Anda di halaman 1dari 5

March 24,

ReviewJurnalFarmakoepidemiologi|
2020

Nama : Asmina Sinaga


NIM : 61608100817042
Mata Kuliah : Farmakoepidemiologi

Judul 1. EPIDEMIOLOGI DAN REGULASI VIRUS [H1N1] PADA


BABI DAN PENULARANNYA KE MANUSIA.
2. MODEL SEIR UNTUK EPIDEMI FLU BABI PADA
POPULASI BABI DENGAN LAJU KONTAK JENUH.
3. MODEL DETERMINISTIK UNTUK EPIDEMI FLU BABI
PADA POPULASI BABI
4. SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMBERITAAN
BAHAYA FLU BABI DI MEDIA MASSA
5. KONFIRMASI FLU BABI A/H1N1 MENGGUNAKAN PCR
Jurnal 1. Universitas Negeri Semarang
2. FMIPA Universitas Negeri Semarang
3. FMIPA Universitas Negeri Semarang
4. Dadi Ahmadi
5. Majalah patologi klinik Indonesia dan laboratorium
medik
Volume Dan Halaman 1. Vol. 5 No. 17 -26
2. Vol. 35 No. 1
3. Vol. 5 No. 22
4. Vol. 25 No. 2
5. Vol. 16 No. 2
Tahun 1. 2009
2. 2012
3. 2009
4. 2009
5. 2010
Penulis 1. Dyah Mahendrasari Sukendra
2. M Kharis
3. Muhammad Kharis
4. Dadi Ahmadi
5. Dokter spesialis patologi
Riviewer Asmina Sinaga ( 61608100817042)
Tgl review 24 Maret 2020
Pendahuluan Virus Influenza A H1N1 sebelumnya dikenal dengan sebutan
flu babi (swine flu) merupakan virus influenza baru yang
menyebabkan penyakit di manusia. Virus ini telah menyebar
ke berbagai penjuru dunia. World Health Organization (WHO)
berupaya agar di seluruh dunia virus tidak semakin
menyebar. Yaitu membatasi jumlah kekerapan perjalanan

1
March 24,
ReviewJurnalFarmakoepidemiologi|
2020

orang ke luar negeri atau melakukan penapisan (screening)


yang masuk ke suatu negara lainnya. Dahulu penyakit
ditularkan melalui binatang, terutama babi dan kini terjadi
penularan antar manusia dan penyakit digolongkan dalam
tanggung jawab internasional darurat kesehatan masyarakat/
public health emergency of international concern (PHEIC).

Pada 29 April 2009 WHO mengumumkan laju penyebaran


secara global dari strain virus inluenza A (H1N1) yang
terdeteksi pada minggu sebelumnya meningkatkan level
tanda global pandemic sampai ke level 5.

Virus ini pertama kali tertemukan (-deteksi) di manusia yang


tinggal di Amerika Serikat pada Bulan April 2009. Negara lain
termasuk Meksiko dan Negara lain termasuk Meksiko dan
Kanada juga telah melaporkan kasus penyakit dengan virus
baru ini. Virus ini menyebar dari satu orang ke orang lainnya,
mungkin dengan penyebaran yang mirip dengan flu
musiman.

Virus awalnya dikenali (-identikkan) sebagai flu babi karena


uji laboratorik membuktikan bahwa kebanyakan gen virus
sangat mirip dengan gen yang terdapat di virus babi yang
terdapat di Amerika Utara.

Babi merupakan inang alami dari virus influensa yang secara


anatomis, fisiologis, dan imunitas mirip (similar) dengan yang
ada pada manusia. Virus influenza subtipe A yang ada pada
manusia yaitu H1N1, H3N2 dan H1N2 merupakan enzootic
pada populasi babi di dunia (Reeth, dkk., 2009). Dalam Brown
(2000) dan Fitzgerald (2009) disebutkan bahwa babi dapat
terinfeksi oleh turunan-turunan virus influenza tipe A dari
manusia maupun dari burung dan dalam hal ini dianggap
sebagai inang sementara (Intermediate hosts) dari turunan-
turunan virus flu babi yang berpotensi menyebabkan epidemi
bahkan pandemi. Fitzgerald (2009) juga menyebutkan bahwa
evolusi antigenik dari virus influenza pada babi terjadi
dengan laju sekitar 6 kali lebih lambat dibandingkan dengan
virus influenza pada manusia. Dalam

2
March 24,
ReviewJurnalFarmakoepidemiologi|
2020

Tujuan Penelitian 1. Untuk penanggulangan wabah flu babi pada sumber


utama yaitu populasi babi sehingga dapat dilakukan
pencegahan sebelum mewabah di populasi manusia.
2. Untuk membuktikan teori depedensi mengenai efek
komunikasi massa dalam konteks waspada flu babi di
Kabupaten Banyumas, secara secara teoritis,
penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya kajian
sosial dalam bidang komunikasi massa, khususnya
tentang efek media dalam masyarakat.
3. Bahan masukan bagi jajaran stakeholder atau aparat
yang berwenang di pemerintahan Kabupaten
Banyumas khususnya Dinas Peternakan dan Dinas
Kesehatan terhadap sikap masyarakat di desa yang
memiliki potensi bahaya flu babi.
4. Pemahaman epidemiologi dan profi l klinis terhadap
swine-origin infl uenza virus (H1N1) S-OIV, dapat
memberikan informasi tentang bahaya dan kontrol
terhadap kejadian infeksi S-OIV
Metode Penelitian 1. Model matematika untuk epidemi Flu babi pada
populasi babi. Model yang diberikan merupakan
model deterministik dengan laju kontak jenuh.
2. Deskriptif yang akan mempelajari masalah-masalah
dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam
masyarakat serta situasi-situasi, termasuk tentang
hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap,
pandangan-pandangan, serta proses-proses yang
sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari
suatu fenomena.
3. Menggunakan PCR
Pembahasan Gejala flu babi di manusia mirip dengan gejala influensa
(influenza) musiman, berupa: demam, batuk, nyeri
tenggorokan, hidung berair, nyeri otot dan sendi, sakit
kepala, menggigil, lesu, napas cepat atau sesak napas.
Beberapa penderita juga dilaporkan bergejala diare dan
muntah. Virus ini tidak menyebar melalui makanan. Makan
daging babi yang diolah dan dimasak dengan baik diyakini
aman. Memasak daging babi hingga suhu 71° C dapat
membunuh virus flu babi seperti untuk bakteri dan virus
lainnya juga.

Untuk pemeriksaan di laboratorium, bahan yang dapat


digunakan adalah sapuan/hapusan (swab) hidung,
sapuan/hapusan (swab) hulu kerongkongan hidung

3
March 24,
ReviewJurnalFarmakoepidemiologi|
2020

(nasofaring), sapuan/hapusan (swab) tenggorokan atau


aspirasi bronchial. Disarankan untuk menggunakan
kombinasi sapuan/hapusan (swab) hidung dan
sapuan/hapusan (swab) tenggorokan untuk mewakili sampel
saluran pernapasan atas. Belum diketahui contoh (spesimen)
mana yang paling baik digunakan untuk diagnosis jangkitan
(infeksi) ini.9,10 Sapuan/hapusan (swab) tersebut harus
dimasukkan dalam zat antara (medium) angkut (transport)
virus dan disimpan dalam suhu 4° C.7

Virus flu H1N1 ini rentan (susceptible) terhadap penghambat


(inhibitor) neuraminidase (oseltamivir dan zanamivir), yang
berdaya tahan (resisten) terhadap amantadin dan
rimantadin. Belum ada data tentang ketepatgunaan
(efektivitas) penggunaan obat antivirus terhadap jangkitan
(infeksi) virus baru ini. Berdasarkan pola kerentanan
(suseptibilitas) in vitro dan pengalaman klinik terkait
jangkitan (infeksi) H5N1, maka pemberian penghambat
(inhibitor) neuraminidase lebih awal dapat menurunkan
tingkat keparahan dan lamanya mengidap penyakit. Hal itu
mungkin berperan dalam mencegah pemparahan
(progresivitas) dan kematian akibat penyakit ini.9 Pemberian
antivirus ini disesuaikan dengan berat badan dan usia si sakit.
Untuk penderita yang berusia lebih dari atau sama dengan 13
tahun, oseltamivir diberikan dalam bentuk tablet telan (oral
tablet) 75 mg dua kali sehari selama lima (5) hari. Untuk
penderita yang berusia 1 tahun sampai 12 tahun, oseltamivir
diberikan sesuai takaran (dosis).

Transmisi virus influenza babi dapat terjadi dengan kontak


langsung dengan babi, para pekerja peternakan babi, kontak
benda langsung, konsumsi daging dan produksi hasil turunan.
Tindakan pencegahan yang harus diambil untuk mengurangi
risiko tertular fl u babi pada manusia dengan: 1)
Meminimalisir kontak dengan virus seperti mencuci tangan
sesering mungkin; 2) Jangan menyentuh wajah anda
terutama hidung dan mulut serta menghindari kontak dekat
dengan orang yang sedang menderita fl u; 3) Edukasi
mengenai kesehatan saluran pernafasan melalui media masa
serta pengadaan masker dan alkohol sebagai hand-sanitizer;
3) Menutupi hidung dan mulut dengan tisu ketika batuk atau
bersin dan membuangnya ke tempat sampah setelah
digunakan; 4) Hindari hubungan dengan orang-orang yang

4
March 24,
ReviewJurnalFarmakoepidemiologi|
2020

terinfeksi fl u; 5) Jika sakit, harus tetap berada di dalam


rumah, tidak pergi ke tempat kerja atau sekolah, agar tidak
terinfeksi ke orang lain.

Model SEIR merupakan suatu model matematika untuk


wabah penyakit yang mempunyai masa laten. Masa laten
dalam Diekmann & Heesterbeck (2000) dideinisikan sebagai
masa suatu individu telah terinfeksi oleh penyakit tetapi
individu tersebut belum dapat menularkan penyakit kepada
individu yang lain. Model matematika untuk kasus epidemi
flu babi pada populasi babi menggunakan model epidemi
SEIR dikarenakan masa inkubasi dan masa infeksi yang
hampir sama lamanya.
Kesimpulam Penyakit influenza dapat digolong (-kategori)kan sebagai
penyakit zoonosis. Penularan penyakit Penularan penyakit
zoonosis dapat berupa penularan antar hewan, hewan ke
manusia dan manusia ke manusia. Menghadapi pandemi
influenza, WHO membedakan tahap penularan virus ini
menjadi tiga masa waktu (periode) yaitu prapandemik, antar
pandemik (interpandemic) dan wabah pandemik.

Virus influensa babi (swine influenza) adalah virus yang


berbungkus RNA berutas tunggal (single stranded) dan
termasuk dalam keluarga Orthomyxoviridae. Seperti hal virus
influenza A lainnya, virus ini dikelompokkan menjadi dua (2)
subjenis (subtipe) berdasarkan 2 antigen permukaannya
yaitu protein hemaglutinin (H) dan neuraminidase (N).

Penyakit ini menyebar sangat cepat hampir 100% babi yang


rentan terkena. Biasanya sembuh secara tiba-tiba pada hari
ke 5-7 setelah gejala klinis. Pada saat terjadi wabah,
dilaporkan adanya kenaikan kematian anak babi, fertilitas
menurun, terjadi abortus pada kebuntingan tua yang dapat
diikuti wabah penyakit pada kelompok ternak yang tidak
kebal.

Anda mungkin juga menyukai