Anda di halaman 1dari 28

Tugas Makalah Dosen Pembimbing

Teknik Tegangan Tinggi Liliana, S.T., M.Eng

PENGUJIAN TEGANGAN
TEGANGAN TINGGI

Disusun oleh :

KELOMPOK 1 :

AHMAD TARMIZI (11750514902)


KARIZA AWAL MAHENDRA (11750515165)
MHD. DENDY FACHREZY H (
MUHAMMAD REZKI ATHARI (
TOLA’ÁL BADRI ALAINA (11750514678)

TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2020
KATA PENGANTAR

Berbicara tentang rasa syukur yang teramat dalam, berarti berbicara pula
tentang keesaan-Nya. Rahmat dan ridha-Nya selalu menyertai gerak-gerik setiap
langkah. Segala puji bagi Allah dengan mengucapkan Alhamdulillah dengan rasa
syukur yang tak henti-hentinya. Kami mengucapkan terimakasih kepada Illahi
Rabbi. Yang mana dalam mengerjakan tugas ini diberikan kelancaran dan
kemudahan. Tak lupa kami juga mengucapkan terimakasih kepada dosen mata
kuliah Antropologi Komunikasi yang telah memberikan bimbingannya, dan
memberikan ruang untuk menggali setiap ilmu yang terjangkit pada komunikasi.
Terimakasih pula kepada anggota kelompok yang telah meluangkan waktunya
untuk mengerjakan tugas ini.

Dengan demikian tugas makalah Pengukuran Tegangan Tinggi yang kami


ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah. Yang insya Allah dikerjakan dengan
sebaik-baiknya.

Pekanbaru, 09 Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...........................................................I-


1

1.2 Rumusan Masalah......................................................I-


1

1.3 Tujuan Penulisan.......................................................I-


2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Istilah Umum Pengujian Tegangan Tinggi.............................II-1

2.2 Tujuan Pengujian Tegangan Tinggi..........................II-


2

2.3 Jenis Pengujian..........................................................II-


2

2.4 Suasana Pengujian.....................................................II-


6

2.5 Efek Kondisi Udara...................................................II-


9

2.6 Penataan Objek Uji...................................................II-


11

2.7 Evaluasi Hasil Pengajuan..........................................II-


17

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
...................................................................................................
III-1

iii
3.2 Saran
...................................................................................................
III-1

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tegangan tinggi dalam dunia teknik tenaga listrik
(elektrik power engineering) adalah semua tegangan yang dianggap
cukup tinggi oleh kaum teknisi listrik sehingga diperlukan
pengujian dan pengukuran tegangan tinggi yang semuanya bersifat
khusus dan memerlukan teknik-teknik tertentu (sujektif), atau
dimana gejala-gejala tegangan tinggi mulai terjadi (objektif). Batas
yang menyatakan kapan suatu tegangan dapat dikatakan tinggi H.V
(high Voltage), dan kapan sudah arus disebut tinggi sekali E.H.V
(Extra High Voltage) serta Ultra tinggi U.H.V (Ultra High
Voltage). Pengetahuan mengenai tegangan tinggi telah mengalami
perkembangan yang pesat. Terdapat tiga jenis tegangan tinggi yaitu
tegangan tinggi bolak-balik (AC), tegangan tinggi searah (DC), dan
tegangan tinggi impuls. Studi mengenai tegangan tinggi memiliki
cakupan yang cukup luas seperti pembangkitan tegangan tinggi,
teknik isolasi, gejala tembus listrik fenomena tegangan tinggi,
medan listrik.
Tegangan tinggi memiliki berbagai manfaat dan aplikasi
antara lain untuk sumber tenaga listrik untuk mensuplai kebutuhan
listrik, pengujian bahan isolasi, kebutuhan studi dan penelitian di
Laboratorium, penyerap elektrostatis, pembangkit plasma, dan lain
– lain. Untuk menghasilkan tegangan tinggi dapat menggunakan
peralatan pembangkit tegangan tinggi bolak-balik (AC), peralatan
pembangkit tegangan tinggi searah (DC) dan peralatan pembangkit
tegangan tinggi impuls. Berdasarkan latar belakang diatas maka
penulis akan mencoba memaparkan mengenai pengujian tegangan
tinggi dan hal-hal yang berkaitan dengan pengujian tegangan
tinggi.

1.2 Rumusan Masalah


I-1
Adapun rumusan masalah pada penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Apa itu istilah umum pengujian tegangan tinggi ?
2. Apa saja tujuan dari pengujian tegangan tinggi ?
3. Apa saja jenis-jenis pengujian tegangan tinggi ?
4. Apa yang disebut dengan tegangan pengujian ?
5. Apa saja suasana dalam pengujian tegangan tinggi ?
6. Bagaimana efek kondisi udara pada pengujian tegangan tinggi ?
7. Bagaimana penataan objek uji tegangan tinggi ?
8. Apa saja evaluasi hasil pengujian tegangan tinggi ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui istilah umum pengujian tegangan tinggi.
2. Untuk mengetahui tujuan dari pengujian tegangan tinggi.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis pengujian tegangan tinggi.
4. Untuk mengetahui tegangan pengujian.
5. Untuk mengetahui suasana dalam pengujian tegangan tinggi.
6. Untuk mengetahui efek kondisi udara pada pengujian tegangan
tinggi.
7. Untuk mengetahui penataan objek uji tegangan tinggi.
8. Untuk mengetahui evaluasi hasil pengujian tegangan tinggi.

I-2
I-3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Istilah Umum Pengujian Tegangan Tinggi

Dalam dunia teknik, tegangang tinggi listrik adalah semua tegangan


yang dianggap cukup tinggi oleh kaum teknisi listrik sehingga diperlukan
pengujian dan pengukuran tegangan tinggi yang semua itu bersifat khusus
dan memerlukan teknik-teknik tertentu (sujektif), atau dimana gejala-gejala
tegangan tinggi mulai terjadi (objektif).
Batas yang menyatakan kapan suatu tegangan dapat dikatakan tinggi
H.V (high Voltage), dan kapan dikatakan tinggi sekali E.H.V (Extra High
Voltage) serta kapan dikatakan Ultra tinggi U.H.V (Ultra High Voltage),
agaknya acuan tegangan tersebut berbeda-beda untuk setiap negara atau
perusahaan tenaga listrik di negara-negara tersebut. Biasanya tergantung
pada tingkat kemajuan tekniknya masing-masinng. Salah satu faktor yang
menentukan ialah tingginya tegangan transmisi yang dipakai.
Sebagi mana diketahui, bahwa tegangan transmisi tegantung kepada
besarnya tenaga yang harus disalurkan dari pusat-pusat listrik kepusat beban
(load centres) dan jarak yang harus ditempuh untuk memindahkan tenaga
tersebut secara ekonomis. Di negara-negara yang sudah maju H.V. dianggap
mulai pada tegangan 20-30 kV, E.H.V pada tegangan 220 kV, sedangkan
U.H.V pada tegangan 765 kV. Tentu saja harga-harga tersebut dapat
berubah menurut keadaan setempat dan kemajuan –kemajuan yang tercapai.
Besarnya tegangan pengujian yang harus diterapkan pada pengujian
tegangan tinggi tergantung pada tegangan nominal alat lisrik yang diuji pada
standar yang berlaku. Tegangan tinggi yang diterapkan atau yang dialami
oleh sistem tenaga dapat berupa :
a. Tegangan biasa (nominal) yaitu tegangan yang seharusnya dapat ditahan
oleh sistem tersebut untuk waktu yang tak terhingga.
b. Tegangan lebih (Over Voltage) yang hanya dapat ditahan untuk waktu
terbatas.

II-1
Pada pengujian tegangan tinggi tersebut terdapat pengujian yang
bersifat merusak dan tidak merusak alat yang diuji, pengujian ang sifatnya
merusak pada umumnya terdiri dari tahap yang tegantung pada tingkat
tegangan.

2.2 Tujuan Pengujian Tegangan Tinggi

Kegagalan-kegagalan peralatan listrik pada waktu sedang dipakai


disebabkan karena kegagalan isolasinya dalam menjalankan fungsinya
sebagai isolator tegangan tinggi. Kegagalan isolasi (insulation break down,
insulation failure) ini disebabkan karena beberapa hal antara lain isolasi
tersebut sudah dipakai untuk waktu yang lama, kerusakan mekanis,
berkurangnya kekuatan dielektrik, dan karena isolasi tersebut dikenakan
tegangan lebih. Pengujian tegangan tinggi dimaksudkan untuk :
a. Menemukan bahan (di dalam atau yang menjadi komponen suatu alat
tegangan tinggi) yang kwalitasnya tidak baik atau yang cara
membuatnya salah.
b. Memberikan jaminan bahwa alat-alat listrik dapat dipakai pada
tegangan normalnya untuk waktu yang tak terbatas.
c. Memberikan jaminan bahwa isolasi alat-alat listrik dapat tahan terhadap
tegangan lebih (yang didapati dalam praktek operasi sehari-hari) untuk
waktu terbatas.
Pengujian tegangan tinggi itu sendiri dapat meliputi beberapa
pengujian berikut, yakni:
1). Pengujian dengan tegangan tinggi ac
2). Pengujian dengan tegangan tinggi dc
3). Pengujian dengan tegangan tinggi impuls

2.3 Jenis Pengujian

Jenis pengujian tegangan tinggi terbagi 2, yaitu pengujian yang


bersifat tidak merusak dan pengujian yang bersifat merusak.
2.3.1 Pengujian Tegangan Tinggi Tidak Merusak
Adapun jenis pengujian diantaranya pengujian tidak merusak

II-2
meliputi:
a. Pengukuran tahanan isolasi
Pengujian tahanan isolasi (Insulation Resistance Test) dilakukan untuk
mengetahui kondisi isolasi suatu peralatan listrik untuk keamanan
pengoperasian alat selanjutnya. Sebaiknya pengujian dilakukan secara
teratur (berkala) sehingga didapat grafik kondisi tahahan isolasi peralatan
tersebut dari waktu kewaktu sehingga dapat diketahui laju kerusakannya dan
dapat mencegah kerusakan alat secara tiba-tiba.
b. Pengukuran faktor rugi-rugi dielektrik
Salah satu karakteristik material isolasi yang penting adalah faktor daya
atau tangen rugi-rugi dielektrik. Nilainya dapat digunakan sebagai petunjuk
bagaimana kualitas dielektrik tersebut. Karakteristik tangen delta (tan δ)
merupakan alat yang berharga untuk mengevaluasi dielektrik dan cukup
peka untuk mendeteksi dan menilai kerusakan dielektrik karena telah
dipergunakan dalam waktu yang cukup lama. Pengujian tangen δ dapat
menentukan apakah zat-zat kontaminan yang ada masih dalam batas yang
diizinkan.
c. Pengukuran korona
Elektron yang melintasi dua kawat yang sejajar akan menyebabkan
terjadinya perubahan pembagian gradient tegangan-tegangan dari udara
diantara kedua kawat tersebut dan penataan kembali dari gradient ini dapat
menyebabkan harga tegangannya melampaui kekuatan (tegangan
breakdown) dari udara. Ini akan menyebabkan terjadinya kegagalan dari
sifat isolasi yang dimiliki oleh udara yang terletak disekitarnya.
Bilamana penataan kembali ini hanya menyebabkan sebagian
perubahan potensial gradient dari udara, misalnya hanya daerah sekitar
kawat saja yang mengalami perubahan, maka perubahannya terbatas hanya
pada satu kawat saja. Oleh karena itu korona disifatkan sebagai: “Terjadinya
suatu pelepasan muatan yang bermula pada permukaan dari suatu kawat bila
nilai medan listrik pada permukaan kawat itu melampaui nilai tertentu”
d. Pengukuran konduktivitas
konduktivitas listrik digunakan untuk menentukan kuat atau lemah

II-3
suatu bahan didalam menghantarkan arus listrik, sedangkan permasalahan
yang muncul adalah bagaimana menentukan konduktivitas listrik, sehingga
diketahui kemampuan bahan di dalam menghantarkan arus listrik. Tujuan
penelitian untuk menentukan konduktivitas bahan dengan menggunakan
metode metode dua titik, empat titik, dan van der Pauw, kemudian
membandingkannya sehingga diperoleh metode yang paling baik untuk
digunakan di dalam melakukan pengukuran konduktivitas listrik.
Pada prinsipnya pengukuran konduktivitas listrik dengan menggunakan
metode dua titik, masing masing jolok untuk arus listrik dan tegangan
terletak pada titik yang sama, sehingga menyebabkan terjadinya hambatan
kontak dan hambatan sebar di bawah tiap-tiap jolok logam. Sedangkan
untuk metode empat titik dan van der Pauw jolok pembawa arus listrik dan
jolok yang digunakan untuk menentukan tegangan keluarannya terletak
pada posisi yang berbeda, dimana jolok pembawa arus listrik masih
menimbulkan terjadinya hambatan kontak dan hambatan sebar. Tetapi hal
itu tidak berlaku untuk jolok logam yang digunakan untuk menentukan
tegangan keluarannya, karena tegangan keluaran diukur menggunakan volt
meter digital (fluke 8842A multimeter) yang memiliki impedansi tinggi
yang menarik sedikit arus listrik yang mengakibatkan hambatan kontak dan
hambatan sebar dapat diabaikan sehingga hambatan bahan dapat ditentukan
secara pasti.
Dari ketiga metode yang digunakan ternyata metode yang paling baik
digunakan untuk pengukuran konduktivitas listrik adalah metode empat titik
dan van der Pauw, sedangkan metode dua titik selalu konsisten lebih kecil
dari metode empat.
e. Pemetaan medan elektrik
pemetaan medan listrik yang bertujuan untuk menunjukkan
keterkaitan antara medan listrik dan potensial listrik serta mengidentifikasi
garis ekipotensial.
Percobaan ini dilakukan menggunakan pasir sebagai media penghantar
arus listrik yang juga akan diukur besar medan listriknya di beberapa
titik pada pasir tersebut, dengan cara mengukur besar beda potensial

II-4
antara dua elektroda yang divariasi jaraknya. Dari data nilai beda
potensial dan jarak yang diperoleh tersebut dapat dicari nilai medan
listriknya. Hasil pemetaan medan listrik menggambarkan bahwa nilai medan
listrik akan semakin kecil manakala jarak titik yang diukur terhadap acuan
semakin jauh.

2.3.2 Pengujian Tegangan Tinggi Yang Bersifat Merusak

Pengujian tegangan tinggi yang bersifat merusak meliputi :


a. Pengujian ketahanan (Withstand Test) : tegangan diberikan pada benda
uji bertahap sampai suatu nilai diatas tegangan normalnya. Kemudian
tegangan dipertahankan tetap dalam waktu terbatas, jika isolasi peralatan
tidak tahan memikul tegangan lebih tersebut,akan terjadi arus bocor yang
besar.
b. Pengujian Peluahan (Discharge Test) : mengukur tegangan yang
membuat terjadinya peluahan pada benda uji. tegangan uji diberikan
diatas tegangan pengujian ketahanan dan dinaikkan secara bertahap
sampai terjadi peluahan, hasil pengukuran dinyatakan dalam keadaan
standar.
c. Pengujian kegagalan (Breakdown Test) : mengukur tegangan tembus
benda uji, tegangan ini lebih tinggi dari tegangan peluahan dan dinaikkan
secara bertahap sampai benda uji tembus listrik.
Berdasarkan jenis tegangannya, pengujian tegangan tinggi dibagi
menjadi dua jenis, pengujian tegangan tinggi AC dan pengujian tegangan
tinggi DC.
a. Tegangan AC, dibedakan berdasarkan frekuensi tinggi atau rendah.
Pengujian tegangan tinggi AC frekuensi rendah dilakukan untuk
menyelidiki apakah peralatan listrik yang terpasang pada jaringan
tegangan tinggi dapat menahan tegangan yang melebihi tegangan
operasinya untuk waktu yang terbatas. Hal ini dilakukan karena tidak
selamanya tegangan yang diberikan ke peralatan tersebut stabil. Ada
kalanya tegangan yang diberikan melebihi batas nominalnya karena
putusnya kawat saluran atau hal lainnya. Pengujian tegangan tinggi AC

II-5
frekuensi tinggi dilakukan untuk berbagai menguji adanya kerusakan-
kerusakan mekanis (keretakan, kantong udara, dan lain-lain) pada
isolator, terutama isolator porselen. Tegangan tinggi ini memungkinkan
adanya lompatan api pada isolator tersebut. Frekuensi tinggi
memungkinkan terjadinya rambatan pada kulit isolator yang diuji.
Apabila isolator yang diuji tidak terdapat kerusakan mekanis, maka arus
akan merambat melalui permukaan isolator. Apabila isolator yang diuji
mengalami kerusakan mekanis, tidak akan terlihat percikan api pada
bagian kulit karena arus merambat melalui bagian dalam isolator yang
mengalami keretakan (adanya rongga udara).
b. Tegangan tinggi DC juga perlu diuji. Meskipun tegangan ini tidak
banyak digunakan pada sistem transmisi karena mahal dan sulit
mentransformasikan level tegangannya, tegangan ini memiliki kelebihan
jika digunakan pada sistem transmisi, antara lain: Dengan tegangan
puncak dan rugi daya yang sama kapasitas penyaluran dengan tegangan
searah lebih tinggi diibandingkan dengan tegangan bolak balik
Pengisolasian tegangan searah lebih sederhana Daya guna (efisiensi)
lebih tinggi karena faktor dayanya = 1 Pada penyaluran jarak jauh
dengan tegangan searah tidak ada persoalan perubahan frekuensi dan
stabilitas Untuk rugi korona dan radio interferensi tertentu tegangan
searah dapat dinaikkan lebih tinggi daripada tegangan bolak balik

2.4 Suasana Pengujian

2.4.1 Pengujian Ketahanan dalam Minyak atau Air


Untuk pengujian ketahanan dalam minyak harus dipastikan bahwa
minyak yang dipakai mempunyai ketahanan lebih dari 20 kV bila dipakai
sela standar. tegangan dinaikkan secara bebas sampai kira-kira 75 % dari
tegangan yang ditentukan, lalu dinaikkan sampai tegangan 100 % dari
tegangan ketahanan tersebut dengan kecepatan 1 kV/detik bila tegangan
tersebut besarnya 100 kV atau kurang, atau kira-kira 1 % dari tegangan
ketahanan perdetik untuk tegangan lebih dari 100 kV. tegangan tesebut
diterapkan selama satu menit, dan spesimen diperiksa kembali.

II-6
2.4.2 Pengujian Ketahanan dalam Suasana Basah
Pengujian suasana basah dimaksudkan untuk menirukan keadaan
udara pada waktu hujan, salju dan sebagainya.Oleh karena air hujan
menghantarkan listrik maka tegangan pelepasan dari alat-alat listrik yang
dipasang di luar menjadi berkurang pada waktu alat-alat tersebut basah
karena hujan.Alat pengujian basah mempunyai kontruksi khusus dengan
pipa-pipa mendatar yang diberi lubang-lubang (nozzles) guna memancarkan
air yang digerakkan oleh sebuah pompa. Lubang-lubang itu dapat diatur
besarnya sehingga kwantitas air yang disiramkan pada benda yang akan
diuji tertentu. Rangkaian pipa mendatar dapat digerakkan menurut sebuah
busur sehingga sudut penyiramannya () dapat diatur pula. Tegangan
lompatan api basah dipengaruhi oleh sejumlah penyiraman permenit,
resistivitas air dan sudut penyiraman. Menurut standar jepang kwantitas air
penyiraman standar adalah 3 mm/menit, resistivitas standar 10000 ohm.cm
dan sudut penyiraman standar 450terhadap garis tegak, dengan ketentuan
bahwa penyiramannya merata. Harga-harga standar tersebut ditentukan
menurut keadaan udara, terutama keadaan hujan setempat. Oleh karena
letaknya di daerah tropis, kwalitas penyiraman standar untuk indonesia
seharusnya lebih besar, tetapi karena data yang representatif belum ada,
maka untuk sementara standar dari Jepang akan dipakai sebagai pegangan.
Sudut penyiramannya dapat diperiksa dengan 2 buah tabung gelas
yang terkena siraman. Bila kedua tabung itu setiap saat berisi air dalam
jumlah yang sama, maka sudutnya benar 450. Berdasarkan standar Jepang
tersebut, untuk air yang mempunyai resistivitas lain dipakai faktor koreksi.

2.4.3 Ketahanan Lapisan


Tujuan untuk mengetahui ketahanan isolasi yang mempunyai dua
atau lebih lapisan. Cara pengujian tiap lapisan adalah, pada tiap lapisan
diterapkan 90% tegangan lompatan api yang berupa tegangan AC selama
dua menit. Hasil Pengujian adalah bila tegangan yang diterapkan melampaui
ketahanan isolasi maka akan terjadi kerusakan pada isolasi.

II-7
2.4.4 Pengujian Lompatan Api Kering
Tegangan lompatan api dari sebuah isolator sangat dipengaruhi oleh
bentuk elektroda dan benda yang ada disekelilingnya. Oleh sebab itu pada
waktu pengujian elektroda dan benda yang mengelilinginya harus diatur
sedemikian rupa sehingga keadaan yang sebenarnya ditirukan.
Tegangan pengujian dinaikkan secara bebas sampai harga 75 % dari
tegangan lompatan api yang diharapkan, sesudah itu tegangan dinaikkan
sampai lompatan api terjadi dengan kecepatan 1000 volt perdetik Tegangan
lompatan didefinisikan sebagai harga rata-rata dari lima harga lompatan
yang diukur dengan batas antara 15detik sampai 5 menit. Rumus koreksi
harus digunakan.

2.4.5 Pengujian Lompatan Api Basah


Cara pengujian sama dengan pengujian kering. penyiraman air
dilakukan dengan cara standar, seperti telah diterangkan di atas. Tujuan dari
pengujian lompatan api basah adalah untuk mengetahui tegangan tembus
isolator dalam keadaan hujan. Sedangkan cara pengujian adalah isolator
diberi tegangan uji yang berupa tegangan AC. Tegangan pengujian dapat
dinaikkan secara bebas sampai mencapai harga 75% dari tegangan lompatan
api yang diharapkan;sesudah itu tegangan dinaikkan sampai lompatan api
terjadi dengan kecepatan 1000 volt per detik. Pada waktu dilakukan
pengujian dilakukan penyiraman pada isolator secara standar sehingga
mewakili kondisi hujan.Hasil Pengujian adalah terjadinya lompatan listrik
pada saat tegangan tertentu.

2.4.6 Pengujian Tembus


Tegangan dinaikkan sampai tegangan lompatan standar dalam
keadaan kering secara bebas, lalu dinaikkan sampai terjadi penembusan
(puncture) dengan kecepatan 4 kV/detik. Tegangan tembus sangat
dipengaruhi oleh kecepatan menaikkan tegangan.

2.4.7 Pengujian dengan Tegangan Tinggi Arus Searah


Pengujiaan dengan menggunakan tegangan tinggi arus searah adalah
untuk mengetahui perbandingan antara penggunaan tegangan tinggi ac dan

II-8
dc akibat adanya efek mengulit pada tegangan arus bolak-balik.Karena itu,
pengujian dengan menggunakan tegangan tinggi dc harus menghasilkan
tegangan ketahanan, tegangan pelepasan dan tegangan kegagalan yang lebih
tinggi dibanding tegangan tinggi ac.

2.4.8 Pengujian dengan Tegangan Tinggi Impuls


Untuk mensimulasi tegangan lebih akibat pengaruh luar, maka
digunakan tegangan impuls. Tegangan akibat pelepasan muatan oleh petir
atau akibat surja hubung ini mempunyai bentuk gelombang aperiodik yang
diredam (damped aperiodic) seperti pada waktu pelepasan muatan sebuah
kapasitor melalui sebuah tahanan induktif. pada tempat yang terkena petir,
gelombang berekor pendek dan bermuka curam. Selama gelombang ini
berjalan melewati transmisi, bentuknya berubah (muka menjadi kurang
curam, ekor bertambah panjang dan amplitudo berkurang), oleh karena
pengaruh penghantaran dalam tanah dan efek kulit dari kawat.
Besarnya tegangan impuls yang harus diterapkan pada peralatan uji
untuk uji ketahanan terhadap petir ditetapkan standar. Hal ini tergantung
pada tempatnya dalam sirkuit, makin dekat ke “sumber petir”, maka makin
besar kemungkinan kena petir, maka makin tinggi tegangan yang
diterapkan.
Adapun bentuk tegangan impuls yang digunakan untuk pengetesan
mempunyai ukuran standar, yang melambangkan ukuran waktu muka
gelombang dan waktu ekor gelombang, seperti 1,2 x 50 s, 1 x 50 s, 1,5 x
40 s. standar ukuran ini tergantung dari negara ataupun komisi yang
melakukan pengujian. Sebagai contoh, untuk rekomendasi IEC, tegangan
impuls yang digunakan adalah 1,2 x 50 s, sedangkan negara jerman dan
Inggris adalah 1 x 50 s, negara Amerika menstandarkan 1,5 x 40 s, serta
Jepang 1 x 40 s.

2.5 Efek Kondisi Udara

Pengujian ketahanan dalam udara diterapkan selama dua menit, dan


spesimen diperiksa apakah terjadi kerusakan atau hal yang abnormal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pengujian yang benar-benar perlu

II-9
diperhatikan adalah sebagai berikut
2.5.1 Faktor Koreksi Keadaan Udara
Berdasarkan standard IEC Recomendation, Publication 52
dinyatakan bahwa untuk standard sela bola tertentu berlaku suatu tegangan
lompatan api tertentu. Dan berdasarkan Japanese Industrial Standard (JIS)
C-3801 dan Japanese Electrotechnical Committe, (JEC) standard 106,
dinyatakan bahwa :
a. Tekanan barometer 760 mm Hg / (1013 mbar)
b. Suhu sekeliling 20 oC
c. Kelembaban mutlak 11 gram / m3
Mengingat pengujian dilakukan pada kondisi suhu, tekanan udara
dan kelembaban udara di ruangan yang berbeda-beda dengan standard
tersebut di atas, maka untuk dapat membandingkan hasil-hasil pengujian
dengan tabel-tabel normalisasi yang ada, diperlukan rumus-rumus yang
dapat mengubah hasil-hasil tersebut dalam keadaan standard. Hal ini
diperlukan untuk dapat mengetahui apakah spesimen yang akan diuji
memenuhi syarat atau tidak.
2.5.2 Koreksi terhadap Tekanan Udara dan Suhu
Hasil pengujian tersebut harus dikoreksi terhadap keadaan standard,
dengan rumus:
VS = VB / d...............................................................................(1)
di mana : VS = tegangan loncatan api pada keadaan standard
VB = tegangan loncatan api yang diukur pada keadaan setempat
D = kepadatan udara relatif (relative air density)
Sedangkan, bB adalah tekanan udara pada waktu pengujian (mmHg)
dan tB adalah suhu sekeliling pengujian (oC)
2.5.3 Koreksi terhadap Kelembaban Udara Mutlak
Kelembaban udara mutlak didapat sebagai fungsi dari temperatur
basah dan kering sebuah higrometer
2.6 Penataan Objek Uji

2.6.1 Bahan Pengujian

Bahan pengujian dalam penelitian ini adalah karpet interlocking.

II-10
Ada dua jenis karpet interlocking yang diuji, yakni karpet interlocking
dengan pengeleman dan karpet interlocking tanpa pengeleman.
a. Karpet interlocking dengan pengeleman
Karpet interlocking ini dilem di bagian penyambungannya. Pengujian
dilakukan sebanyak tiga kali. Pengujian dilakukan di bagian tengah karpet
interlocking sebanyak satu kali dan pengujian dilakukan di bagian
penyambungan karpet interlocking sebanyak dua kali. Berikut ini adalah
gambar karpet interlocking dengan pengeleman.

Gambar 2.1 Karpet interlocking

b. Karpet interlocking tanpa pengeleman


Karpet interlocking ini tidak dilem di bagian penyambungannya.
Pengujian juga dilakukan sebanyak tiga kali. Pengujian dilakukan di bagian
tengah karpet interlocking sebanyak satu kali dan pengujian dilakukan di
bagian penyambungan karpet interlocking sebanyak dua kali. Berikut ini
adalah gambar karpet interlocking tanpa pengeleman.

Gambar 2.2 Karpet interlocking tanpa pengeleman

II-11
2.6.2 Peralatan Pengujian

Dalam pengujian yang dilakukan, peralatan yang digunakan adalah


peralatan- peralatan yang ada pada Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi,
Departemen Teknik Elektro & Teknologi Informasi, Fakultas Teknik,
Universitas Gadjah Mada. Peralatan-peralatan tersebut adalah satu set
pembangkit tegangan tinggi AC 100 kV, elektroda dan penopang elektroda,
dan multimeter.
a. Pembangkit Tegangan Tinggi AC 100 kV

Satu set peralatan pembangkit tegangan AC yang digunakan dalam


pengujian ini berfungsi untuk menghasilkan tegangan tinggi AC hingga 100
kV. Tegangan tinggi AC tersebut akan digunakan untuk menguji
kemampuan isolasi dari berbagai jenis bahan isolasi karet. Satu set peralatan
pembangkit tegangan AC ini terdiri atas : Transformator Step up “Cascade
Connection”, Tegangan Primer : 220 V, Tegangan Sekunder: 100 kV, Ratio
Trafo: 1/466 Kapasitas Output : 10 kVA Frekuensi: 50 Hz
Trafo step up ini bertugas untuk menaikkan tegangan yang berasal dari
PLN menjadi tegangan tinggi. Trafo step up ini memiliki kapasitas daya
(VA) rendah ( 10 kVA) karena merupakan trafo pengujian. Trafo yang
digunakan untuk pengujian tegangan tinggi tidak memerlukan daya yang
besar. Trafo step up yang digunakan adalah trafo satu fase. Trafo step up ini
dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.3 Trafo Step up “Cascade Connection”

II-12
b. Panel kendali pembangkit tegangan Tipe SRP 0.5/5 TRE S “Switch
and Control Desk”, Made In Germany
Panel kendali pembangkit tegangan dengan spesifikasi sebagai berikut :
Kapasitas : 5 kVA
Tegangan masukan : 220 V
Frekuensi : 50 Hz
Tegangan keluaran AC : 0 s/d 100 kV
Panel kendali tersebut bertugas untuk mengatur besarnya tegangan
output yang dihasilkan oleh trafo. Panel kendali ini dapat dilihat pada
gambar berikut.

Gambar 2.4 Panel kendali


c. Tongkat pentanahan

Tongkat pentanahan (Grounding rod) bertugas untuk menjaga

keselamatan pengguna peralatan pembangkit tegangan tinggi. Tongkat

pentanahan ini memastikan tidak adanya tegangan sisa pada peralatan

pengujian. Tongkat pentanahan dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.5 Tongkat Pentanahan

II-13
d. Elektroda dan Penopang Elektroda
Elektroda yang digunakan pada pengujian adalah elektroda batang.

Elektroda batang dipilih sebagai elektroda pengujian karena sesuai standar

IEC 60626-1, 1995 mengenai metode pengujian kekuatan dielektrik dari

material isolasi. Elektroda batang ini akan menjepit bahan isolasi pengujian

untuk kemudian diuji dengan tegangan tinggi. Ukuran elektroda batang ini

adalah 1.5 cm x 1.5 cm. Elektroda batang dapat dilihat pada gambar

berikut.

Gambar 2.6 Elektroda Batang


e. Penopang elektroda
Penopang elektroda digunakan sebagai tempat untuk meletakkan

elektroda batang. Penopang elektroda yang digunakan adalah penopang

horizontal. Penopang elektroda dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.7 Penopang Elektroda

II-14
f. Multimeter
Multimeter berfungsi untuk mengukur tegangan tembus dari bahan
isolasi karet yang diuji. Multimeter dihubungkan dengan sisi primer trafo
step up. Nilai tegangan tembus akan diperoleh dengan mengalikan nilai
tegangan yang tercatat pada multimeter dengan rasio trafo step up (1 :
466). Multimeter dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.8 Multimeter

2.6.3 Metode Pengujian Tegangan Tinggi

Pada penilitian ini dilakukan pengujian tegangan tembus


(breakdown test). Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan
bahan isolasi karpet interlocing terhadap tegangan tinggi. Pengujian
dilakukan dengan memberikan tegangan tinggi pada bahan isolasi karpet
interlocking hingga terjadi kegagalan isolasi puncture. Skema rangkaian
pengujian tegangan tembus dapat dilihat pada gambarberikut .

Gambar 2.9 Skema rangkaian pengujian tegangan tembus

II-15
Diagram alir pengujian tegangan tembus dapat dilihat pada gambar
berikut.

Mulai

Persiapan Pengujian

(persiapanperalatan dan bahan pengujian)

Pengujian Tegangan Tembus

Catat Nilai Tegangan Tembus


TIDAK

Data
Cukup

YA

Print
Data

Pengolahan dan Analisis


Data

Selesai

II-16
2.7 Evaluasi Hasil Pengujian

2.7.1 Tegangan Tembus Karpet Interlocking dengan Pengeleman


Pengujian pertama dilakukan pada karpet interlocking dengan
pengeleman. Pengujian dilakukan sebanyak tiga kali, yakni di bagian tengah
karpet interlocking sebanyak satu kali dan pengujian dilakukan di bagian
penyambungankarpet interlocking dengan pengeleman sebanyak dua kali.
Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Hasil Pengujian Tegangan Tembus Karpet Interlocking dengan
Pengeleman

Letak Pengujian Tegangan Tembus (kV)


Tengah Karpet 49.48
Persambungan Karpet 26.35

Dari hasil pengujian tegangan tembus tersebut, dapat kita ketahui


bahwa karpet interlockingdengan pengeleman memiliki nilai tegangan
tembus yang relatif besar pada bagian tengah karpet. Akan tetapi, nilai
tegangan tembus pada persambungan karpet relatif lebih kecil dibandingkan
pada bagian tengah karpet. Hal tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh
ketebalan yang berbeda pada bagian tengah karpet dan bagian
persambungan karpet. Semakin tebal bahan isolasi, semakin besar tegangan
tembusnya. Selain itu, kerapatan bahan juga mempengaruhi nilai tegangan
tembus bahan isolasi. Pada bagian tengah karpet, bahan lebih rapat dan tidak
terdapat celah udara yang cukup besar. Sedangkan pada bagian
persambungan, bahan tidak terlalu rapat dan celah udara cukup besar karena
hanya ditutupi oleh lem saja. Hal ini menyebabkan nilai tegangan
tembusnya juga lebih kecil
2.7.2 Tegangan Tembus Karpet Interlocking tanpa Pengeleman
Pengujian kedua dilakukan pada karpet interlocking tanpa
pengeleman. Pengujian dilakukan sebanyak tiga kali, yakni di bagian tengah
karpet interlocking sebanyak satu kali dan pengujian dilakukan di bagian
penyambungan karpet interlocking tanpa pengeleman sebanyak dua kali.
Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel berikut.

II-17
Tabel 2.2 Hasil Pengujian Tegangan Tembus Karpet Interlocking tanpa
Pengeleman
Letak Pengujian Tegangan Tembus (kV)
Tengah Karpet 51.21
Persambungan Karpet 20.23

Dari hasil pengujian tegangan tembus tersebut, dapat kita ketahui


bahwa karpet interlocking tanpa pengeleman juga memiliki nilai tegangan
tembus yang relatif besar pada bagian tengah karpet. Akan tetapi, nilai
tegangan tembus pada persambungan karpet relatif lebih kecil. Hal
tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh ketebalan yang berbeda pada
bagian tengah karpet dan bagian persambungan karpet. Semakin tebal
bahan isolasi, semakin besar tegangan tembusnya. Selain itu, kerapatan
bahan juga mempengaruhi nilai tegangan tembus bahan isolasi. Pada
bagian tengah karpet, bahan lebih rapat dan tidak terdapat celah udara
yang cukup besar. Sedangkan pada bagian persambungan, bahan tidak
terlalu rapat dan celah udara lebih besar sehingga nilai tegangan
tembusnya juga lebih kecil. Jika kita perhatikan lagi, nilai tegangan tembus
pada persambungan karpet dengan pengeleman lebih besar dibandingkan
pada persambungan karpet tanpa pengeleman. Hal tersebut disebabkan
oleh besarnya celah udara pada persambungan karpet tanpa pengeleman
dibandingkan pada persambungan dengan pengeleman. Dengan demikian,
sangat disarankan untuk melakukan pengeleman pada persambungan
karpet agar didapat nilai tegangan tembus yang lebih besar.

II-18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai


berikut :
1). Dalam dunia teknik, tegangang tinggi listrik adalah semua tegangan
yang dianggap cukup tinggi oleh kaum teknisi listrik sehingga
diperlukan pengujian dan pengukuran tegangan tinggi yang semua itu
bersifat khusus dan memerlukan teknik-teknik tertentu (sujektif), atau
dimana gejala-gejala tegangan tinggi mulai terjadi (objektif).
2). Tujuan pengujian tegangan tinggi ; Menemukan bahan (di dalam atau
yang menjadi komponen suatu alat tegangan tinggi) yang kwalitasnya
tidak baik atau yang cara membuatnya salah, Memberikan jaminan
bahwa alat-alat listrik dapat dipakai pada tegangan normalnya untuk
waktu yang tak terbatas, Memberikan jaminan bahwa isolasi alat-alat
listrik dapat tahan terhadap tegangan lebih (yang didapati dalam praktek
operasi sehari-hari) untuk waktu terbatas.
3). Berdasarkan jenis pengujiannya terbagi menjadi dua yakni Pengujian
Tegangan Tinggi Tidak Merusak, dan pengujian tengangan tinggi yang
bersifat merusak..

3.2 Saran
Adapun saran pada penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1). Sebaiknya penulisan makalah ini dipersiapkan dari jauh hari agar
hasilnya lebih maksimal
2). Sumber referensi lebih baik diambil dari jurnal luar negri, dikarenakan
lebih dapat dipertanggung jawabkan.

III-1
DAFTAR PUSTAKA

Arismunandar, A. (1994). “Teknik Tegangan Tinggi”. Jakarta: PT. Pradnya


Paramita.
Kind, Dieter (1993). “Pengantar Teknik Eksperimental Tegangan Tinggi”.
Bandung : Penerbit ITB.
Siburian, Almendoki (2016).”Pemanfaatan Isolator Plastik Untuk Mendukung
Pekerjaan dalam Keadaan Bertegangan”. Skripsi S1, Departemen Teknik
Elektro dan Teknologi Informasi Fakultas Teknik UGM Yogyakarta.
Sitohang, Rio Anderson (2016).”Isolator Kulit Binatang Untuk Mendukung
Pekerjaan dalam Keadaan Bertegangan”. Skripsi S1, Departemen Teknik
Elektro dan Teknologi Informasi Fakultas Teknik UGM Yogyakarta.
(2000). ”Panduan Praktikum Teknik Tegangan Tinggi : Peralatan Eks Jepang
UGM-EL 041”; Yogyakarta :Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi,
Jurusan Teknik Elektro & Teknologi Informasi Fakultas Teknik, UGM.
(2008). ”Panduan Umum Pemeliharaan Transmisi TT/TET dengan Metode
PDKB”. Cinere Jakarta Selatan: PT.PLN (PERSERO) P3B Jawa Bali
Nur ningsih, Sugeng (2009). Analisis Pengaruh keadaan suhu Terhadap
Tegangan Tembus AC Dan DC Pada Minyak Transformator”. Jurnal
Teknik Elektro Vol.1 no. 2.
Setiawan, Rudi (2017). “Perancangan Alat Dan Pengujian Tegangan Tembus
Dengan Minyak Isolasi RBDPO Olein Menggunakan Elektroda Bola-
Bola”. Pekanbaru : Universitas Riau.

Anda mungkin juga menyukai