LAPORAN KASUS
VITILIGO
Disusun oleh:
115170004
Pembimbing:
Disusun Oleh:
Akbar Dito Erlangga
115170004
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikankan laporan kasus yang berjudul
“Vitiligo”. Penulisan laporan kasus ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah
satu tugas Pendidikan Profesi Dokter bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin di
Rumah Sakit Umum Daerah Tegurejo Semarang. Kami menyadari sangatlah sulit
bagi kami untuk menyelesaikan tugas ini tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak sejak penyusunan sampai dengan terselesaikannya referat ini.
Bersama ini kami menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya serta
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................2
KATA PENGANTAR....................................................................................3
DAFTAR ISI...................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................5
A. Latar Belakang...............................................................................5
BAB II PRESENTASI KASUS......................................................................6
A. Identitas Pasien.............................................................................6
B. Anamnesis....................................................................................6
C. Pemeriksaan Fisik........................................................................7
D. Resume..........................................................................................9
E. Pemeriksaan Penunjang ...............................................................10
F. Diagnosis Banding........................................................................10
G. Diagnosis Kerja............................................................................10
H. Dokumentasi.................................................................................10
I. Penatalaksanaan..............................................................................11
J. Prognosis........................................................................................11
BAB III PEMBAHASAN...............................................................................12
1. Definisi...........................................................................................12
2. Epidemiologi..................................................................................12
3. Etiopatogenesis...............................................................................13
4. Manifestasi Klinis...........................................................................15
5. Klasifikasi.......................................................................................16
6. Diagnosis .......................................................................................17
7. Diagnosis Banding .........................................................................18
8. Penatalaksanaan.............................................................................19
9. Prognosis........................................................................................23
BAB IV KESIMPULAN.................................................................................24
BAB V DAFTAR PUSTAKA........................................................................25
5
BAB I
PENDAHULUAN
Sejak zaman dahulu vitiligo telah dikenal dengan beberapa istilah yakni
shwetekusta, suitra, behak, dan beras1. Kata vitiligo sendiri berasal dan bahasa
latin, yakni vitellus yang berarti anak sapi, disebabkan karena kulit penderita
berwarna putih seperti kulit anak sapi yang berbercak putih. Istilah vitiligo mulai
diperkenalkan oleh Celsus, ia adalah seorang dokter Romawi pada abad kedua2.
Penyebab vitiligo yang pasti sampai saat ini belum diketahui. Namun,
diduga ini adalah suatu penyakit herediter yang diturunkan secara poligenik atau
secara autosomal dominan. Berdasarkan laporan, didapatkan lebih dari 30% dari
6
penderita vitiligo mempunyai penyakit yang sama pada orangtua, saudara, atau
anak mereka.3,4.
BAB II
PRESENTASI KASUS
A. IDENTITAS PASIEN :
Nama : Ny. Suwanti
Usia : 49 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Berat badan : 35,5 Kg
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Bugisan RT 01/ RW 01. Bugisan
Prambanan, Klaten
Tanggal Pemeriksaan : 17 Desember 2019
B. ANAMNESIS
Alloanamnesis dengan ibu pasien di Poli Kulit & Kelamin RSUD
Tugurejo Semarang pada tanggal 17 Desember 2019.
Keluhan utama : Bercak berwarna putih di leher, kedua telinga, dada,
kedua tangan, dan kedua jari jempol kaki
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poliklinik penyakit kulit dan kelamin RSUD
Tugurejo Semarang dengan keluhan bercak berwarna putih di kedua
tangan, leher, dan kedua jari jempol kaki. Keluhan tidak terasa nyeri,
tidak terasa gatal ketika berkeringat ataupun tidak berkeringat dan
tidak terasa baal. Keluhan pasien tidak didahului dengan keluhan
7
C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
BB : 35,5 Kg
Status Gizi : Baik
Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 88/59 mmHg
Nadi : 74x / menit
Respirasi : 20x / menit
Suhu : 36,5oC
Status Internis
Kepala Normocephal, tidak ada tanda trauma atau
8
Wheezing -/-.
Jantung : Bunyi jantung I-II reguler,
Murmur (-).
Gallop (-).
Status Dermatologis
Predileksi : Regio colli posterior, Auricula dextra et sinistra, Regio
thorax, Regio digiti Manus dextra et sinistra, Regio digiti I pedis dextra et
sinistra
UKK : Terdapat makula depigmentasi dengan batas tegas irreguler,
berbentuk tidak beraturan, ukuran lentikular hingga numular dengan
distribusi simetris.
D. RESUME
Seorang wanita usia 49 tahun, datang ke Poli Kulit dan Kelamin
RSUD Tugurejo Semarang pada tanggal 17 Desember 2019 dengan keluhan
utama adanya makula depigmentasi di Regio colli posterior, Auricula dextra
et sinistra, Regio thorax, Regio digiti Manus dextra et sinistra, Regio digiti I
pedis dextra et sinistra dengan batas tegas irreguler, berukuran lentikuler
hingga numular, distribusi simetris. Lesi tidak gatal, tidak nyeri, dan tidak
10
baal. Lesi timbul 1 tahun SMRS. Berawal dari lesi kecil di daerah dada,
kemudian secara perlahan membesar dan menyebar. Lesi bersifat kronik.
Riwayat pengobatan dilakukan 1 tahun SMRS saat keluhan pertama kali
terjadi di RS Permata Medika. Pasien memiliki riwayat alergi udara dingin..
Riwayat penyakit keluarga disangkal.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
F. DIAGNOSIS BANDING
Vitiligo
Pityriasis Alba
Pityriasis Versicolor
Hipopigmentasi pasca inflamasi
Kusta
G. DIAGNOSIS KERJA
Vitiligo
H. DOKUMENTASI
11
I. TERAPI
Medikamentosa
- Salep metilprednisolon 0.1% , dosis 1x1 dioles tipis pada daerah
dengan bercak putih
Non medikamentosa
- Hindari faktor risiko lain seperti stress, terpapar sinar matahari
( dengan penggunaan tabir surya dengan minimal SPF 30)
J. PROGNOSIS
- Quo ad vitam : Bonam
- Quo ad functionam : Bonam
- Quo sanactionam : Dubia ad bonam
12
BAB III
PEMBAHASAN
1. DEFINISI
2. EPIDEMIOLOGI
3. ETIOPATOGENESIS
Penyebab vitiligo yang pasti sampai saat ini belum diketahui. Namun,
diduga ini adalah suatu penyakit herediter yang diturunkan
secarapoligenikatau secara autosomal dominan.Berdasarkan laporan,
didapatkan lebih dari30% dari penderita vitiligo mempunyai penyakit yang
sama pada orangtua, saudara, atau anak mereka. Pernah dilaporkan juga kasus
vitiligo yang terjadi pada kembar identik3,4.
Walaupun penyebab pasti vitiligo belum diketahui sepenuhnya, namun
beberapa faktor diduga dapat menjadi pencetus timbulnya vitiligo pada
seseorang2 :
1. Faktor mekanis
Pada 10-70% penderita vitiligo timbul lesi setelah trauma fisik, misalnya
setelah tindakan bedah atau pada tempat bekas trauma fisik dan kimiawi
2. Faktor sinar matahari atau penyinaran ultra violet A
Pada 7-15% penderita vitiligo timbul lesi setelah terpajan sinar matahari
atau UVA dan ternyata 70% lesi pertama kali timbul pada bagian kulit yang
terpajan
3. Faktor emosi / psikis
Dikatakan bahwa kira-kira 20% penderita vitiligo berkembang setelah
mendapat gangguan emosi, trauma atau stres psikis yang berat
4. Faktor hormonal
Diduga vitiligo memburuk selama kehamilan atau pada penggunaan
kontrasepsi oral. Tetapi pendapat tersebut masih diragukan.
pengaktifan limfosit tersebut belum diketahui secara pasti. Teori ini juga
berdasarkan adanya temuan klinis terhadap hubungan antara vitiligo terhadap
gangguan autoimun. Autoantibodi organ spesifik untukt iroid, sel parietal
lambung, dan jaringan adrenal lebih sering ditemukan pada serum dengan
vitiligo dibandingkan dengan populasi umum. Antibodi terhadap melanosit
orang normal dapat dideteksi dengan menggunakan tes immunoprecipitation
spesifik yang memiliki pengaruh sitolisis. Didapati profil sel-T yang abnormal
pada pasien vitiligo dengan penurunan sel T-helper.
2. Hipotesis neurogenik, didasarkan pada interaksi dari melanosit dan sel
saraf. Hipotesis ini menyatakan bahwa adanya pelepasan mediator kimiawi
tertentu yang berasal dari akhiran saraf yang akan menyebabkan menurunnya
produksi melanin. Namun, studi baru pada penanda neuropeptida dan saraf
pada vitiligo menunjukkan bahwa neuropeptida Y mungkin memiliki peran
dalam proses terjadinya vitiligo.
3. Hipotesis biokimia, menyatakan bahwa melanosit dihancurkan oleh zat-zat
beracun yang dibentuk sebagai bagian dari biosintesis melanin yang alami.
Penghancuran ini merupakan mekanisme proteksi alami untuk menyingkirkan
prekursor melanin yang beracun. Hipotesis ini berdasarkan temuan klinis dari
vitiligo dan penelitan eksperimen terhadap depigmentasi kulit oleh senyawa
kimia yang memilik efek mematikan pada fungsi melanosit. Senyawa ini juga
dapat menghasilkan leukoderma yang dibedakan dengan vitiligo idiopatik.
Sementara itu, mekanisme langsung terjadinya makula putih disebabkan
penghancuran melanosit yang progresif oleh sel-T sitotoksi, lainnya
ditentukan secara genetis melalui perubahan sitobiologika dan sitokin yang
terlibat3.
4. MANIFESTASI KLINIS
makula dengan gambaran seperti “Kapur” atau putih pucat dengan tepi yang
tajam.
Progres dari penyakit ini bisa merupakan suatu pengembangan bertahap
dari makula lama atau pengembangan dari makula baru. Trichrome vitiligo
(tiga warna: putih,coklat muda,coklat tua) mewakili tahapan yang berbeda
dalam evolusi vitiligo3,9.
Tangan, pergelangan tangan, lutut, leher dan daerah sekitar lubang
(misalnya mulut) merupakan daerah-daerah yang sering ditemukan vitiligo5,6.
Kadang dapat juga ditemukan gambaran rambut yang memutih atau uban
prematur. Gambaran rambut putih pada vitiligo, dianalogikan dengan makula
putih, disebut dengan poliosis3.
5. KLASIFIKASI
6. DIAGNOSA
7. DIAGNOSA BANDING
1. Pityriasis alba
Pada pityriasis alba ditemukan lesi hipopigmentasi berukuran kecil, tepi
yang tidak berbatas tegas dengan atau tanpa skuama halus, kadang disertai
rasa gatal. Lesi diawali dengan makula berwarna merah muda yang
kemudian menghilang dan menjadi makula hipopigmentasi
Diagnosis pytiriasis alba pada pasien disingkirkan karena pada lesi pasien
ini tidak ditemukan skuama, dan berdasarkan anamnesis, lesi tidak diawali
dengan kemerahan, dan tidak gatal, lesi muncul secara tiba-tiba dari
ukuran kecil kemudian membesar secara perlahan.
2. Pityriasis versicolor
Pada pityriasis versicolor ditemukan lesi berupa macula hipopigmentasi /
hiperpigmentasi kadang eritematosa, dengan skuama halus disertai rasa
gatal ketika berkeringat. Pada pasien, diagnosis pityriasis versicolor
disingkirkan karena lesi yang ditemukan pada pasien adalah macula
depigmentasi, tidak dirasakan gatal, dengan riwayat hygine yang baik, dan
pasien juga megatakan tidak mengalami keringat yang berlebihan.
3. Hipopigmentasi Pasca Inflamasi
Pada hipigmentasi pasca inflamasi, terjadi setelah atau berhubungan
dengan dermatosis yang disertai inflamasi. Keadaan ini biasanya terjadi
pada dermatitis atopik, dermatitis eksematosa, dan alopesia musinosa,
mikosis fungoides, lupus eritematous diskoid, liken planus, liken striatus,
dan dermatitis seboroik. Pada pasien, diagnosis hipopigmentasi pasca
inflamasi disingkirkan karena pada daerah yang mengalami lesi
sebelumnya adalah kulit yang intak, pasien tidak mengalami peradangan
ataupun luka pada daerah sekitar lesi sebelumnya.
4. Kusta
Pada kusta terdapat beberapa tanda kardinal, yaitu lesi yang hipotesi /
anestesi, adanya penebalan saraf tepi disertai gangguan fungsi saraf dan
BTA positif. Diagnosis kusta ditegakkan jika terdapat minimal satu tanda
19
kardinal. Pada pasien, tidak didapatkan adanya tanda cardinal pada kusta
sehingga kusta bisa disingkirkan dari diagnosis.
8. PENATALAKSANAAN
Ada banyak pilihan terapi yang bisa dilakukan pada pasien dengan
vitiligo. Hampir semua terapi bertujuan untuk mengembalikan pigmen pada
kulit. Seluruh pendekatan memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing,
dan tidak semua terapi dapat sesuai dengan masing-masing penderita.
Tabir surya
Sunscreen atau tabir surya mencegah paparan sinar matahari
berlebih pada kulit dan hal ini dapat mengurangi kerusakan akibat sinar
matahari dan dapat mencegah terjadinya fenomena Koebner. Selain itu
sunscreen juga dapat mengurangi tanning dari kulit yang sehat dan dengan
demikian mengurangi kekontrasan antara kulit yang sehat dengan kulit
yang terkena vitiligo3.
Kosmetik
Banyak penderita vitiligo, terutama jenis vitiligo fokal
menggunakan covermask kosmetik sebagai pilihan terapi. Area dengan lesi
leukoderma, khususnya pada wajah, leher, atau tangan dapat ditutup
dengan make-up konvensional, produk-produk self tanning, atau
pengecatan topikal lain. Pilihan untuk menggunakan kosmetik cukup
menguntungkan pasien dikarenakan biayanya yang murah, efek samping
yang kecil, dan mudah digunakan3,9.
Repigmentasi
1. Glukokortikoid topikal, sebagai awal pengobatan diberikan secara
intermiten (4 minggu pemakaian, 2 minggu tidak) glukokortikoid
topikal kelas I cukup praktis, sederhana, dan aman untuk pemberian
pada makula tunggal atau multipel. Jika dalam 2 bulan tidak ada
respon, mungkin saja terapi tidak berjalan efektif. Perlu dilakukan
pemantauan tanda-tanda awal atrofi akibat penggunaan
kortikostreoid3. Pada beberapa penderita vitiligo, terapi dengan
20
7. Immunomudulator sistemik
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa pada anak-anak
dengan vitiligo, betamethason telah diganti dengan oral
methylprednisolon dan dikombinasikan dengan topikal ointment
fluticasone pada lesi vitiligo. Tingkat keberhasilannya pada > 90%
orang dewasa dan > 65% anak-anak dengan vitiligo adalah dari
tingkatan baik sampai sangat baik 11.
8. Topikal analog Vitamin D
Analog vitamin D, khususnya Calcipotriol, telah digunakan
untuk terapi tunggal atau dikombinasikan dengan topikal steroid pada
managemen vitiligo. Efek Vitamn D3 ini mampu menumbuhkan dan
mendiferensiasikan melanosit dan keratinosit kembali. Ini telah
dibuktikan pada suatu demonstrasi mengenai reseptor untuk 1-alpha
dihydroxyvitamin D3 pada melanosit. Dipercaya bahwa reseptor ini
mengatur stimulasi dari melanogenesis. Analog vitamin ini juga biasa
dikombinasikan dengan sinar UV (termasuk NB-UVB) dan topikal
steroid11.
9. Topikal 5-Fluorouracil
Topikal 5-Fluorouracil digunakan untuk menginduksi
repigmentasi pada lesi dengan vitiligo dengan memperbesar stimulasi
migrasi dari folicular melanosit ke epidermis selama proses epitelisasi.
22
9. PROGNOSIS
BAB IV
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA