PENDAHULUAN
1.3 Manfaat
- Mahasiswa dapat mengetahui struktur organisasi IAI di
Indonesia
- Mahasiswa dapat mengetahui posis dan keberadaan MEDAI
secara organisasi
1
- Mahasiswa dapat mengetahui posisi dan keberadaan MEDAI
dari segi profesi
BAB II
ISI
Visi:
Terwujudnya profesi Apoteker yang paripurna, sehingga mampu mewujudkan
kualitas hidup sehat bagi setiap manusia.
Misi :
1. Menyiapkan Apoteker yang berbudi luhur, profesional, memiliki kesejawatan
yang tinggi dan inovasi serta berorientasi ke masa depan.
2. Membina, menjaga, dan meningkatkan profesional-isme Apoteker sehingga
mampu menjalankan praktek kefarmasian secara bertanggung jawab.
3. Melindungi anggota dalam menjalankan profesinya.
2
STRUKTUR ORGANISASI IAI DI INDONESIA
3
MEDAI (Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia) merupakan
organisai profesi Ikatan Apoteker Indonesai yang bertugas membina, mengawasi,
dan menilai pelaksanaan kode etik apoteker Indonesia oleh anggota maupun
pengurus dan menjaga, meningkatkan serta menegakkan disiplin apoteker
Indonesia.
Tujuan Khusus :
1. Mendorong tegaknya kode etik apoteker Indonesia
2. Meminimalisasi kasus mal-praktek dan perilaku menyimpang dalam
pelayanan kefarmasian Indonesia.
3. Peningkatan kesadaran kehadiran apoteker ditempat pengabdiannya masing
masing.
4. Terbina rasa solidaritas profesi apoteker melalui pengembangan kelompok.
5. Menjunjung tinggi martabat profesi
6. Menjaga dan memelihara kesejahteraan anggota.
7. Meningkatkan pengabdian anggota.
8. Meningkatkan mutu profesi.
9. Meningkatkan layanan pada pengguna jasa.
10. Untuk menentukan standar sendiri.
4
3. Sebagai self regulating, atau self disciplining, untuk akuntabilitas profesi
sehingga berani memanggil, menyidangkan, dan menjatuhkan sanksi.
4. Sebagai "map" dalam berpraktik profesi, terutama bagi yang baru lulus.
5. Sebagai pedoman setiap anggota dalam menjalankan profesinya.
6. Sebagai sarana kontrol bagi masyarakat atas pelaksanaan profesi tersebut.
7. Sebagai pencegahan campur tangan pihak luar organisasi tentang hubungan
etika/disiplin dan keanggotaan profesi.
Prinsip yang dipakai antara lain:
1. Bersikap objektif pada saat adanya kebebasan memilih atau memutuskan,
karena apoteker tahu pilihan yang terbaik.
2. Selalu memenuhi hak klien untuk memperoleh pemahaman yang baik
terhadap keterangan tentang manfaat dan risiko yang mungkin timbul dalam
pelayanan yang dilakukan sesuai kompetensi apoteker.
3. Selalu melakukan penilaian yang adil dan etis untuk menjaga rahasia
kefarmasian terkait praktik maupun klien.
4. Apoteker selalu berusaha untuk berbuat yang terbaik dan sekaligus berusaha
menghindari adanya peluang kesalahan.
5. Setiap saat loyal, tidak membedakan, adil dan bersahabat terhadap klien.
6. Selalu memenuhi hak klien untuk dihargai atau dipenuhi kebutuhannya.
5
3. Pengurus cabang
4. Dewan pengawas
5. MEDAI
6
Indonesia (MEDAI) menyusun Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia (PDAI)
agar dapat digunakan sebagai acuan disiplin Apoteker dalam menjalankan praktik
berdasar standard dan disiplin kefarmasian.
7
4. Mendelegasikan pekerjaan kepada tenaga kesehatan tertentu dan/ atau
tenagatenaga lainnya yang tidak memiliki kompetensi untuk melaksanakan
pekerjaan tersebut.
5. Membuat keputusan profesional yang tidak berpihak kepada kepentingan
pasien/ masyarakat.
6. Tidak memberikan informasi yang sesuai, relevan dan “up to date” dengan
cara yang mudah dimengerti oleh pasien/masyarakat, sehingga berpotensi
menimbulkan kerusakan dan/ atau kerugian pasien.
7. Tidak membuat dan/atau tidak melaksanakan Standar Prosedur Operasional
sebagai Pedoman Kerja bagi seluruh personil di sarana pekerjaan/pelayanan
kefarmasian, sesuai dengan kewenangannya.
8. Memberikan sediaan farmasi yang tidak terjamin „mutu‟, ‟keamanan‟, dan
‟khasiat/ manfaat‟ kepada pasien.
9. Melakukan pengadaan (termasuk produksi dan distribusi) obat dan/atau bahan
baku obat, tanpa prosedur yang berlaku, sehingga berpotensi menimbulkan
tidak terjaminnya mutu, khasiat obat.
10. Tidak menghitung dengan benar dosis obat, sehingga dapat menimbulkan
kerusakan atau kerugian kepada pasien.
11. Melakukan penataan, penyimpanan obat tidak sesuai standar, sehingga
berpotensi menimbulkan penurunan kualitas obat.
12. Menjalankan praktik kefarmasian dalam kondisi tingkat kesehatan fisik
ataupun mental yang sedang terganggu sehingga merugikan kualitas
pelayanan profesi.
13. Dalam penatalaksanaan praktik kefarmasian, melakukan yang seharusnya
tidak dilakukan atau tidak melakukan yang seharusnya dilakukan, sesuai
dengan tanggung jawab profesionalnya, tanpa alasan pembenar yang sah,
sehingga dapat membahayakan pasien.
14. Melakukan pemeriksaan atau pengobatan dalam pelaksanaan praktik swa-
medikasi (self medication) yang tidak sesuai dengan kaidah pelayanan
kefarmasian.
15. Memberikan penjelasan yang tidak jujur, dan/ atau tidak etis, dan/atau tidak
objektif kepada yang membutuhkan.
8
16. Menolak atau menghentikan pelayanan kefarmasian terhadap pasien tanpa
alasan yang layak dan sah.
17. Membuka rahasia kefarmasian kepada yang tidak berhak.
18. Menyalahgunakan kompetensi Apotekernya.
19. Membuat catatan dan/atau pelaporan sediaan farmasi yang tidak baik dan
tidak benar.
20. Berpraktik dengan menggunakan Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA)
atau Surat Izin Praktik Apoteker/Surat Izin kerja Apoteker (SIPA/SIKA)
dan/atau sertifikat kompetensi yang tidak sah.
21. Tidak memberikan informasi, dokumen dan alat bukti lainnya yang
diperlukan MEDAI untuk pemeriksaan atas pengaduan dugaan pelanggaran
disiplin.
22. Mengiklankan kemampuan/pelayanan atau kelebihan kemampuan/pelayanan
yang dimiliki, baik lisan ataupun tulisan, yang tidak benar atau menyesatkan.
23. Membuat keterangan farmasi yang tidak didasarkan kepada hasil pekerjaan
yang diketahuinya secara benar dan patut.
9
Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan
apoteker yang dimaksud dapat berupa: a. Pendidikan formal; atau b. Pelatihan
dalam pengetahuan dan atau ketrampilan, magang di institusi pendidikan atau
sarana pelayanan kesehatan jejaringnya atau sarana pelayanan kesehatan yang
ditunjuk, sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan dan paling lama1 (satu) tahun.
10
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
- Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) merupakan organisasi profesi
resmi yang menaungi seluruh apoteker indonesia. Adapun
dalam melakukan tugasnya memiliki struktur organisasi yang
tersusun secara sistematis yang terdiri dari ketua umum,
wakil ketua umum, sekretaris jendral, wakil sekretaris jendral,
bendahara umum, wakil bendahara umum, coordinator
wilayah, ketua bidang dan ketua himpunan seminat.
- Secara organisasi, MEDAI merupakan bagian dari Ikatan
Apoteker Indonesia (IAI) yang bertugas membina, mengawasi,
dan menilai pelaksanaan kode etik apoteker Indonesia oleh
anggota maupun pengurus dan menjaga, meningkatkan serta
menegakkan disiplin apoteker Indonesia
- Secara profesi, MEDAI menyusun Pedoman Disiplin Apoteker
Indonesia (PDAI), PDAI ini menjadi pedoman MEDAI dalam
menetapkan ada/atau tidak adanya pelanggaran disiplin oleh
para praktisi dibidang farmasi, serta menjadi rambu-rambu
yang tidak boleh dilanggar oleh para praktisi tersebut agar
dapat menjalankan praktik kefarmasian secara profesional.
11