Judul Jurnal : Azas Filosofis Pancasila Sebagai Ideologi Dan Dasar Negara
Penulis : Iriyanto Widisuseno
Tahun : 2014
Sumber : HUMANIKA Vol. 20 No. 2 (2014) ISSN 1412-9418
Hasil Resume: Azas Filosofis Pancasila Sebagai Ideologi Dan Dasar Negara
Indonesia merupakan negara multikurtural, baik segi ras, agama, budaya dan lainnya.
Suatu prestasi besar jika dibandingkan dengan negara lain yang bernasib sama dengan kita,
mirisnya beberapa negara dengan multikultural layaknya indonesia malah terpecah belah.
Kajian filosofis tentang Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara hakikatnya adalah
upaya kritis membuka kesadaran memori kesejarahan masyarakat bangsa Indonesia, yaitu
melalui eksplorasi esensial untuk menggali azas-azas keberadaan (ontology), evidensi kebenaran
(epistemology), dan norma-norma imperatif (axiology) yang memberi arah – tujuan adanya
Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara. Kajian filosofis ini dapat pula diartikan sebagai
langkah peneguhan, penegasan, dan pengokohan (corroboration) Pancasila sebagai ideologi dan
dasar negara R.I. Secara epistemologis, hasil kajian ini dapat memperkuat validitas dan
legitimasi kebenarannya.
Kedudukan Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara ibarat dua sisi dari satu mata
uang yang sama, masing-masing menempati kedudukannya sendiri tetapi keduanya dalam
kesatuan fungsi dalam praktik ketatanegaraan. Ideologi sebagai kerangka idealitas, dasar negara
sebagai ke rangka yuridis bagi terselenggaranya sistem ketatanegaraan untuk kelangsungan
kehidupan bangsa dan negara.
Pendekatan ontologis, nilai-nilai Pancasila mengandung sifat intrinsik dan ekstrinsik. Bersifat
intrinsik, nilai-nilai Pancasila berwujud filsafati, keseluruhan nilai-nilai dasarnya sistematis dan
rasional.
Landasan ontologis ini menjadi basis kekuatan hukum bagi kedudukan Pancasila sebagai
Dasar Negara Republik Indonesia sebagaimana dituangkan ke dalam Pembukaan UUD.
N.R.I.1945. alenia IV yang ditetapkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945. Implikasinya,
UUD.N.R.I 1945 sebagai konsitusi negara Indonesia, disamping menjadi dasar
pembentukan negara Indonesia, juga memuat landasan yuridis Pancasila sebagai norma dasar
negara yang fundamental (staatsfundamental norm) yang merupakan cita hukum (rechidee)
NKRI.
Secara epistemologis, Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara merupakan sebuah
kebenaran, dan keberadaannya melalui proses waktu dan jaman yang panjang. Dalam sejarah
perjalanan bangsa Indonesia, perkembangan Pancasila mengalami pasang surutnya. Bagaimana
proses pertumbuhan dan perkembangan Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara. Dalam
teori perkembangan dikenal adanya ragam pola perkembangan, yaitu perkembangan yang
menganut pola : (a) linier kontinyu, (b) siklus sirkuler, (c) dialektik diskontinyu.
Jadi, Pancasila sebagai ideologi dan dasar Negara R.I, secara filosofis memiliki akar
eksistensi yang tumbuh dalam kehidupan masyarakat Indonesia sejak sebelum berdirinya bangsa
dan negara Indonesia yang mana Secara ontologis, basis keberadaan Pancasila memperkuat
kedudukan Pacasila sebagai deologi dan dasar negara dan Secara epistemologis, Pancasila telah
terbukti memiliki kebenaran yang corroborated: testable, falsifiable, dan refutable, sehingga
mampu mempersatukan pluralitas masyarakat bangsa Indonesia.
HUMANIKA Vol. 20 No. 2 (2014) ISSN 1412-9418
Azas Filosofis Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar Negara
Iriyanto Widisuseno
Oleh:
Iriyanto Widisuseno
widisusenoiriyanto@yahoo.co.id
Fakulas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro
ABSTRACT
Pancasila state ideology and basic ontological value systems is a manifestation of people's
lives Indonesian nation as the truth, be a way of life since the beginning of the history of the
birth of the nation, so that they can survive up to now as a unifying and country basis.
Epistemologically formation of ideology and the basic state through the political process and
national spirit of our founding fathers. In axiologis, Pancasila state ideology and basic
occupies imperative function as the norm and the direction of the destination society, nation
and state.
Keywords: root filoofis, ideology, basic state, Pancasila.
I. PENGANTAR
Dalam perjalanan sejarah, kedudukan praksisnya, seolah hanya tinggal
Pancasila sebagai ideologi dan dasar kedudukan formalnya.
negara mengalami pasang surut baik Suatu negara dan bangsa dapat
dalam pemahaman maupun membangun diri memulai dari penguatan
pengamalannya. Setelah runtuhnya Orde pondasi berikut pilar-pilarnya, maka
Baru Pancasila seolah-olah tenggelam berdirilah negara dan bangsa itu. Pondasi
dalam pusaran sejarah yang tak lagi dan pilar-pilar kehidupan berbangsa dan
relevan untuk disertakan dalam dialektika bernegara esensinya adalah nilai dasar
reformasi. Pancasila semakin jarang kehidupan yang membentuk sistem nilai
diucapkan, dikutip, dan dibahas baik dalam kehidupan yang dapat diyakini
konteks kehidupan ketatanegaraan, kebenarannya, menggambarkan realitas
kebangsaan maupun kemasyarakatan. objektif, memberi karakter, dijadikan
Bahkan banyak kalangan menyatakan pedoman, prinsip, postulat, evidensi
bahwa sebagian masyarakat bangsa kehidupan berbangsa dan bernegara.
Indonesia hampir melupakan jati dirinya Menurut BJ Habibie dalam pidato
yang esensinya adalah Pancasila. Pancasila “Reaktualisasi Pancasila dalam kehidupan
nampak semakin terpinggirkan dari denyut berbangsa dan bernegara” di Gedung MPR
kehidupan bangsa Indonesia yang diwarnai pada 1 Juni 2011, beliau menyatakan dua
suasana hiruk-pikuk demokrasi dan penyebab tergusurnya Pancasila dari
kebebasan berpolitik. Pancasila sebagai kehidupan kita, yaitu situasi dan kehidupan
dasar negara kini nyaris kehilangan fungsi bangsa telah berubah baik di tingkat
domestik, regional maupun global di satu
62
HUMANIKA Vol. 20 No. 2 (2014) ISSN 1412-9418
Azas Filosofis Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar Negara
Iriyanto Widisuseno
pihak, dan terjadinya euphoria reformasi
sekarang sedang berkembang
sebagai akibat traumatisnya masyarakat
“ethnonasionalism” “ethnocentrism”
terhadap penyalahgunaan kekuasaan di
Paham pemikiran tersebut dapat
masa lalu yang mengatasnamakan
menumbuh suburkan semangat sparatisme.
Pancasila di lain pihak. Kedua hal tersebut
Fenomena seperti ini apabila tidak
telah menyebabkan “amnesia nasional”
diantisipasi dengan penguatan kerangka
tentang pentingnya Pancasila sebagai
dasar kehidupan berbangsa dan bernegara
norma dasar (grundnorm) yang menjadi
dapat menimbulkan bahaya disintegrasi
payung kehidupan berbangsa yang
bangsa Indonesia. Fenomena tersebut
menaungi seluruh warga yang beragam
menggambarkan adanya suatu kerapuhan
suku bangsa, adat istiadat, budaya, bahasa,
dalam pondasi dan pilar-pilar berbangsa
agama dan afiliasi politik. Sesungguhnya
dan bernegara, pada esensinya menyangkut
Pancasila bukan milik sebuah era atau
keberadaan NKRI.
ornament kekuasaan pemerintahan pada
Padahal jika dibandingkan dengan
masa tertentu, tetapi Pancasila adalah dasar
bangsa-bangsa lain seperti Cina, Jepang,
negara yang menjadi penyangga bangunan
India dan Slavik, ada sesuatu yang sangat
arsitektural yang bernama negara
khas dimiliki bangsa Indonesia. Bangsa
Indonesia.
Indonesia tidak dipersatukan oleh sesuatu
Memang banyak agenda reformasi
yang bersifat fisik atau kasat mata, seperti
yang telah dilakukan bangsa Indonesia, dan
ras, kesatuan wilayah geografis, budaya,
diakui oleh banyak kalangan bahwa
bahasa atau agama. Dari segi ras, rakyat
reformasi di Indonesia telah menghasilkan
Indonesia adalah keturunan dari berbagai
kemajuan di bidang demokrasi, rakyat
ras yang berbeda. Dari segi kesatuan
telah menikmati kebebasan. Namun
wilayah geografis, wilayah yang didiami
perkembangan demokrasi hanya
bangsa Indonesia berbentuk kepulauan.
membuahkan problema dilematik yaitu
Dari aspek budaya atau bahasa, ada ratusan
kebebasan yang melahirkan tindakan
budaya daerah dan bahasa tradisional di
anarkhisme. Kehidupan berbangsa dan
seluruh Indonesia. Dari aspek agama,
bernegara semakin terkesan menjauhkan
rakyat Indonesia memeluk banyak ragam
bangsa dan negara dari orientasi filosofi
agama. Realitas seperti ini menunjukkan
Pancasila. Kehidupan berbangsa semakin
bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa
kehilangan dasar dan arah tujuannya.
yang plural berdimensi multikultural,
Ketidakpastian di bidang hukum dan
namun mereka dapat hidup menyatu ke
lemahnya moral penegak hukum, sistem
dalam sebuah bangsa. Masyarakat bangsa
politik semakin menjauh dari etika politik
Indonesia menyatu dalam suatu sistem
yang bermartabat, menguatnya budaya
filsafat hidupnya yang dijadikan
korupsi. Gejala societal terrorism muncul
”philosofiche groundslag” dan
di mana-mana, pergolakan fisik,
”weltanchauung” dalam kehidupan
pembunuhan, pembakaran, perampokan,
berbangsa dan bernegara. Kenyataan ini
dan tindakan sejenis anarkisme lainnya,
menunjukkan masyarakat bangsa Indonesia
kini masih menjadi pemandangan umum.
sejak awal proses pembentukan bangsa
Perikehidupan menjadi semakin hambar,
sudah memiliki kesamaan cita-cita dan
kejam dan kasar, gersang dalam
tekad bersama untuk bersatu.
kemiskinan budaya dan spiritual
Bagaimanakah bangsa yang
Nasionalisme semakin luntur,
multikultural ini bisa menyatu dalam satu
primordialisme semakin menguat terutama
wadah, bisa berjuang dan bertahan bersama
dalam pelaksanaan Otonomi Daerah.
sebagai suatu negara bangsa dengan
Bahkan banyak kalangan mengkhawatirkan
identitas yang tetap kokoh sampai hari ini,
63
HUMANIKA Vol. 20 No. 2 (2014) ISSN 1412-9418
Azas Filosofis Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar Negara
Iriyanto Widisuseno
meski diterjang oleh berbagai kesulitan,
konflik, ancaman, tantangan, hambatan dan
gangguan? Keadaan seperti ini sungguh
merupakan fenomena dan prestasi yang
mengagumkan. Sementara bangsa-bangsa III. PEMBAHASAN
multikultural lainnya terpecah belah di 3.1 Alasan Imperatif Pancasila
berbagai belahan dunia, mulai dari Sebagai Ideologi dan Dasar Negara
semenanjung Balkan sampai Afrika, Tumbuhnya ideologi seperti
bangsa kita masih dapat terus bertahan liberalisme, kapitalisme, marxisme,
dalam identitas “Indonesia” di tengah leninisme, naziisme, dan fascisme, adalah
keragaman identitas kultural. bersumber dari aliran-aliran filsafat yang
Sebagai langkah antisipasi ke depan berkembang di Barat. Pemikiran Karl Marx
menghadapi tekanan arus globalisasi, dan Engels dengan historis materialistik
bangsa Indonesia perlu lebih dari sekedar dan dialektik telah mendorong
bersikap optimis bahwa bangsa Indonesia perkembangan ideologi
dapat bertahan terus sampai berabad-abad marxisme/leninisme/komunisme di negara-
mendatang. Untuk itu masyarakat negara sosialis komunis. Pemikiran
Indonesia perlu selalu menggali dan Nietzche tentang Ubermensch (superman)
mereaktualisasi nilai-nilai dasar apa yang dan Wille zur Macht (kehendak untuk
mampu menjadi penyangga atau pilar berkuasa) telah mendorong Hitler untuk
kehidupan berbangsa dan bernegara, mengembangkan Naziisme yang
sehingga bangsa Indonesia tetap eksis militeristis (Kaelan,1996:41)
dalam wadah NKRI. Perlu dikemukakan, bahwa di Barat
Kajian filosofis tentang Pancasila terdapat aliran-aliran filsafat yang tidak
sebagai ideologi dan dasar negara berfungsi mendorong tumbuhnya ideologi.
hakikatnya adalah upaya kritis membuka Hal yang penting dari uraian di atas, bahwa
kesadaran memori kesejarahan masyarakat suatu ideologi umumnya bersumber kepada
bangsa Indonesia, yaitu melalui eksplorasi aliran filsafat, atau ideologi adalah
esensial untuk menggali azas-azas operasionalisasi sistem filsafat suatu
keberadaan (ontology), evidensi kebenaran bangsa. Begitu pula Ideologi Pancasila,
(epistemology), dan norma-norma adalah operasionalisasi filsafat bangsa
imperatif (axiology) yang memberi arah – Indonesia. Kedudukan Pancasila sebagai
tujuan adanya Pancasila sebagai ideologi ideologi dan dasar negara ibarat dua sisi
dan dasar negara. Kajian filosofis ini dapat dari satu mata uang yang sama, maing-
pula diartikan sebagai langkah peneguhan, masing menempati kedudukannya sendiri
penegasan, dan pengokohan tetapi keduanya dalam kesatuan fungsi
(corroboration)Pancasila sebagai ideologi dalam praktik ketatanegaraan. Ideologi
dan dasar negara R.I. Secara epistemologis, sebagai kerangka idealitas, dasar negara
hasil kajian ini dapat memperkuat validitas sebagai ke rangka yuridis bagi
dan legitimasi kebenarannya. terselenggaranya sistem ketatanegaraan
untuk kelangsungan kehidupan bangsa dan
II. PERMASALAHAN negara.
Kita semua paham apa arti dan
a. Apa alasan imperatif Pancasila
peranan suatu ideologi dan dasar negara
sebagai Ideologi dan Dasar
bagi kehidupan berbangsa dan bernegara,
Negara R.I ?
sehingga tidak perlu membahasnya secara
b. Apa azas filosofis dan urgensinya
khusus di sini.Namun ketika kita berbicara
bagi keberadaan Pancasila sebagai
tentang Ideologi dan dasar negara
ideologi dan dasar negara ?
Pancasila, fahamkah kita “ mengapa harus
64
HUMANIKA Vol. 20 No. 2 (2014) ISSN 1412-9418
Azas Filosofis Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar Negara
Iriyanto Widisuseno
DAFTAR PUSTAKA