Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

MATA KULIA : MANAJEMEN MUTU PRODUK PERIKANAN

MODUL : STANDAR KUALITAS DAN


PERMASALAHAN PRODUK PERIKANAN

DOSEN : DR.IR. MUHAMMAD IKBAL LILJAS., M.Sc.

OLEH :

ERWIN

1922010021

A (BDP)

BUDIDAYA PERIKANAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP

2020/2021
Bisnis usaha budidaya ikan akhir-akhir ini dirasakan semakin menjanjikan, apabila
diusahakan dengan serius atau sungguh-sungguh usaha ini dapat memberikan penghasilan yang
sangat besar bagi para pelaku budidaya ikan air tawar. Hal ini didukung dengan kesadaran
masyarakat akan kesehatan semakin baik, sehingga berpengaruh terhadap pilihan menu makanan
yang dikonsumsinya.

ilustrasi
Ikan segar adalah salah satu menu yang dipilih oleh masyarakat karena selain kaya
protein, mineral dan vitamin, ternyata ikan memiliki keunggulan karena rendah kolestrol dan
lemak yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Pada saat ini diprediksi sudah mulai terjadi
pergesaran yang semakin besar terhadap pilihan menu makanan berprotein tinggi asal daging
merah ke menu makanan berprotein tinggi daging putih atau ikan. Berdasarkan hal tersebut,
prospek pasar komoditas hasil perikanan akan semakin baik dan menjadi menu utama
masyarakat global.
Dengan melihat peluang pasar yang begitu besar dan terbuka luas tersebut maka memilih
usaha budidaya ikan tidak akan khawatir dan kesulitan dalam memasarkan ikan hasil
budidayanya. Namun demikian usaha budidaya ikan bukan berarti tidak memiliki berbagai
kendala dan tantangan, seperti adanya serangan atau wabah hama penyakit ikan, pencemaran
perairan baik yang berasal dari limbah domestik, pertanian maupun industri yang apabila tidak
tertangani dengan baik dapat menyebabkan kerugian bagi para pelaku usaha budidaya ikan.
Hama dan penyakit yang dapat menyerang ikan budidaya dapat berasal dari jamur,
parasit, bakteri maupun virus. Hama dan penyakit ikan biasanya muncul dan menyerang ikan
budidaya apabila kondisi lingkungan perairan dimana ikan dibudidayakan berada pada kondisi
yang ekstrim seperti; perubahan temperature air yang sangat ekstrim, perubahan struktur pH air
yang ekstrim, perubahan tingkat kesadahan air yang ekstrim, perubahan salinitas air yang esktrim
dan berbagai perubahan parameter air lainnya yang sangat ekstrim sehingga berpengaruh
terhadap keseimbangan proses metabolisme pada tubuh ikan yang akan menyebabkan
menurunya daya tahan tubuh ikan dan akhirnya menjadi lemah, dan pada kondisi tersebut
berbagai jenis penyakit dapat dengan mudah menyerang ikan yang sedang budidayakan
Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) atau yang lazim dalam bahasa Inggris dikenal
sebagai Good Aquacultur Practice (GAP) adalah sistem atau metoda cara budidaya ikan yang
dikendalikan dari faktor-faktor eksternal yang dapat bersifat merugikan dengan menerapkan cara
budidaya dan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan termasuk dalam proses cara
memanennya agar dihasilkan kualitas mutu produk ikan hasil budidaya dengan kualitas yang
baik.
CBIB Senjata Ampuh Pengendalian Penyakit Ikan
Kunci utama dalam pengendalian hama dan penyakit ikan adalah melalui penerapan
biosecurity yang menjadi salah satu bagian dari prinsip CBIB disamping aspek keamanan pangan
(food safety) dan ramah lingkungan (eviromental friendly). Keamanan biologi atau lebih dikenal
dengan Biosecurity merupakan upaya mencegah atau mengurangi peluang masuknya penyakit
ikan ke suatu sistem budidaya dan mencegah penyebaran dari satu tempat ke tempat lain yang
masih bebas. Namun demikian secara umum pada kenyataannya prinsip biosecurity belum
sepenuhnya diterapkan pada kegiatan budidaya ikan. Kondisi ini berbanding terbalik jika
dibandingkan pola manajemen budidaya ikan yang dilakukan di negara asing yang teknologi
budidaya ikannya sudah sangat maju seperti: Thailand, China dan Jepang prinsip biosecurity
menjadi pertimbangan utama sebagai penentu keberhasilan budidaya ikan. Pembudidaya
seringkali belum menyadari bahwa pengelolaan air bukan hanya dilakukan pada air yang masuk,
namun pengelolaan air buangan budidayapun yang sangat penting untuk mencegah penyebaran
hama dan penyakit ikan terhadap lokasi budidaya disekitarnya. Mempertimbangkan fenomena di
atas maka “society awareness” perlu ditanamkan terhadap para pembudidaya ikan, sehingga ada
komitmen dan tanggungjawab bersama dalam upaya pencegahan terhadap kemungkinan
masuknya hama dan penyakit serta kemungkinan dampak penyebaran terhadap lingkungan
budidaya disekitarnya.
Terdapat beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab munculnya penyakit ikan
sehingga menyebabkan kegagalan panen antara lain:
1. Kualitas benih yang rendah dan sudah terinfeksi penyakit
2. Kondisi Lingkungan tempat budidaya ikan meliputi sumber air berkualitas rendah dan
terkontaminasi oleh pathogen penyebab penyakit ikan
3. Pengelolaan lingkungan tambak/kolam selama pemeliharan yang kurang baik menyebabkan
kualitas lingkungan perairan berkualitas rendah dan terjadi fluktuasi kualitas lingkungan perairan
yang luas selama proses pemeliharaan menyebabkan ikan mengalami stress sehingga kondisi
ikan melemah, yang pada akhirnya mudah terserang penyakit.
Ditambahkan, bahwa Penyebaran penyakit ikan ini akan lebih cepat bila tataletak dan
konstruksi antar petak tambak atau kolam dalam kondisi kurang baik. Konstruksi pematang yang
tidak kedap sehingga menyebabkan air yang terinfeksi penyakit rembes/bocor mengalir masuk
pada petak pembesaran ikan lainnya sehingga menyebabkan penularan. Penggunaan saluran inlet
dan outlet secara bersamaan dengan pengaturan pengelolaan air yang tidak baik , dapat
menyebabkan buangan air dari petak tambak yang terserang penyakit menular pada perairan
yang digunakan sebagai sumber air untuk kegiatan budidaya di kawasan tambak lainnya.
Salah satu konsep yang saat ini telah diterapkan adalah melalui penerapan CBIB/BMPs dengan
model cluster. Model ini diharapkan mampu meminimalisir serangan dan penyebaran penyakit.
Ada lima prinsip dasar CBIB/BMPs untuk budidaya ikan guna mengantipasi serangan penyakit
serta menjamin keamanan pangan (food safety) produk udang, yaitu :

1. Pemilihan lokasi yang sesuai dengan komoditas ikan yang dibudidayakan meliputi
system irigasi baik, kualitas tanah dasar tidak tanah masam, konstruksi tambak kedap
(maksimum bocoran 10%/minggu).
2. Musim tebar yang tepat dan serentak pada tambak/kolam dalam kawasan/cluster (Use
an all-out, all-in, once-only stocking of participating ponds),
3. Penerapan bioskurity secara maksimal dengan menggunakan benih sehat (negative tes
PCR), tandon (resevoar) atau biofilter untuk mencegah carier dan untuk perbaikan
mutu air.
4. Menjaga kestabilan lingkungan tambak/kolam selama proses pemeliharaan yaitu
pengelolaan air terutama Pengelolaan Oksigen terlarut pada dasar tambak/kolam dan
pengelolaan pakan.
5. Memaksimalkan produk hasil perikanan yang aman pangan (food safety), berkualitas
dan menguntungkan dengan tidak menggunakan pestisida dan bahan kimia lainnya
yang di larang.
Antisipasi Dini Penyakit melalui Kebijakan Analisis Resiko Impor (Import Risk
Analysis)
Penurunan produksi udang pada tahun 2009 dan 2010 pada kenyataannya lebih
disebabkan oleh kegagalan produksi sebagai akibat akibat serangan virus, dimana sumbernya
dapat berasal dari udang impor. Importasi udang dan produknya dari negara lain memberikan
kemungkinan penyakit udang untuk masuk ke Indonesia, hal ini dapat mempengaruhi kesehatan
dan berdampak terhadap kegagalan produksi udang nasional yang pada giliranya dapat
mempengaruhi kehidupan ekonomi masyarakat pembudidaya. Kebijakan Analisa Resiko Impor
(Import Risk Analysis) untuk komoditas udang baik dalam bentuk induk, benih maupun produk
dimaksudkan untuk menilai resiko terbawanya hama penyakit udang ke Indonesia dikaitkan
dengan importasi secara objektif dan transparan sehingga tindakan kesehatan ikan dapat
dijustifikasi secara alamiah. Perjanjian WTO (World Trade Organization) mengenai tindakan
Sanitary and Phystosanitary (SPS agreement) mengakui secara sah penerapan tindakan-tindakan
yang ditermpuh suatu negara untuk melindungi manusia dan hewan terhadap resiko masuknya
penyakit.
Analisis Resiko Impor dapat diberlakukan terhadap negara anggota OIE (Office
International des Epizooties) atau Badan Kesehatan Hewan Dunia, yaitu meliputi a) jenis atau
strain/varietas ikan baru; b) produk perikanan baru; c) jenis ikan berbahaya; d) ikan dan produk
perikanan dari negara asal yang memiliki penyakit baru; e) ikan dan produk perikanan dari
negara asal yang sedang terkena wabah; f) pertama kali masuk dari suatu negara. Sedangkan bagi
negara yang bukan anggota OIE larangan impor dapat diberlakukan terhadap semua produk.
Harapan itu masih ada dan kian terbuka
Lika-liku perkembangan usaha budidaya ikan dengan segenap kompleksitas
permasalahan yang mendera pada kenyataannya telah memberikan pelajaran berharga kepada
kita stakeholders bahwa semua itu terletak pada kurang pedulinya pelaku usaha budidaya
terhadap manajemen budidaya yang lestari dan berkelanjutan. Peningkatan produksi secara
besar-besaran akan memicu masalah baru jika pengelolaan budidaya tidak memperhatikan daya
dukung dan kelestarian lingkungan. Ya, mungkin kita harus berlapang dada untuk kembali
menuruti pribahasa bahwa “Kegagalan adalah Pengalaman Berharga”.
Konkritnya saat ini bagaimana kegagalan dimasa lalu tersebut tidak menjadi preseden
buruk dan terulang pada saat ini dan yang akan datang melalui upaya kerja keras dalam
melakukan perubahan secara signifikan melalui penerapan pola manajemen budidaya
berkelanjutan (Sustainable Aquaculture). Pembinaan dan sosialisasi pentingnya penerapan
teknologi anjuran berbasis CBIB perlu terus dilakukan secara intensif dan berkelanjutan bukan
hanya sebagai tanggungjawab Pemerintah melainkan stakeholders lain dapat secara langsung
terlibat dalam upaya yang sama. Kegiatan semisal Temu Lapang merupakan bentuk komitmen
pemerintah yang diharapkan akan mampu menumbuh kembangkan Kelompok Pembudidaya
Ikan (Pokdakan) yang mampu menerapkan standar dan teknologi anjuran untuk menghasilkan
produk perikanan budidaya yang berdaya saing.
Komitmen dan konsistensi pelaku usaha budidaya dalam menerapkan prinsip-prinsip
CBIB dalam semua tahapan proses produksi mutlak perlu ditanamkan dan diimplementasikan
secara nyata, jika tidak ingin masuk ke lubang yang sama, saatnya menatap masa depan bisnis
perikanan yang lebih baik

Anda mungkin juga menyukai