Bola
OLEH
KEVIN
2017 – 11 – 259
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah Pengujian
Merusak & Tidak Merusak berserta Elektroda Bola
Makalah Pengujian Merusak & Tidak Merusak berserta Elektroda Bola ini telah saya
susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki proposal
ini. Harapannya makalah Pengujian Merusak & Tidak Merusak berserta Elektroda Bola ini
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
I-1
1.2 Rumusan Masalah
Pada makalah ini terdapat beberapa rumusan masalah.
1. Apa saja jenis-jenis pengujian peralatan tenaga listrik pada tegangan tinggi? (
Dalam hal ini Pengujian Merusak & Pengujian tidak Merusak )
2. Bagaimana penjelasan tentang jenis-jenis pengujian peralatan tenaga listrik pada
Tegangan Tinggi ?
3. Apa saja tujuan dari pengujian peralatan tenaga listrik pada tegangan tinggi?
4. Bagaimana pengukuran dan metode yang digunakan pada pengujian peralatan
tenaga listrik pada tegangan tinggi?
1.3 Tujuan
Pada makalah ini terdapat beberapa tujuan.
1. Mengetahui jenis-jenis pengujian peralatan tenaga listrik pada tegangan tinggi.
2. Menganalisa dan memahami jenis-jenis pengujian peralatan tenaga listrik pada
tegangan tinggi.
3. Mengetahui tujuan dai pengujian peralatan tenaga listrik pada tegangan tinggi.
4. Mengetahui metode pengukuran yang digunakan pada pengujian peralatan tenaga
listrik di tegangan tinggi.
I-2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian NDT
Metode Non Distructive Testing (NDT) adalah aktifitas test atau inspeksi terhadap
suatu benda untuk mengetahui adanya cacat, retak, atau diskontinuitas lain tanpa merusak
benda yang kita test atau inspeksi. Pada dasarnya, test ini dilakukan untuk menjamin bahwa
material yang kita gunakan masih aman dan belum melewati damage tolerance (Naryono &
Suharyadi, 2012).
Non destrtructive testing (NDT) adalah aktivitas tes atau inspeksi terhadap suatu
benda untuk mengetahui adanya cacat, retak, atau discontinuity lain tanpa merusak benda
yang kita tes atau inspeksi. Pada dasarnya, tes ini dilakukan untuk menjamin bahwa material
yang kita gunakan masih aman dan belum melewati damage tolerance. Material pesawat
diusahakan semaksimal mungkin tidak mengalami kegagalan (failure) selama masa
penggunaannya.NDT dilakukan paling tidak sebanyak dua kali. Pertama, selama dan diakhir
proses fabrikasi, untuk menentukan suatu komponen dapat diterima setelah melalui tahap-
tahap fabrikasi. NDT ini dijadikan sebagai bagian dari kendali mutu komponen. Kedua, NDT
dilakukan setelah komponen digunakan dalam jangka waktu tertentu. Tujuannya adalah
menemukan kegagalan parsial sebelum melampaui damage tolerance-nya.
II-3
Gambar 1.2.1 Magnetic Particle Inspection (Yudo & Jokosisworo, 2007)
II-4
Gambar 1.2.2 Liquid Penetrant Inspection (Yudo & Jokosisworo, 2007)
– Uji Mikroskopik
Dalam pengujian struktur mikro ini, material difoto menggunakan mikroskop optik
cahaya perbesaran. Kemudian hasil uji dipakai untuk mengetahui wujud fasa
sruktur mikro material pada daerah permukaan tepi sampai daerah kedalaman
mendekati inti. Data pengujian menunjukkan daerah permukaan material dari
tepi sampai daerah kedalaman memiliki sebaran fasa struktur mikro yang
berbeda. Hasil pengambilan gambar pada daerah permukaan tepi sampai
kedalaman mendekati inti terlihat sebaran mikro struktur dari material yang
diuji.
1. 3. Uji Kimia
2. Macam – macam Uji Kimia
Ada 3 macam uji kimia yang bias dilakukan pada suatu material, yaitu:
– Uji Analitis
– Uji Kekaratan
– Uji Penentuan Kadar Air
1. Tujuan Uji Kimia
Analisa kimia dilakukan dengan menggunakan metode OES (Optical Emission
Spectrometer). Tujuan dari pengujian komposisi kimia adalah untuk
mengetahui apakah komposisi material sesuai dengan standar material.
ELEKTRODA BOLA
3.1 Umum
dimana :
^
V = Tegangan sela bola pada saat pengujian (keadaan udara
sembarang)
^
Vs = Tegangan tembus sela bola standar
Faktor koreksi udara tergantung kepada suhu dan tekanan udara, besarnya adalah sebagai
berikut :
0,386 p
=
273 +
dimana:
= temperatur udara ( 0C )
^
^
Vs
V=
kh
Elektroda bola standar dibuat dengan dua bola logam yang memiliki diameter D
yang identik dan memiliki kaki penopang, alat pengoperasian, dan isolator
pendukung.Elektroda tersebut biasanya terbuat dari tembaga, kuningan, atau aluminium
yang belakangan ini banyak digunakan karena biayanya lebih murah. Diameter standar
untuk elektroda bola-bola tersebut yang adalah 2,5,10,12,15,25,50,75,100,150, dan
200cm.Jarak-jarak itu dirancang dan dipilih seperti itu agar flashover terjadi di dekat titik
percik. Elektroda-elektroda itu dirancang dan diproduksi dengan hati-hati sehingga
permukaannya lembut dan memiliki kelengkungan yang seragam/sama. Jari-jari
kelengkungan diukur dengan sebuah spherometer di titik-titik yang bervariasi pada area
yang ditutup oleh sebuah lingkaran 0,3D mengelilingi titik percik tidak boleh berbeda
lebih 2% dari nilai nominal. Permukaan bola harus bersih dari debu, minyak, atau
pelapis lainnya. Permukaan elektroda harus dipertahankan tetap bersih tetapi tidak perlu
dipoles. Jika ada lubang yang terjadi akibat tembus listrik yang berulang-ulang maka
elektroda harus dibersihkan.
Untuk memperoleh ketelitian yang tinggi, hal-hal ini diperhatikan :
Pada kasus pengukuran tegangan puncak ac dan tegangan dc, tegangan yang diberikan
dinaikkan secara teratur sampai terjadi tembus listrik pada sela bola.
3.2 Pengukuran Tegangan Tinggi Dengan Elektroda Bola Standar
udara 760 mmHg, dan kelembapan mutlak 11 gr m3 , tegangan tembus sela bola standar
untuk berbagai jarak sela bola adalah tetap. Pada umumnya sela bola lebih sering
digunakan untuk pengukuran tegangan tinggi daripada sela dengan medan yang homogen
maupun sela batang. Pada beberapa kasus tertentu sela dengan medan yang homogen dan
sela batang juga digunakan, namun ketelitiannya kurang. Tegangan tembus sela bola
khususnya, tidak tergantung pada bentuk gelombang tegangan tinggi dan oleh sebab itu
sangat cocok untuk semua jenis bentuk gelombang dari tegangan dc sampai impuls untuk
kenaikan waktu yang singkat ( kenaikan waktu 0,5 s ). Sela bola juga dapat
digunakan untuk pengukuran tegangan puncak ac pada frekuensi radio (di atas 1 MHz).
Sela bola dibuat dari dua buah bola logam yang identik dengan diameter D dan
memiliki alat untuk mengoperasikan dan isolator pendukung. Sela bola dapat disusun
(1) secara horizontal dengan kedua sela bola dihubungkan pada sumber tegangan atau
salah satunya dibumikan atau (2) secara vertical dengan sela bola yang lebih rendah atau
letaknya di bawah dibumikan.
3.2.1 Pengukuran Dengan Susunan Elektroda Bola Secara Horizontal
Susunan elektroda bola secara vertikal lebih sering digunakan pada pengukuran
tegangan tinggi. Berbeda dengan elektroda yang disusun secara horizontal yang lebih
sering digunakan pada pengukuran tegangan yang relative lebih rendah. Bentuk susunan
elektroda bola secara vertikal dapat dilihat pada gambar 3.2. Isolasi yang menopang bola
di bagian atas harus berjarak kurang dari 0,5 D dengan D adalah diameter. Elektroda bola
itu disokong oleh sebuah kaki logam yang bersifat konduktif yang tidak lebih dari 0,2 D
dan paling sedikit sebesar D( sehingga titik percik sekurang-kurangnya berjarak 2 D dari
ujung yang lebih rendah isolator bagian atas).
Tegangan tinggi harus tidak boleh lewat dekat dengan elektroda yang ada di atas.
Idealnya tegangan tersebut harus dialirkan dari kaki elektroda menjauh melalui sebuah
bidang datar yang tegak lurus dengan kaki paling tidak 1 D dari elektroda. Elektroda yang
terletak di bawah harus berjarak paling sedikit 1,5 D di atas permukaan tanah.
D
S
Elektro
da Bola
Objek
Sekitar
A
C=
d
Ukuran terpaan elektrik pada suatu dielektrik ialah kuat medan elektrik yang
sangat penting untuk ditentukan dalam teknologi tegangan tinggi. Yang dimaksudkan
dengan ketahanan elektrik dari suatu bahan isolasi ialah nilai kuat medan yang masih
diijinkan pada kondisi-kondisi tertentu seperti misalnya jenis tegangan, tempo penerpaan,
suhu atau kelengkungan elektroda. Batas ketahanan elektrik medium isolasi akan tercapai
jika nilai kuat medan tembus bahan tersebut telah terlampaui pada sembarang titik.
Karena itu maka penentuan kuat medan maksimum memiliki arti yang sangat penting.
Lintasan garis-garis medan elektrik ditentukan oleh arah kuat medan elektrik E.
Garis-garis medan tersebut ortogonal terhadap garis-garis ekipotensial pada setiap titik
dan tegak lurus pula terhadap permukaan elektroda. Jika pada bidang batas antara dua
dielektrik tidak terdapat muatan-muatan permukaan maka komponen normal kuat medan
berbanding terbalik dengan konstanta dielektrik bahan isolasi. Di sisi lain komponen
tangensial dari kuat medan elektrik bernilai kontinu di sepanjang bidang batas.
Q
ekuipotensial
Q
a
b
garis medan
Objek sekitar
Elektroda
Bola
Gambar 3.5 Contoh untuk medan dua dimensi dengan garis medan
dan garis ekuipotensial
Daerah yang dicakup oleh garis-garis medan yang berdekatan (lihat gambar 3.5)
memiliki fluksi elektrik yang sama sebesar Q = bl r o E dengan l adalah panjang
konfigurasi yang tegak lurus terhadap bidang dan r o = adalah konstanta dielektrik
dari medium dielektrik. Jika perbedaan potensial (yang konstan) antara dua garis
b
berikut: = k.
r
a
Konstanta dapat dipilih sembarang. Dalam contoh yang diberikan, diandaikan b/a = 1.
Dengan menyatakan jarak antara dua garis ekipotensial yang berdekatan pada sembarang
titik adalah a, maka kuat medan elektrik pada titik tersebut adalah:
E = .
1
a
1
Jika garis medan yang digambarkan antara elektroda-elektroda ialah n, maka fluksi
elektrik total dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:
Q = nb1 l o r E1 .
Dengan substitusi yang sesuai maka diperoleh kapasitansi konfigurasi sebagai berikut:
Q n
C= = kl .
V m +1 o
dimana
∆V = penurunan persentase, B =
diameter silinder ,
D = diameter bola,
Penurunan ini kurang dari 2% untuk S/D ≤ 0,5 danB/D ≥ 0.8. Bahkan untuk S/D ≈ 1,0 dan
B/D ≥ 1.0 pengurangan itu hanya 3%. Oleh karena itulah, jika spesifikasi tentang
kelonggaran erat diamati kesalahannya dalam toleransi dan akurasi ditetapkan.
III-1
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
peralatan tenaga listrik adalah lebih tinggi daripada tegangan operasi normal, tetapi
Listrik penerapannya dalam waktu yang terbatas. Peralatan diperiks untuk mengetahui
apakah sistem isolasi peralatan mampu memikul tegangan pengujian tersebut. Jika
pengujian diperkirakan akan sampai merusak peralatan yang diuji,pengujian ini
dilakukan terhadap sampel. Dalam hal ini nilai tegangan pengujian ditetapkan lebih
rendah daripada tegangan pengujian yang dapat merusak objek uji, dengan anggapan :
meskipun peralatan diuji tegangan yang lebiherima rendah,hasil pengujian dapat
diterima sebagai acuan untuk menyatakan bahwa tingkat isolasi peralata diyakini masih
cukup baik. Jika pengujian tembus listrik tetap diinginkan, tegangan pengujian
dinaikkan secukupnya sehingga tidak sampai merusak peralatan,sebab seandainya
sistem isolasi peralatan yang diuji kurang baik, pada tingkat tegangan pengujian itu
akan timbul arus bocor yang dapat dideteksi. Adanya arus bocor ini sudah dapat dibuat
sebagai dasar untuk menyimpulkan bahwa peralatan tidak baik. Kesimpulan ini dapat
diterima,karena arus bocor ada suatu peralatan akhirnya akan menimbulkan peluahan,
dan peluahan ini dapat merusak sistem isolasi peralatan.
3.2 Saran
Pada penulisan makalah ini terdapat kesalahan atau kekurangan, untuk itu penulis
mempersilakan pembaca untuk mengkritik atau memberikan saran kepada penulis agar
makalah ini dapat dibaca lebih baik lagi.
III-1
DAFTAR PUSTAKA
https://aeroblog.wordpress.com/2007/01/12/non-destrtructive-testing-ndt/
http://blog.ub.ac.id/anggasoed/2011/12/10/destructivetest/
Tobing, B.L., Dasar-Dasar Teknik Pengujian Tegangan Tinggi, Edisi Kedua, Jakarta: Erlangga,
2012.
Abduh, Syamsir., Dasar Pembangkitan dan Pengukuran Teknik Tegangan Tinggi, Penerbit
Salemba Teknika, Jakarta, 2001.