Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) merupakan organisasi profesi
resmi yang menaungi seluruh apoteker indonesia. Profesi
Apoteker berperan dalam meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang obat.
MEDAI (Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia)
merupakan organisasi profesi Ikatan Apoteker Indonesai yang
bertugas membina, mengawasi, dan menilai pelaksanaan kode
etik apoteker Indonesia oleh anggota maupun pengurus dan
menjaga, meningkatkan serta menegakkan disiplin apoteker
Indonesia.
Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia (MEDAI)
menyusun Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia (PDAI) agar
dapat digunakan sebagai acuan disiplin Apoteker dalam
menjalankan praktik berdasar standard dan disiplin kefarmasian.
Berdasarkan pemaparan diatas maka perlu dilakukan
pembahasan terhadap posisi dan keberadaan MEDAI secara
organisasi dan profesi apoteker di Indonesia.

1.2 Tujuan Pembahasan


- Bagaimana struktur organisasi IAI di Indonesia?
- Bagaimana posisi dan keberadaan MEDAI secara organisasi?
- Bagaimana posisi dan keberadaan MEDAI dari segi profesi?

1.3 Manfaat
- Mahasiswa dapat mengetahui struktur organisasi IAI di
Indonesia
- Mahasiswa dapat mengetahui posis dan keberadaan MEDAI
secara organisasi

1
- Mahasiswa dapat mengetahui posisi dan keberadaan MEDAI
dari segi profesi

BAB II
ISI

2.1 Struktur Organisasi IAI di Indonesia


Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) merupakan organisasi profesi resmi yang
menaungi seluruh apoteker indonesia. Profesi Apoteker berperan dalam
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang obat.
Nama Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) ditetapkan dalam Kongres
Nasional ISFI XVIII pada tanggal 07-09 Desember 2009 di Jakarta yang
merupakan kelanjutan dari nama Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia yang
ditetapkan dalam Kongres VII Ikatan Apoteker di Jakarta pada tanggal 26
Februari 1965 yang juga merupakan kelanjutan dari Ikatan Apoteker yang
didirikan pada tanggal 18 Juni 1955.

Visi:
Terwujudnya profesi Apoteker yang paripurna, sehingga mampu mewujudkan
kualitas hidup sehat bagi setiap manusia.

Misi :
1. Menyiapkan Apoteker yang berbudi luhur, profesional, memiliki kesejawatan
yang tinggi dan inovasi serta berorientasi ke masa depan.
2. Membina, menjaga, dan meningkatkan profesional-isme Apoteker sehingga
mampu menjalankan praktek kefarmasian secara bertanggung jawab.
3. Melindungi anggota dalam menjalankan profesinya.

2
STRUKTUR ORGANISASI IAI DI INDONESIA

2.2 Posisi dan Keberadaan MEDAI Secara Organisasi

3
MEDAI (Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia) merupakan
organisai profesi Ikatan Apoteker Indonesai yang bertugas membina, mengawasi,
dan menilai pelaksanaan kode etik apoteker Indonesia oleh anggota maupun
pengurus dan menjaga, meningkatkan serta menegakkan disiplin apoteker
Indonesia.

VISI : Terwujudnya Apoteker profesional yang punya Etika profesi dalam


pengabdiannya kepada Kesehatan Masyarakat.
MISI :
1. Memberikan pembinaan kepada anggota organisasi dalam pelaksanaan Kode
Etik Apoteker.
2. Merekomendasikan tindakan atas pelanggaran Kode Etik oleh anggota.
3. Melakukan (peninjauan / evaluasi ("Review") Kode Etik Apoteker sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Tujuan Khusus :
1. Mendorong tegaknya kode etik apoteker Indonesia
2. Meminimalisasi kasus mal-praktek dan perilaku menyimpang dalam
pelayanan kefarmasian Indonesia.
3. Peningkatan kesadaran kehadiran apoteker ditempat pengabdiannya masing
masing.
4. Terbina rasa solidaritas profesi apoteker melalui pengembangan kelompok.
5. Menjunjung tinggi martabat profesi
6. Menjaga dan memelihara kesejahteraan anggota. 
7. Meningkatkan pengabdian anggota.
8. Meningkatkan mutu profesi.
9. Meningkatkan layanan pada pengguna jasa.
10. Untuk menentukan standar sendiri.

Fungsinya antara lain:


1. Sebagai bentuk kewibaan profesi, yang mana substansi etis makin mantap dan
prosedurnya makin kredibel.
2. Sebagai paramater normatif, yang dijadikan sebagai tolok ukur perlindungan
etis pasien/klien.

4
3. Sebagai self regulating, atau self disciplining, untuk akuntabilitas profesi
sehingga berani memanggil, menyidangkan, dan menjatuhkan sanksi.
4. Sebagai "map" dalam berpraktik profesi, terutama bagi yang baru lulus.
5. Sebagai pedoman setiap anggota dalam menjalankan profesinya.
6. Sebagai sarana kontrol bagi masyarakat atas pelaksanaan profesi tersebut.
7. Sebagai pencegahan campur tangan pihak luar organisasi tentang hubungan
etika/disiplin dan keanggotaan profesi.
Prinsip yang dipakai antara lain:
1. Bersikap objektif pada saat adanya kebebasan memilih atau memutuskan,
karena apoteker tahu pilihan yang terbaik.
2. Selalu memenuhi hak klien untuk memperoleh pemahaman yang baik
terhadap keterangan tentang manfaat dan risiko yang mungkin timbul dalam
pelayanan yang dilakukan sesuai kompetensi apoteker.
3. Selalu melakukan penilaian yang adil dan etis untuk menjaga rahasia
kefarmasian terkait praktik maupun klien.
4. Apoteker selalu berusaha untuk berbuat yang terbaik dan sekaligus berusaha
menghindari adanya peluang kesalahan.
5. Setiap saat loyal, tidak membedakan, adil dan bersahabat terhadap klien.
6. Selalu memenuhi hak klien untuk dihargai atau dipenuhi kebutuhannya.

Secara organisasi, MEDAI merupakan bagian dari Ikatan Apoteker


Indonesia (IAI). IAI terdiri dari:
1. Kongres
2. Konferensi daerah
3. Konferensi cabang
4. Rapat dan pertemuan ikatan
5. Pengurus
6. MEDAI
7. Dewan pengawas

Ruang lingkup tata hubungan organisasi ini meliputi:


1. Pengurus pusat
2. Pengurus daerah

5
3. Pengurus cabang
4. Dewan pengawas
5. MEDAI

Maksud dan tujuan ditetapkannya tugas dan wewenang pengurus


organisasi ini adalah untuk memberikan panduan bagi jajaran pengurus organisasi
dalam pelaksanaan tugas dan wewenang sebagai pengurus organisasi.

MEDAI terbagi menjadi 2, yaitu:


1. MEDAI pusat
Susunan pengurus:
- Ketua merangkap anggota
- Wakil ketua merangkap anggota
- Sekretaris merangkap anggota
- Anggota
Anggota MEDAI pusat sekurang-kurangnya 5 orang dan berjumlah ganjil
2. MEDAI daerah
Susunan pengurus :
- Ketua
- Wakil ketua
- Sekretaris
- Wakil sekretaris
- Bendahara
- Wakil bendahara
- Anggota
Anggota MEDAI daerah berjumlah ganjil.

2.3 Posisi dan Keberadaan MEDAI dari Segi Profesi


Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia yang disingkat MEDAI,
adalah organ dari organisasi profesi Ikatan Apoteker Indonesia yang bertugas
membina, mengawasi dan menilai pelaksanaan Kode Etik Apoteker Indonesia
oleh Anggota maupun oleh Pengurus, dan menjaga, meningkatkan dan
menegakkan disiplin apoteker Indonesia. Majelis Etik dan Disiplin Apoteker

6
Indonesia (MEDAI) menyusun Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia (PDAI)
agar dapat digunakan sebagai acuan disiplin Apoteker dalam menjalankan praktik
berdasar standard dan disiplin kefarmasian.

Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia


Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia ini disusun untuk menjadi pedoman
bagi Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia (MEDAI) dalam menetapkan
ada/atau tidak adanya pelanggaran disiplin oleh para praktisi dibidang farmasi,
serta menjadi rambu-rambu yang tidak boleh dilanggar oleh para praktisi tersebut
agar dapat menjalankan praktik kefarmasian secara profesional.
Disiplin Apoteker merupakan tampilan kesanggupan Apoteker untuk
menaati kewajiban dan menghindari larangan sesuai dengan yang ditetapkan
dalam peraturan perundangundangan dan/atau peraturan praktik yang apabila
tidak ditaati atau dilanggar dapat dijatuhi hukuman disiplin. Pelanggaran disiplin
adalah pelanggaran terhadap aturan-aturan dan/atau ketentuan penerapan
keilmuan, yang pada hakikatnya dapat dikelompokkan dalam tiga hal, yaitu:
1. Melaksanakan praktik Apoteker dengan tidak kompeten.
2. Tugas dan tanggungjawab profesional pada pasien tidak dilaksanakan dengan
baik.
3. Berperilaku tercela yang merusak martabat dan kehormatan Apoteker.

Pelanggaran disiplin berupa setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan


Apoteker yang tidak menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan ketentuan
disiplin Apoteker. Bentuk pelanggaran disiplin apoteker adalah sebagai berikut:
1. Melakukan praktik kefarmasian dengan tidak kompeten. Penjelasan:
Melakukan Praktek kefarmasian tidak dengan standar praktek Profesi/standar
kompetensi yang benar, sehingga berpotensi menimbulkan/ mengakibatkan
kerusakan, kerugian pasien atau masyarakat.
3. Membiarkan berlangsungnya praktek kefarmasian yang menjadi tanggung
jawabnya, tanpa kehadirannya, ataupun tanpa Apoteker pengganti dan/ atau
Apoteker pendamping yang sah.

7
4. Mendelegasikan pekerjaan kepada tenaga kesehatan tertentu dan/ atau
tenagatenaga lainnya yang tidak memiliki kompetensi untuk melaksanakan
pekerjaan tersebut.
5. Membuat keputusan profesional yang tidak berpihak kepada kepentingan
pasien/ masyarakat.
6. Tidak memberikan informasi yang sesuai, relevan dan “up to date” dengan
cara yang mudah dimengerti oleh pasien/masyarakat, sehingga berpotensi
menimbulkan kerusakan dan/ atau kerugian pasien.
7. Tidak membuat dan/atau tidak melaksanakan Standar Prosedur Operasional
sebagai Pedoman Kerja bagi seluruh personil di sarana pekerjaan/pelayanan
kefarmasian, sesuai dengan kewenangannya.
8. Memberikan sediaan farmasi yang tidak terjamin „mutu‟, ‟keamanan‟, dan
‟khasiat/ manfaat‟ kepada pasien.
9. Melakukan pengadaan (termasuk produksi dan distribusi) obat dan/atau bahan
baku obat, tanpa prosedur yang berlaku, sehingga berpotensi menimbulkan
tidak terjaminnya mutu, khasiat obat.
10. Tidak menghitung dengan benar dosis obat, sehingga dapat menimbulkan
kerusakan atau kerugian kepada pasien.
11. Melakukan penataan, penyimpanan obat tidak sesuai standar, sehingga
berpotensi menimbulkan penurunan kualitas obat.
12. Menjalankan praktik kefarmasian dalam kondisi tingkat kesehatan fisik
ataupun mental yang sedang terganggu sehingga merugikan kualitas
pelayanan profesi.
13. Dalam penatalaksanaan praktik kefarmasian, melakukan yang seharusnya
tidak dilakukan atau tidak melakukan yang seharusnya dilakukan, sesuai
dengan tanggung jawab profesionalnya, tanpa alasan pembenar yang sah,
sehingga dapat membahayakan pasien.
14. Melakukan pemeriksaan atau pengobatan dalam pelaksanaan praktik swa-
medikasi (self medication) yang tidak sesuai dengan kaidah pelayanan
kefarmasian.
15. Memberikan penjelasan yang tidak jujur, dan/ atau tidak etis, dan/atau tidak
objektif kepada yang membutuhkan.

8
16. Menolak atau menghentikan pelayanan kefarmasian terhadap pasien tanpa
alasan yang layak dan sah.
17. Membuka rahasia kefarmasian kepada yang tidak berhak.
18. Menyalahgunakan kompetensi Apotekernya.
19. Membuat catatan dan/atau pelaporan sediaan farmasi yang tidak baik dan
tidak benar.
20. Berpraktik dengan menggunakan Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA)
atau Surat Izin Praktik Apoteker/Surat Izin kerja Apoteker (SIPA/SIKA)
dan/atau sertifikat kompetensi yang tidak sah.
21. Tidak memberikan informasi, dokumen dan alat bukti lainnya yang
diperlukan MEDAI untuk pemeriksaan atas pengaduan dugaan pelanggaran
disiplin.
22. Mengiklankan kemampuan/pelayanan atau kelebihan kemampuan/pelayanan
yang dimiliki, baik lisan ataupun tulisan, yang tidak benar atau menyesatkan.
23. Membuat keterangan farmasi yang tidak didasarkan kepada hasil pekerjaan
yang diketahuinya secara benar dan patut.

Sanksi disiplin yang dapat dikenakan oleh MEDAI berdasarkan Peraturan


per-UndangUndangan yang berlaku adalah:
1. Pemberian peringatan tertulis;
2. Rekomendasi pembekuan dan/atau pencabutan Surat Tanda Registrasi
Apoteker, atau Surat Izin Praktik Apoteker, atau Surat Izin Kerja Apoteker;
dan/atau
3. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan
apoteker.

Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik


yang dimaksud dapat berupa:
1. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik
sementara selama-lamanya 1 (satu) tahun, atau
2. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik tetap
atau selamanya;

9
Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan
apoteker yang dimaksud dapat berupa: a. Pendidikan formal; atau b. Pelatihan
dalam pengetahuan dan atau ketrampilan, magang di institusi pendidikan atau
sarana pelayanan kesehatan jejaringnya atau sarana pelayanan kesehatan yang
ditunjuk, sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan dan paling lama1 (satu) tahun.

Dengan ditegakkannya disiplin kefarmasian diharapkan pasien akan


terlindungi dari pelayanan kefarmasian yang kurang bermutu; dan meningkatnya
mutu pelayanan apoteker; serta terpeliharanya martabat dan kehormatan profesi
kefarmasian.

10
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
- Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) merupakan organisasi profesi
resmi yang menaungi seluruh apoteker indonesia. Adapun
dalam melakukan tugasnya memiliki struktur organisasi yang
tersusun secara sistematis yang terdiri dari ketua umum,
wakil ketua umum, sekretaris jendral, wakil sekretaris jendral,
bendahara umum, wakil bendahara umum, coordinator
wilayah, ketua bidang dan ketua himpunan seminat.
- Secara organisasi, MEDAI merupakan bagian dari Ikatan
Apoteker Indonesia (IAI) yang bertugas membina, mengawasi,
dan menilai pelaksanaan kode etik apoteker Indonesia oleh
anggota maupun pengurus dan menjaga, meningkatkan serta
menegakkan disiplin apoteker Indonesia
- Secara profesi, MEDAI menyusun Pedoman Disiplin Apoteker
Indonesia (PDAI), PDAI ini menjadi pedoman MEDAI dalam
menetapkan ada/atau tidak adanya pelanggaran disiplin oleh
para praktisi dibidang farmasi, serta menjadi rambu-rambu
yang tidak boleh dilanggar oleh para praktisi tersebut agar
dapat menjalankan praktik kefarmasian secara profesional.

11

Anda mungkin juga menyukai