Anda di halaman 1dari 3

BAB 21

PAHALA MENDUKUNG ORANG BERIBADAH

Hadits ke-182 | Hadits Abu Abdurrahman Zaid bin Khalid al-Juhani Radhiallahu ‘anhu

Dari Abu Abdurrahman Zaid bin Khalid al-Juhani Radhiallahu ‘anhu, beliau berkata,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. bersabda,

ِ ‫ َم ْن جهَّزَ غ‬: ‫صلّى هللاُ َعلَ ْي ِه و َسلَّم‬


‫َازيا ً في‬ َ ‫ قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬: ‫ال‬
َ َ‫رضي هَّللا عنه ق‬
َ ‫عن َأبي عب ِد الرحمن زي ِد بن خال ٍد ْال ُجهَن ِّي‬
‫ق عليه‬ ٌ ‫َازيا ً في َأ ْهلِ ِه بِ َخي ٍْر فَقَ ْد َغ َزا» متف‬ ِ ‫يل هَّللا فَقَ ْد َغ َزا َو َم ْن خَ لَفَ غ‬
ِ ِ‫َسب‬

"Barangsiapa yang menyiapkan keperluan orang yang akan berjihad di jalan Allah, berarti
dia telah jihad, dan barangsiapa yang mengurusi keluarga orang yang berperang dengan
baik, maka berarti dia telah ikut berperang." (Muttafaq’alaih)

Perawi Hadits

Zaid bin Khalid Al-Juhani ‫رضي هللا عنه‬, kunyah beliau adalah Abu Abdurrahman atau ada
yang mengatakan Abu Talhah, beliau tinggal di Kota Madinah, ikut serta dalam Suhu
Hudaibiyah dan ikut umrah Bersama Rasulullah ‫ﷺ‬, lalu dihalangi oleh orang Musyrik
Quraisy di Hudaibiyah dan terjadi perjanjian dan salah satu poinnya harus pulang Kembali ke
Madinah dan baru tahun depan untuk mengqada’ Umrah tersebut, dan Suhul Hudaibiyah itu
dirasa para sahabat sangat merugikan tetapi Rasulullah ‫ ﷺ‬menyetujui dan sepakat dengan
orang Quraisy, dan ternyata itu sangat menguntungkan. Itu menunjukkan bahwa,

“‫” َو َع َس ٰى َأ ْن تَ ْك َرهُوا َش ْيًئا َوهُ َو خَ ْي ٌر لَ ُك ْم ۖ َو َع َس ٰى َأ ْن تُ ِحبُّوا َش ْيًئا َوه َُو َشرٌّ لَ ُك ْم‬,

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula)
kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu”.

Dan Zaid bin Khalid Al-Juhani menyaksikan dan hadir di Hudaibiyah Bersama Rasulullah ‫ﷺ‬
lalu beliau juga yang memegang bendera Juhainah pada saat pembukaan Kota Mekah. Dan
Zaid bin Khalid Al-Juhani meriwatkan dari Nabi ‫ﷺ‬, dari Utsman, Abu Talhah, dari Aisyah,
dan nanti anaknya meriwayatkan dari beliau. Zaid bin Khalid Al-Juhani wafat ada yang
mengatakan di Kota Madinah ada yang mengatakan di Mesir.

Jadi jika ayahnya baik, meriwayatkan dari Nabi ‫ ﷺ‬nanti Insyaa Allah anaknya akan
mengikuti jejaknya. Seperti halnya Umar atau Ibnu Umar dan anak-anaknya Abu Bakr.
Makanya kita berusaha menjadi baik, berhijrah dan menuntut ilmu itu bukan sebatas untuk
diri kita, tetapi untuk anak-anak kita, “Jagalah hak Allah niscaya Allah akan jaga dirimu”,
dan menjaga diri kita dijelaskan para ulama termasuk menjaga keturuan kita. Makanya ketika
anaknya Said bin Al-Musayyib ulama fiqh di masa tabiin, ketika ditanya anaknya, ‘Kenapa
Ayah sangat semangat beribadah? Lalu Said bin Al-Musayyib menjawab, ‘Salah satu
tujuannya setelah mencari wajah Allah itu, Ayah rajin beribadah untuk kamu agar kamu
dijaga oleh Allah’. Dan banyak orang itu ingin anaknya lebih baik daripada dia tetapi hanya
orientasi dunia, ini fitrah yang bagus, bahkan banyak orang yang tidak baikpun tidak ingin
anaknya mengikuti jejak dia dan berharap anaknya menjadi orang baik. Dan banyak orang
memakan uang haram, tetapi tidak mau anaknya masuk kedunia dia, dan menginginkan
anaknya menjadi orang baik-baik saja. Punya pendapatan yang halal dan lebih baik. Kalau
kita memiliki fitrah seperti itu seharusnya kita rajin ibadah dan menuntut ilmu dan rajin
mengamalkan, nanti Allah jaga anak kita dan itu yang terjadi di kehidupan secara umum.
Tentu saja anomali selalu ada di satu dua kasus, bukankah di ilmu fiqh ada Kaidah “Disetiap
kaidah ada pengecualian-pengecualian”.

Pelajaran

1. Para ulama mengatakan kalua orang yang mau berperang untuk membela agama,
kehormatan dan tanah airnya yang diisi oleh orang-orang shalih dan orang yang
bertakwa kepada Allah dia harus memiliki, (1) Modal, kalau di zaman dulu termasuk
hari ini harus punya kendaraan, kuda atau unta, (2) Bekal seperti logistik makanan,
Kompas, obat-obatan khusus, dan (3) Senjata seperti pedang, tombak, panah.
Dan jika ada yang mau membantu keperluan tersebut maka dia akan mendapatkan
pahalanya, seakan-akan dia ikut langsung. Lalu orang yang berangkat itu
meninggalkan keluarga, kalau ada yang mengurusi sehingga kehidupan keluarganya
tercukupi kebutuhan pokoknya dan dapat hidup dengan layak, maka nya kata Nabi
‫‘ بِخَ ي ٍْر‬Diurusi dengan baik’, karena ayahnya sedang berjuang di jalan Allah maka dia
mendapatkan pahala berjihad.
2. Dari sini para ulama memberikan kaidah besar ‘Barangsiapa yang menolong atau
mendukung seseorang untuk mengerjakan ketaatan dari ketaatan, untuk mengerjakan
amal shalih, untuk mengerjakan Ibadah, maka dia mendapatkan pahala ibadah
tersebut, seakan-akan dia langsung ikut mengerjakan ibadah itu tanpa mengurangi
pahala orang yang mengerjakannya tersebut, dan barangsiapa yang mengurusi
keluarga orang yang sedang beramal shalih, beribadah, maka ia seperti orang yang
terjun langsung’. Dan ternyata hadits ini bukan hanya tentang sebuah ibadah, bukan
hanya tentang amal shalih tetapi ini kaidah umum.
3. Imam Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin mengatakan, ‘Barangsiapa yang
mendukung orang yang belajar agama, Tolabul Ilmu dengan caranya dibekali, kita
dukung dengan membeli buku atau kitab-kitab, karena buku itu senjatanya orang
penuntut ilmu, guru-guru kita, ustadz-ustadz kita dan para ulama-ulama kita, dan kita
penuhi kebutuhannya termasuk tempat tinggal mereka, maka pahalanya akan mengalir
terus ke orang tersebut’.
4. Banyak sekali pintu amal shalih dan pintu ibadah yang bisa jadi selama ini kita sia-
siakan, padahal mungkin itu ada didepan mata kita, tetapi karena kita tidak peka lepas
semua. Dan ini berlaku disemua ibadah, ulama mencontohkan kalau kita bantu orang
yang shalat dan kita mendapatan pahala shalatnya.

Anda mungkin juga menyukai