Anda di halaman 1dari 2

PELAJARAN YANG BAIK

QS. An-Nahl: 125

Allah berfirman,

َ ‫يل َربِّكَ بِ ْٱل ِح ْك َم ِة َو ْٱل َموْ ِعظَ ِة ْٱل َح َسنَ ِة ۖ َو ٰ َج ِد ْلهُم بِٱلَّتِى ِه َى َأحْ َسنُ ۚ ِإ َّن َربَّكَ هُ َو َأ ْعلَ ُم بِ َمن‬
‫ض َّل عَن‬ ِ ِ‫ع ِإلَ ٰى َسب‬ ُ ‫ٱ ْد‬
َ‫َسبِيلِ ِهۦ ۖ َوهُ َو َأ ْعلَ ُم بِ ْٱل ُم ْهتَ ِدين‬

Artinya:” Serulah (manusia) kepada jalan Rabb-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Rabb-mu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An-
Nahl: 125)

Makna dari QS. An-Nahl: 125 adalah:

1. Hukum asalnya berdakwah itu lemah lembut, dan kalau memang


dibutuhkan untuk tegas itu harus tegas. Karena menurut Ulama
kontemporer ini zamanya kelemahlembutan, karena banyak yang tidak
tahu akhir-akhir ini. Nabi ‫ ﷺ‬mengatakan “Dan tidaklah kelemahlembutan
dicabut kecuali kondisi itu” dan ini salah satu konsekuensi keimaman kita.
“Allah itu Dzat Maha Lembut dan menyukai kelemah lembutan”. Dan
Nabi ‫ ﷺ‬itu lemah lembut dan walaupun disisi lain ahli ilmu menggunakan
cara kekerasan, mungkin melihat maslahat dan lebih mengerti. Ilmu itu
kita gunakan untuk mengevaluasi diri kita dan di waktu yang sama kita
husnudzhan sama saudara-saudara kita.
2. Dan ayat ini juga sebagai pelajaran yang cantik. Dalam tafsir Ath-Thabari
mengatakan, “Dengan pelajaran-pelajaran yang cantik, ‘Ya Allah jadikan
hujjah setiap mereka dari Al-Qur’an dan senantiasa mengingatkan manusia
dari terdapat yang wahyu turunkan”.
3. “Bantahlah mereka dengan cara yang baik” ُ‫ َو ٰ َج ِد ْلهُم بِٱلَّتِى ِه َى َأحْ َسن‬, ketika
Allah berbicara tentang Al Mauidhoh (pelajaran?) dengan kata-kata Al
Hasanah, tetapi begitu Allah berbicara dengan berdebat atau membantah,
Allah menggunakan ُ‫ َأحْ َسن‬kalau bahasa inggiris itu superlative atau yang
terbaik. Harus menggunakan cara terbaik bukan sebatas cara yang baik.
Lalu apa yang di maksud dengan cara yang terbaik? Panjang
pembahasannya dan bukunya tebal jika harus di bahas. Kita Al Imam Ibnu
Katshier mengatakan, “Dan apabila kita mengahadapi seseorang butuh di
bantah atau di debat, maka berdebatklah atau bantahlah dengan cara yang
baik, penuh dengan kelemahlembutan dan bahasa yang baik dan bagus”.
Dan tidak boleh masuk ke debat kusir yaitu debat yang ngotot-ngototan,
Fanatisme, menang-menangan, cari pembenaran bukan kebenaran,
menggunakan emosi yang penting menang dan dia lupa bahwa dia akan
dihisab oleh Allah, dan itu faktor dicabutnya hidayah dari seseorang,
jangan menggampangkan dan memudahkan dan ini bahaya, Nabi ‫ﷺ‬
bersabda, “Tidaklah tersesat sebuah kaum setelah mereka mendapatkan
hidayah selama ini kecuali karena debat kusir”. Dan Nabi ‫ ﷺ‬menjamin
istana di Surga, “Bagi siapa yang meninggalkan debat kusir, walaupun dia
dalam posisi benar” (HR Abu Daud).
4. “Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk” ‫ َو َأ ْعلَ ُم‬kkُ‫بِيلِ ِهۦ ۖ َوه‬kk‫ َّل عَن َس‬kk‫ض‬
َ ‫و َأ ْعلَ ُم بِ َمن‬kkُ
َ ‫كه‬ َ َّ‫ِإ َّن َرب‬
kَ ‫بِ ْٱل ُم ْهتَ ِد‬. Ulama mengatakan, dengan cantik kalau harus berdebat gunakan
‫ين‬
bahasa yang terbaik, lalu Allah ingatkan bahwa tugas kita hanya
menyampaikan, itu Allah terima atau tidak Allah maha tahu. Focus pada
mengajak dengan hikmah, lemah lembut, menggunakan pelajaran-
pelajaran yang cantik dan baik, lalu kalau untuk membantah jika perlu
gunakan dengan cara yang santun, tapi Allah ingatkan sebagus kita
menjalankan dalam ayat ini belum tentu semua terima. Bahwa sebaik-baik
hamba menjalankan perintah ini dalam maka tetap saja response akan
terbagi dua, yang menerima dan yang tidak selalu demikian, dan jangan
focus pada perintah Allahnya. Tetapi kita juga jangan apatis tidak mau
mendengarkan kritik, tetapi tujuan kita menjalankan perintah Allah. Al
Imam Ibnu Katsir menyampaikan, ‘Kewajibanmu menyampaikan, Kami
yang akan menghisabnya’.

Anda mungkin juga menyukai