Anda di halaman 1dari 3

Nama : Manisa Agustina

Nim : 01031381823134
Prodi : Akuntansi
Domisili : Palembang
Esai Problematika Omnibus Law

Dalam beberapa waktu terakhir, omnibus law memicu banyak perdebatan di tingkat
nasional. Istilah omnibus law di Indonesia pertama kali akrab di telinga setelah pidato pelantikan
Presiden Joko Widodo pada Oktober 2019 lalu. Omnibus law ini sejatinya lebih banyak
kaitannya dalam bidang kerja pemerintah di bidang ekonomi. Yang paling sering jadi polemik,
yakni ombinibus law di sektor ketenagakerjaan yakni UU Cipta Lapangan kerja. Sebagaimana
bahasa hukum lainnya, omnibus berasal dari bahasa latin omnis yang berarti banyak. Artinya,
omnibus law bersifat lintas sektor yang sering ditafsirkan sebagai UU sapujagat. Ada tiga hal
yang disasar pemerintah, yakni UU perpajakan, cipta lapangan kerja, dan pemberdayaan
UMKM.
Penerapan Omnibus Law akan melemahkan posisi pemerintah daerah dan buruh karena
terjadinya shifting pemerintah pusat dan bisnis akan menjadi lebih kuat.Omnibus Law juga tidak
relevan dengan penyediaan lapangan kerja karena secara statistik angka pengangguran di
Indonesia mengalami penurunan. Sebagai produk hukum yang belum pernah diterapkan secara
formal di Indonesia, Omnibus Law tentu akan mendapat banyak tantangan serupa dari berbagai
pihak.
Jika dicermati ada 2 tantangan terberat penerapan Omnibus Law, masalah pertama yaitu
masih adanya persepsi tentang Omnibus Law yang dianggap berdampak pada kebijakan
pemerintah daerah karena dinilai membatasi kebijakan pemerintah setempat.
Masalah yang kedua adalah Omnibus Law tidak sejalan dengan UU No 12 Tahun 2011
tentang pembentukan perundang-undangan. Masalah ini bisa saja melebar jika Omnibus Law
tersentuh oleh kalangan masyarakat seperti mahasiswa dan aktivis hukum yang tidak sependapat
dengan penerapan omnibus law.
Didukung dengan pernyataan Presiden Jokowi yang mengatakan Omnibus Law akan
mereduksi beberapa pasal hukum yang tidak sejalan dengan kebijakan pemerintah pusat yang
membawahi sektor prekonomian seperti otoritas keuangan dan pemberdayaan ekonomi
masyarakat menengah kebawah.
Sehingga upaya penerapan Omnibus Law akan semakin terhambat dan hanya sebatas
wacana saja. Secara konsep, Omnibus Law adalah produk hukum yang sudah tua dan sudah
diterapkan oleh beberapa negara di dunia, termasuk Amerika Serikat, Irlandia, Singapura dan
Kanada.
Sehingga implementasinya secara materi sudah tidak menjadi persoalan lagi karena
referensinya sudah cukup untuk diterapkan. Hanya saja Omnibus Law yang dijelaskan oleh
Presiden Jokowi memiliki jangkauan yang luas, sehingga perlu kajian yang lebih mendalam dan
proses trial terlebih dulu.
Apalagi Omnibus Law akan menggugurkan sekitar 72-74 pasal yang dianggap
bermasalah disektor lapangan kerja dan perpajakan. Untuk itu pemerintah pusat baik Presiden
dan DPR perlu mengambil langkah yang tepat sebelum mengimplementasikan Omnibus Law
sebagai payung hukum.
Langkah pertama mengajukan judicial review kepada Mahkamah Agung dan Mahkama
Konstitusi terkait UU No 12 Tahun 2011 tentang pembentukan perundang-undangan. Jika UU
ini tidak segera diamandemen, maka pembentukan dan penerapan Omnibus Law akan sulit
diterapkan karena anggapan akan melenceng dari asas hukum yang sudah berlaku pasti akan
muncul.
Secara konsep, Omnibus Law adalah produk hukum yang sudah tua dan sudah diterapkan oleh
beberapa negara di dunia, termasuk Amerika Serikat, Irlandia, Singapura dan Kanada. Sehingga,
untuk implementasinya secara materi sudah tidak menjadi persoalan lagi karena referensinya
sudah cukup untuk diterapkan. Hanya saja, Omnibus Law yang dijelaskan oleh Presiden Jokowi
memiliki jangkauan yang luas sehingga perlu kajian yang lebih mendalam dan proses trial
terlebih dahulu. Apalagi Omnibus Law akan menggugurkan sekitar 72-74 pasal yang dianggap
bermasalah di sector lapangan kerja dan perpajakan.
Untuk itu, pemerintah pusat baik Presiden dan DPR perlu mengambil langkah yang tepat
sebelum mengimplementasikan Omnibus Law sebagai payung hukum. Langkah pertama adalah
mengajukan Judicial Review kepada Mahkamah Agung dan Mahkama Konstitusi terkait dengan
UU No 12 Tahun 2011 tentang pembentukan perundang-undangan. Jika UU ini tidak segera
diamandemen, maka pembentukan dan penerapan Omnibus Law akan sulit diterapkan karena
anggapan akan melenceng dari asas hukum yang sudah berlaku pasti akan muncul. Namun
tampaknya langkah ini sudah ditempuh pemerintah sebagaimana pernyataan Menkopolhukam
pada November 2019 bahwa tahap awal untuk merealisasikan Omnibus Law adalah merevisi UU
No12 Tahun 2011
Dibutuhkan juga tim ahli yang sudah terakreditasi dalam bidang hukum agar mampu
menjabarkan konsep penerapan Omnibus Law baik kepada pemerintah daerah dan masyarakat
agar tidak timbul kesalahpahaman. Tim Ahli juga akan meringankan beban satgas yang sudah
dibentuk oleh Presiden Jokowi dalam penyusunan materi dan strategi penerapan Omnibus Law
nantinya. Sehingga, penyusunan Omnibus Law akan lebih efesien karena banyak elemen yang
terlibat, mulai dari pemangku kebijakan, akademisi, pemerintah dan praktisi hukum.
Oleh karena itu, asas kebermanfaatan dari produk hukum ini harus jelas dan sampai ke publik.
Seperti contoh bagi masyarakat yang memiliki usaha bisa mendapatkan ijin lebih mudah dan
tanpa harus terkendala oleh regulasi yang berbelit-belit. Bisa juga dengan adanya Omnibus Law
masyarakat memiliki usaha yang dimiliki secara bersama sehingga terjadi sharing profit. Apalagi
didukung dengan kondisi ekonomi saat ini yang sudah berubah dari usaha yang dimiliki
perseorangan menjadi milik bersama sehingga membuat masyarakat bisa membangun usaha
secara bersama dengan prinsip sharing economy.
Omnibus Law juga harus memperjelas hak buruh agar tidak memunculkan masalah baru.
Apalagi saat ini Omnibus Law ramai mendapatkan penolakan dari pihak buruh karena menilai
upah minimum akan terganggu. Untuk itu, Omnibus Law harus dibuat salah satunya untuk
melindungi hak kerja dan upah buruh. Beberapa hal yang bisa dilakukan adalah dengan membuat
aturan khusus untuk jaminan sosial bagi buruh dan upah minimun yang lebih berpihak kepada
buruh. Sasarannya dengan memperbaiki regulasi SJSN (Sistem Jaminan Sosial Nasional) dan
BPJS ketenagakerjaan yang selama ini masih bermasalah penerapannya.
Jika langkah ini bisa ditempuh maka penolakan terhadap Omnibus Law oleh kelompok
buruh bisa diantisipasi dengan mudah karena buruh akan merasa diuntungkan dengan adanya
Omnibus Law. Keterlibatan kelompok buruh pada pembahasan RUU Omnibus Law di sektor
Cipta Lapangan Kerja juga penting dilakukan agar aspirasi kelompok buruh tersampaikan ke
pemerintah guna menajdi pertimbangan sebelum Omnibus Law nantinya betul-betul diterapkan.

Anda mungkin juga menyukai