Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah, Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Drs Yohanes Primadiyono, M.T. dan Dr. Muhammad Harlanu, M.Pd. selaku dosen
pengampu mata kuliah Perencanaan Sistem Ketenagalistrikan.
2. Serta kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga
bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Allah, Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Penulis
II
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................................I
PRAKATA.......................................................................................................................................II
DAFTAR ISI....................................................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................2
C. Tujuan..................................................................................................................................2
BAB IV ...........................................................................................................................................13
BAB V PENUTUP..........................................................................................................................17
A. SIMPULAN.........................................................................................................................17
B. SARAN................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................18
III
BAB I
PENDAHULUA
A. Latar Belakang
Tegangan tinggi dalam dunia teknik tenaga listrik (elektrik power engineering)
adalah semua tegangan yang dianggap cukup tinggi oleh kaum teknisi listrik sehingga
diperlukan pengujian dan pengukuran tegangan tinggi yang semuanya bersifat khusus dan
memerlukan teknik-teknik tertentu (sujektif), atau dImana gejala-gejala tegangan tinggi
mulai terjadi (objektif).Batas yang menyatakan kapan suatu tegangan dapat dikatakan tinggi
H.V (high Voltage), dan kapan sudah ahrus dsebut tinggi sekali E.H.V (Extra High Voltage)
serta Ultra tinggi U.H.V (Ultra High Voltage).
Surja petir dapat menimbulkan tegangan lebih dan dapat menyebabkan kerusakan
pada jaringan tegangan tinggi dan peralatan listrik tegangan rendah dengan beberapa
mekanisme. Mekanisme pertama melalui sambaran petir langsung pada jaringan tegangan
tinggi. Mekanisme kedua adalah sambaran petir yang tidak langsung mengenai jaringan
tegangan rendah tapi petir menyambar pohon ataupun tanah di sekitar jaringan tegangan
tinggi. Sambaran tidak langsung ini menyebabkan kopling elektromagnetik antara jaringan
dan sambaran petir sehingga mengakibatkan tegangan induksi pada jaringan (Zorro, 2009).
Mengingat semakin besar jumlah kerusakan yang ditimbulkan oleh surja petir
karena
semakin banyaknya pemakaian komponen elektronik oleh masyarakat luas dan industri
maka diperlukan sistem proteksi petir yang mampu melindungi peralatan tegangan rendah
maupun tinggi. Arrester adalah peralatan yang digunakan untuk memproteksi peralatan dan
sistem elektrik terhadap tegangan lebih yang salah satu penyebabnya adalah surja petir.
Ketahanan suatu peralatan memikul tegangan surja petir, jika dipasang pada suatu
sistem bertegangan tertentu disebut BIL (Basic Impuls Level). Untuk setiap peralatan yang
akan dipasang pada sistem tersebut selisih BIL peralatan yang dilindungi dengan tingkat
proteksi arrester yang melindunginya disebut margin. Margin biasanya ditetapkan (20 –
30%) dari BIL peralatan yang dilindungi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat
perlindungan arester terhadap peralatan yang dilindungi apabila arester tersebut diterpa oleh
beberapa buah cacah impuls.
4
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Berikut ini disampaikan pembahasan tentang transmisi ditinjau dari klasifikasi tegangannya:
1. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 200 KV – 500 KV
2. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 30 KV – 150 KV
3. Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 30 KV – 150 KV (Kabel Ditanam dalam Tanah)
4. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) 6 KV – 30 KV
5. Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) 6 KV – 20 KV (Kabel ditanam dala Tanah)
6. Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) 40 Volt – 1000 Volt
7. Saluran Kabel Tegangan Rendah (SKTR) 40 Volt – 1000 Volt
Yang disebut tegangan tinggi adalah semua tegangan yang dianggap cukup tinggi
6
oleh para tenisi listrik sehingga diperlukan pengujian dan pengukuran dengan tegangan tinggi
yang semuannya bersifat khusus dan memerlukan teknik-teknik tertentu (subyektip), atau
dimana gejala-gejala tegangan tinggi mulai terjadi (obyektip).
Berdasarkan atas kebiasaan yang dipakai dalam beberapa buku maka disini yang
dicakup dalam bidang teknik tegangan tinggi adalah persoalan – persoalan pokok sebagai
berikut:
1. Surja hubung, yang berhubungan dengan naiknnya tegangan sejalan dengan kenaikan
tenaga yang harus disalurkan, memegang peranan yang menentukan dalam penetapan
isolasi.
2. Surja petir adalah gejala tegangan lebih transien yang disebabkan oleh sambaran petir.
Dari Persamaan di atas dapat dilihat bahwa bentuk gelombang impuls ditentukan oleh
konstanta a dan b, sedangkan nilai konstanta a dan b ini ditentukan oleh nilai komponen
rangkaian.
7
Definisi bentuk gelombang impuls:
1. Bentuk dan waktu gelombang impuls dapat diatur dengan mengubah nilai komponen
rangkaian generator impuls.
2. Nilai puncak (peak value) merupakan nilai maksimum gelombang impuls.
3. Muka gelombang (wave front) didefinisikan sebagai bagian gelombang yang dimulai
dari titik nol sampai titik puncak. Waktu muka (Tf) adalah waktu yang dimulai dari titik
nol sampai titik puncak gelombang.
4. Ekor gelombang (wave tail) didefinisikan sebagai bagian gelombang yang dimulai dari
titik puncak sampai akhir gelombang. Waktu ekor (Tt) adalah waktu yang dimulai dari
titik nol sampai setengah puncak pada ekor gelombang.
Penelitian menunjukkan bahwa pada tegangan impuls yang disebabkan oleh
sambaran petir maupun yang disebabkan oleh proses hubung buka, waktu untuk
mencapai puncak gelombang dan waktu penurunan tegangan sangat bervariasi sehingga
untuk pengujian perlu ditetapkan bentuk standar tegangan impuls.
Suatu tegangan impuls dinyatakan dengan tiga besaran yaitu tegangan puncaknya
(Vmaks), waktu muka (Tf), dan waktu ekor (Tt). Menurut IEC waktu muka dan waktu
ekor untuk tegangan impuls petir adalah
Waktu muka dan waktu ekor yang dihasilkan generator impuls tidak selalu tepat
seperti yang diinginkan. Misalnya, untuk tegangan impuls petir berdasarkan standar IEC,
8
penyimpangan waktu muka (Tf) yang ditolerir adalah ±30%, sedang penyimpangan waktu
ekor (Tt) yang ditolerir adalah ±20%. Untuk tegangan impuls hubung buka, penyimpangan
waktu muka (Tf) yang ditolerir adalah ±20%, sedang penyimpangan waktu ekor (Tt) yang
ditolerir adalah ±60%. Dengan demikian, waktu muka (Tf) dan waktu ekor (Tt) berdasarkan
standar IEC dapat dituliskan sebagai berikut:
Tegangan impuls petir:
Tegangan impuls hubung buka:
Standar bentuk gelombang impuls petir yang dipakai oleh beberapa negara
ditunjukkan pada Tabel 4:
Tabel 4. Standar bentuk tegangan impuls petir
Standar Tf Tt
Jepang 1 x 40 µs
Jerman dan Inggris 1 x 50 µs
Amerika 1,5 x 40 µs
IEC 1,2 x 50 µs
Nilai toleransi waktu muka dan waktu ekor gelombang untuk standar Jepang adalah
0,5 – 2 μs dan 35 – 50 μs, standar Inggris 0,5 – 1,5 μs dan 40 – 60 μs, sedangkan untuk
standar Amerika adalah 1,0 – 2,0 μs dan 30 – 50 μs seperti ditunjukkan pada Gambar 3. Dari
Gambar 3 dapat dilihat bahwa standar IEC merupakan kompromi antara standar-standar
tegangan impuls berbagai negara.
9
2.3 SURJA HUBUNG
Surja hubung adalah gejala tegangan lebih transien yang disebabkan oleh operasi
pensaklaran sedangkan surja petir adalah gejala tegangan lebih transien yang disebabkan
oleh sambaran petir. Operasi pensaklaran baik saat penutupan maupun pembukaan kontak
suatu pemutus tenaga akan menimbulkan gejala transien kelistrikan dalam hal ini osilasi-
osilasi tegangan akan muncul dalam komponen-komponen listrik yang terdapat dalam
rangkaian yang terhubung dengan pemutus tenaga.
Pada sistem transmisi tenaga listrik peristiwa surja hubung, khususnya pelepasan
beban seringkali menyebabkan kenaikan tegangan pada sistem tersebut. Kenaikan tegangan
yang terjadi harus diperhatikan jangan sampai menyebabkan kerusakan peralatan pada
sistem. Tegangan lebih transient yang terjadi harus berada pada batas tegangan yang masih
diperbolehkan yaitu tidak boleh lebih dari 105% dari tegangan nominal dan tidak boleh
kurang dari 95% dari tegangan tegangan nominal sesuai dengan peraturan dari PLN.
10
Gambar 2. Terjadinya Petir
4. Ancaman sambaran petir pada peralatan canggih perlu diwaspadai dan upaya
perlindungan terhadap instalasi, bangunan yang berisikan peralatan elektronik
seperti pada industri, bank, instalasi penting, militer, bahkan perorangan perlu
ditingkatkan.
5. Sambaran petir pada tempat yang jauh + 1,5 km sudah dapat merusak sistem
elektronika dan peralatan, seperti instalasi komputer, telekomunikasi kantor dan
instrumentasi serta peralatan elektornik sensetif lainnya.
11
penghantar juga berfungsi sebagai penerima sambaran, Berupa sangkar elektris
atau biasa disebut sangkar Faraday.
2. Penangkal Petir Radio Aktif
Penelitian terus berkembang akan sebab terjadinya petir , dan dihasilkan
kesimpulan bahwa petir terjadi karena ada muatan listrik di awan yang dihasilkan
oleh proses ionisasi , maka penggagalan proses ionisasi di lakukan dengan cara
memakai Zat beradiasi misl. Radiun 226 dan Ameresium 241 , karena 2 bahan ini
mampu menghamburkan ion radiasinya yang bisa menetralkan muatan listrik
awan.
Sedang manfaat lain adalah hamburan ion radiasi akan menambah muatan
pada Ujung Finial / Splitzer dan bila mana awan yang bermuatan besar yang tidak
mampu di netralkan oleh zat radiasi kemudian menyambar, maka akan condong
mengenai penangkal petir ini.
Keberadaan penangkal petir jenis ini sudah dilarang pemakaiannya ,
berdasarkan kesepakatan internasional dengan pertimbangan mengurangi
pemakaian zat beradiasi dimasyarakat yang disinyalir mempunyai efek negatif
pada kesehatan.
3. Penangkal Petir Elektrostatic
Prinsip kerja penangkal petir Elektrostatik mengadopsi sebagian system
penangkal petir Radioaktif, yakni menambah muatan pada ujung finial / splitzer
agar petir selalu memilih ujung ini untuk disambar .
Perbedaan dari sisten Radioaktif dan Elektrostatik ada pada energi yang dipakai.
Untuk Penangkal Petir Radioaktif muatan listrik dihasilkan dari proses hamburan
zat beradiasi sedangkan pada penangkal petir elektrostatik energi listrik dihasilkan
dari Listrik Awan yang menginduksi permukaan bumi.
12
1) Elektroda penerima harus dibuat runcing, dengan ketinggian dan jarak tertentu
sehingga masing-masing elektroda penerima melindungi bangunan dengan sudut
perlindungan 110 derajat.
2) Hantaran penurunan dan elektroda grounding minimal 2 buah pada setiap
bangunan dan harus dipasang sejauh mungkin dari pintu bangunan
resistansi grounding minimal 3 Ohm. Bila dari hasil pengukuran resistan
grounding tidak memenuhi syarat akan dapat mengundang bahaya.
Akibat Petir terjadi Transient, yaitu Tegangan Kejut (Surge Voltage) dan Arus
Kejut (Surge Current) yang besar bahkan bisa mencapai ratusan ribu Volt dan ratusan
ribu Ampere, dan hanya berlangsung dalam sekejap. Transient ini berenergi besar dan
bisa menimbulkan loncatan bunga api listrik (Spark) sehingga menimbulkan
kerusakan di tempat yang tak terkontrol.
13
yang peka terhadap tegangan, maka pemakaiannya harus disesuaikan dengan
tegangan sistem.
Arrester petir atau disingkat arrester adalah suatu alat pelindung bagi peralatan
system tenaga listrik terhadap surya petir. Alat pelindung terhadap gangguan surya ini
berfungsi melindungi peralatan system tenaga listrik dengan cara membatasi surja
tegangan lebih yang datang dan mengalirkannya ketanah.
Selain melindungi peralatan dari tegangan lebih yang diakibatkan oleh tegangan
lebih external, arrester juga melindungi peralatan yang diakibatkan oleh tegangan
lebih internal seperti surja hubung, selain itu arrester juga merupakan kunci dalam
koordinasi isolasi suatu system tenaga listrik. Bila surja datang ke gardu induk
14
arrester bekerja melepaskan muatan listrik serta mengurangi tegangan abnormal yang
akan mengenai peralatan dalam gardu induk.
Pada prinsipnya arrester membentuk jalan yang mudah dilalui oleh petir, sehingga
tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada peralatan. Pada kondisi normal arrester
berlaku sebagai isolasi tetapi bila timbul surja arrester berlaku sebagai konduktor
yang berfungsi melewatkan aliran arus yang tinggi ke tanah. Setelah arus hilang,
arrester harus dengan cepat kembali menjadi isolator.
Pada dasar arrester terdiri dari dua bagian yaitu : Sela api (spark gap) dan tahanan
kran (valve resistor). Keduanya dihubungkan secara seri. Batas atas dan bawah dari
tegangan percikan ditentukan oleh tegangan system maksimum dan oleh tingkat
isolasi peralatan yang dilindungi. Untuk penggunaan yang lebih khusus arrester
mempunyai satu bahagian lagi yang disebut dengan Tahanan katup dan system
pengaturan atau pembagian tegangan (grouding system).
15
Bila tegangan lebih habis dan tinggal tegangan normal, tahanannya naik lagi
sehingga arus susulannya dibatasi kira – kira 50 ampere. Arus susulan ini akhirnya
dimatikan oleh sela api pada waktu tegangan sistemnya mencapai titik nol yang
pertama sehingga alat ini bertindak sebagai sebuah kran yang menutup arus, dari sini
didapatkan nama tahanan kran.
Pada arrester modern pemadaman arus susulan yang cukup besar (200–300 A)
dilakukan dengan bantuan medan magnet. Dalam hal ini, baik amplitude maupun
lamanya arus susulan dapat dikurangi dan pemadaman dapat dilakukan sebelum
tegangan system mencapai harga nol.
Tegangan dasar (rated voltage) yang dipakai pada lightning arrester adalah
tegangan maksimum sistem, dimana lightning arrester ini harus mempunyai tegangan
dasar maksimum tak melebihi tegangan dasar maksimum dari sistem, yang disebut
dengan tegangan dasar penuh atau lightning arrester 100 %.
16
BAB III
PEMBAHASAN (STUDI KASUS)
Studi kasus yang akan dibahas kami ambil dari Jurnal Energi dan Kelistrikan Vol. 9 No. 2
dengan judul “Kajian Pemasangan Lightning Arrester Pada Sisi Hv Transformator Daya Unit
Satu Gardu Induk Teluk Betung” yang ditulis oleh Ibnu Hajar, Eko Rahman Teknik Elektro,
Sekolah Tinggi Teknik PLN Jakarta.
17