Anda di halaman 1dari 15

A.

Tujuan
a. Mengenalkan dan mempelajari reaksi substitusi nukleofilik asil
B. Alat dan Bahan
a. Alat :
i. Corong Buchner
ii. Labu alas bulat
iii. Allihn
iv. Erlenmeyer
v. Pipet tetes
vi. Dropple plate
b. Bahan :
i. Asam salisilat
ii. Anhidrida asam asetat
iii. Asam sulfat pekat
iv. Alkohol 96%
v. Air hangat
vi. FeCl3
c. Rangkaian Alat
 Corong Buchner
1. Corong Buchner sebagai
penyaring larutan dengan
bantuan pompa vakum
2. Labu hisap sebgai tempat
menampung desitrat
3. Selang untuk mengalirkan
kotoran ke pompa vakum
 Allihn

C. Dasar Teori

Aspirin dibuat dengan mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida asam


asetat menggunakan katalis H2SO4 pekat sebagai zat penghidrasi. Asam salisilat
adalah asam bifungsional yang mengandung dua gugus –OH dan –COOH.
Karenanya asam salisilat ini dapat mengalami dua jenis reaksi yang berbeda.
Dengan anhidrida asam asetat akan menghasilkan aspirin, sedangkan dengan
metanol ekses akan menghasilkan metil salisilat. Asam salisilat diubah melalui
perubahan dari gugus gugus fenol menjadi gugus ester asetat sehingga
membentuk senyawa asam asetilsalisilat. Asam ini bersifat lebih kuat daripada
asam salisilat tetapi tidak korosif. ( Kusuma, 2003 )

Aspirin atau asam asetil salisilat merupakan senyawa derivatif dari asam
salisilat. Aspirin berupa kristal putih dan berbentuk seperti  jarum. Dalam
pembuatan aspirin tidak akan dihasilkan produk yang baik jika suasananya berair,
karena asam salisilat yang terbentuk  akan terhidrolisa menjadi asam salisilat
berair. Aspirin diperoleh dengan proses asetilasi terhadap asam salisilat dengan
katalisator H2SO4 pekat. Asetilasi adalah terjadinya pergantian atom H pada
gugus –OH dan asam salisilat dengan gugus asetil dari asam asetil anhidrat.
Karena asam salisilat adalah desalat phenol, maka reaksinya adalah asetilasi
destilat phenol. Asetilasi ini tidak melibatkan ikatan C-O yang kuat dari phenol,
tetapi tergantung pada pemakaian, pemisahan ikatan –OH. Jika dipakai asam
karboksilat untuk asetilasi biasanya rendemen rendah. Hasil yang diperoleh akan
lebih baik. Jika digunakan suatu derivat yang lebih reaktif menghasilkan ester
asetat. Nama lain aspirin adalah metil ester asetanol (karena doperoleh dari
esterifikasi asam salisilat sehingga merupakan asam asetat dan fenilsalisilat).

Struktur Aspirin :

( Vogel, 1990)

 Sifat Fisik dan Sifat Kimia Aspirin

Sifat Fisik :

1. Bentuk kristal seperti jarum


2. Berwarna putih mengkilat
3. Dalam alkohol panas larut
4. Titik leleh 135-136 o C
5. Bilangan molekul: 180 g/mol

Sifat Kimia:

1. Dengan NaOH 10% terhidrolisa menjadi asam salisilat bebas


2. Dengan air terhidrolisis menjadi asam salisilat bebas dan asam asetat
3. Tidak terhidrolisis dalam asam lemak, karena dalam lambung tidak
diserap dahulu. Setelah dalam usus halus, dalam suasana basa dapat
terhidrolisis menghasilkan asam salisilat bebas. (Fieser, 1987)

Reaksi asetilasi merupakan jalur metabolisme obat yang mengandung fungsi amin
pertama hes N-asetilasi tidak banyak meningkatkan kelarutan air. Fungsi utama reaksi
asetilasi adalah membuat senyawa menjadi tidak aktif dan untuk diefektifikasi.
Kadang-kadang hasil N-asetilasi bersifat lebih reaktif daripada senyawa induk.
Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi asetilasi adalah pemanasan. Dengan adanya
pemanasan sampai suhu tertentu, molekul akan putus ikatannya dan terionisasi.
Faktor lainnya adalah adanya perbedaan aktivasi enzim. (Wilcox, 1995)

D. Prosedur Kerja
a. Merangkai alat yang akan digunakan
b. Air dipanaskan dalam wadah sampai suhu 60-70oC
c. Asam salisilat 7g dan 20mL asam asetat anhidrida serta 5 tetes asam
sulfat pekat dimasukkan ke dalam labu alas bulat
d. Campuran larutan digojog dan segera ditutup
e. Labu alas bulat diletakkan dalam wadah berisi air panas. Diberikan
stearer dan jangan menyentuh dasar wadah.
f. Didiamkan selama 1 jam
g. Campuran didiamkan didalam wadah berisi es dampai terbentuk
endapan aspirin
h. Campuran disaring dengan corong Buchner dengan bantuan pompa
vakum

 Prosedur Kerja Rekristalisasi


a. Kristal aspirin hasil penyaringan dilarutkan sampai homogen dalam
60mL alkohol 96%
b. Ditambahkan 75mL air hangat
c. Kemudian disaring kembali dengan corong Buchner hangat dengan
bantuan pompa vakum
d. Filtrat didiamkan dalam wadah berisi es sampai terbentuk endapan
kristal aspirin kembali
e. Endapan kristal disaring kembali dengan corong Buchner dengan
bantuan pompa vakum
f. Kristal dikeringkan dalam oven selama 15 menit
g. Kristal ditimbang dan dilakukan uji titik lebur

 Prosedur Kerja Pengujian Aspirin


a. Kristal aspirin diambil sedikit dan diletakkan didalam dropple plate
b. Diteteskan alkohol 96% sampai larut
c. Diteteskan 5 tetes FeCl3
d. Bila larutan berwarna ungu berarti kristal aspirin yang dihasilkan
belum murni dan harus direkristalisasi kembali

E. Mekanisme reaksi

1. Reaksi Umum

O COOH
COOH O
H2SO 4 + CH3COOH
+ C C
C
O CH3
H3C O CH3
OH O

2. Mekanisme Reaksi
O –
O O
H O
S S + H+

HO HO O
O

 Protonasi oleh ion H+

H
O O +
O O
H+

H3C O CH3 H3C O CH3

Asam asetat anhidrida

 Adisi Nukleofilik

O
O OH
H
+
O O
OH
+ OH O

H3C O CH3
OH
O+ O CH3
asam salisilat
CH3
H
 Proton Shift
O OH
O OH

OH O
OH O

O O+ CH3
O+ O CH3 CH3
CH3 H

 Reaksi Eliminasi

O OH O
OH

O
OH O OH+
+
H3 C OH
O O+ CH3 O CH3
CH3 asam asetat
H

 Deprotonasi

O
OH O OH

O O
OH+ O
+ S O–
+ S OH
O O
OH OH
O CH3 O CH3

asam asetil salisilat asam sulfat


F. Perhitungan Rendemen

 Organoleptis
o Asam anhidrida asetat : bening, cair
o Asam salisilat : putih, bubuk
o H2So4 : cair, bau menyengat
 Penimbangan bahan
o Asam salisilat (Mr : 138,12)
Kertas kosong : 0,3929 gram
Kertas kosong + asam salisilat : 7,490 gram
Kertas sisa : 0,412 gram
Bobot asam salisilat : 7,078 gram

o Asam anhidrida asetat : 20 mL (Mr : 102,09)


Massa anhidrida asetat : 23,8 gram

o H2SO4 : 5 tetes = 0,25 mL

23,8 gram
 n Asam anhidrida asetat : = 0,233 mol
102,09
7,078 gram
 n Asam salisilat : = 0,051 mol
138,12

 Reaksi yang terjadi :

C7H6O3 + C4H6O3 C9H8O4 + CH3COOH


M : 0,051 mol 0,233 mol
R : 0,051 mol 0,051 mol 0,051 mol 0,051 mol
S : - 0,182 mol 0,051 mol 0,051 mol
 Massa teoritis C9H8O4 : 0,051 x 180,108
: 9,18 gram

 Massa aspirin yang diperoleh :


Kertas kosong : 0,380 gram
Kertas kosong + kristal aspirin : 1,784 gram
Bobot aspirin : 1,404 gram

Berat Uji
 Rendemen = x 100 %
Berat teoritis
1,404 gram
= x 100 %
9,18 gram
= 15,294 % b/b

 Uji titik lebur : start melting : 138,5oC


End melting : 141,5oC

 Organoleptis aspirin yang dihasilkan


Bentuk : serbuk (kristal jarum)
Warna : putih
Bau : tidak terlalu menyengat

G. Analisis Data
Berdasarkan data diatas didapat massa teoritis aspirin adalah 9,18 gram
namun massa praktis yang diperoleh adalah 1,404 gram. Dengan demikian
didapatkan rendemen sebesar 15,294% b/b. Pada pengujian titik lebur diperoleh
start melting aspirin sebesar 138,5oC dan end melting aspirin sebesar 141,5oC.
Secara teoritis tange titik lebur aspirin sebesar 141-144oC. Rendemen yang
didapatkan kecil karena kesalahan procedural misalnya penimbangan yang
kurang tepat dan terbuangnya larutan, serta proses pendinginan yang kurang
lama.

H. Pembahasan

Tujuan praktikum kali ini adalah untuk mengenalkan dan mempelajari reaksi
substistusi nukleofilik asil. Pada praktikum pembuatan aspirin itu menggunakan
prinsip reaksi asetilasi yang terjadi antara asam salisilat dengan anhidrida asetat yang
terjadi secara substitusi nukleofilik. Anhidrida asetat berperan sebagai elektrofil
dimana dia berperan sebagai penyedia gugus E+ supaya diserang oleh Nu, dan asam
salisilat sebagai nukleofil dimana dia akan menyediakan gugus nukleofil.

Pembuatannya dilakukan dengan mencampurkan asam salisilat sebanyak 7


gram, 20 mL asam asetat anhidrida dalam Labu Alas Bulat (LAB), kemudian
menambahkan 5 tetes asam sulfat pekat. Proses pencampuran tersebut dilakukan di
dalam lemari asam, asam sulfat pekat yang dimasukkan ke dalam LAB dimaksutkan
melalui dinding LAB agar pencampurannya lebih merata dan tidak menimbulkan
bercak pada LAB. Kemudian digojog dan masukkan stirer pada LAB dan dipasang
pada pipa allihn yang sudah dirangkai dengan peralatan pelengkap yang lainnya.
Posisi LAB tersebut tercelup ¾ bagian dalam baskom yang sudah diisi dengan air ¾
bagiannya. Kemudian dipanaskan pda suhu 60oC. Air tersebut dipanaskan hingga
suhu 60oC agar pencampuran dan reaksi berlangsung secara optimal. Jika suhu yang
digunakan lebih rendah, maka reaksi yang terjadi bisa berlangsung lama. Dan jika
suhunya melebihi maka aspirin yang mengandung gugus ester bisa rusak atau
mungkin memebentuk reaksi yang lain misalnya menjadi asam salisilat lagi. Proses
ini ditunggu hingga 1 jam. Kemudian didinginkan sampai mencapai suhu kamar dan
menambahkan air dingin sambil mengaduknya. Kemudian didinginkan dalam es
hingga terbentuk kristal atau endapan putih yang yang optimal. Kemudian dilakukan
penyaringan dengan corong buchner tersebut, dan selanjutnya akan melakukan
rekristalisasi.

Rekristalisasi adalah pemurnian zat padat dari pengotornya dengan


mengkristalkan ulang dengan zat tersebut. Prinsip rekristalisasi yaitu pemurnian zat
berdasarkan perbedaan kelarutan. Caranya endapan atau kristal dilarutkan dalam
etanol 70 mL, lalu disaring lagi dengan cara direndam dalam air es sampai terbentuk
kristal, kemudian kristal yang terbentuk disaring lagi dengan corong buchner, kristal
yang tersaring kemudian di oven supaya kering. Untuk kemudian dilakukan uji
kemurnian aspirin dan titik lebur aspirin.

Selain asam salisilat dan anhidrida asetat juga digunakan FeCl 3 yang
digunakan saat uji aspirin. Dimana ketika hasil pemurniannya ditetesi dengan FeCl 3
jika memberikan hasil warna ungu maka harus dilakukan rekristalisasi ulang. FeCl 3
ini mengikat 6 tangan. Fenol yang mampu mengikat gugus OH pada benzen (fenolik)
atau asam salisilat. Dan dengan uji menggunakan FeCl 3 ini dapat mengetahui asam
salisilat sudah habis bereaksi atau belum. Jika memberikan hasil warna kuning maka
kemurnian aspirin yang dibuat berarti sudah murni.

H2SO4 sebagai katalis dalam proses pembuatan aspirin ini. Prinsip kerja dari
katalis ini adalah mempercepat proses reaksi yaitu dengan menurunkan energi
aktivasi, tidak ikut bereaksi akan tetapi hasilnya akan muncul lagi.

Alkohol 96% digunakan sebagai pelarut aspirin, karena aspirin tidak larut
dalam air. Aquadest dalam praktikum digunakan dalam pembilasan sisa – sisa
campuran. Residu yang diperoleh yaitu anhidrida asetat lebih banyak mol, asam
salisilat sebagai pembatas karena lebih dulu habis, dan hasilnya adalah asetat sisa dan
aspirin. Selain alkohol melarutkan aspirin, digunakan alkohol juga supaya yang larut
hanya aspirin dan yang lain tidak ikut tersaring atau larut (tidak melarutkan pengotor
yang lain). Terdapat syarat – syarat larutan dapat direkristalisasi yaitu tidak bereaksi,
tidak berbahaya, tidak melarutkan zat pengotor, dan mudah untuk mengkristal
kembali.

Prinsip kerja corong buchner adalah menyaring dengan tidak mengurangi


rendemen sebagai keefektifan kerja. Dilakukan pemurnian, kristal yang diperoleh
(aspirin) dilarutkan dalam alkohol terlebih dahulu baru dengan air, karena aspirin
hanya larut dalam alkohol, ketika dilarutkan dalam air maka tidak akan larut malah
mendesak terjadinya bentuk kristal. Sedangkan ketika alkohol dicampur dengan
aquadest kemudian digunakan untuk melarutkan, maka etanol atau alkohol akan larut
dalam aquadest sehingga nantinya akan terbentuk kristal lagi. Dalam proses
pengujian aspirin dengan FeCl3 didapat oleh praktikan hanya berwarna kuning dan hal
itu berarti bahwa berhasil terdapat aspirin. Sedangkan pengujian dengan titik lebur
diperoleh start melting 138,5oC dan end melting 141,5oC. Ketika titik lebur berbeda,
kemungkinan tidak murni karena terdapat zat lain.

Proses refluks yaitu dapat digunakan untuk mempercepat reaksi pada reaksi
kesetimbangan. Misal A + B ↔ C yang berarti menguapnya C konstanta kurang
reaktif berjalan ke knan membentuk C baru. Jika konstanta C tidak berkurang, A + B
jenuh dan akan sulit untuk bereaksi. Anhidrida asetat mudah menguap, dan dapat
digunakan pada refluks ini supaya tidak terbuang atau menguap. Ketika anhidrida
asetat diganti dengan asam asetat secara mekanisme benar tapi kurang reaktif
sehingga hasilnya akan lebih sedikit.

Refluks, salah satu metode dalam ilmu kimia untuk men-sintesis suatu
senyawa, baik organik maupun anorganik. Umumnya digunakan untuk mensistesis
senyawa-senyawa yang mudah menguapa atau volatile dan juga digunakan dalam
kimia untuk memasok energi untuk reaksi-reaksi selama jangka waktu yang
panjang.Pada kondisi ini jika dilakukan pemanasan biasa maka pelarut akan menguap
sebelum reaksi berjalan sampai selesai. Refluks adalah teknik yang melibatkan
kondensasi uap dan kembali kondensat ini ke sistem dari mana ia berasal
Prinsip dari metode refluks adalah pelarut volatil yang digunakan akan
menguap pada suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan kondensor sehingga
pelarut yang tadinya dalam bentuk uap akan mengembun pada kondensor dan turun
lagi ke dalam wadah reaksi sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi
berlangsung. Sehingga, mempercepat reaksi pada reaksi organik melalui pemanasan,
tanpa mengurangi volume (volume tetap), sehingga volume awal suatu cairan tidak
akan berubah atau sama seperti kondisi awal (Volume awal = Volume akhir).
Prosedur dari sintesis dengan metode refluks adalah semua reaktan atau
bahannya dimasukkan dalam labu alas bulat. Lalu dihubungkan ke kondensor Liebig,
seperti bahwa setiap uap yang dilepaskan kembali ke didinginkan cair, dan jatuh
kembali ke dalam bejana reaksi. Kemudian dimasukkan batang magnet stirer setelah
kondensor pendingin air terpasang, campuran diaduk dan direfluks selama waktu
tertentu sesuai dengan reaksinya. Lalu dipanaskan untuk mempercepat reaksi termal
dengan melakukan hal itu pada suhu tinggi (yaitu titik didih pelarut itu).

Keuntungan metode refluks :

1. Dapat dibiarkan untuk jangka waktu yang panjang tanpa perlu menambahkan
lebih pelarut atau takut bejana reaksi mendidih kering karena setiap uap
segera terkondensasi di kondensor.
2. Untuk mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan
pemanasan langsung.
3. Kondisi reaksi terkontrol dengan baik.
4. Rendemen bisa cukup banyak.
5. Reaksi berlangsung bisa bertahap
6. Dalam sintesis polimer, produk yang dihasilkan memiliki masa molekul yang
tidak kecil.

Kekurangan metode refluks :


1. Waktu reaksi, bisa 7-72 jam, bergantung reaksi.
2. Suhu yang bisa berubah, sehingga waktu tidak efektif
3. membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah manipulasi dari
operator
4. larutan yang digunakan dapat jenuh karena ada keseimbangan

Pengujian aspirin dapat dilakukan dengan metode:


a. Pengujian dengan FeCl3

Reaksi asam asetil salisilat dengan FeCl3

CH3
O
O
O O
OH
HO

OH
HO
O

OH Fe
6 + Fe3+
+ 3 H Cl

OH

O HO

OH HO
O O

O O
HO

I. Kesimpulan
Aspirin dibuat melalui reaksi substitusi nukleofilik antara asam
salisilat dengan anhidrida asetat dengan katalis sulfat pekat. Aspirin yang
didapatkan dimurnikan dengan ait dan alkohol 96%, kemudian
direkristalisasi dengan menggunakan corong Buchner. Pada praktikum ini
diperoleh aspirin sebanyak 1,404 gram dan diperoleh rendemen 15,294%
b/b, dengan titik lebur start melting : 138,5oC dan end melting 141,15oC.

J. Daftar Pustaka

Fieser, Louis. F. 1987. Experiment in Organic Chemistry, 3nd edition,


Revised, D. C. Heath and Company : Boston. P. 205.

Wilcox. 1995. Experimental Organic Chemistry. New Jersey: Prentice Hall


Inc. p. 199

Vogel. 1990. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: 


Kalman Media Pusaka

Anda mungkin juga menyukai