"Bahwa Rasulullah ingin mengirim pasukan ke Bani Lihyan dari suku Hudzail (untuk memerangi mereka). Beliau bersabda, 'Hendaknya berangkat dari setiap dua orang salah satunya, sedangkan pahalanya terbagi antara keduanya.” (HR. Muslim)
Pelajaran.
1. Sebagai Muslim punya tugas masing-masing dan menempati pos masing-masing.
Kalau dalam konteks hadits ini ada yang berangkat dan ada yang tinggal serta semuanya memiliki peran yang penting. Dijelaskan para ulama tujuan Rasulullah ﷺ memberikan kebijakan ini bukan karena pilih kasih, namun harus saling support dan ta’awun dan menempati pos dan peran masing-masing. Yang berangkat dalam konteks hadits ini peran dan tugasnya berjuang di front terdepan, adapun yang tidak berangkat peran dan tugasnya adalah untuk mengurus urusan dan tanggung jawab khususnya orang atau temannya yang berangkat tersebut, karena kalau semuanya berangkat maka ini rentan membuat harta, anak-anak, istri keluarga jadi terbengkalai. Jadi, konsepnya kata para ulama satu berangkat dan satunya mengurusi dan bertanggung jawab untuk yang berangkat tersebut. Sifat ta'awun adalah sifat suka menolong sesama tanpa membeda-bedakan latar belakang, sementara sifat Tasamuh adalah sifat toleran dan mau menerima perbedaan yang ada. 2. Dan inilah konsep saling tolong menolong, saling support satu dengan yang lain, dan bagaimana kuatnya persaudaraan dan solidaritasnya sesame muslim, jadi begitu salah satu berjuang, keluarga harus ada yang mengurusi sehingga orang yang berjuang bisa fokus dan totalitas dalam menjalankan tugas, sehingga dia tidak khawatir dengan nasib keluarganya, setelah dia serahkan semuanya kepada Allah ُس ْب َحانَهُ َو تَ َعالَى. 3. Maksud pahala dari hadits di atas “Pahalanya terbagi antara keduanya” itu Pahalanya Sama. Dan kenapa Sama? Karena mereka sama-sama berjuang di jalan Allah, yang satu dalam perang dan yang satunya lagi mengurus keluarga, dan harta orang-orang yang pergi berperang di front terdepan. Dan hadits ini juga mencakup ibadah yang lain juga. 4. Hadits ini menujukkan kepada kita bahwa Islam benar-benar menjaga wanita, anak- anak, orang tua mereka tidak boleh termarjinalkan, tersisihkan, dan tidak boleh menjadi korban dan mereka harus terperhatikan, terurus, tentu saja dengan keterbatasan masing-masing. 5. Dan ini menujukkan bahwa laki-laki sejati dan berjiwa kesatria bukan hanya yang berada di garis terdepan sebuah perjuangan tetapi salah satunya juga yang mengurus keluarga.