TUGAS RUTIN 5 Filsafat Pendidikan
TUGAS RUTIN 5 Filsafat Pendidikan
FILSAFAT PENDIDIKAN
Pancasila yang dibahas secara filosofis disini adalah Pancasila yang butir-butirnya
termuat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang tertulis dalam alinia ke empat.
Dijelaskan bahwa Negara Indonesia didasarkan atas Pancasila. Pernyataan tersebut
menegaskan hubungan yang erat antara eksistensi negara Indonesia dengan Pancasila. Lahir,
tumbuh dan berkembangnya negara Indonesia ditumpukan pada Pancasila sebagai dasarnya.
Secara filosofis ini dapat diinterpretasikan sebagai pernyataan mengenai kedudukan Pancasila
sebagai jati diri bangsa.
Melihat dari beragamnya kebudayaan yang terdapat dalam bangsa Indonesia maka
proses kesinambungan dari kehidupan bangsa merupakan tantangan yang besar. Demi
perkembangan kebudayaan Indonesia selanjutnya dituntut adanya rumusan yang jelas yang
mampu berperan sebagai pemersatu bangsa sehingga ciri khas bangsa Indonesia menjadi
nyata.
Jadi, Pancasila mengarahkan seluruh kehidupan bersama bangsa, pergaulannya
dengan bangsa-bangsa lain dan seluruh perkembangan bangsa Indonesia dari waktu kewaktu.
Namun dengan diangkatnya Pancasila sebagai jati diri bangsa Indonesia tidak berati bahwa
Pancasila dengan nilai-nilai yang termuat didalamnya sudah terumus dengan teliti dan jelas,
juga tidak berarti pancasila telah merupakan kenyataan didalam kehidupan bangsa Indonesia.
Pancasila adalah pernyataan tentang jati diri bangsa Indonesia.
Pancasila dikenal sebagai filosofi Indonesia. Kenyataannya definisi filsafat dalam
filsafat Pancasila telah diubah dan diinterpretasi berbeda oleh beberapa filsuf Indonesia.
Pancasila dijadikan wacana sejak 1945. Filsafat Pancasila senantiasa diperbarui sesuai
dengan “permintaan” rezim yang berkuasa, sehingga Pancasila berbeda dari waktu ke waktu.
Nilai-nilai Pancasila yang dituangkan dalam kelima sila Pancasila sebagai dasar hidup
dan kehidupan sebagai manusia dan masyarakat dan kaitannya dengan pendidikan dan
nilai
Pancasila sebagai filsafat Negara maka patut menjadi jiwa bangsa Indonesia, menjadi
semangat dalam berkarya pada segala bidang.Pancasila harus dipahami dengan menggunakan
penalaran rasional akal budi manusia. Pancasila juga harus dipahami dengan pendekatan
kritis, yakni tidak mudah percaya dengan klaim-klaim luhur ataupun praktek-praktek naif
yang mengatas namakan Pancasila. Tafsiran atas nilai-nilai Pancasila pun harus runut dan taat
asas, sesuai dengan maksud dan tujuan adanya Pancasila itu sendiri. Seperti segala sesuatu di
bawah langit, Pancasila, dan tafsiran atasnya, pun juga harus kontekstual, yakni sesuai
dengan perkembangan jaman. Maka, nilai fleksibilitas, dalam tegangan dengan keteguhan
prinsip-prinsip dasar harus digunakan semesta berpartisipasi “mewujudkannya”. Semua
anggota semesta ikut berpartisipasi dalam mewujudkan realitas. Sebab itu, peran manusia
baik sebagai individu maupun kelompok adalah merajut realitas yang diinginkannya yang
dapat diterima oleh lingkungannya. Dalam hal ini hakikat pendidikan seyogyanya diletakkan
pada upaya-upaya untuk menggali dan mengembangkan potensi para pelajar agar mereka
tidak saja mampu memahami perubahan tetapi mampu berperan sebagai agen perubahan atau
perajut realitas (A. Mappadjantji Amien, 2005).
Perubahan merupakan suatu keharusan atau kenyataan yang tidak dapat kita tolak,
sehingga pelajar-pelajar harus kita didik untuk menguasainya dan bukan sebaliknya, mereka
menjadi dikuasai oleh perubahan.
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 dijelaskan
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, masyarakat, bangsa, dan negara.
Selanjutnya dalam UU sidiknas Tahun 2003 BAB II Pasal 3 dijelaskan tujuan
pendidikan sebagai berikut : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi serta
bertanggung jawab.
Pendidikan berlangsung dikeluarga, dirumah, disekolah, dan dimasyarakat.
Pendidikan harus berlangsung dengan keteladanan dan komunikasi. Orang tua adalah
pendidik dikeluarga (dirumah); Guru dan tenaga kependidikan lainnya adalah pendidik
disekolah; Tokoh atau pemuka masyarakat, alim ulama, pejabat dsb. adalah teladan bagi
peserta didik. Karena itu, masing-masing individu atau manusia dewasa adalah pendidik dan
contoh bagi individu lainnya terutama bagi peserta didik yang mengalami proses
pertumbuhan dan perkembangan.
DAFTAR PUSTAKA
Purba, Edward dan Yusnadi. 2015. Filsafat Pendidikan. Cet.3. Medan: UNIMED Press
Koentjaraningrat. 1980. Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia.
http://gusfumi.wordpress.com/2010/10/20/pancasila-sebagai-landasan-filosofi-sistem-
pendidikan-pendidikan-nasional/
http://www.asmakmalaikat.com/go/artikel/filsafat/index.htm