Studi Hadist
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh :
JURUSAN TARBIYAH
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud kejujuran membawa kebijakan ?
2. Apa manfaat berperilaku jujur ?
3. Apa akibatnya jika kita tidak jujur ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui maksud dari kejujuran membawa kebijakan
2. Untuk mengetahui manfaat apa saja dalam berperilaku jujur
3. Untuk mengetahui apa saja akibat jika kita tidak berbuat jujur
BAB II
PEMBAHASAN
A.Hadits Kejujuran Membawa Kebajikan
2. Tinjauan Bahasa
لص ْد ُق
ِّ ا :Jujur
1
Syafe’i Racmat, Al-Hadits (Aqidah,Akhlaq,Sosial,danHukum),(Bandung:Pustaka Setia.200).81-
83
ُّ اَلْرِب :Kebaikan
3. Biografi Perawi
Abdullah Ibn Mas’ud Ibn Gafil Ibn Habib Al-Hadly, nama kunyahnya
adalah Abu Abdurrahman. Ia masuk islam di Mekah, Pernah hijrah ke
Habsyi kemudian hijrah ke Madinah, dan menyaksikan perang badar,
Bay’ah Ar-Ridlwan, serta pernah shalat menghadap dua kiblat.
Rasulullah SAW. Menghormatinya dan memberikan kabar gembira
dengan sabdanya bahwa beliay SAW. Rida terhadap apa-apa yang
diridai Ibnu Ummu Abd (Abdullah Ibn Mas’ud) dan membenci apa-
apa yang dibencinya
Pada masa Khalifah Umar Ibn Khaththab dan Utsman, ia menjadi
qadhi di kuffah dan penanggung jawab bait al-mal, kemudian kembali
ke Madinah dan meninggalkan kota tersebut. Akan, tetapi menurut
sebagian riwayat, ia meninggal di Kuffah pada tahun 32H, dalam usia
lebih dari 60tahun.
4. Penjelasan Hadits
Hadits ini mengisyaratkan bagi siapa yang berusaha untuk tetap
berkata jujur maka jujur akan mendarah daging pada dirinya. Dan
barang siapa yang dengan sengaja berdusta dan selalu berkata dusta
maka sifat ini juga akan mendarah daging pada dirinya. Para ulama
berpendapat bahwa dalam hadits ini terdapat dorongan untuk selalu
berlaku jujur.2
Dengan latihan dan usaha, sifat baik dan buruk itu dapat dicapai.
Ketika seseorang itu bersikap jujur, maka kejujuran akan membimbing
2
Muhamad fu’ad Abdul Baqi, Kumpulan Hadits Shahih Bukhari Muslim. Terj_Arif Rahman,
(Solo: Insan Kamil.2012).803
pelakunya menuju surga dan sebaliknya ketika seseorang bersikap
dusta akan membawa pelakunya kedalam neraka.3
Dalam kitab Madaarijus Saalikiin (XI/268), Ibnu Qayyim Al-
Jauziyah juga menerangkan sifat ash-shidq(kejujuran), ia mengatakan:
“Yaitu maqam (kedudukan) kaum yang paling agung, yang darinya
bersumber maqam-maqam para salikin (orang-orang yang menempuh
jalan menuju Allah), sekaligus sebagai jalan yang lurus, sehingga siapa
saja yang tidak berjalan diatasnya, niscaya mereka akan binasa.4
Sebagaimana yang diterangkan diatas bahwa berbagai kebaikan
dan pahala akan diberikan kepada orang yang jujur, baik di dunia
maupun kelak di akhirat’. Ia akan dimasukan kedam surga dan
mendapat gelar yang sangat terhormat, yaitu siddiq, artinya orang yang
sangat jujur dan benar. Bahkan dalam Al-Qur’an dinyatakan bahwa
orang yang selalu jujur dan selalu menyampaikan kebenaran
dinyatakan sebagai orang yang bertakwa:
Hal itu sangat pantas diterima oleh mereka yang jujur dan
dipastikan tidak akan berkhianat kepada siapa saja, baik kepada Allah,
sesama manusia, maupun dirinya sendiri. Orang yang jujur akan
melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhimsegala larangannya,
serta mengikuti segala Sunnah Rasulullah SAW, karena hal itu
merupakan janjinya kepada Allah ketika mengucapkan dua kalimah
syahadat
Dengan kata lain orang jujur akan menjadi orang yang paling taat
kepada Allah swt. Dalam sebuah riwayat disebutkan tentang seorang
3
Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash-Shan’ani, Subulus salam-syarah bulughul maram. Terj_Ali
Nur Medan, dkk, (Jakarta:Darus Sunnah Press,2008). III:953
4
Syaikh Salim bin’led al-hilali, Syarah Riyadhush Shalihin,Terj_M.Abdul Ghoffar E.M.
(Jakarta:Pustaka Imam Asy-Syafi’i.2012). 226
baduy yng meminta nasihat kepada Rasulullah saw. Beliau saw. Hanya
berkata “jangan bohong”. Perkataan rasulullah saw. Terus mengiang-
ngiang ditelinga sang baduy sehingga setiap kali dia akan melakukan
suatu perbuatan tercela, dia berpikir bahwa Rasulullah pasti akan
menanyakannya dan dia harus jujur. Dia pun tidak jadi melakukan
perbuatan terlarang tersebut.5
“Tiada mengatakan sepatah katapun, melainkan ada pengawas yang selalu siap
mencatat (malaikat Raqib dan Atid)”
Oleh karena itu, setiap orang beriman hendaknya tidak asal bicara apalagi
terhadap sesuatu yang belum jelas dan belum ia ketahui kebenarannya secara
pasti. Allah SWT. Berfirman:
ك بِه ِع ْل ٌم
َ َس ل
َ ف َمالَْي
ُ َوالَ َت ْق
Artinya :
5
Syafe’i Racmat, Al-Hadits (Aqidah,Akhlaq,Sosial,danHukum),(Bandung:Pustaka Setia.200).84
ص ْو َن ِ
ُ قُت َل اْخلََّرا
Artinya:
BAB III
KESIMPULAN
Dari hadits tersebut kita dianjurkan untuk selalu bertingkah laku terpuji dalam
kehidupan sehari-hari. Tidak ada yang lebih berat timbangan amalan seorang
mukmin pada hari kiamat dari pada budi pekertinya, karena sesungguhnya Allah
mencintai orang-orang yang berbuat baik. Kebaikan disini dapat diartikan sebagai
menghubungkan tali silaturahmi, jujur, lembut, bersikap baik, taat, prasangka
baik, dll. Ketika seseorang itu bersikap jujur, maka kejujuran akan membimbing
pelakunya menuju surga dan sebaliknya ketika seseorang dusta akan membawa
pelakunya kedalam neraka
6
Ibid.,85
DAFTAR PUSTAKA