Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 3(2) :84-90 (2015) ISSN : 2303-2960

EFEKTIVITAS SISTEM PENGANGKUTAN IKAN NILA


(Oreochromis sp) UKURAN KONSUMSI MENGGUNAKAN
SISTEM BASAH, SEMI BASAH DAN KERING

The Effectivity of Live Transportation Using Wet System, Semi-Wet System, and Dry
System ForSize consumption of Nile (Oreochromis sp.)

Mariun Nani1, Zaenal Abidin1*, Bagus Dwi Hari Setyono1


1
Program Studi Budidaya Perairan, Universitas Mataram
Jl. Pendididkan No. 37 Mataram, NTB.
Email korespondensi :sainal.abidin@yahoo.com

ABSTRACT
The aim of study was to test three systems of live fish transportation for size
consumption of Nile (Oreocromis sp.). The systems were wet system, semi-wet system,
and dry system, with the main measured parameter was survival rate. The experiment
used Completely Randomized Design with three different treatments of transportation
systems. Each treatment replicated six times. Tested fish was nile with weight of 200 g,
which was transported for two hours. Analysis of varians show that survival rates of nile
during transportation were 100% and not different for all treatments (p> 0,05).After
rearing for 5 days, nile for wet system and semi-wet system had no different survival
rate (p> 0,05), 96,66% and 93,88 % respectively, and higher (p<0,05) than dry sistem
survival rate 27,22%.

Keywords : nile, survival rate, live fish transport system

PENDAHULUAN transportasi jarak jauh. Dari segi


Transportasi ikan hidup dibagi efisiensi pengangkutan, sistem basah
menjadi dua yaitu transportasi sistem memiliki kelemahan yaitu air yang
kering tanpa menggunakan air dan digunakan sebagai media memberikan
transportasi sistem basah menggunakan tambahan beban selama transportasi
air. Transportasi sistem kering tidak serta kualitas air juga harus terjaga.
menggunakan media air sehingga lebih Oleh karena itu, perlu adanya inovasi
mudah dilakukan namun memiliki baru dalam teknologi sistem
resiko kematian yang tinggi jika pengangkutan ikan hidup seperti
diangkut dalam waktu yang lama, pengangkutan sistem semi basah dengan
sedangkan penggunaan sistem basah menggunakan air media yang lebih
biasanya dilakukan untuk menjamin sedikit.Sistem semi basah memiliki
semua aktivitas seperti metabolisme dan kelebihan yaitu berat wadah lebih
respirasi tetap berjalan normal dalam ringan karena air yang digunakan lebih

84
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Nani, et al. (2015)

sedikit, distribusi oksigen lebih banyak bertujuan agar ikan dapat sampai ke
karena permukaan badan air yang lebih konsumen dalam keadaan hidup baik
luas sebagai tempat untuk difusi untuk dikonsumsi maupun untuk
oksigen dari udara, serta beban air dipelihara pada kolam
untuk mendukung kehidupan ikan lebih pemancingan.Pengangkutan ikan hidup
rendah karena laju metabolism ikan sistem basah baik tertutup maupun
rendah karena dalam keadaan terbius. terbuka dapat dilakukan untuk waktu
Berka (1986) faktor paling pengangkutan yang lebih lama
penting dalam tranportasi ikan adalah dibandingkan dengan pengangkutan
tersedianya oksigen yang cukup untuk sistem kering.Salah satu kendala dalam
ikan selama pengangkutan, meskipun pengangkutan sistem basah adalah
demikian ketersediaan oksigen dalam penggunaan volume air yang cukup
air selama pengangkutan tidak selalu banyak sehingga membutuhkan ruang
dapat menjamin kondisi ikan, hal ini yang lebih besar dan energi yang tinggi
disebabkan karena adanya faktor lain karena berat wadah angkut yang tidak
yang mempengaruhi kemampuan ikan ringan, sedangkan pengangkutan sistem
untuk mengambil oksigen yaitu kering memiliki resiko kematian yang
toleransi ikan terhadap stress, suhu air, tinggi karena ukuran ikan yang telah
pH, konsentrasi karbondioksida dan besar.Oleh karena itu diperlukan
produksi ammonia. teknologi pengangkutan yang hanya
Penelitian transportasi hidup membutuhkan ruang dan berat yang
ikan nila lebih banyak dilakukan pada lebih kecil namun tetap menghasilkan
ukuran benih.Sumahiradewi (2014) tingkat kelangsungan hidup yang tinggi.
yang melakukan transportasi sistem Penelitian ini diharapkan dapat
basah pada benih ikan nila membuktikan bahwa teknologi
menghasilkan tingkat kelangsungan pengangkutan sistem basah adalah
hidup mencapai 77,33% sedangkan merupakan solusi untuk pengangkutan
Susanto dkk.(2014) yang melakukan ikan nila ukuran konsumsi yang lebih
transportasi sistem kering pada benih efisien dan efektif.Tujuan penelitian ini
ikan nila menghasilkan kelangsungan adalah untuk mengetahui tingkat
hidup mencapai 100 %.Pengangkutan kelangsungan hidup ikan nila ukuran
ikan nila hidup ukuran konsumsi

85
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Nani, et al. (2015)

konsumsi yang diangkut dengan sistem Wadah pengangkut yang


basah, semi basah, dan sistem kering. digunakan adalah kotak
styrofoamberukuran 49x39x19 cm3.
METODE PENELITIAN Wadah pengangkutan sistem basah diisi
Penelitian dilakukan pada bulan air hingga penuh yaitu setinggi 17 cm.
Juni 2015.Ikan diangkut dari kolam di Wadah pengangkutan sistem semi basah
Desa Lingsar Kecamatan Lingsar diisi air dengan setinggi 3 cm,
Kabupaten Lombok Barat menuju ke sedangkan wadah untuk sistem kering
Laboratorium Budidaya Perairan tidak diisi air tapi dilapisi dengan busa
Universitas Mataram.Penelitian yang lembab.Styrofoam disusun secara
dilakukan dengan menggunakan acak di atas mobil pick up, kemudian
Rancangan Acak Lengkap yang ditutup dengan terpal dan diangkut
terdiri dari tiga perlakuan yaitu sistem selama 2 jam menuju ke Laboratorium.
basah, sistem semi basah, dan sistem
kering.Setiap perlakuan diulang Pemulihan dan Pemeliharaan Ikan
sebanyak 6 kali ulangan dengan Setelah dua jam, ikan dipulihkan
demikian total unit percobaan adalah 18 dengan cara memasukkan ikan ke dalam
unit. akuarium 40 x 35 x 30 cm. Akuarium
disusun tersusun dalam sistem
Pengangkutan ikan resirkulasi untuk menjamin agar
Ikan yang telah dipanen kualitas air sama pada setiap unit
ditampung dalam hapa kemudian akuarium. Jumlah ikan yang mati
diseleksi dengan berat 150 sampai 200 selama pengangkutan dicatat.
gram per ekor. Selanjutnya ikan diambil Pemeliharaan ikan dilakukan
dengan serok kemudian direndam selama 5 hari.Ikan diberi maka dua kali
dalam larutan bius yaitu menggunakan sehari secara satiation.Pergantian air
minyak cengkeh dengan dosis 0,10 g dilakukan sebanyak 10 % setiap pagi
per liter air. Setelah 3 menit, ikan akan dan sore hari. Kualitas air yang diukur
terbius dan kemudian dimasukkan ke meliputi kandungan oksigen, suhu, dan
dalam wadan pengangkutan. Ikan yang pH. Jumlah ikan yang mati selama
akan digunakan dalam pengangkutan pemeliharaan dicatat.
sistem basah tidak dibius.

86
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Nani, et al. (2015)

ANALISA DATA HASIL DAN PEMBAHSAN


Jumlah ikan yang mati diolah untuk Hasil analisis sidik ragam rata-
mendapatkan nilai persentase tingkat rata tingkat kelangsungan hidup ikan
Kelangsungan Hidup (KH) yaitu dengan nila konsumsi setelah diangkut dengan
rumus KH % =Nt/No x100[Nt = Jumlah berbagai sistem pengangkutan dapat
ikan akhir (ekor), No = jumlah ikan dilihat pada Tabel 1.
akhir setelah perlakuan (ekor)]. Tingkat
kelangsungan hidup
dianalisismenggunakan analisis sidik
ragam pada taraf nyata 5%.

Tabel 1. Tingkat kelangsungan hidup ikan nila


Sistem Pengangkutan
Parameter
Kering Semi basah Basah
Kelangsungan hidup (%)
100 ± 0 100 ± 0 100 ± 0
setelah pengangkutan ns
Kelangsungan hidup (%)
27.22±17,69b 93.88 ±9,52a 96.66 ±8,16a
setelah pemeliharaan
ns
Keterangan : = non significant; huruf superscript yang berbeda pada setiap baris yang sama
menunjukan ada perbedaan antar perlakuan (p <0.05); dan angka dibelakang ± menyatakan
nilai standar deviasi.

Perbedaan sistem pengangkutan sistem semi basah yaitu masing-masing


tidak mempengaruhi (p>0.05) tingkat sebesar 93,88 % dan 96,66 % (p>0,05).
kelangsungan hidup ikan selama Stress yang terjadi selama 2 jam
pengangkutan yaitu masing-masing pengangkutan belum menyebabkan ikan
menghasilkan 100%. Setelah ikan nila mengalami kematian. Hal ini
dipelihara selama lima hari, tingkat menunjukkan bahwa ikan masih dapat
kelangsungan hidup pada pengangkutan bertahan hidup dalam tekanan kondisi
sistem kering adalah yang paling lingkungannya khususnya dalam hal
rendah sebesar 27,22 % (p<0,05) suhu, kepadatan, kandungan oksigen,
dibandingkan dengan sistem basah dan dan lama waktu pengangkutan yang

87
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Nani, et al. (2015)

tergolong pendek. Susanto(2014) m3.Kepadatan ikan ukuran besar dapat


menyebutkan bahwa pengangkutan diangkut dengan kepadatan 480 g per
benih ikan nila menggunakan sistem liter atau kurang lebih setara dengan
kering selama 7,5 jam masih dapat 2000 ekor ikan per m3 selama 1 jam
menghasilkan tingkat kelangsungan (Bolorundoro, 2001).
hidup 100%. Dengan ukuran wadah Meskipun tidak terjadi kematian
pengangkutan 49 x 39 x 17 cm3 yang selama pengangkutan, namun tingkat
diisi ikan sebanyak 5 sampai 6 ekor, stress yang ditimbulkan tidak dapat
maka kepadatan ikan dalam segera dipulihkan setelah ikan
pengangkutan sistem basah adalah disadarkan, khususnya pada
setara dengan 153 sampai 184 ekor per pengangkutan sistem kering.Jumlah
m3, pada sistem kering 26 sampai 31 ikan yang mati selama pemeliharaan
ekor m2, serta pada sistem semi basah dapat dilihat pada Tabel 2.
adalah 872 sampai 1046 ekor per

Tabel 2. Jumlah ikan yang mati selama pemeliharaan


Jumlah Ikan yang Mati Hari ke – (ekor) Jumlah Total
Sistem Pengangkutan
1 2 3 4 5 Ikan Mati (ekor)
Sistem kering 17 4 2 - - 23
Sistem semi basah - - - - 2 2
Sistem basah - 1 - - - 1

Tingkat kematian tertinggi bahwa selama pengangkutan dengan


terdapat pada pengangkutan sistem metode sistem kering, ikan mengalami
kering pada hari pertama pemeliharaan tekanan stress yang lebih tinggi
sebanyak 17 ekor dan terus mengalami dibandingkan dengan ikan yang
kematian pada hari kedua dan ketiga diangkut menggunakan air.Stress
sebesar 4 dan 2 ekor, sedangkan tingkat selama pengangkutan dapat
kematian pada sistem semi basah terjadi menyebabkan kematian (Zonneveld
pada hari ke 5 sebanyak 2 ekor, dkk., 1991).
sedangkan pada pengangkutan sistem Tabel 2 menunjukkan bahwa
basah terjadi kematian pada hari kedua tingkat kelangsungan hidup ikan nila
sebanyak 1 ekor.Hal ini menunjukkan selama pemeliharaan sangat

88
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Nani, et al. (2015)

dipengaruhi oleh perlakuan saat maka lembaran insang akan saling


pengangkutan.Pada pengangkutan tindih sehingga mengurangi luas
sistem basah dan sistem semi basah, air permukaan tempat difusi oksigen
media yang digunakan saat berlangsung, meskipun kandungan
pengangkutan mengandung oksigen oksigen di udara 30 kali lebih banyak
yang dapat mendukung ikan untuk dari pada kandungan oksigen di air
melakukan metabolisme.Oksigen dalam (Reebs, 2009).
air tersebut dapat diambil oleh ikan Pada pengangkutan sistem basah
meskipun dalam keadaan terbius pada dan sistem semi basah yang
pengangkutan sistem semi menggunakan media air tanpa aerasi
basah.Sedangkan pada pengangkutan menyediakan oksigen sebesar 3,2
sistem kering meskipun tersedia oksigen sampai 4,1 ppm selama 2 jam
di lingkungannya (udara bebas), namun pengangkutan. Oksigen tersebut tersedia
ikan tidak dapat mengambil oksigen karena terjadinya goncangan pada air
tersebut. sehingga difusi oksigen ke dalam air
Oksigen yang tersedia selama lebih tinggi.
pengangkutan sistem kering hanya Pada pengangkutan sitem basah
tersedia pada air yang tersisa di dalam dan semi basah ikan banyak mengalami
insang. Difusi oksigen dari udara luka yang lebih banyak dibandingkan
semakin sulit terjadi karena luas dengan ikan yang diangkut dengan
permukaan insang sangat sempit selain sistem kering.Luka tersebut terjadi
itu, konsentrasi karbondioksida dalam karena terjadinya goncangan air dan
darah ikan akan sulit keluar dari sel. pergerakan ikan sehingga menyebabkan
Oksigen dapat diserap oleh insang tapi adanya gesekan sisik dan tusukan duri
melalui air, sedangkan karbondioksida sirip antar ikan.Ikan yang diangkut
akan dikeluarkan disekitar insang dengan sistem kering tidak banyak
(Brown 1962). Lembaran insang dalam mengalami pergesekan karena ikan
keadaan normal dapat ditopang oleh air cenderung lebih diam.Meskipun
sehingga luas permukaannya sangat demikian luka yang terjadi dapat
besar, namun karena lembaran insang sembuh dengan sendirinya dan tidak
yang sangat tipis dan tidak dapat menyebabkan kematian pada ikan.
mempertahankan bentuknya di udara, Menurut Iwama (1999)bahwa

89
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Nani, et al. (2015)

peningkatan kortisol sebagai salah satu 7,8 sampai 8,0.Kondisi ini sudah
indikator terjadinya stress pada ikan termasuk dalam kondisi yang optimal
memiliki efek negative terhadap sistem untuk kebanyakan jenis ikan termasuk
imun tubuh. Oleh karena itu ikan yang ikan nila.
diangkut dengan menggunakan air KESIMPULAN
memiliki resiko yang besar untuk Pengangkutan ikan nila hidup
terjangkit oleh penyakit karena adanya ukuran konsumsi selama dua jam
luka meskipun dapat bertahan hidup menggunakan sistem pengangkutan
selama 5 hari dalam wadah basah dan semi basah menghasilkan
pemeliharaan. tingkat kelangsungan hidup yang lebih
Nilai rata-rata parameter kualitas tinggi dibandingkan dengan
air untuk suhu dan DO selama pengangkutan sistem kering.
pemeliharaan adalah suhu 27 sampai 28
o
C, DO 5,0 sampai 5,65 ppm, dan pH

DAFTAR PUSTAKA Susanto, H., Yulisman, Taqwa F.H.,


2014. Pengaruh Lama Waktu
Bolorundoro P.I. 2001. Transporting
Pingsan saat Pengangkutan
Fish For Culture : Extension
dengan Sistem Kering Terhadap
Bulletin No. 151. Fisheries
Kelulusan Hidup Benih Ikan Nila
Series No.6.National
(Oreochromis niloticus). Jurnal
Agricultural Extension and
Akuakultur Rawa Indonesia, 2(2)
Research Liaison Services,
:202-214.
Ahmadu Bello University, Zaria.
Sumahiradewi, L.G. 2015.Pengaruh
Brown, M.E. 1962. The Physiology of
Konsentrasi Minyak Cengkeh
Fishes.Academy Press.Inc. New
(Eugenia aromatica) Terhadap
York.
Kelangsungan Hidup Ikan Nila
Berka, R., 1986 The transport of live
(Oreochromis sp) pada Proses
fish. A review. EIFAC
Transportasi.Skripsi.Universitas
Tech.Pap., (48):52 p.
45 Mataram.
Iwama, G. 1999. Physiological Stress
Zonneveld, N., E. A. Huisman dan J. H.
Response in Fish. Marketing and
Boon. 1991. Prinsip – Prinsip
Shipping Live Aquatic Products.
Budidaya Ikan. PT Gramedia
Proceeding of the Second
Pustaka Utama. Jakarta.
International Confrence and
Exhibition. Seattle Washington
:19-22.
Reebs, S.G. 2009. Oxygen and Fish
Behaviour.http://www.howfishbe
have.ca/. [Diakses pada Tanggal
13 November 2015].

90

Anda mungkin juga menyukai