Anda di halaman 1dari 23

Laporan Kasus

SELULITIS PRESEPTAL OKULUS SINISTRA

Oleh :
Silvia Rizky Hotmauli Sitinjak
17014101194
Masa KKM : 18 Februari – 17 Maret 2019

Supervisor Pembimbing
dr. Eugeni Sumanti, Sp.M

Residen Pembimbing
dr. Vennie Mayulu

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU
MANADO
2019

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus dengan judul


SELULITIS PRESEPTAL OKULUS SINISTRA

Oleh :
Silvia Rizky Hotmauli Sitinjak
17014101194

Masa KKM:
18 Februari – 17 Maret 2019

telah dikoreksi, disetujui dan dibacakan pada Maret 2019


di Bagian Ilmu Kesehatan Mata RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

Supervisor Pembimbing

dr. Eugeni Sumanti, Sp.M

Residen Pembimbing

dr. Vennie Mayulu

ii
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. ORBITA...........................................................................................................2
B. FISIOLOGI.......................................................................................................4
C. INFLAMASI ORBITA.....................................................................................5
D. SELULITIS PRESEPTAL
1. Definisi.......................................................................................................6
2. Epidemiologi...............................................................................................6
3. Etiologi dan Faktor Risiko..........................................................................7
4. Manifestasi Klinis.......................................................................................7
5. Diagnosis....................................................................................................8
6. Diagnosa Banding.......................................................................................8
7. Penatalaksanaan..........................................................................................9
8. Komplikasi..................................................................................................10
9. Prognosis.....................................................................................................10
BAB III. LAPORAN KASUS.................................................................................12
BAB IV. PEMBAHASAN......................................................................................16
BAB V. PENUTUP.................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Penyakit inflamasi orbital merupakan istilah umum yang mencakup semua


penyakit inflamasi yang mempengaruhi beberapa atau semua struktur yang
terkandung dalam orbital eksternal sampai ke dalam orbita. Dalam beberapa
kasus, daerah yang terlibat dengan proses inflamasi dapat melampaui orbit, seperti
ke sinus kavernosus melalui apeks orbital atau kelopak mata melalui septum
orbital. Inflamasi orbital dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian besar yaitu
inflamasi orbital akut dan inflamasi orbital kronik.1
Selulitis preseptal adalah infeksi yang umum terjadi pada kelopak mata
dan jaringan lunak periorbital yang menimbulkan eritema kelopak mata akut dan
edema. Infeksi yang terjadi umumnya berasal dari penyebaran dari infeksi lokal
sekitar seperti sinusitis, dari infeksi okular eksogen, atau mengikuti trauma
terhadap kelopak mata.2
Selulitis preseptal hanya melibatkan jaringan lunak di anterior septum
orbital dan tidak melibatkan struktur di dalam rongga orbita. Selulitis preseptal
dapat menyebar ke posterior septum orbita dan berprogresi selulitis orbita dan
abses orbital atau subperiosteal. Infeksi pada orbita sendiri dapat menyebar secara
posterior dan menyebabkan meningitis atau trombosis sinus kavernosus.3
Selulitis preseptal umumnya merupakan penyakit pediatrik dengan 80%
pasien berusia di bawah 10 tahun dan kebanyakan di antaranya berusia di bawah 5
tahun. Bila penanganan yang tidak tepat dapat menyebabkan penurunan pada
pengelihatan pasien sampai kebutaan, serta dapat menimbulkan kematian. Oleh
sebab itu, penanganan selulitis preseptal haruslah efektif untuk mencegah
terjadinya penyebaran infeksi dan mencegah terjadinya komplikasi yang berat.2
Mengingat selulitis preseptal dapat menyebabkan penurunan penglihatan
bahkan sampai kebutaan jika tidak ditangani dengan tepat, maka penulis tertarik
untuk membuat laporan kasus dengan diagnosis selulitis preseptal okulus sinistra
pada pasien yang datang berobat ke Poliklinik Mata RSUP. Prof. dr. R. D.
Kandou Manado.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. ORBITA3,4
Orbita adalah sebuah rongga berbentuk segi empat seperti buah pir yang
berada di antara fossa kranial anterior dan sinus maksilaris. Tiap orbita
berukuran sekitar 40 mm pada ketinggian, kedalaman, dan lebarnya. Orbita
dibentuk oleh 7 buah tulang:
- Os. Frontalis
- Os. Maxillaris
- Os. Zygomaticum
- Os. Sphenoid
- Os. Palatinum
- Os. Ethmoid
- Os. Lacrimalis

Gambar 1. Anatomi Orbita

2
Secara anatomis orbita dibagi menjadi enam sisi, yaitu:
1. Dinding medial, terdiri dari os maxillaris, lacrimalis, ethmoid, dan
sphenoid. Dinding medial ini seringkali mengalami fraktur mengikuti
sebuah trauma. Os ethmoid yang menjadi salah satu struktur pembangun
dinding medial merupakan salah satu lokasi terjadinya sinusitis etmoidales
yang merupakan salah satu penyebab tersering selulitis orbita.
2. Dinding lateral, terdiri dari sebagian tulang sphenoid dan zygomaticum.
3. Langit- langit, berbentuk triangular, terdiri dari tulang sphenoid dan
frontal. Defek pada sisi ini menyebabkan proptosis pulsatil.
4. Lantai, terdiri dari os. Palatina, maxillaris, dan zygomaticum. Bagian
posteromedial dari tulang maksilaris relatif lemah dan seringkali terlibat
dalam fraktur blowout.
5. Basis orbita, merupakan bukaan anterior orbita.
6. Apeks orbita, merupakan bagian posterior orbita dimana keempat dinding
orbita bekonvergensi, memiliki dua orifisium yaitu kanal optikus dan
fisura orbital superior.

Septum Orbital2,3
Pada orbita terdapat suatu membran jaringan ikat yang tipis yang melapisi
berbagai struktur. Membran tersebut terdiri dari fascia bulbi, muscular sheats,
intermuscular septa, dan ligamen lockwood. Di dalam orbita terdapat struktur-
struktur sebagai berikut: bagian n. optikus, muskulus ekstraokular, kelenjar
lakrimalis, kantung lakrimalis, arteri oftalmika, nervus III, IV, dan VI,
sebagian nervus V, dan fascia serta lemak.
Inflamasi periorbital dapat diklasifikasikan menurut lokasi dan derajat
keparahan. Salah satu pertanda anatomis dalam menentukan lokasi penyakit
adalah septum orbital. Septum orbital adalah membran tipis yang berasal dari
periosteum orbital dan masuk ke permukaan anterior lempeng tarsal kelopak
mata. Septum memisahkan kelopak mata superfisial dari struktur dalam
orbital dan membentuk barier yang mencegah infeksi dari kelopak mata
menuju rongga orbita.

3
B. FISIOLOGI1
Kakunya struktur tulang orbita menyebabkan lubang anterior menjadi satu-
satunya tempat ekspansi. Setiap penambahan isi orbita yang terjadi di
samping atau belakang bola mata akan mendorong organ tersebut ke depan,
hal ini disebut dengan proptosis. Penonjolan bola mata adalah tanda utama
penyakit orbita. Proptosis dapat disebabkan lesi- lesi ekspansif yang dapat
bersifat jinak atau ganas, berasal dari tulang, otot, saraf, pembuluh darah, atau
jaringan ikat. Selain itu dapat juga terjadi proptosis tanpa adanya penyakit
orbita. Hal ini disebut dengan pseudoproptosis. Pseudoproptosis dapat terjadi
pada miopia tinggi, buftalmos, dan retraksi kelopak mata. Proptosis sendiri
tidak menimbulkan cedera kecuali membuat kelopak mata tidak bisa ditutup,
akan tetapi penyebab proptosis itu sendiri seringkali berbahaya.
Posisi mata ditentukan oleh lokasi massa. Ekspansi di dalam kerucut otot
mendorong mata lurus ke depan(proptosis aksialis), sedangkan massa yang
tumbuh di luar kerucut otot mendorong mata ke samping atau vertikal
menjauhi masa tersebut(proptosis non aksialis). Kelainan bilateral umumnya
mengindikasikan adanya penyakit sistemik misalanya penyakit graves. Istilah
eksoftalmos sering dipakai untuk menggambarkan proptosis pada graves.
Proptosis pulsatil dapat disebabkan oleh fistula karotiko kavernosa,
malformasi pembuluh darah arteri orbita, atau transmisi denyut otak akibat
tidak adanya atap orbita superior. Proptosis yang bertambah dengan
penekukan kepala ke depan atau dengan perasat valsava merupakan suatu
tanda adanya malformasi vena orbita atau meningokel.
Pada perubahan posisi bola mata, terutama apabila terjadi dengan cepat,
mungkin timbul interferensi mekanis terhadap gerakan bola mata yang cukup
untuk membatasi pergerakan mata dan diplopia. Dapat timbul nyeri akibat
ekspansi cepat, peradangan, atau infiltrasi pada saraf sensoris. Penglihatan
biasanya tidak terpengaruh di awal ekcuali bila lesi berasal dari n. optikus
atau langsung menekan saraf tersebut.
Tanda lainnya dapat berupa edema kelopak mata dan periorbital,
diskolorisasi kulit, ptosis, kemosis, dan injeksi epibulbar. Selain itu dapat

4
juga terjadi perubahan fundus seperti pembengkakan cakram optik, atrofi
optik, kolateral optikosiliaris, dan lipatan koroid.

C. INFLAMASI ORBITA
Penyakit inflamasi pada orbita dapat diklasifikasikan menjadi:2
1. Inflamasi orbita akut dan inflamasi terkait
a. Selulitis preseptal
b. Selulitis orbita dan abses intraorbital
c. Osteoperiostitis orbita
d. Tromboflebitis orbita
e. Tenonitis
f. Trombosis sinus kavernosus
2. Inflamasi orbita kronik
a. Inflamasi spesifik
i. Tuberkulosis
ii. Sifilis
iii. Actinomikosis
iv. Mukormikosis
v. Infestasi parasit
b. Inflamasi non spesifik
i. Penyakit inflamasi orbital idiopatik
ii. Sindroma tolosa hunt
iii. Periostitis orbital kronik

5
Gambar 2. Inflamasi Orbita

D. SELULITIS PRESEPTAL
1. Definisi
Selulitis preseptal didefinisikan sebagai suatu inflamasi dan infeksi yang
terjadi pada kelopak mata dan struktur periorbital anterior sampai ke
septum orbital. Dari septum ke struktur orbital posterior tidak terinfeksi
tetapi dapat terjadi inflamasi sekunder.Infeksi bakterial pada orbita atau
jaringan periorbital terjadi melalui tiga jalan yaitu langsung menyebar
dari sinusitis yang merupakan penyebab terbesar, inokulasi langsung
setelah adanya trauma dan infeksi kulit, serta penyebaran bakteri dari
fokus-fokus seperti otitis media dan pneumonia.5

2. Epidemiologi
Infeksi bakteri orbital dapat terjadi pada semua usia tetapi lebih sering
pada populasi usia anak anak. Dalaman alisis retrospektif dari infeksi
orbital anak, usia rata-rata pasien yang terkena adalah 6,8 tahun, mulai
dari 1 minggu sampai 16 tahun. Predileksi terjadinya selulitis preseptal
tidak dipengaruhi ras atau gender pada dewasa. Tetapi pada anak-anak
ditemukan anak laki-laki 2 kali lebih sering terjadi selulitis preseptal dan
orbital dibandingkan dengan perempuan. Rerata usia antara 7-12 tahun.

6
Kondisi ini lebih sering terjadi pada musim dingin dikarenakan
meningkatnya risiko terjadinya sinusitis.6

3. Etiologi dan Faktor Risiko2


Organisme terbanyak penyebab selulitis preseptal adalah staphylococcus
aureus dan streptococcus pyogenes. Selain itu, beberapa bakteri anaerob
juga sering menjadi etiologi dari selulitis preseptal. Pada tahun 1985,
penyebab tersering adalah haemophilus influenzae. Sebuah studi saat itu
menunjukkan bahwa sekitar 40% pasien memiliki hasil kultur darah
positif. Seiring dengan peningkatan penggunaan vaksin, tren ini menurun
dan saat ini pada kultur darah, organisme penyebab selulitis seringkali
tidak ditemukan atau negatif yang belum jelas diketahui alasan dan
keterkaitannya dengan penurunan hasil positif dari h. influenzae.
Jalur masuk infeksi sendiri dapat dibagi menjadi:
o Infeksi eksogen, misalnya seperti trauma atau gigitan serangga.
o Penyebaran infeksi jaringan sekitar seperti sinusitis, dakriosistisis,
atau hordeolum.
o Infeksi endogen, berasal dari penyebaran infeksi dari tempat yang
jauh seperti saluran napas atas melalui rute hematogen.

Gambar 3. Selulitis preseptal mata kiri

4. Manifestasi Klinis
Edema palpebral, eritema, dan inflamasi berat mungkin terjadi. Biasanya
melibatkan bola mata. Reaksi pupil, ketajaman pengelihatan, dan

7
motilitas okular tidak terganggu. Rasa nyeri pada pergerakan bola mata
dan kemosis tidak ditemukan. Pasien dapat febris atau subfebris, dan
pasien dapat mengeluhkan nyeri, konjuntivitis, epifora, dan kaburnya
pandangan. Tanda dari preseptal selulitis adalah eritem dan edema
periorbital, terkadang karena terlalu berat pasien tidak dapat membuka
mata secara volunter.7

5. Diagnosis
Selulitis preseptal perlu dibedakan dari selulitis orbita. Gejala yang
mungkin ada pada keduanya adalah edema, eritema, hiperemia, nyeri,
dan leukositosis. Pasien dengan selulitis orbita dapat menunjukkan gejala
bengkak pada kelopak mata, nyeri pada mata, merah, hingga demam.
Refleks pupil, ketajaman visus, dan motilitas ocular tidak terganggu,
namun nyeri pada saat pergerakan bola mata. Infeksi fokal pada sinus
juga menunjukkan gejala discharge pada hidung.2
Khas pada anak-anak yang disebabkan oleh Haemophylus
influenza memiliki riwayat infeksi saluran nafas bagian atas dengan
gejala berupa demam tinggi, iritabilitas, dan koriza. Pada pemeriksaan
laboratorium ditemukan leukositosis.2

Gambar 4. Perbedaan Selulitis Preseptal dan Selulitis Orbital

6. Diagnosis Banding
Ada beberapa diagnosis banding pada selulitis preseptal, sebagai
berikut:4

8
 Rhabdomiosarkoma
 Retinoblastoma
 Orbital pseudotumor (inflamasi orbita idiopatik)
 Periokulartinea
 Selulitis orbita
 Konjungtivitis
 Dakrioadenitis
 Dakriosistitis
 Hordeolum

7. Penatalaksanaan
Terapi yang dapat diberikan:5
a. Terapi lokal dengan mengaplikasikan kompres hangat.
b. Pemberian antibiotik ointment topical yang broad spectrum.
c. Berikan obat antibiotik dengan follow up per hari untuk pengobatan
7-10 hari, bila tidak adanya perbaikan dalam 2 hari pemberian
antibiotik oral, dilakukan CT-scan dan antibiotik intravena. Obat
yang dapat diberikan antara lain:
- Amoxicillin/clavulanic acid 30 mg/kg po 8 h untuk usia < 12
tahun, 250-500 mg p.o tid, atau 875 mg p.o bid untuk dewasa
selawa 10 hari.
- Dicloxacillin 250 mg p.i q 6 jam.
- Cefaclor 250-500 mg p.o tid.
- Azithromycin 500 mg p.o q hari.
- Levofloxacin 500 mg p.o q hari.
- Cephalexin 250-500 mg p.o tid.
- Ampicillin/sulbactam 50 mg/kg IV q 6 jam untuk anak-anak dan
1.5-3 mg IV q 6 jam untuk dewasa selama 7 hari.
d. Untuk keluhan yang sedang sampai berat, atau bila ditemukan pasien
dengan penampakan yang toksik, pasien imunokompromi, anak usia
dibawah 5 tahun, sebaiknya pasien di rawat inap, dan diberikan
antibiotik intravena seperti:

9
- Cefuroxime 1 g IV q 8 jam
- Ampicillin/sulbactam 1.5-3 g IV q 6 jam
e. Berikan chloramphenicol bila dicurigai organisme anaerob atau H.
influenzae.
f. Pada penyebab dengan trauma diberikan vaksin tetanus.
g. Dilakukan eksplorasi dan debridement bila terdapat abses.
h. Intervensi bedah dengan indikasi meliputi unresponsivenes terhadap
antibiotik, penurunan visus dan adanya abses orbital atau
subperiosteal. Intervensi bedah berupa drainase abses dan sinus
terkait, FESS (Functional endoscopic sinus surgery).

8. Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi bila selulitis tidak ditangani dengan tepat.
Komplikasi terdiri dari komplikasi okular, orbital, dan komplikasi
lainnya. Komplikasi okular biasanya adalah kebutaan, keratopati, neuritis
optik, dan oklusi arteri retina sentral. Komplikasi orbital adalah
perkembangan selulitis orbital menjadi abses subperiosteal dan abses
orbita. Abses subperiosteal adalah penumpukan material purulen antara
dinding tulang orbital dengan periosteum, biasanya terdapat pada dinding
orbita media. Biasanya abses subperiosteal dicurigai bila terdapat
manifestasi selulitis orbita dengan proptosis eksentrik. Namun, diagnosis
dipastikan dengan CT scan. Abses orbita merupakan penumpukan
material purulen di dalam jaringan lunak orbital. Secara klinis dicurgai
dengan tanda-tanda proptosis parah, kemosis, oftalmoplegia komplit, dan
pus di bawah konjungtiva. Komplikasilainnya berupa abses parotid atau
temporal, komplikasi intrakranial, dan septikemia general atau pyaemia.2

9. Prognosis
Dengan pengenalan dan penanganan yang tepat, prognosis untuk sembuh
total tanpa komplikasi sangat baik. Morbiditas terjadi dari penyebaran
patogen ke orbita yang dapat mengancam penglihatan dan berlanjut ke

10
penyebaran CNS. Penyebaran sistemik dapat menyebabkan meningitis
dan sepsis.2
Pada studi terhadap pasien pediatrik, faktor risiko tinggi adalah
sebagai berikut:2
 Usia di atas 7 tahun
 Abses subperiosteal
 Nyeri kepala dan demam yang menetap setelah pemberian
antibiotik IV.
Pasien yang mengalami imunokompromais atau diabetes memiliki
kecenderungan lebih tinggi untuk mengalami infeksi fungal. Manajemen
agresif dengan foto polos otak dan terapi IV diindikasikan pada pasien
ini.2

BAB III
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Goni Neng Yattima
Umur : 66 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Samratulangi 18
Suku/Bangsa : Gorontalo/Indonesia
Agama : Islam

B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama

11
Mata kiri bengkak.
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke Poliklinik Mata RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado
dengan keluhan utama mata kiri bengkak sejak kurang lebih 3 hari sebelum
masuk Rumah Sakit. Awalnya pasien merasakan gatal dan nyeri pada mata
kiri dan sangat mengganggu sehingga pasien mengucek matanya. Kemudian
rasa nyeri semakin bertambah dan diikuti mata yang semakin bengkak, lalu
pasien pergi ke tempat praktek dokter spesialis mata dan kemudian
disarankan untuk pergi ke Poliklinik Mata RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
untuk di rawat inap. Terdapat sekret pada mata kiri. Nyeri pergerakan bola
mata tidak ada. Penurunan penglihatan tidak ada. Demam ada. Teraba hangat
pada kelopak mata. Riwayat alergi disangkal.
3. Riwayat penyakit dahulu
Diabetes melitus tipe 2 selama kurang lebih 15 tahun yang lalu.
4. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami sakit seperti ini.
5. Riwayat Pengobatan
Pasien rutin meminum obat Novomix 18-0-18 dan metformin 500 mg 0-1-0.
6. Riwayat kebiasaan
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga. Setiap hari pasien mengerjakan
pekerjaan rumah tangga.

C. PEMERIKSAAN FISIK UMUM


Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 68 x/menit
Respirasi : 19 x/menit
Suhu Badan : 37,80C
Jantung dan Paru : Dalam batas normal
Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) normal

12
D. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGIS
Inspeksi Umum :
1. Edema (+)
2. Hiperemis (+)
3. Sekret (+)
4. Lakrimasi (+)
5. Fotofobia (-)
6. Blefarospasme (-)
7. Posisi Bola Mata ODS : Ortoforia
8. Benjolan (-)

Okulus Dextra Okulus Sinistra


Visus 6/15 6/12
Tekanan Intraokuler Normal/palpasi Normal/palpasi
Segmen Anterior
Edema (+), pus (+),
Palpebra Edema (-) ekskoriasi (+), hiperemis
(+)
Terdapat subkonjungtiva
Konjungtiva Dalam batas normal
bleeding
Sklera Dalam batas normal Dalam batas normal
Kornea Jernih Jernih
COA Cukup dalam Cukup dalam
Pupil: RAPD (-), bulat, Pupil: RAPD (-), bulat,
Iris/Pupil refleks cahaya (+)/(+) refleks cahaya (+)/(+)
Iris: sinekia (-) Iris: sinekia (-)
Lensa Jernih Jernih

13
Gambar 7. Foto Klinis Pasien

E. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Leukosit : 11.6 x 103/uL
Eritrosit : 3.99 x 106/uL
Hemoglobin : 10.8 g/dL
Hematokrit : 33.1%
Trombosit : 413 x 103/uL

F. RESUME
Seorang perempuan, umur 66 tahun datang ke Poliklinik Mata RSUP Prof.
Dr. R.D. Kandou hari rabu tanggal 27 Februari 2019 dengan keluhan utama mata
kiri bengkak sejak 3 hari SMRS. Awalnya pasien merasakan gatal dan nyeri pada
mata kiri dan sangat mengganggu sehingga pasien mengucek matanya. Kemudian
rasa nyeri semakin bertambah dan diikuti mata yang semakin bengkak, lalu pasien
pergi ke tempat praktek dokter spesialis mata dan kemudian disarankan untuk
pergi ke Poliklinik Mata RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou untuk di rawat inap.
Terdapat sekret pada mata kiri. Nyeri pergerakan bola mata tidak ada. Penurunan
penglihatan tidak ada. Demam ada. Teraba hangat pada kelopak mata. Riwayat

14
alergi disangkal. Pasien menderita Diabetes Melitus tipe 2 kurang lebih selama 15
tahun dan rutin minum obat.
Pada status oftalmologi okulus dextra tidak didapatkan kelainan. Pada
okulus sinistra, pada palpebra inferior didapatkan edema, ekskoriasi, pus dan
hiperemis. Pada konjungtiva terdapat subkonjungtiva bleeding. Sklera, iris, pupil,
lensa dalam batas normal.

G. DIAGNOSIS
Selulitis Preseptal Okulus Sinistra

H. TERAPI
1. Ceftriaxone 2x1gr IV => skintest
2. Metronidazole 3x500mg IVo
3. Metilprednisolon 3x8mg PO
4. Paracetamol 3x500mg PO
5. Levofloxacin ED 1 gtt/jam OS kenapa pakai 2 antibiotik tetes? Tujuannya?
6. Tobramisin ED 1 gtt/jam OS
7. Gentamisin zalf mata 1x app mata kiri

I. PROGNOSIS
1. Ad functionam : bonam
2. Ad sanationam : bonam
3. Ad vitam : bonam

J. EDUKASI
1. Menghindari dan menghentikan kebiasaan mengucek mata.
2. Menjaga kebersihan mata dengan cara mencuci tangan sebelum dan sesudah
menyentuh mata.
3. Kontrol ke poli mata secara teratur.

15
BAB IV
PEMBAHASAN

Diagnosis pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan


fisik, dan pemeriksaan oftalmologis. Pada anamnesis didapatkan keluhan mata
kiri bengkak sejak 3 hari SMRS. Awalnya pasien merasakan gatal dan nyeri pada
mata kiri dan sangat mengganggu sehingga pasien mengucek matanya. Kemudian
rasa nyeri semakin bertambah dan diikuti mata yang semakin bengkak. Pasien
demam dan teraba hangat pada kelopak mata. Hal ini sesuai dengan kepustakaan

16
yang menyebutkan bahwa penderita selulitis preseptal mengeluh mata bengkak,
demam, dan teraba hangat pada kelopak mata.7
Penyebab selulitis preseptal adalah infeksi dan trauma. Pada anamnesis,
didapatkan kebiasaan pasien mengucek-ucek matanya yang kemudian
menyebabkan matanya jadi merah. Riwayat tersebut memungkinkan terjadinya
infeksi pada bola mata.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien demam dengan suhu badan
meningkat menjadi 37,8ºC sehingga peluang keadaan pasien merupakan infeksi
semakin besar. Pada pemeriksaan laboratorium juga didapatkan hasil leukositosis
sehinggan diagnosa selulitis preseptal semakin kuat.
Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan pada mata kiri didapatkan pada
palpebra inferior terdapat edema, ekskoriasi, pus dan hiperemis. Pada konjungtiva
terdapat subkonjungtiva bleeding. Sedangkan sklera, iris, pupil, lensa dalam batas
normal. Tidak didapati gangguan pada pergerakan bola mata dan penurunan
penglihatan. Hal ini menunjukkan tidak terlibatnya orbita dalam penyakit pasien
sehinggan diagnosa diarahkan menjadi selulitis preseptal bukan kearah orbital
selulitis.
Penanganan yang dilakukan pada pasien adalah rawat inap mengingat
kondisi selulitis preseptal dapat berkembang menjadi selulitis orbital dan
mengakibatkan berbagai komplikasi yang dapat menimbulkan kebutaan bagi
pasien. Maka itu penatalaksanaan awal dan prevensi perkembangan menjadi
selulitis orbita sangat diperlukan. Selulitis preseptal ditatalaksana dengan
pengobatan medikamentosa. Obat yang digunakan adalah Ceftriaxone 2x1gr IV,
Metronidazole 3x500mg IV, Metilprednisolon 3x8mg PO dan Paracetamol
3x500mg untuk menurunkan demam pasien. Levofloxacin ED 1 gtt/jam dan
Tobramisin ED 1 gtt/jam diberikan juga kepada pasien untuk mengurangi infeksi
pada mata pasien. Gentamisin zalf mata 1xoles diberikan pada luka di palpebra
untuk mencegah terjadinya infeksi berulang pada luka. (Cari dasar terapi dari
mana,)
Prognosis pada pasien ini adalah bonam. Dengan penanganan yang tepat
dan cepat pasien dapat sembuh total tanpa komplikasi. Pada pasien juga tidak
didapatkan faktor- faktor risiko yang memperberat kondisi pasien, yaitu umur

17
pasien masih di bawah 7 tahun, dan demam yang dialami pasien menurun dengan
pemberian paracetamol. DM apa bkn faktor resiko? Coba cari kepustakaan yg
berkaitan dengan ini
Pada penderita ini dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan mata
dengan cara mencuci tangan sesudah dan sebelum menyentuh mata serta
mengurangi kebiasaan mengucek-ucek mata.

Cari tau ttg pemberian terapi kapan pakai IV dan kapan oral, berapa lma Iv
trus lanjut oral brp hari.
 Knp disini dipakai terapi double IV dan topikal le double, untuk
apa?
Faktor resiko penyebab preseptal
Apa2 pemeriksaan yg perlu dilakukan utk membedakan dgn orbital
selulitis

18
BAB V
KESIMPULAN

Diagnosis ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan oftalmologi yaitu


ditemukan mata kiri bengkak serta terasa nyeri yang semakin bertambah. Terdapat
sekret pada mata kiri. Nyeri pergerakan bola mata tidak ada. Penurunan
penglihatan tidak ada. Demam ada. Teraba hangat pada kelopak mata. Riwayat
alergi disangkal. Pada pemeriksaan didapatkan okuli sinistra didapatkan palpebra
inferior terdapat edema, ekskoriasi, pus dan hiperemis. Pada konjungtiva terdapat
subkonjungtiva bleeding.
Pasien didiagnosis dengan Selulitis Preseptal Okuli Sinistra dan diberikan
terapi medikamentosa dan levofloxacin tetes mata dan tobramisin tetes mata dan
dirawat inap. Pasien diedukasi untuk menjaga kebersihan mata dan menghindari
kebiasaan mengucek mata dan kontrol teratur di Poliklinik Mata.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Sullivan JA. Orbita. Dalam : Vaughan DG, Asbury T, Riordan EP, editor.
Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC. 2007.
h. 251-256.

2. Kwitko GM. Preseptal cellulitis. http://emedicine.medscape.com/article/121


8009-overview. 2012. Diakses: Maret 2019.

3. Khurana AK. Comprehensive Ophthalmology. 4th ed. New age international.


2007. p. 377-378, 384-386.

4. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology: a systemic approach. 7th ed.


Elsevier, 2011.

5. Suhardjo, Hartono. Ilmu kesehatan mata. Yogyakarta: Bagian Ilmu Penyakit


Mata Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah mada; 2012.h.40.

6. Mallika OU, Sujatha, Narayan S. Orbital and preseptal cellulitis. Kerala


Journal of Opthalmology. Maret 2011; Vol XXIII (1); 10-4.

7. Bartlett JD, Jaanus SD. Clinical ocular pharmacology. 5th Ed. Boston:
Butterworth-Heinemann; 2008.p.392-3.

20

Anda mungkin juga menyukai