Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang
Indonesia merupakan negara yang sangat rentan terkena bencana alam. Hal ini disebabkan
karena Indonesia terletak di jalur ring of fire dimana jalur tersebut banyak dijumpai gunung
berapi aktif. Hal ini mengakibatkan Indonesia sering mengalami bencana gempa bumi akibat
gunung berapi yang meletus. Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Indonesia
selama 2 tahun terakhir telah mengalami bencana gempa bumi sebanyak 39 kali dan 572 orang
meninggal dunia. Gempa bumi menjadi bencana nomor 2 penyumbang nyawa melayang setelah
gempa bumi dan tsunami yang telah memakan korban sebanyak 3475 jiwa.
Gempa bumi adalah suatu gerakan atau getaran yang terjadi pada kulit bumi yang
dihasilkan dari tenaga endogen (tenaga atau kekuatan perut bumi yang terjadi karena adanya
perubahan pada kulit bumi). Tenaga endogen memiliki sifat yaitu dapat membentuk bumi
menjadi tidak rata (Bayong (2006:12)
Banyaknya potensi bencana di Indonesia membuat pemerintah harus memberikan
edukasi kepada masyarakat mengenai mitigasi bencana. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi
risiko korban jiwa dan kerugian materiil yang kemungkinan dapat terjadi. Menurut UU Nomor
24 Tahun 2007, mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana.
Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110° 33′ 00″ dan 110° 13′ 00″
Bujur Timur, 7° 34′ 51″ dan 7° 47′ 30″ Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten Sleman sebelah
utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah, sebelah timur berbatasan
dengan Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten
Kulon Progo, Propinsi DIY dan Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah dan sebelah selatan
berbatasan dengan Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunung Kidul, Propinsi
D.I.Yogyakarta.( sumber :www.slemankab.go.id/profil-kabupaten-sleman/geografi/letak-dan-
luas-wilayah)
Beberapa kampus ternama di Jogjakarta sebagian berlokasi di wilayah Kabupaten Sleman.
Kampus-kampus tersebut antara lain UNY, UGM, Sanatadarma, dan lainnya. Banyak dari
mahasiswa di Jogjakarta merupakan orang yang merantau dari kota atau pulau lain. Tidak
menutup kemungkinan mereka kurang memahami mitigasi bencana saat terjadi bencana terutama
di daerah Jogjakarta. Maka dari itu penulis mengambil judul “Tingkat Pemahaman Mahasiswa
Tentang Mitigasi Bencana Gempa”.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat pemahaman mahasiswa mengenai mitigasi bencana gempa bumi?
2. Bagaimana peran mahasiswa saat mitigasi gempa bumi?
Tujuan
1. Mengetahui tingkat pemahaman mahasiswa mengenai mitigasi gempa bumi
2. Mengetahui peranan mahasiswa saat mitigasi gempa bumi
Manfaat
1. Menyelesaikan tugas kuliah bahasa Indonesia
2. Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa mengenai mitigasi bencana gempa bumi
3. Meningkatkan pertisipasi mahasiswa mengenai mitigsai bencana gempa bumi.
BAB II
ISI

Tinjauan Pustaka
Gempa bumi merupakan peristiwa alam yang waktu dan tempat kejadiannya belum bisa
diprediksi. Walaupun gempa bumi rentan terjadi di daerah lingkaran api (ring of fire), namun di
bagian mana dan kapan akan terjadi belum dapat ditentukan secara ilmiah. Kejadian gempa
bumi, selain menimbulkan kerugian material berupa bangunan, ternak, dan pertanian, juga dapat
menimbulkan korban nyawa manusia. Kejadian gempa bumi yang hingga menelan korban jiwa
disebut dengan bencana gempa bumi. Kejadian gempa bumi yang disampaikan di atas, hampir
semuanya menelan korban jiwa manusia di samping harta benda. Oleh karena itu, kejadian-
kejadian tersebut dikenal dengan bencana gempa bumi (Subagia, 2015).

Mitigasi merupakan tahap awal penanggulangan bencana alam untuk mengurangi dan
memperkecil dampak bencana. Mitigasi adalah kegiatan sebelum bencana terjadi. Contoh
kegiatannya antara lain membuat peta wilayah rawan bencana, pembuatan bangunan tahan
gempa, penanaman pohon bakau, penghijauan hutan, serta memberikan penyuluhan dan
meningkatkan kesadaran masyarakat yang tinggal di wilayah rawan(Dennis, dkk, 2016)

Sudibyakto (1998) menyatakan bahwa mitigasi bencana alam merupakan tindakan untuk
mengurangi dampak bencana dan hampir sama dengan kegiatan pencegahan. Menurut Sutikno
(1994) mitigasi adalah suatu tindakan sebelum bencana terjadi untuk mengurangi seminimal
mungkin kerugian harta benda atau korban jiwa. Pada prinsipnya upaya mitigasi dapat dilakukan
melalui pendekatan non struktural seperti peraturan perundangan, penyuluhan, insentif, dan
pengembangan sistem peringatan demi bahaya. Tindakan mitigasi terdiri dari mitigasi aktif dan
pasif. Mitigasi pasif berupa pengembangan tindakan-tindakan seperti peraturan tentang bangunan
(building code), tata guna lahan, tata ruang kota, pemasangan rambu dan tanda bahaya. Mitigasi
aktif mencakup tindakan-tindakan yang memerlukan kontak langsung dengan penduduk yaitu
melalui penyuluhan Potensi Energi Terbarukan di Kabupaten Kediri Propinsi Jawa Timur 86
sosial, pemugaran rumah, relokasi penduduk dari daerah rawan bencana ke daerah yang aman.
Mitigasi aktif tidak akan berfungsi tanpa mitigasi pasif (Soetarso, 1997 dalam Sudibyakto, 1985 :
3 dalam Nursa’ban, 2010: 45).

https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JPI/article/viewFile/4916/3704
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Muhammad%20Nursa'ban,
%20M.Pd./artikel_peta%20longsor_geomedia%2008.pdf
file:///C:/Users/lenovo/Downloads/11646-23234-1-SM%20(2).pdf

Anda mungkin juga menyukai