mengenai sistem pelayanan farmasi dan jadwal

pemberian Obat.

21
3) Menanyakan Obat yang sedang digunakan atau dibawa dari rumah,

mencatat jenisnya dan melihat instruksi dokter pada catatan pengobatan

pasien.

4) Mengkaji terapi Obat lama dan baru untuk memperkirakan masalah terkait

Obat yang mungkin terjadi.

b. Untuk pasien lama dengan instruksi baru

1) Menjelaskan indikasi dan cara penggunaan Obat baru.

2) Mengajukan pertanyaan apakah ada keluhan setelah pemberian Obat.

c. Untuk semua pasien

1) Memberikan keterangan pada catatan pengobatan pasien.

2) Membuat catatan mengenai permasalahan dan penyelesaian masalah dalam

satu buku yang akan digunakan dalam setiap kunjungan.

Kegiatan visite bersama tim:

a. Melakukan persiapan yang dibutuhkan seperti memeriksa catatan pegobatan

pasien dan menyiapkan pustaka penunjang.

b. Mengamati dan mencatat komunikasi dokter dengan pasien dan/atau keluarga

pasien terutama tentang Obat.

c. Menjawab pertanyaan dokter tentang Obat.

d. Mencatat semua instruksi atau perubahan instruksi pengobatan, seperti Obat

yang dihentikan, Obat baru, perubahan dosis dan lain- lain.

Hal hal yang perlu diperhatikan:

a. Memahami cara berkomunikasi yang efektif.

b. Memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan pasien dan tim.

22
c. Memahami teknik edukasi.

d. Mencatat perkembangan pasien.

Pasien rawat inap yang telah pulang ke rumah ada kemungkinan

terputusnya kelanjutan terapi dan kurangnya kepatuhan penggunaan Obat. Untuk

itu, perlu juga dilakukan pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care)

agar terwujud komitmen, keterlibatan, dan kemandirian pasien dalam penggunaan

Obat sehingga tercapai keberhasilan terapi Obat.

E. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang

merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan

pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi

fungsi fisiologis.

Tujuan:

a. Menemukan efek samping Obat sedini mungkin terutama yang berat, tidak

dikenal dan frekuensinya jarang.

b. Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping Obat yang sudah sangat

dikenal atau yang baru saja ditemukan.

Kegiatan:

a. Menganalisis laporan efek samping Obat.

b. Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami

efek samping Obat.

c. Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO).

23
d. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional. Faktor yang

perlu diperhatikan:

1. Kerja sama dengan tim kesehatan lain.

2. Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat.

F. Pemantauan Terapi Obat (PTO)

Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan

terapi Obat yang efektif, terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan

meminimalkan efek samping.

Tujuan:

1. Mendeteksi masalah yang terkait dengan Obat.

2. Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah yang terkait dengan Obat.

Kriteria pasien:

b. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.

c. Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis.

d. Adanya multidiagnosis.

e. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.

f. Menerima Obat dengan indeks terapi sempit.

g. Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi Obat yang

merugikan.

G. Evaluasi Penggunaan Obat

Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan Obat secara

terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin Obat yang digunakan sesuai

indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional).

24
Tujuan:

1. Mendapatkan gambaran pola penggunaan Obat pada kasus tertentu.

2. Melakukan evaluasi secara berkala untuk penggunaan Obat tertentu.

BAB III

25
TINJAUAN KHUSUS UPT. PUSKESMAS PADANG BULAN

3.1 Gambaran Umum Puskesmas

UPT Puskesmas Padang Bulan awalnya sebuah poliklinik dari rumah

dokter. Peletakan batu pertama oleh Pangdam I/Bukit Barisan yaitu Bapak Sarwo

Edhi Wibowo ( Brigjen TNI ) pada tanggal 27 Maret 1968 dan selesai pada

tanggal 20 Juli 1968.

UPT Puskesmas Padang Bulan terletak di Jalan Jamin Ginting Kelurahan

Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, dengan luas wilayah 540 Ha. Wilayah

kerja UPT Puskesmas Padang Bulan meliputi 6 kelurahan dengan 64 lingkungan,

yaitu:

1. Petisah Hulu, dengan luas 62 Ha (12 lingkungan)

2. Babura, dengan luas 79 Ha (13 lingkungan)

3. Merdeka, dengan luas 98 Ha (13 lingkungan)

4. Darat, dengan luas 28 Ha ( 4 lingkungan)

5. Padang Bulan, dengan luas 168 Ha (12 lingkungan)

6. Titi rantai, dengan luas 106 Ha (10 lingkungan)

Wilayah UPT Puskesmas Padang Bulan memiliki batas wilayah sebagai

berikut:

5. Utara : Kecamatan Medan Petisah

6. Selatan : Kecamatan Medan Selayang

7. Timur : Kecamatan Medan Polonia

8. Barat : Kecamatan Medan Sunggal dan Medan Selayang

26
Secara demografis, penduduk di wilayah kerja UPT Puskesmas Padang

Bulan adalah 44.432 jiwa yang terdiri dari laki-laki 20.756 jiwa dan perempuan

23.676 jiwa.

3.2 Visi dan Misi UPT. Puskesmas Padang Bulan

Visi UPT Puskesmas Padang Bulan

Mewujudkan masyarakat kecamatan Medan Baru yang sehat mandiri dan

berkeadilan

Misi UPT Puskesmas Padang Bulan

- Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kecamatan Medan Baru

- Meningkatkan kualitas SDM kesehatan yang profesional dan berkomitmen

tinggi

- Meningkatkan tata kelola Puskesmas yang baik melalui perbaikan sistem

informasi dan manajemen Puskesmas yang profesional, akuntabel, efektif

dan efisien

- Mewujudkan pembangunan kesehatan yang berintegrasi lintas program

dan lintas sektor

- Meningkatkan peran serta masyarakat demi tercapainya kemandirian

masyarakat dalam hidup sehat

3.3 Upaya Kesehatan

UPT Puskesmas padang Bulan sebagai fasilitas pelayanan kesehatan

tingkat pertama di wilayah kerja Medan Baru, menyelenggarakan upaya kesehatan

wajib dan upaya kesehatan pengembangan.

1. Upaya Kesehatan Wajib

27
- Upaya Promosi Kesehatan

- Upaya Kesehatan Lingkungan

- Upaya KIA/KB

- Upaya Perbaikan Gizi

- Upaya Pengendalian Penyakit Menular dan Tidak Menular

- Upaya Pengobatan Dasar

2. Upaya Kesehatan Pengembangan

- Upaya Kesehatan Usia Lanjut

- Upaya Kesehatan Pengindraan

- Upaya Kesehatan Jiwa

- Upaya Kesehatan Sekolah

- Upaya Pembinaan Keshatan Tradisional

- Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

- Laboratorium Sederhana

3.4 Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan puskesmas harus dapat mendukung setiap kegiatan

pelayanan, agar pasien dapat merasa nyaman selama mendapatkan pelayanan

kesehatan di puskesmas. UPT Puskesmas Padang Bulan adalah bangunan yang

memiliki 2 lantai, dimana lantai 1 di fokuskan untuk pengobatan dasar dan

rujukan. Sedangkan lantai 2 digunakan untuk unit administrasi, aula dan

konseling.

Tabel 3.1. Fasilitas Gedung UPT Puskesmas Padang Bulan


No Fasilitas Gedung Jumlah

28
1 Ruang Pendaftaran dan Rekam Medis 1
2 Ruang Tunggu Pasien 3
3 Ruang Pemeriksaan Umum 4
4 Ruang Pemeriksaan Gigi dan Mulut 1
5 Ruang KIA / KB / Imunisasi / Laktasi 1
6 Ruang Fisioterapi 1
7 Ruang Tindakan / Emergensi 1
8 Ruang Periksa IMS 1
9 Ruang Kepala Puskesmas 1
10 Ruang Administrasi 1
11 Ruang Konseling dan PDP (Perawatan,
1
Dukungan dan Pengobatan)
12 Ruang Promosi Kesehatan 1
13 Ruang Farmasi / Apotek 1
14 Ruang Gizi / Konsultasi Anak 1
15 Laboratorium 2
16 Gudang Inventaris 1
17 Kamar Mandi 6
18 Gudang Obat 1
19 Ruang Shalat 1
20 Aula (Ruang Pertemuan) 1

Selain sarana kesehatan yang ada di gedung UPT. Puskesmas Padang

Bulan, ada sarana kesehatan lain yang ikut mendukung penyelenggaraan

pelayanan kesehatan di wilayah kerja UPT Puskesmas padang Bulan, milik swasta

maupun milik pemerintah. Sarana kesehatan tersebut adalah Rumah Sakit Umum,

Rumah Sakit Khusus, Puskesmas Non Rawat Inap, Rumah Bersalin, Balai

Pengobatan/Klinik, Praktik Dokter Bersama, Praktik Dokter dan Gigi Perorangan,

Praktik Pengobatan Tradisional, Apotek, Toko Obat,Penyalur alat Kesehatan.

3.5 Tenaga Kesehatan

UPT Puskesmas Padang Bulan memiliki 48 orang tenaga kesehatan baik

medis, paramedis maupun non medis yang memadai.

Tabel 3.2 Tenaga Kesehatan UPT Puskesmas Padang Bulan


No Tenaga Kesehatan Jumlah

29
1 Dokter Umum 7
2 Dokter Gigi 4
3 Perawat 9
4 Bidan 11
5 Sarjana Non Medis (SKM) 4
6 Petugas Sanitasi / Kesling 1
7 Analis 3
8 Nutrisionis 2
9 Asisten Apoteker 1
10 Apoteker 1
11 Petugas Fisioterapi 2
12 Jumlah Petugas Non Kesehatan 3

3.6 Pola Penyakit

Berdasarkan kunjungan pasien selama satu tahun di UPT Puskesmas

Padang Bulan didapatkan data 10 besar penyakit yang ada di wilayah kerja UPT

Puskesmas Padang Bulan. Data dapat dilihat pada tabel 3.3

Tabel 3.3 Data 10 Besar Penyakit di UPT Puskesmas Padang Bulan


No Nama Penyakit Jumlah

1 Ispa 3373
2 Penyakit tekanan darah tinggi 2696
3 Penyakit pada sitem otot dan jaringan 1058
(peny. Tulang belulang, radang sendi, termasuk reumatik)
4 Penyakit pulpa dan jaringan periapikal 877
5 Penyakit rongga mulut,kelenjar ludah,rahang dan lainnya 710
6 Infeksi Penyakit Usus Lainnya 692
7 Diare 497
8 Penyakit Kulit Karena Jamur 432
9 Penyakit Kulit Alergi 324
10 Penyakit Mata Lainnya 281

BAB IV

30
PEMBAHASAN

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah

unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab

menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Kemenkes,

2016). Secara nasional standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamatan.

Apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka tanggung

jawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas dengan memperhatikan keutuhan

konsep wilayah yaitu desa/ kelurahan atau dusun/rukun warga (RW) (Kemenkes,

2006).

UPT Puskesmas Padang Bulan memiliki 48 orang tenaga kesehatan baik

medis, paramedis maupun non medis yang memadai dn mendukung pelayanan di

UPT Puskesmas Padang Bulan.

Menurut Permenkes RI No. 30 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Puskesmas menyatakan bahwa penyelengaraan pelayanan

kefarmasian di Puskesmas minimal harus dilaksanakan oleh 1 (satu) orang tenaga

Apoteker sebagai penanggung jawab, yang dapat dibantu oleh Tenaga Teknis

Kefarmasian sesuai kebutuhan. Jumlah kebutuhan Apoteker di Puskesmas

dihitung berdasarkan rasio kunjungan pasien, baik rawat inap maupun rawat jalan

serta memperhatikan pengembangan Puskesmas. Rasio untuk menentukan jumlah

Apoteker di Puskesmas adalah 1 (satu) Apoteker untuk 50 (lima puluh) pasien

perhari. UPT Pusekesmas Padang Bulan memiliki 1 orang apoteker dan

kunjungan pasien perhari rata-rata mencapai 70-80 pasien. Dalam hal ini

31
pelayanan di apotek masih dapat dijalankan dengan baik karena apoteker dibantu

oleh Tenaga Teknis Kefarmasian.

Standar pelayanan kefarmasian yang harus dimiliki oleh Apoteker di

puskesmas berupa pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai, serta pelayanan

farmasi klinik. Apoteker dan asisten apoteker di UPT Puskesmas Padang Bulan

sudah melaksanakan aspek manajerial seperti pengelolaan sumber daya yang

meliputi SDM, sarana prasarana, sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan serta

administrasi dengan memanfaatkan tenaga, dana, p rasarana, sarana dan metode

tatalaksana yang sesuai dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Selain itu, pelayanan farmasi klinik telah dilakukan dengan cukup baik

yang meliputi pengkajian resep, penyerahan obat, dan pemberian informasi obat;

pelayanan informasi obat; konseling; pemantauan efek samping obat; pemantauan

terapi obat; serta evaluasi penggunaan obat.

UPT Puskesmas Padang Bulan tidak memiliki fasilitas rawat inap

sehingga pelayanan farmasi klinik dalam bentuk visite pasien tidak dapat

dilakukan.

Persediaan obat di UPT Puskesmas Padang Bulan dikelola oleh apoteker

penanggung jawab dan dibantu dengan asisten apoteker . Pengelolaan obat publik

dan perbekalan kesehatan meliputi kegiatan perencanaan dan permintaan,

penerimaan, penyimpanan dan distribusi, pencatatan dan pelaporan, serta

supervisi dan evaluasi pengelolaan obat (Direktorat Bina Obat Publik dan

Perbekalan Kesehatan, 2010).

Perencanaan obat dan bahan medis habis pakai di UPT Puskesmas Padang

Bulan berdasarkan pada pola penyakit dan data pemakaian obat sebelumnya.

32
dengan menggunakan laporan pemakaian dan lembar permintaan obat (LPLPO)

sesuai dengan perencanaan kebutuhan puskesmas. Pemilihan jenis obat dalam

proses perencanaan mengacu pada Formularium Nasional. Formulir LPLPO berisi

nomor, nama obat, stok awal, penerimaan, pamakaian, persediaan, sisa stok,

permintaan, dan keterangan.

Pada permintaan dibuat dengan membuat laporan pemakaian dan lembar

permintaan obat (LPLPO). Tujuan permintaan obat adalah memenuhi kebutuhan

obat dan bahan medis habis pakai di puskesmas, sesuai dengan perencanaan

kebutuhan yang telah dibuat (Depkes RI, 2014).

Penerimaan obat menjadi tugas apoteker penanggung jawab dan dibantu

dengan asisten apoteker. Dalam proses penerimaan harus diteliti dan disesuaikan

dengan lembar LPLPO yang sudah dibuat. Pengecekan obat yang dilakukan,

meliputi :

a. Nama obat yang diterima, bentuk sediaan

b. Jumlah

c. Kondisi fisik perbekalan kesehatan (bentuk, warna, keutuhkan, kekentalan),

d. Tanggal kadaluwarsa.

Obat yang sudah diterima akan disimpan digudang obat. Gudang obat di

UPT Puskesmas Padang Bulan berada dilantai satu, sehingga terjangkau dengan

ruang pengambilan obat pasien, hal ini mempermudah saat akan mengambil obat

di Gudang. Penyimpanan di gudang obat di UPT Puskesmas padang Bulan,

diletakkan berdasarkan abjad untuk mempermudah saat pengambilan.

Penyimpanan juga menerapkan FIFO dan FEFO agar obat yang waktu

kadaluarsanya lebih dekat dapat dipakai terlebih dahulu. Untuk obat LASA belum

33
diberikan penanda khusus, untuk meminimalkan kesalahan saat pengambilan obat.

Sehingga hal ini perlu diperhatikan dan dibuat label/stiker LASA untuk obat

kategori LASA. Penyimpanan dilakukan menggunakan rak biasa dan palet. Obat

psikotropika disimpan khusus di rak khusus tertutup dan terkunci, dan selalu

menjadi tanggung jawab apoteker. Untuk obat-obat yang harus disimpan di suhu

dingin, seperti vaksin disimpan di kulkas dan di pantau suhunya setiap hari.

Gudang penyimpanan dilengkapi dengan air conditioner (AC) agar suhu tetap

terjaga sehingga kualitas obat terjamin.

Obat yang masuk digudang selalu dicatat di buku stok yang meliputi nama

obat, asal/sumber obat, nomor batch, tanggal kadaluwarsa, tanggal masuk dan

keluar, jumlah masuk dan keluar, serta jumlah sisa stok. Obat yang sudah

memasuki masa kadaluwarsa dilakukan pemusnahan. Apoteker mendata obat

yang kadaluarsa dan melaporkannya kepada kepala Puskesmas dan selanjutnya di

laporkan ke Dinas Kesehatan Kota utuk selanjutnya dilakukan pemusnahan.

Secara umum pemberian obat UPT Puskesmas Padang Bulan dilakukan

dengan sistem individual prescribing yaitu dengan menebus obat ke unit instalasi

farmasi yang ada, dengan membawa resep yang didapatkan dari dokter. Alur

distribusi sediaan farmasi ke pasien dimulai dengan diterimanya resep oleh

Apoteker, ditelaah oleh Apoteker, jika ada yang kurang jelas, tanyakan ke dokter.

lalu asisten apoteker menyiapkan obat. Dilakukan peracikan obat sesuai dengan

yang tertulis di resep. Setelah itu, obat diberikan ke pasien dengan etiket yang

jelas serta diberikan konseling terkait penggunaan obat. Obat yang diberikan

kepada pasien tidak dipungut biaya.

34
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Peran, fungsi, dan tanggung jawab Apoteker dalam pelayanan kefarmasian

di UPT Puskesmas Padang Bulan antara lain pengelolaan sediaan farmasi,

bahan medis habis pakai, serta alat kesehatan; pelayanan farmasi klinis; dan

melakukan evaluasi pelayanan kefarmasian.

2. Pelaksanaan PKPA di UPT Puskesmas Padang Bulan, meningkatkan

pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku profesional, serta wawasan dan

pengalaman nyata bagi calon Apoteker.

3. Pelaksanaan PKPA di Puskesmas Padang Bulan, menambah pengetahuan

terkait strategi pengembangan Puskesmas.

4. Permasalahan yang ditemukan di Puskesmas Padang Bulan, yaitu

permasalahan terkait suhu penyimpanan obat di gudang obat yang tidak

dilakukan pengecekan secara rutin dan butuh penataan ulang gudang obat agar

lebih rapi dan kualitas obat tetap terjamin.

5. Pelaksanaan PKPA di Puskesmas Padang Bulan, meningkatkan

bersosialisasi, bekerjasama dan berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lain

sesuai dengan etika profesi Apoteker.

35
5.2 Saran

 Melakukan pemantauan dan pencatatan suhu dan kelembaban, serta

kebersihan ruang gudang obat secara teratur untuk menjaga kualitas obat

dan alat kesehatan.

 Melakukan penataan ulang atau penambahan jumlah rak di gudang obat,

sehingga obat-obat dan alat kesehatan yang ada tetap terjamin kualitasnya

serta meberi stiker LASA pada obat kategori LASA serta mengatur jarak

penyimpanan obat-obat dengan kategori LASA

 Menyimpan obat-obatan Psikotropika dan narkotik pada lemari khusus

serta membuat kartu stok khusus setiap pengambilan obat-obat tersebut.

36
Daftar Pustaka

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (2006). Pedoman


Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Menteri Kesehatan RI. (2016) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

37
LAMPIRAN

Lampiran 1. UPT PUSKESMAS PADANG BULAN

38
Lampiran 2. Struktur Organisasi

39
Lampiran 3. Copy Resep

40
Lampiran 4. Resep

41
Lampiran 5. Etiket

42
Lampiran 6. Kartu Stok

43
Lampiran 7. Catatan Dokumen LPLPO

44

Anda mungkin juga menyukai