Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PATOFISIOLOGI

PROSES DEGENERATIF

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

1. ALENA PUTRI ( 191440101 )


2. GIRDA FIONA AMARIA ( 191440112 )
3. LIANDA ( 191440119 )
4. MEGA SARI ( 191440120 )
5. RARA KUNANTI ( 191440130 )

DOSEN PENGAMPU :
Ns.H.Abdul Kadir Hasan, M.kes

PRODI DIII KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES PANGKALPINANG
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat-nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang membahas tentang “ proses degeneratif ” .
Terima kasih kami ucapkan kepada para pengajar atas bimbingan dan pendidikan yang
diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Makalah ini merupakan hasil diskusi kelompok kami dengan materi “ proses
degeneratif ” . Pembahasan ini didalamnya kami dapatkan dari perpustakaaan, browsing
internet, diskusi kelompok, dll. Dengan pemahaman berdasarkan pokok bahasan masalah “
proses degeneeratif ” . Kami sadari makalah ini masih jauh dari kesempurnan. Kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaannya.
Demikian yang dapat kami sampaikan semoga makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi kami yang sedang menempuh pendidikan dan dapat dijadikan pelajaran bagi
teman-teman dan kami khususnya.

Pangklpinang, 04 Maret 2020

Penyusun

Patofisiologi Page i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1

A. Latar belakang ...............................................................................................1


B. Rumusan masalah ..........................................................................................1
C. Tujuan ...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3

A. Definisi degenaratif .......................................................................................3


B. Klasifikasi kelompok degeneratif .................................................................3
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi.................................................................8
D. Etiologi penyakit jantung koroner..................................................................9
E. Asuhan keperawatan jantung koroner............................................................10

BAB III PENUTUP ................................................................................................16

A. Kesimpulan ...................................................................................................16
B. Saran .............................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................17

Patofisiologi Page ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Saat ini di negara berkembang telah terjadi pergeseran penyebab kematian
utama yaitu dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Kecenderungan transisi
ini dipengaruhi oleh adanya perubahan gaya hidup, urbanisasi dan globalisasi. Salah
satu jenis penyakit tidak menular tersebut adalah penyakit bawaan atau penyakit
degeneratif.
Penyakit degeneratif merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di
dunia. Menurut World Health Organization (WHO), badan lembaga kesehatan dari
PBB, terdapat hampir sekitar 17 juta orang meninggal dunia akibat penyakit
degeneratif setiap tahun (Depkes RI, 2005). Upaya pencegahan terhadap penyakit ini
dapat dilakukan dengan pengaturan pola konsumsi makanan dan minuman sejak dini.
Kalangan remaja menjadi sasaran utama untuk dilakukan upaya ini oleh karena masih
sering dijumpai masalah terhadap tingkat kesehatan dan status gizi. Perilaku makan
yang tidak baik menjadi masalah yang utama, misalnya konsumsi beberapa jenis
mineral seperti besi, kalsium, dan beberapa vitamin ternyata masih kurang pada
remaja walaupun asupan kalori dan protein sudah tercukupi (Arisman, 2007).
Penyakit Degeneratif berkolerasi dengan bertambahnya usia seseorang. Yang
membahayakan, golongan penyakit ini bisa menyerang mendadak tanpa terlihat
gejala-gejala sebelumnya. Jika diusut lebih lanjut, golongan Penyakit Degeneratif
terkait erat dengan pola makan yang kurang sehat. Beberapa penyakit yang termasuk
dalam penyakit degeneratif misalnya Diabetes Melitus, Stroke, Jantung Koroner,
Osteoporosis, Asam Urat, dan sebagainya.
B. Rumusan masalah
Dalam proses penyusunan makalah yang berjudul “ Proses Degenenratif “
ini, kami mengangkat beberapa pokok  yang akan dibahas, yaitu antara lain sebagai
berikut:
a. Definisi degeneratif atau menua
b. Klasifikasi kelompok degeneratif
c. Faktor – faktor yang mempengaruhi degeneratif
d. Etiologi
e. Asuhan keperawatan

Patofisiologi Page 1
C. Tujuan
Dengan rumusan masalah diatas, kami mempunyai tujuan, yaitu antara lain
sebagai berikut:

a. Memahami definisi degeneratif atau menua


b. Mengetahui klasifikasi degeneratif
c. Faktor – faktor yang mempengaruhi degeneratif
d. Etiologi degeneratif
e. Asuhan Keperawatan

Patofisiologi Page 2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defini degeneratif
Penyakit degeneratif adalah penyakit yang mengiringi proses penuaan pada
seseorang seiring bertambahnya usia. Penyakit degeneratif merupakan istilah yang
secara medis digunakan untuk menerangkan adanya suatu proses kemunduran fungsi
sel saraf tanpa sebab yang diketahui, yaitu dari keadaan normal sebelumnya ke
keadaan yang lebih buruk.
Tubuh mengalami defisiensi produksi enzim dan hormon, imunodefisiensi,
peroksida lipid, kerusakan sel (DNA), pembuluh darah, jaringan protein dan kulit.
Penyebab penyakit sering tidak diketahui, termasuk diantaranya kelompok penyakit
yang dipengaruhi oleh faktor genetik atau paling sedikit terjadi pada salah satu
anggota keluarga (faktor familial) sehingga sering disebut penyakit heredodegeneratif.
B. Klasifikasi kelompok degeneratif
1. Diabetes Mellitus (DM)
Kencing manis (Diabetes Mellitus) adalah suatu kumpulan gejala yang timbul
pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah
secara terus menerus (kronis) akibat kekurangan insulin baik kuantitatif maupun
kualitatif.
Tipe-tipe DM :
 DM tipe 1 (Diabetes Mellitus Tergantung Insulin / Insulin Dependent
Diabetes Mellitus).
 DM tipe 2 (Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin /Non Insulin
Dependent Mellitus).
 DM tipe Spesifik (karena penyakit penkreas, infeksi virus dan lain-lain)
 Gestational Diabetes (DM karena kehamilan).
Faktor Risiko DM :
 Faktor genetik (keturunan).
 Kelompok usia dewasa tua (lebih dari 45 th).
 Gaya hidup pola makan yang salah.
 Kurang aktivitas.
 Kegemukan.
 Menderita tekanan darah tinggi > 140/90 mmHg.

Patofisiologi Page 3
 Ada riwayat menderita diabetes ketika kecil.
 Ada riwayat kehamilan dengan BB Bayi waktu lahir 4 kg.
 Gangguan lemak darah, HDL < 35 mg/dl atau Trigliserida 250 mg/dl.
 Dari informasi dokter, pernah mengalami Toleransi Glucosa.
 Terganggu (TGT) atau Glukosa Darah.
 Puasa Terganggu (GDPT).
Faktor pencetus DM:
 Kurang gerak/malas.
 Makan berlebihan.
 Kehamilan.
 Kekurangan insulin.
 Penyakit hormon yang berlawanan kerjanya dengan insulin.
Gejala DM:
 Penurunan berat badan dan rasa lemah.
 Banyak kencing.
 Banyak minum.
 Banyak makan / cepat merasa lapar.
 Kesemutan atau nyeri terutama pada kaki.
 Gangguan penglihatan.
 Gatal/bisul.
 Gangguan ereksi.
 Keputihan.
Pencegahan DM :
 Pencegahan Primer
 Pola makan yang seimbang.
 Memperhatikan berat badan dalam batas normal.
 Olahraga secara teratur.
 Pencegahan Sekunder: mendeteksi secara dini, mencegah penyakit tidak
menjadi lebih parah dan mencegah timbulnya komplikasi:
 Tetap melakukan pencegahan primer.
 Pengendalian gula darah agar tidak terjadi komplikasi (kontrol teratur).
 Mengatasi gula darah dengan obat-obatan baik oral maupun suntikan
insulin.

Patofisiologi Page 4
 Pencegahan Tersier: mencegah kecacatan lebih lanjut dari komplikasi
yang sudah terjadi, seperti: pemeriksaan pada pembuluh darah mata,
pemeriksaan ginjal, tungkai, pemeriksaan otak dan lain-lain.
Faktor lain yang perlu mendapat perhatian pada penderita DM adalah faktor
stress dan keadaan emosi, seperti sikap menyangkal, marah, depresi atau takut yang
berlebihan.

2. Osteoartritis (OA)
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit degeneratif yang menyebabkan
kerusakan jaringan tulang rawan pada sendi yang ditandai dengan perubahan pada
tulang. Faktor resiko terjadinya penyakit ini adalah genetik, perempuan, riwayat
benturan pada sendi, usia dan obesitas.
Gejala yang dapat ditemukan pada penyakit ini adalah:
 Nyeri pada sendi terutama setelah beraktivitas dan membaik setelah
beristirahat.
 Kadang dapat ditemukan kekakuan di pagi hari, durasi tidak lebih dari 30
menit.
Gejala tersebut menyebabkan kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari
dan bekerja. Umumnya sendi yang terkena adalah sendi-sendi yang menopang tubuh
seperti lutut, panggul, dan punggung.

3. Osteoporosis
Osteoporosis adalah penyakit degeneratif pada tulang yang ditandai dengan
rendahnya massa tulang dan penipisan jaringan tulang. Hal tersebut dapat
menyebabkan tulang menjadi rapuh dan mudah patah.
Diagnosis dari penyakit ini berdasarkan massa tulang. Karena penyakit ini
tidak memberikan gejala hingga terjadi patah tulang, maka penting untuk dilakukan
skrining untuk mencegah penyakit ini. Selain itu, penderita juga harus menjaga diri
dan melakukan penyesuaian agar tidak mudah jatuh, misalnya kamar mandi
menggunakan lantai yang kasar.
Osteoporosis dapat disebabkan oleh:
 Penyerapan kalsium yang menurun pada wanita post menopause.
 Usia lebih dari 70 tahun.
 Penyakit kronis.

Patofisiologi Page 5
 Defisiensi zat pembentu tulang seperi kalsium, vitamin D.

4. Penyakit Jantung Koroner (PJK)


Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh
adanya sumbatan pada pembuluh darah koroner. Pembuluh darah koroner adalah
pembuluh darah yang memperdarahi jantung. Sumbatan dari pembuluh darah tersebut
diakibatkan oleh adanya proses aterosklerosis atau penumpukan lemak atau plak di
pembuluh darah sehingga diameter pembuluh darah makin kecil dan mengeras atau
kaku. Proses aterosklerosis terjadi perlahan-lahan seiring dengan waktu, tetapi pada
orang-orang dengan kadar lemak di dalam darah yang tinggi, proses ini di pembuluh
darah menjadi semakin cepat dan banyak.
Faktor Risiko Penyakit Jantung:
 Keturunan
 Risiko meningkat pada usia di atas 40 tahun
 Merokok
 Kolesterol tinggi
 Hipertensi
 Kencing manis (terutama wanita)
 Kurang aktifitas fisik
 Obesitas
 Stres

5. Asam Urat
Yang dimaksud dengan asam urat adalah sisa metabolisme zat purin yang
berasal dari makanan yang kita konsumsi. Ini juga merupakan hasil samping dari
pemecahan sel dalam darah.
Purin sendiri adalah zat yang terdapat dalam setiap bahan makanan yang
berasal dari tubuh makhluk hidup. Dengan kata lain, dalam tubuh makhluk hidup
terdapat zat purin ini, lalu karena kita memakan makhluk hidup tersebut, maka zat
purin tersebut berpindah ke dalam tubuh kita. Berbagai sayuran dan buah-buahan juga
terdapat purin. Purin juga dihasilkan dari hasil perusakan sel-sel tubuh yang terjadi
secara normal atau karena penyakit tertentu.
Normalnya, asam urat ini akan dikeluarkan dalam tubuh melalui feses
(kotoran) dan urin, tetapi karena ginjal tidak mampu mengeluarkan asam urat yang

Patofisiologi Page 6
ada menyebabkan kadarnya meningkat dalam tubuh. Hal lain yang dapat
meningkatkan kadar asam urat adalah kita terlalu banyak mengkonsumsi bahan
makanan yang mengandung banyak purin. Asam urat yang berlebih selanjutnya akan
terkumpul pada persendian sehingga menyebabkan rasa nyeri atau bengkak.
Penderita asam urat setelah menjalani pengobatan yang tepat dapat diobati
sehingga kadar asam urat dalam tubuhnya kembali normal. Tapi karena dalam
tubuhnya ada potensi penumpukan asam urat, maka disarankan agar mengontrol
makanan yang dikonsumsi sehingga dapat menghindari makanan yang banyak
mengandung purin.
Gejala Asam Urat :
 Kesemutan dan linu
 Nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat bangun tidur.
 Sendi yang terkena asam urat terlihat bengkak, kemerahan, panas dan nyeri
luar biasa pada malam dan pagi.
Solusi Mengatasi Asam Urat:
 Melakukan pengobatan hingga kadar asam urat kembali normal. Kadar
normalnya adalah 2.4 hingga 6 untuk wanita dan 3.0 hingga 7 untuk pria.
 Kontrol makanan yang dikonsumsi.
 Banyak minum air putih. Dengan banyak minum air putih, kita dapat
membantu membuang purin yang ada dalam tubuh.

6. Stroke
Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu
bagian otak tiba-tiba terganggu. Stroke terjadi karena cabang pembuluh darah
terhambat oleh emboli. Emboli bisa berupa kolesterol atau udara.
Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian
reaksi biokimia, yang dapat merusakkan atau mematikan sel-sel saraf di otak.
Kematian jaringan otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh
jaringan itu.
Stroke adalah penyebab kematian yang ketiga di Amerika Serikat dan banyak
negara industri di Eropa (Jauch, 2005). Bila dapat diselamatkan, kadang-kadang
penderita mengalami kelumpuhan di anggota badannya, hilangnya sebagian ingatan
atau kemampuan bicaranya.
Cara pencegahan penyakit stroke :

Patofisiologi Page 7
 Hindari stress yang berlebihan.
 Sempatkan untuk melakukan rekreasi, refleksi atau refreshing.
 Banyak makan buah dan sayur, yang banyak mengandung kalium, folat dan
antioksidan.
 Mengonsumsi makanan kaya serat misalnya oatmeal atau kacang .
 Mengonsumsi makanan kaya kalsium.
 Mengonsumsi kedelai, seperti tempe, miso, tahu dan susu kedelai.
 Mengonsumsi makanan kaya asam lemak omega-3 misalnya salmon, makerel
dan tuna.
7. Hiperlipidemia (Kolesterol dan Lemak Tinggi)
 Kolesterol:
HDL (High Density Lipoprotein) atau kolesterol baik.
LDL (Low Density Lipoprotein) atau kolesterol jahat.
 Lemak dalam darah: trigliserida
 Kadar normal :
Kolesterol total : < 200 mg/dL
Kolesterol LDL : < 160 mg/dL
Kolesterol HDL : > 60 mg/dL
 Trigliserida : < 150 mg/dL
 Kelebihan kolesterol meningkatkan risiko:
 Penyumbatan pembuluh darah
 Strok
 Penyakit jantung koroner
 Hipertensi
 Obesitas
 Pencegahan Hiperlipidemia :
1. Diet
2. Hindari stress
3. Olahraga secara teratur.
4. Stop merokok.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi degeneratif

Patofisiologi Page 8
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penyakit degenaratif, faktor-
faktor tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
1. Gaya hidup tidak sehat :
 Kurang olahraga
 Merokok
 Alkoholic (pecandu alkohol)
 Narkoba
 Workaholic (gila kerja)
 Stres psikologis (tekanan batin)
2. Pola makan yang tidak sehat. Mengonsumsi lemak jenuh (kolesterol), junk food,
gula murni berlebihan, MSG dan kurang serat
3. Makanan teroksidasi (minyak jlantah, pemanasan minyak dengan suhu tinggi,
daging bakar atau panggang).
4. Genetik atau keturunan.
5. Obesitas atau kegemukan.
6. Paparan zat kimia (plastik, Pb, Ar, Hg, zat warna pakaian, asam boraks, formalin,
dll).
7. Polusi udara dan faktor lingkungan yang terakumulasi selama bertahun-tahun.
8. Radikal bebas (polusi udara dari asap motor/mobil, asap pabrik, asap rokok).
D. Etiologi jantung koroner

Menurut Sylvia Price (2006) Aterosklerosis adalah pembuluh koroner


merupakan penyebab arteri koronaria yang paling sering ditemukan. Atherosklerosis
menyebabkan penimbunan lipid dan jaringan fibrosa dalam arteri koronaria, sehingga
secara progresif mempersempit lumen pembuluh darah. Bila lumen menyempit maka
resistensi terhadap aliran darah akan meningkat dan membahayakan aliran darah
miokardium. Bila penyakit ini semakin melanjut, maka penyempitan lumen akan
diikuti perubahan vaskuler yang mengurangi kemampuan pembuluh untuk melebar.
Dengan demikian keseimbangan anatara suplai dengan kebutuhan oksigen menjadi
genting, menyebabkan miokardium.

Sedangkan menurut Sjaifoellah Noer (1996) penyakit jantung koroner


terutama disebabkan oleh proses aterosklerosis yang merupakan suatu kelainan
degeneratif, meskipun dipengaruhi oleh banyak faktor, kelainan degeneratif ini akan

Patofisiologi Page 9
menyebabkan keseimbangan antara hubungan o2 miokardium dengan masukan nya,
sehingga bisa menyebabkan iskemia dan anoksia yang ditimbulkan oleh kelainan
vaskuler dan kekurangan o2 dalam darah.

E. Asuhan keperawatan penyakit jantung koroner


1. Pengkajian
a) Biodata
b) Riwayat kesehatan dahulu
1) Penyakit pembuluh darah arteri
2) Riwayat serangan jantung sebelumnya
3) Terapi estrogen pada wanita pasca menopause
4) Diet rutin dengan tinggi lemak
5) Riwayat merokok
6) Kebiasaan olahraga yang tidak teratur
7) Riwayat DM, hipertensi, gagal jantung kongestif
8) Riwayat penyakit pernapasan kronis
c) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat keluarga penyakit jantung/infark miokard, DM, stroke, hipertensi,
penyakit vaskuler previer.
d) Riwayat kesehatan sekarang
1) Kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur
2) Faktor perangsang nyeri yang spontan
3) Kualitas nyeri : rasa nyeri digambarkan dengan rasa sesak yang
berat/mencekik
4) Lokasi nyeri : diabawah atau sekitar leher, dengan dagu belakang,
bahu atau lengan.
5) Beratnya nyeri : dapat dikurangi dengan istirahat atau pemberian
nitrat
6) Waktu nyeri : berlangsung beberapa jam/hari, selama serangan
pasien memegang dada atau menggosok lengan kiri.
7) Diaforeasi, muntah, mual, kadang-kadang demam, dispnea.
8) Syndrom syock dalam berbagai tingkatan.
e) Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum

Patofisiologi Page 10
a) TD dapat normal/naik/turun, perubahan postural dicatat dari
tidur sampai duduk atau berdiri.
b) Nadi dapat normal, penuh/tidak kuat, lemah/kuat, teratur/tidak.
c) Respiratory rate meningkat
d) Suhu dapat normal, meningkat/demam
2) Kepala : pusing, wajah meringis, mukosa bibir sianosis, menangis,
merintih, kehilangan kontak mata.
3) Leher dan thorax
a) Distensi vena jugularis
b) Dada : bunyi jantung : bunyi jantung eksta S3/S4
menunjukkan gagal jantung/penurunan kontraktilitas atau
komplain vertikel, murmur menunjukkan gagal katup
jantung/disfungsi otot papilar, friksi, perikarditis, irama
jantung : dapat teratur atau tidak , paru-paru : bunyi nafas
bersih/krekels/mengi, frekuensi napas meningkat, napas
sesak, sputum bersih, merah muda kental. Batuk
dengan/tanpa produksi spuntum. Dispnea dengan/tanpa
kerja, dispnea noktural.
4) Abdomen
a) Penurunan turgor kulit, nyeri ulu hati/terbakar
b) Perubahan BB, bising usus normal/menurun
5) Ekstersmitas
a) Kelemahan, kelelahan.
b) Edema perifer/edema umum.
c) Kulit kering/berkeringat dingin.
d) Menggeliat.
e) Pemeriksaan diagnostik.
f) EKG menyatakan peninggian gelombang ST, iskemia,
penurunan atau datarnya gelombang T menunjukkan cedera,
gelombang Q berarti nekrosis.
g) Sel darah putih : leukosit (10000-20000) biasanya tampak pada
hari kedua setelah IMA sehubungan dengan proses inflamasi.
h) Foto dada : mungkin normal/menunjukkan pembesaran jantung
diduga gagal jantung kongestif atau aneuresma ventrikel.

Patofisiologi Page 11
i) Elektrolit : ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi
dan dapat mempengaruhi kontaktilitas : hipo/hiperkalemia.
j) Analisa gas darah/oksimeter nadi : dapat menunjukkan hipoksia
atau proses penyakit paru akut/kronis.
k) Kolestrol/trigliserida serum meningkat, menunjukkan
arteriosklerosis sebagai penyebab IMA.
l) Enzim jantung
1) CKMB (creatinin kinase-isoenzim MB) mulai naik
dalam 6 jam, memuncak dalam 18-24 jam dan
kembali normal antara 3-4 hari, tanpa terjadi
nekrosis baru. Enzim CK-MB sering dijadikan
sebagai indikator IMA, sebab diproduksi hanya saat
terjadi kerusakan jaringan miokard.
2) Lactat dehdirogenase (LDH) mulai meningkat
dalam 6-12 jam, memuncak dalam 304 haridan
normal 6-12 hari.
3) Aspartat aminotransaminase serum (ASI) mulai
meningkat dalam 8-12 jam dan bertambah
pekatdalam 1-2 hari. Enzim ini muncul dengan
kerusakan hebat dari otot tubuh.
2. Diagnosa keperawataan
a) Gangguan rasa nyaman : nyeri (akut) berhubungan dengan iskemia jaringan
sekunder terhadap sumbatan arteri koroner.
b) Risiko tinggi terhadap menurunnya curah jantung berhubungan dengan
perubahn frekuensi, irama konduksi elektrika.
c) Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplay oksigen
miokard dan kebutuhan.
d) Asietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan kesehatan.
e) Risiko tinggi perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan / penghentian
aliran darah (vasokontriksi, hipovolemia/kebocoran, dan pembentukan
tromboemboli)
f) Risiko tinggi kelebihan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
natrium retensi air.

Patofisiologi Page 12
3. Intervwnsi

DX I : gangguan rasa nyaman : nyeri (akut) berhubungan dengan iskemiajaringan


sekunder terhadap sumbatan arteri koroner

Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan tak


ada nyeri dada / nyeri dada terkontrol.

Intervensi :

a. Pantau / catat karakteristik nyeri, verbal non verbal dan respon hemodinamik.
b. Ambil gambaran lengkap terhadap nyeri dari pasien termasuk lokasi,
intensitas, lama dan penyebarannya.
c. Kaji ulang riwayat angin sebelumnya, nyeri merupakan angina, atau nyeri
IM. Diskusikan riwayat keluarga.
d. Anjurkan pasien melaporkan nyeri dengan segera.
e. Berikan lingkungan yang tenang.
f. Bantu melakukan teknik relaksasi (nafas dalam, perilaku distraksi, bimbingan
imajinasi, visualisasi).
g. Periksa tanda vital sebelum dan sesudah obat narkotik.
h. Variasi penampilan dan perilaku pasien karena nyeri terjadi sebagai temuan
pengkajian.
i. Nyeri sebagai pengalaman subjektif dan harus digambarkan oleh pasien. Bantu
pasien untuk menilai nyeri dengan membandingkannya dengan pengalaman
yang lain.
j. Dapat membandingkan nyeri yang ada dari pola sebeumnya sesuai dengan
identifikasi komplikasi seperti meluasnya infark, emboli paru atau perikarditis.
k. Penundaan pelaporan nyeri menghambat peredaran nyeri /memerlukan
peningkatan dosis obat.
l. Menurunkan rangsang eksternal dimana anisetas dan regangan jantung serta
keterbatasan kemampuan koping dan keputusan terhadap situasi saat ini.
m. Membantu dalam menurunkan persepsi / respon nyeri. Memberikan control
situasi, peningkatan perilaku positif.
n. Hipotensi / depresi pernapasan dapat terjadi sebagai akibatpemberian narkotik.

Patofisiologi Page 13
DX 2 : Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, adanya jaringan yang nekrotik dan iskemi pada miokrad.

Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan


klien menunjukan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas ( tekanan
darah, nadi, irama, dalam batas normal ) tidak adanya angina.

Rencana :

a. Catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selama dan sesudah
melakukan aktivitas.
b. Anjurkan pada pasien agar lebih banyak beristirahat terlebih dahulu.
c. Anjurkan pada pasien agar tidak “ngeden” pada saat buang air besar.
d. Jelaskan pada pasien tentang tahap – tahap aktivitas yang boleh dilakukan
oleh pasien.
e. Tunjukan pada pasien tentang tanda – tanda fisik bahwa aktivitas melebihi
batas.

DX 3 : Risiko terjadinya penurunan cardiac output berhubungan dengan perubahan


dalam rate, irama, konduksi jantung, menurunnya preload atau peningkata SVR,
myocardial infark.

Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam diharapkan


tidak terjadi penurunan cardiac output selama dilakukan tindakan keperawatan.

Rencana :

a. Lakukan pengukuran tekanan darah ( bandingkan kedua lengan pada posisi


berdiri, dudukdan tiduran jika memungkinkan ).
b. Kaji kualitas nadi.
c. Catat perkembangan dari adanya S3 dan S4
d. Auskultasi suara nafas.
e. Damping pasien pada saat melakukan aktivitas.
f. Sajikan makanan yang mudah dicerna dan kurangi konsumsi kafein.
g. Kolaborasi dalam : pemeriksaan serial ECG, fotom thorax, pemberian obat
– obatan anti distrimia.

Patofisiologi Page 14
DX 4 : Risiko terjadinya penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
tekanan darah, hipovolemia.

Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan


tidak terjadi penurunan perfusi jaringan.

Rencana :

a. Kaji adanya perubahan kesadaran.


b. Infeksi adanya pucat, cyanosis, kulit, yang dingin dan penurunan kualitas
nadi.
c. Kaji adanya tanda Homans ( pain in calf on dorsoflextion ), erytherma,
edema.
d. Kaji respirasi ( irama, kedalaman dan usaha pernafasan )
e. Kaji fungsi gastrointesnial ( bising usus, abdominal distensi, constipasi )
f. Monitor intake dan out put.
g. Kolaborasi dalam : Pemeriksaan ABG, BUN, Serum ceratinin dan
elektrolit.

DX 5 :Risiko tinggi kelebihan volume cairan berhubungan dengan peningkatan


natrium / retensi air.

Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam diharapkan


tidak terjadi kelebihan cairan di dakam tubuh klien selama dalam perawatan.

Rencana :

a. Auskultasi suar nafas ( kaji adanya crackles )


b. Kaji adanya jugular vein distension, peningkatan terjadinya edema.
c. Ukur intake dan output ( balance cairan ).
d. Kaji berat badan setiap hari.
e. Anjurkan pada pasien untuk mengkonsumsi total cairan maksimal 200 cc/24
jam.
f. Sajikan makan dengan diet rendah garam.
g. Kolaborasi dalam pemberian deuretika.

Patofisiologi Page 15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyakit degeneratif adalah penyakit yang mengiringi proses penuaan pada


seseorang seiring bertambahnya usia. Penyebab penyakit sering tidak diketahui,
termasuk diantaranya kelompok penyakit yang dipengaruhi oleh faktor genetik atau
paling sedikit terjadi pada salah satu anggota keluarga (faktor familial) sehingga
sering disebut penyakit heredodegeneratif.
Beberapa contoh penyakit degeneratif yang sering ditemukan antara lain, diabetes
melitus (DM), osteoartritis (OA), osteoporosis, penyakit jantung koroner (PJK), asam
urat, stroke, dan hiperlipidemia (Kolesterol dan Lemak Tinggi). Faktor-faktor resiko
utama penyebab penyakit degeneratif adalah pola makan yang tidak sehat, kurangnya
aktivitas fisik, serta konsumsi rokok. Saat ini dapat dikatakan faktor dari luar
memiliki potensi lebih tinggi untuk menimbulkan penyakit degeneratif dibandingkan
faktor dari dalam ( faktor genetika atau keturunan).

B. Saran

Setiap orang hendaknya mulai memberlakukan kebiasaan gaya hidup sehat


dan menerapkan pola makan sehat di kehidupan sehari-hari. Mengingat faktor resiko
utama penyebab penyakit degeneratif adalah gaya hidup yang kurang tepat dan pola
makan yang tidak sehat. Dalam memberlakukan gaya hidup sehat dan pola makan
sehat kemauan yang kuat dan dukungan dari lingkungan sangat dibutuhkan dalam hal
mengingatkan upaya perubahan kebiasaan gaya hidup dan pola makan sehat.

Patofisiologi Page 16
DAFTAR PUSTAKA

Wijaya, Andra Saferi dan Yessie Mariza Putri. 2017. Keperawatan Medikal Bedah.
Yogyakarta: Nuha Medika

Patofisiologi Page 17

Anda mungkin juga menyukai