Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR

“MANUSIA NILAI, MORAL DAN HUKUM”

Dosen Pengampu:

Dra. Mindaudah, M.Pd

Disusun Oleh :

1. Aditya Amrullah Gustian (1862212)


2. Azinda Cici Prihatin (1862069)
3. Kumaisyaroh (1862055)
4. Lely Kodarsih (1862092)

AKUNTANSI KP 2

STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG

TAHUN AJARAN 2018/2019


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
kami yang berjudul “Manusia Nilai, Moral Dan Hukum”. Pada makalah ini kami
banyak mengambil dari berbagai sumber dan referensi dan pengarahan dari
berbagai pihak oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima
kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.

Kami, seluruh anggota Kelompok 4 sekaligus penyusun menyadari


sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan
makalah ini.

Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penyusun dan bagi pembaca umumnya. 

Jombang, 07 Maret 2019

Penyusun

 Winarno, Herimanto. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta; Bumi Aksara.,2016), cet. 10, hal. 126-144
 Juliardi Budi, Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Bandung; ALFABETA, 2014). Cet. 5, hal. 105-120
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah..............................................................................................5
1.3 Tujuan................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................6
2.1. Hakikat Fungsi Perwujudan Nilai Moral Dan Hukum..........................................6
2.2. Keadilan, Ketertiban, Dan Kesejahteraan.........................................................13
2.3. PROBLEMATIKA NILAI, MORAL, DAN HUKUM DALAM
MASYARAKAT DAN NEGARA...............................................................................16
BAB III PENUTUP .......................................................................................................19
3.1. Kesimpulan......................................................................................................19
3.2. Saran................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................20
LAMPIRAN...................................................................................................................21

 Winarno, Herimanto. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta; Bumi Aksara.,2016), cet. 10, hal. 126-144
 Juliardi Budi, Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Bandung; ALFABETA, 2014). Cet. 5, hal. 105-120
3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia, nilai, moral, dan hukum merupakan sesuatu yang tidak dapat
dipisahkan. Masalah-masalah serius yang dihadapi bangsa Indonesia berkaitan
dengan nilai, moral, dan hukum antara lain mengenai kejujuran, keadilan,
menjilat, dan perbuatan negatif lainnya sehingga perlu dikedepankan
pendidikan agama dan moral karena dengan adanya panutan, nilai, bimbingan,
dan moral dalam diri manusia akan sangat menentukan kepribadian individu
atau jati diri manusia, lingkungan sosial dan kehidupan setiap insan.
Pendidikan nilai yang mengarah kepada pembentukan moral yang sesuai
dengan norma kebenaran menjadi sesuatu yang esensial bagi pengembangan
manusia yang utuh dalam konteks sosial.
Pendidikan moral tidak hanya terbatas pada lingkungan akademis, tetapi
dapat dilakukan oleh siapa saja dan dimana saja. Secara umum ada tiga
lingkungan yang sangat kondusif untuk melaksanakan pendidikan moral yaitu
lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan dan lingkungan masyarakat.
Peran keluarga dalam pendidikan mendukung terjadinya proses identifikasi,
internalisasi, panutan dan reproduksi langsung dari nilai-nilai moral yang
hendak ditanamkan sebagai pola orientasi dari kehidupan keluarga. Hal-hal
yang juga perlu diperhatikan dalam pendidikan moral di lingkungan keluarga
adalah penanaman nilai-nilai kejujuran, kedisiplinan dan tanggung jawab
dalam segenap aspek.

 Winarno, Herimanto. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta; Bumi Aksara.,2016), cet. 10, hal. 126-144
 Juliardi Budi, Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Bandung; ALFABETA, 2014). Cet. 5, hal. 105-120
4
1.2 Rumusan masalah
1. Hakikat fungsi perwujudan nilai moral dan hukum
2. Keadilan, ketertiban, dan kesejahteraan
3. Problematika nilai, moral, hokum dalam masyarakat dan Negara

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Hakikat fungsi dari perwujudan nilai moral dan hukum
2. Mempelajari tentang keadilan, ketertiban, dan kesejahteraan
3. Membahas tentang problematika nilai, moral dalam masyarakat dan
Negara

 Winarno, Herimanto. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta; Bumi Aksara.,2016), cet. 10, hal. 126-144
 Juliardi Budi, Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Bandung; ALFABETA, 2014). Cet. 5, hal. 105-120
5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Hakikat Fungsi Perwujudan Nilai Moral Dan Hukum


1. Hakikat Nilai dan Moral
Pembahasan mengeni nilai termasuk dalam kawasan etika. Menurut
Bartens (2001) ada tiga jenis makna etika, yaitu:
1. Etika berarti nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan
bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
2. Etika berarti juga kumpulan asas atau nilai moral (kode etik).
3. Etika mempunyai arti ilmu tentang yang baik dan yang buruk
(filsafat moral).
Dalam kehidupan sehari hari manusia selalu berkaitan dengan nilai.
Misalkan kita mengatakan bahwa orang itu baik atau lukisan itu indah.
Berarti kita melakukan penilaian terhadap suatu objek. Baik dan indah
adalah contoh nilai. Manusia memberikan nilai pada sesuatu. Sesuatu itu
bisa dikatakan adil, baik, indah, cantik, anggun dan sebagainya.
Istilah nilai (value)menurut Kamus Poerwodarminto diartikan sebagai
berikut :
a) Harga dalam arti taksiran, misalnya nilai emas.
b) Harga sesuatu, misalnya uang.
c) Angka, skor.
d) Kadar, mutu.
e) Sifat-sifat atau hal penting bagi kemanusiaan.
Beberapa pendapat tentang nilai dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Menurut Bambang Daroeso, nilai adalah suatu kualitas atau penghargaan
atas sesuatu, yang menjadi dasar penentu tingkah laku seseorang.
2) Menurut Parsi Darmo Diharjo, nilai adalah kualitas atau keadaan yang
bermanfaat bagi manusia baik lahir maupun batin.

 Winarno, Herimanto. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta; Bumi Aksara.,2016), cet. 10, hal. 126-144
 Juliardi Budi, Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Bandung; ALFABETA, 2014). Cet. 5, hal. 105-120
6
Sesuatu itu dianggap bernilai apabila sesuatu itu memiliki sifat
sebagai berikut:
1. Menyenangkan(peasent)
2. Berguna(useful)
3. Memuaskan(statisfying)
4. Menguntungkan(profitable)
5. Menarik(interesting)
6. Keyakinan(belief)
Ada dua pendapat mengenai nilai. Pendapat pertama mengatakan
bahwa nilai itu objektif, sedangkan pendapat kedua nilai itu subjektif.
Menurut aliran idealisme, nilai itu objektif, ada pada setiap sesuatu. Tidak
ada yang diciptakan didunia tanpa ada suatu nilai yang melekat
didalamnya. Dengan demikian, segala sesuatu ada nilainya dan bernilai
bagi masyarakat. Hanya saja manusia tidak atau belum tau nilai apa dari
objek tersebut. Aliran ini disebut juga aliran objektivisme.
Pendapat lain mengatakan bahwa nilai suatu objek terletak pada
subjek yang menilainya. Misalnya, air sangat menjadi bernilai dari pada
emas bagi orang kehauasan ditengah padang pasir, tananh memiliki nilai
bagi seorang petani. Jadi, nilai itu subjektif. Aliran ini disebut aliran
subjektifisme.
Ada pendapat lain yang menyatakan adanya nilai yang ditentukan
oleh subjek yang menilai dan objek yang dinilai. Sebelum ada subjek
yang menilai maka barang atau onjek itu tidak bernilai. Inilah ajaran yang
berusaha menggabungkan antara aliran subjektifisme dan objektifisme.
Menuru Bambang Daroeso dan Suyahmo (1991), Nilai memiliki
ciri sebagai berikut:
a. Nilai itu suatu relitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia. Nilai
yang bersifat abstrak tidak dapat diindra. Hal yang dapat diamati
hanyalah objek yang bernilai itu. Misalnya orang yang memiliki
kejujuran. Kejujuran adalah nilai, tetapi kita tidak bias menindra
kejujuran itu.
 Winarno, Herimanto. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta; Bumi Aksara.,2016), cet. 10, hal. 126-144
 Juliardi Budi, Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Bandung; ALFABETA, 2014). Cet. 5, hal. 105-120
7
b. Nilai memiliki sifat normative, artinya nilai mengandung harapan, cita-
cita dan suatu keharusan sehingga nilai memiliki sifat ideal das sollen.
Nilai diwujudkan dalam bentuk norma sebagai landasan manusia dalam
bertindak. Misalnya nilai keadilan. Semua orang berharap manusia dan
mendapatkan dan berperilaku yang mencerminkan nilai keadilan.
c. Nilai berfungsi sebagai daya dorong dan manusia adalah pendukung nilai.
Manusia bertindak berdasar dan didorong oleh nilai yang diyakininya.
Misalnya nilai ketakwaan. Adanya nilai ini menjadikan semua orang
terdorong untuk bisa mencapai derajat ketakwaan.
 Macam-macam nilai menurut NotoNegoro, yaitu:
a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan
jasmani manusia. Contoh: Mobil, rumah, televisi dan lain-lain.
b. Nilai vital, segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk
melakukan kegiatannya. Contoh: Air, makanan, minuman, pakaian,
dan lain-lain.
c. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani
manusia. Nilai kerohanian terbagi menjadi 4 macam,yaitu:
1) Nilai kebenaran yang bersumber pada unsur akal atau rasio
manusia. Contoh: adat istiadat.
2) Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur
perasaan estetis manusia. Contoh: seni tari, seni musik dan
seni gambar.
3) Nilai kebaikan moral yang bersumber pada kehendak atau
karsa manusia. Contoh: etika makan, etika berbicara, etika
duduk dan lain-lain.
4) Nilai religius yang bersumber pada kepercayaan manusia
dengan disertai penghayatan melalui akal budi dan nurani.
 Macam-macam nilai dalam filsafat, yaitu:
a. Nilai logika, adalah nilai benar salah.
b. Nilai estetika, adalah nilai keindahan dan tidak indah.
c. Nilai etika atau moral, adalah nilai baik buruk.
 Winarno, Herimanto. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta; Bumi Aksara.,2016), cet. 10, hal. 126-144
 Juliardi Budi, Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Bandung; ALFABETA, 2014). Cet. 5, hal. 105-120
8
Fungsi nilai bagi kehidupan manusia yaitu:
1) Sebagai faktor pendorong: nilai berhubungan dengan cita-cita dan
harapan.
2) Sebagai petunjuk arah: nilai berkaitan dengan cara berfikir, berperasaan,
bertindak serta menjadi panduan dalam menentukan pilihan.
3) Nilai sebagai pengawas: nilai mendorong, menuntun, bahkan menekan
atau memaksa individu berbuat dan bertindak sesuai dengan nilai yang
bersangkutan.
4) Nilai sebagai alat solidaritas: nilai dapat menjaga solidaritas dikalangan
kelompok atau masyarakat.
5) Dapat mengarahkan masyarakat dalam berfikir dan bertingkah laku.
6) Nilai sebagai benteng Pengaruh perlindungan: nilai berfungsi menjaga
stabilitas budaya dalam suatu kelompok atau masyarakat.
Proses terbentuknya nilai, etika, moral, norma, dan hukum dalam
masyarakat dan negara merupakan proses yang berjalan melalui suatu
kebiasaan untuk berbuat baik, suatu disposisi batin yang tertanam karena
dilatihkan, suatu kesiapsediaan untuk bertindak secara baik, dan kualitas
jiwa yang baik dalam membantu kita untuk hidup secara benar. Salah satu
cara mekanisme yang dapat membentuk jati diri yang berkualitas adalah
keutamaan moral yang mencakup nilai, moral, dan etika.
2. Norma Sebagai Perwujudan Dari Nilai
Nilai penting bagi kehidupan manusia,sebab nilai bersifat normatif
dan menjadi motivator tindakan manusia. Namun demikian, nilai belum
dapat berfungsi secara praktis sebagai penuntun perilaku manusiaitu
sendiri. Nilai sendiri masih bersifat abstrak sehingga butuh konkretisasi
atas nilai tersebut. Contohnya manusia mendambakan keselamatan, tetapi
apa yang harus dilakukan agar terwujud keselamatan ? akhirnya yang
dibutuhkan manusia adalah semacam aturan atau tuntunan perilaku yang
bisa mengarahkan manusia agar terwujud keselamatan.
Jadi, nilai belum dapat berfungsi praktis bagi manusia. Nilai perlu
di konkretisasikan atau diwujudkan kedalam norma. Nilai yang bersifat
 Winarno, Herimanto. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta; Bumi Aksara.,2016), cet. 10, hal. 126-144
 Juliardi Budi, Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Bandung; ALFABETA, 2014). Cet. 5, hal. 105-120
9
normatif dan berfungsi sebagai motivator tindakan manusia itu harus di
implementasikandalam bentuk norma. Norma merupakan konkretisasi dari
nilai. Norma adalah perwujudan dari nilai.
Setiap norma pasti tekandung nilai di dalamnya. Nilai sekaligus
menjadi sumber bagi norma. Tanpa ada nilai tidak mungkin terwujud
norma. Sebaliknya, tanpa dibuatkan norma maka nilai yang hendak
dijalankan itu mustahil terwujudkan.
Contohnya, ada norma yang berbunyi “dilarang membuang sampah
sembarang” atau “buanglah sampah pada tempatnya”. Norma di atas
berusaha mewujudkan nilai dapat terwujudkan dalam kehidupan. Ada
norma lain, misalnya yang berbunyi “dilarang merokok”. Norma tersebut
di maksudkan agar terwujud nilai kesehatan. Akhirnya, yang tampak
dalam kehidupan dan melingkupi kehidupan kita bukan nilai, tetapi norma
atau kaidah.
Norma atau kaidah adalah ketentuan-ketentuan yang menjadi yang
menjadi pedoman dan panduan dalam bertingkah laku di kehidupan
masyarakat. Norma berisi anjuran untuk berbuat baik dan larangan untuk
berbuat buruk dalam bertindak sehingga kehidupan ini menjadi lebih baik.
Norma adalah kaidah, ketentuan, aturan, kriteria, atau syarat yang
mengandung nilai tertentu yang harus dipatuhi oleh warga masyarakat
didalam berbuat dan bertingkah laku sehingga terbentuk masyarakat yang
tertib, teratur, dan aman.
Di samping sebagai pedoman atau panduan berbuat atau bertingkah
laku, norma juga dipakai tolok ukur didalam mengevaluasi perbuatan
seseorang. Norma selalu berpasangan dengan sanksi, yaitu suatu keadaan
yang dikenakan kepada si pelanggar norma. Si pelanggar norma harus
menjalani sanksi sebagai akibat atau tanggung jawabnya atas perbuatan
itu. Adapun wujud, bentuk, atau jenis sanksi itu harus sesuai atau selaras
dengan wujud, bentuk, dan jenis normanya.

 Winarno, Herimanto. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta; Bumi Aksara.,2016), cet. 10, hal. 126-144
 Juliardi Budi, Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Bandung; ALFABETA, 2014). Cet. 5, hal. 105-120
10
Norma-norma yang berlaku di masyarakat ada empat macam yakni
sebagai berikut.
a. Norma agama, yaitu peraturan hidup manusia yang berisi perintah
dan larangan yang berasal dari tuhan.
b. Norma moral/kesusilaan, yaitu peraturan/kaidah hidup yang
bersumber dari hati nurani dan merupakan nilai-nilai moral yang
mengikat manusia.
c. Norma kesopanan, yaitu peraturan/kaidah yang bersumber dari
pergaulan hidup antarmanusia.
d. Norma hukum, yaitu pperaturan/kaidah yang diciptakan oleh
kekuasaan resmi atau negara yang sifatnya mengikat dan memaksa.
Macam norma diatas dapan di klasifikasikan pula sebai berikut.
Norma yang berkaitan dengan aspek kehidupan pribadi, yaitu :
a. Norma agama/religi;
b. Norma moral/kesusilaan.
Norma yang berkaitan dengan aspek kehidupan antarpribadi, yaitu :
a. Norma adat/kesopanan;
b. Norma hukum.
Norma agama adalah norma, atau peraturan hidup yang berasal
dari Tuhan (Allah) yang diberlakukan bagi manusia ciptaan-Nya melalui
perantara utusan-Nya (para rasul).
Norma moral/kesusilaan adalah norma yang hidup dalam
masyarakat yang dianggap sebagai peraturan dan dijadikan pedoman
dalam bertingkah laku.
Norma kesopanan adalah norma yang timbul dari kebiasaan
pergaulan sahari-hari untuk suatu daerah tertentu. Norma kesopanan
disebut juga norma adat, karena sesuai dengan adat yang berlaku dalam
suatu wilayah tertentu.
Norma hukum adalah norma atau peraturan yang timbul dari
hukum yang berlaku. Norma hukum perlu ada untuk mengatur
kepentingan manusia dalam masyarakat.
 Winarno, Herimanto. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta; Bumi Aksara.,2016), cet. 10, hal. 126-144
 Juliardi Budi, Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Bandung; ALFABETA, 2014). Cet. 5, hal. 105-120
11
3. Hukum sebagai Norma
Berdasarkan pada uraian sebelumnya, hukum pada dasarnya adalah
bagian dari norma, yaitu norma hukum. Jadi, jika kita berbicara mengenai
hukum yang dimaksudkan adalah norma hukum.
Perbedaan norma hukum dengan norma lainnya adalah sebagai berikut.
a. Norma hukum datangnya dari luar diri kita sendiri, yaitu dari
kekuasaan/lembaga yang resmi dan berwenang.
b. Norma hukun dilekati sanksi pidana atau pemaksa secara fisik.Norma lain
tidak dilekati sanksi pidana secara fisik.
c. Sanksi pidana atau sanksi pemaksa itu dilaksanakan oleh aparat negara.
Norma hukum dibutuhkan karena dua hal, yaitu
1) Karena bentuk sanksi dari ketiga norma belum cukup memuaskan
dan efektif untuk melindungi keteraturan dan ketertiban masyarakat.
2)  Masih ada perilaku lain yang perlu diatur di luar ketiga norma di
atas, misalnya perilaku di jalan raya.
Bagi orang-orang yang tidak patuh kepada norma kesopanan, norma
kesusilaan, dan norma agama dapat menimbulkan ketidaktertiban dalam
kehidupan bersama sehingga perlu memperoleeh sanksi yang bersifat
memaksa. Misalkan, orang yang melanggar norma kesopanan tidak
mempunyai rasa bila disisihkan dari pergaulan, orang yang melanggar
norma keasusilaan tidak akan merasa menyesal. Orang yang melanggar
norma agama tidak akan takut kepada sanksi di akhirat ataupun akan
terguncang kehidupannya. Bagi orang-orang yang demikian ini dapat
menimbulkan kekacauan di masyarakat. Oleh karena itu, norma hukum
perlu dipaksakan agar orang-orang mematuhi peraturan hidup.
Meskipun telah ada norma agama, norma kesusilaan, dan norma
kesopanan, namun dalaam kehidupan bernegara etap dibutuhkan norma
hukum. Norma hukum dibutuhkan karna dua hal, yaitu :
a) Karena bentuk sanksi dari ketiga norma belum cukup memuaskan dan
efektif untuk melindungi keteraturan dan ketertiban masyarakat.

 Winarno, Herimanto. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta; Bumi Aksara.,2016), cet. 10, hal. 126-144
 Juliardi Budi, Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Bandung; ALFABETA, 2014). Cet. 5, hal. 105-120
12
b) Masih ada perilaku lain yang perlu diatur di luar ketiga norma di atas,
misalnya perilaku di jalan raya.
Norma hukum bersal dari norma agama, norma kesusilaan, dan
norma kesopanan. Isi dari ketiga norma tersebut dapat diangkat
sebagai norma hukum. Disamping itu, norma hukum dapat
mencitaakan sendiri isi norma tersebut. Contohnya, nrm hukum berlalu
lintas yang memang tidak ada diketiga norma sebelumnya.

2.2. Keadilan, Ketertiban, Dan Kesejahteraan


1. Makna Keadilan
Keadilan berasal dari bahasa Arab adil yang artinya tengah. Keadilan
berarti menempatkan sesuatu di tengah-tengah, tidak berat sebelah, atau
dengan kata lain keadilan berarti menempatkan sesuatu pada tempatnya.
Berikut ini beberapa pendapat mengenai makna keadilan.
a. Menurut kamus besarbahasa Indonesia (KBBI), keadilan berarti
(sifat perbuatan, perlakuan) yang adil.
b. Menurut W.J.S. Poerwodarminto, keadilan berarti tidak berat
sebelah, sepatutnya, tidak sewenang-wenang.
c. Menurut Frans Magnis Suseno dalam bukunya etika politik
menyatakan bahwa keadilan sebagai suatu keadaan di mana semua
orang dalam situasi yang sama diperlakukan secara sama.
Aristoteles membedakan dua macam keadilan, yaitu keadilan
komutatif dan keadilan distributif. Sedangkan Plato guru Aristoteles,
menyebut ada tiga macam, yaitu
a) Keadilan komutatif adalah keadilan yang memberikan kepada setiap
orang sama banyaknya, tanpa mengingat berapa besar jasa-jasa
yang telah diberikan (dari kata commute= mengganti, menukarkan,
memindahkan)
b) Keadilan distributif adalah keadilan yang memberikan hak atau
jatah kepada setiap orang menurut jasa-jasa yang telah diberikan
(pembagian menurut haknya masing-masing pihak).

 Winarno, Herimanto. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta; Bumi Aksara.,2016), cet. 10, hal. 126-144
 Juliardi Budi, Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Bandung; ALFABETA, 2014). Cet. 5, hal. 105-120
13
c) Keadilan legal atau keadilan moral adalah keadilan yang mengikuti
penyesuaian atau pemberian tempat seseorang dalam masyarakat
sesuai dengan kemampuannya, dan yang dianggap sesuai dengan
kemampuan yang bersangkutan.
Keadilan merupakan hal penting dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Charles E. Merriam dalam Miriam Boediardjo (1982)
meletakan keadilan ini sebagai salah satu prinsip dalam tujuan suatu
negara, yaitu keamanan ekstern, ketertiban intern, keadilan, kesejahteraan
umum, dan kebebasan.
Berdasarkan pada pancasila sila kedua Kemanusiaan Yang Adil Dan
Beradab maka adil yang dimaksud adalah perlakuan secara adil kepada
warga negara tanpa pandang bulu.
Sila kelima Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
mengandung makna adil dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup
masyarakat.
Sesuai dengan sila kelima tersebut maka keadilan yang harus
terwujuddalam kehidupan bangsa ialah:
a. Keadilan distributif, yaitu hubungan yang adil antara negara dengan
warganya.
b. Keadilan legal (bertaat), yaitu hubungan yang adil antara negara
dengan warganya.
c. Keadilan komutatif, yaitu hubungan yang adil dan sama
antarwarganegara secara timbal balik.
2. Fungsi dan Tujuan Hukum dalam Masyarakat
Ada empat fungsi hukum dalam masyarakat, yaitu sebagai berikut.
1. Sebagai Alat Pengatur Tertib Hubungan Masyarakat
Hukum sebagai norma merupakan petunjuk untuk kehidupan.
Hukum menunjukan mana yang baik dan mana yang buruk.
Hukum juga memberi petunjuk apa yang harus diperbuat dan
mana yang tidak boleh, sehingga segala sesuatunya dapat berjalan
tertib dan teratur.
 Winarno, Herimanto. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta; Bumi Aksara.,2016), cet. 10, hal. 126-144
 Juliardi Budi, Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Bandung; ALFABETA, 2014). Cet. 5, hal. 105-120
14
2. Sebagai Sarana Untuk Mewujudkan Keadilan Sosial
 Hukum mempunyai ciri memerintah dan melarang
 Hukum mempunyai sifat memaksa
 Hukum mempunyai daya yang mengikat secara psikis dan
fisik.
Karena hukum mempunyai sifat, ciri, dan daya mengikat
tersebut, maka hukum dapat memberi keadilan, yatu menentukan
siapa yang salah dan siapa yang benar. Hukum dapat menghukum
siapa yang ssalah, hukum dapat memaksa agar peraturan ditaati
dan siapa yang melanggar diberi sanksi hukum. Contohnya, siapa
yang berutang harus membayar adalah perwujudan dari keadilan.
3. Sebagai Penggerak Pembangunan
Daya memikat dan memaksa dari hukum dapat digunakan atau
didayagunakan untuk menggerakkan pembangunan. Hukum
dijadikan alat untuk membawa masyarakat ke arah yang lebih
maju dan lebih sejahtera.
4. Fungsi Kritis Hukum
Teori etis mendasarkan pada etika, hukum bertujuan untuk
semata-mata mencapai keadilan, memberikan kepada setiap orang
apa yang menjadi haknya.
Menurut teori utilities, hukum bertujuan untuk memberikan faedah
bagi sebanyak-banyaknya orang dalam masyarakat. Pada hakikatnya
tujuan hukum adalah memberikan kebahagiaan atau kenikmatan besar bagi
jumlah yang terbesar. Teori ini juga tidak selalu benar.
Selanjutnya, muncul teori campuran. Menurut teori ini, tujuan pokok
hukum adalah ketertiban. Di samping ketertiban, tujuan lain dari hukum
adalah tercapainya keadilan yang isi dan ukurannya berbeda menurut
masyarakat dan zamannya.
Prof.Dr. Soejono Soekanto,S.H. dalam buku kegunaan sosiologi
hukum bagi kalangan hukum menyatakan bahwa faktor-faktor penyebab
para anggota masyarakat mematuhi hukum adalah
 Winarno, Herimanto. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta; Bumi Aksara.,2016), cet. 10, hal. 126-144
 Juliardi Budi, Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Bandung; ALFABETA, 2014). Cet. 5, hal. 105-120
15
1) Kepentingan-kepentingan para anggota masyarakat yang
terlindungi oleh hukum.
2) Complience atau pemenuhan keinginan. Orang akan patuh pada
hukum karena didasarkan pada harapan akan suatu imbalan atau
sebagai usaha untuk menghindarkan diri dari sanksi yang
dijatuhkan manakala kaidah hukum itu dilanggar.
3) Identification atau identifikasi. Dalam hal ini, seseorang
mematuhi hukum karena identifikasi.
4) Internalization atau internalisasi. Bahwa keoatuhan
manusia/anggota masyarakat kepada hukum karena kaidah-
kaidah hukum tersebut ternyata sesuai dengan nilai-nilai yang
menjadi pegangan sebagian besar para anggota masyarakat.

2.3.PROBLEMATIKA NILAI, MORAL, DAN HUKUM DALAM


MASYARAKAT DAN NEGARA
Moral adalah suatu bagian dari nilai, yaitu nilai moral. Moral berkaitan
dengan nilai baik buruk perbuatan manusia. Tindakan yang bermoral adalah
tindakan manusia yang dilakukan secara sadar, mau, dan tahu serta tindakan
itu berkenaan dengan nilai-nilai moral.
Nilai moral diwujudkan dalam norma moral. Norma moral, norma
kesusilaan, atau disebut juga norma etik adalah peraturan/kaidah hidup yang
bersumber dari hati nurani dan merupakan perwujudan nilai-nilai moral yang
mengikat manusia.
Selain norma moral, ada pula hukum. Pada dasarnya, hukum adalah norma
yang merupakan perwujudan dari nilai, termasuk nilai moral. Terdapat
perbedaan antara norma moral dengan norma hukum.
1. Norma hukum berdasarkan yuridis dan konsensus, sedangkan norma
moral berdasarkan hukum alam.
2. Norma hukum bersifat heteronomi, yaitu datang dari luar diri,
sedangkan moral berasal dari dalam diri.
3. Dari sisi pelaksanaan hukum dilaksanakan secara paksaan dan
lahiriah; sedangkan moral tidak dapat dipaksakan.
 Winarno, Herimanto. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta; Bumi Aksara.,2016), cet. 10, hal. 126-144
 Juliardi Budi, Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Bandung; ALFABETA, 2014). Cet. 5, hal. 105-120
16
4. Dari sanksinya, sanksi hukum bersifat lahiriah; sedangkan moral
bersifat batiniah.
5. Dilihat dari tujuannya, hukum mengatur tertib hidup masyarakat
bernegara; sedangkan moral mengatur perilaku manusia sebagai
manusia.
6. Hukum bergantung pada tempat dan waktu; sedangkan moral secara
relatif tidak bergantung tempat dan waktu.
Antara hukum dan moral saling berkaitan. Hukum harus
merupakaan perwujudan dari moralitas. Hukum sebagai norma haruss
berdasarkan padaa nilai moral. Apaa artinya undang-undang jikaa
tidaak disertai moralitas. Tanpa moralitas, hukum tampak kosong dan
hampa. Normaa morl adalah norma yaang paling dasar. Norma mraal
menentukan bagaaimana kita menilai seseorang. Suatu hukum yang
bertantangan dengan norma moral kehilangan kekuatannya, demikian
kata Thomas Aquinas.
Pelanggaran norma moral merupakan salah suatu pelanggaraan
etik, sedangkan pelanggaran terhadap norma hukum merupakan
pelanggaran hukum.
1. Pelanggaran Etik
Kebutuhan akan norma etik oleh manusia duwujudkan dengan
membuat serangkaian norma etik untuk suatu kegiatan atau profesi.
Rangkaian norma moral yang terhimpun ini biasa disebut kode etik.
Kode etik merupakan bentuk atauran (code) tertulis yang secara
sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada.
Masyarakat profesi secara berkelompok membentuk kode etik profesi.
Contohnya, kode etik guru, kode etik insyinyur, kode etik wartawan,
dan sebagainya.

 Winarno, Herimanto. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta; Bumi Aksara.,2016), cet. 10, hal. 126-144
 Juliardi Budi, Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Bandung; ALFABETA, 2014). Cet. 5, hal. 105-120
17
2. Pelanggaran Hukum
Kesadaran hukum adalah kesadaran diri sendiri tanpa tekanan, paksaan
atau perintah dari luar untuk tunduk pada hukum yang berlaku.
Dengan berjalannya kesadaran hukum di masyarakat maka hukum
tidak perlu menjatuhkan sanksi. Sanksi hanya di jatuhkan pada warga
yang benar-benar tebukti melanggar hukum.
Hukum berisi perintah dan larangan. Hukum memberitahukan pada
kita mana perbuatan yang bertentangan denga hukum yang bila
dilakukan akan mendapat ancaman berupa sanksi hukum. Terhadap
perbuatan yang bertentangan dengan hukum tentu saja dianggap
melanggar hukum sehingga mendapat ancaman hukuman.
Pelanggaran hukum berbeda dengan pelanggaran etik. Ansi atas
pelanggaran hukum adalah sanksi pidana dari negara yang bersifat
lahiriah dan memaksa. Masyarakat secara resmi (negara) berhak
memberi sanksi bagi warga negara yang melanggar hukum. Negara
tidak berwenang menjatuhi hukuman pada pelaku pelanggaran etik,
kecuali pelanggaran ini sudah merupakan pelanggaran hukum.

 Winarno, Herimanto. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta; Bumi Aksara.,2016), cet. 10, hal. 126-144
 Juliardi Budi, Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Bandung; ALFABETA, 2014). Cet. 5, hal. 105-120
18
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Hubungan antara manusia, nilai, moral, dan hukum sangat erat
kaitannya, tidak bisadipisahkan. Hal tersebut merupakan tuntutan yang
memang harus ada untuk mencapai ketertibandalam masyarakat. Hal
tersebut diperlukan agar adanya kepastian dalam pergaulan antar-manusia
dalam masyarakat. Kepastian ini bukan saja agar kehidupan masyarakat
menjadi teratur akan tetapi akan mempertegas lembaga-lembaga hukum
mana yang melaksanakannya.Dari makalah yang ini dapat diambil
kesimpulan antara lain:

Manusia tidak bisa lepas dari nilai, moral, norma dan hukum

Nilai adalah nilai social yang mana mempunyai pengertian nilai yang
dianut oleh masyarakat

Moral berasal dari bahasa latin Moralitas yang artinya adalah istilah
manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang
mempunyai nilai positif, sedangkan manusia yang tidak mempunyai moral
disebut amoral

Norma adalah suatu prinsip atau hukum yang berlaku dalam suatu
masyarakat

Norma terbagi menjadi 4, yakni Norma agama, Norma kesusilaan, Norma


kesopanan dan Norma hukum

3.2. Saran
Dalam hal ini penulis ingin menyampaikan saran, hendaklah dalam
era global sekarang ini kita menjaga nilai, moral dan norma kita sebagai
manusia yang menjadi khilafah di muka bumi jangan sampai makin
terpuruk dalam segala kerusakan dan keterpurukan bangsa ini.

 Winarno, Herimanto. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta; Bumi Aksara.,2016), cet. 10, hal. 126-144
 Juliardi Budi, Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Bandung; ALFABETA, 2014). Cet. 5, hal. 105-120
19
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/9075909/manusia_nilai_moral_dan_hukum
Di unduh pada tanggal 17 Maret 2019 pukul 15.15 WIB

https://knowledgeisfreee.blogspot.com/2015/11/makalah-pengertian-manusia-
nilai-moral.html?m=1

Diunduh pada tanggal 17 Maret 2019 pukul 15.30 WIB

https://id.scribd.com/doc/179613201/Bahan-Makalah-Manusia-Nilai-Moral-
Hukum

Diunduh pada tanggal 17 Maret 2019 pukul 15.45 WIB

https://www.slideshare.net/mobile/soeswono/manusia-nilai-moral-dan-hukum-
72158900

Diunduh pada tanggal 17 Maret 2019 pukul 15.50 WIB

Winarno, Herimanto. 2016, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta; Bumi Aksara.

Juliardi Budi. 2014, Ilmu Sosial Budaya Dasar, Bandung; ALFABETA.

 Winarno, Herimanto. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta; Bumi Aksara.,2016), cet. 10, hal. 126-144
 Juliardi Budi, Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Bandung; ALFABETA, 2014). Cet. 5, hal. 105-120
20
LAMPIRAN
SOAL
1. Panduan tolak ukur atau pedoman dalam bertingkah laku pada masyarakat
disebut …
a. Sanksi
b. Norma
c. Nilai
d. Hukum
Jawaban : B
2. Berikut ini yang BUKAN termasuk ke dalam fungsi dan tujuan hukum
dalam masyarakat adalah …
a. Sebagai sarana mewujudkan keadilan sosial
b. Sebagai alat pengatur tata tertib hubungan bermasyarakat
c. Sebagai penggerak pembangunan
d. Sebagai identitas negara
Jawaban : D
3. Perbuatan atau tingkah laku atau ucapan seseorang dalam berinteraksi
dengan manusia merupakan pengertian dari …
a. Moral
b. Nilai
c. Hukum
d. Sanksi
Jawaban : A
4. Menurut Bambang Daroeso, nilai adalah ...
a. Kualitas atau keadaan yang bermanfaat bagi manusia baik lahir
maupun batin.
b. Suatu kualitas atau penghargaan atas sesuatu yang menjadi dasar
penentu tingkah laku seseorang.
c. Sesuatu relitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia.
d. Sesuatu obyek terletak pada subyek yang menilainya.

 Winarno, Herimanto. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta; Bumi Aksara.,2016), cet. 10, hal. 126-144
 Juliardi Budi, Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Bandung; ALFABETA, 2014). Cet. 5, hal. 105-120
21
Jawaban : B
5. Sesuatu itu dianggap bernilai apabila sesuatu itu memiliki sifat sebagai
berikut, kecuali ...
a. Menyenangkan
b. Memuaskan
c. Meninggikan
d. Menguntungkan
Jawabannya : C
6. Macam - macam nilai menurut NotoNegoro, kecuali ...
a. Nilai hukum
b. Nilai material
c. Nilai vital
d. Nilai kerohanian
Jawabannya : A
7. Norma - norma yang berlaku di masyarakat yaitu, kecuali ...
a. Norma agama
b. Norma kesusilaan
c. Norma kesopanan
d. Norma pancasila
Jawabannya : D
8. Norma yang berkaitam dengan aspek kehidupan antarpribadi, yaitu ...
a. Norma agama dan Norma hukum
b. Norma adat dan Norma hukum
c. Norma agama dan Norma moral
d. Norma kesopanan dan Norma moral
Jawabannya : B
9. Norma yang berkaitan dengan aspek kehidupan pribadi, yaitu ...
a. Norma agama dan Norma hukum
b. Norma adat dan Norma hukum
c. Norma agama dan Norma moral
d. Norma kesopanan dan Norma moral
 Winarno, Herimanto. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta; Bumi Aksara.,2016), cet. 10, hal. 126-144
 Juliardi Budi, Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Bandung; ALFABETA, 2014). Cet. 5, hal. 105-120
22
Jawabannya : C
10. Norma hukum dibutuhkan karena ...
a. Bentuk sanksi dari ketiga norma belum cukum memuaskan dan
efektif untuk melindungi keteraturan dan ketertiban masyarakat.
b. Karena masyarakat membutuhkan sanksi yang lebih tegas terhadap
pelanggaran.
c. Tidak ada perilaku lain yang perlu diatur di luar kegiatan norma.
d. Sanksi yang cukup efektif untuk pelanggaran norma.
Jawabannya : A

 Winarno, Herimanto. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta; Bumi Aksara.,2016), cet. 10, hal. 126-144
 Juliardi Budi, Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Bandung; ALFABETA, 2014). Cet. 5, hal. 105-120
23

Anda mungkin juga menyukai